BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Narapidana

edited April 2015 in BoyzStories
Kamis, 02 April 2015

Malas dan capek dengan rutinitasku dikantor, aku memutuskan untuk bolos kerja. Hari ini kuhabiskan seharian bermain poker di warnet dekat rumahku. Tak dekat amat sebenarnya kalau ditempuh dengan berjalan kaki. Kira-kira berjarak 15 menitan dari rumahku. Tapi dengan motor , lima menit juga sampai.Mulai dari jam jam 10 pagi sampai dengan jam 4 sore aku berkutat dengan dunia judi online. 6 jam di warnet sukses membuat pantatku pegal, ya walaupun diselingi denganberjalan dan mondar-mandir tak jelas, pantatku tetap saja sakit. Tapi semua terbayarkan dengan keuntunganku bermain poker online hari ini. Dua juta tiga ratus ribu coyyyyyy…

Kalau ditanya bangga atau tidak, ya tentu saja aku bangga dengan hasil judi ku hari ini. Untuk bersyukur buat rejeki yang kuterima hari ini, aku pun mentraktir beberapa orang pejudi online yang menjadi temanku di warnet ini, termasuk sang operator. Traktirannya sederhana saja. Air akar dan sate padang yang kebetulan lewat didepan warnet, kuborong. Walaupun tak sampai habis.

Oh iya, buat yang tak tau apa itu air akar aku akan jelaskan sedikit. Air akar itu dibuat dari remasan daun (entah apa namanya) kemudian disaring hingga akhirnya menggumpal berbentuk jelly. Warnanya hijau tua. Kalau di Pekanbaru meminumnya bisa dengan dua cara. Bisa panas atau dingin. Kalau dingin biasanya memakai campuran santan dan air gula merah, nah kalau panas dicampur dengan air asam yang dikasih gula putih.

Tluuung Tluuung

Asik menikmati air akar dihadapanku, handphone utamaku berbunyi. Kulihat penelepon yang tertera dilayar handphone ku. Tara…

Tara adalah salah satu pacar perempuanku selain Rita tentunya. Dua-duanya belum pernah kukenalkan pada emak ku dirumah karena ada satu adat istiadat di masyarakat batak, jikalau si anak laki-laki membawa seorang perempuan kerumahnya merupakan satu tanda dia mengenalkan si perempuan ke orang tuanya untuk sesegera mungkin dia nikahi. Karena aku belum yakin untuk menikah, atau lebih tepatnya belum kepikiran untuk nikah. Aku belum pernah membawa salah satu dari mereka ke hadapan emak.

Kuangkat panggilan telepon dari Tara. Terdengar suaranya yang merayu seakan menggelitik daun telingaku.

“Yank, dah pulang kerja belum?”

“Aku tak kerja hari ini yank” jawabku

“Loh, kok gitu yank? Kamu sakit?”

“Tak lah….”

“Terus kok gak kerja?”

“Lagi malas aja yank…”

“Terus sekarang kamu lagi dimana?” tanya nya lagi

“Lagi di …. Net nih yank” jawabku

“Kamu yah, pasti judi online lagi deh” ujarnya tak senang

“Hmmm…”

“Iya deh, iya...... aku gak bahas lagi”

“Kamu jemput aku dong yank, jalan…” ujarnya

“Kemana?” tanyaku

“Kan ada caffe baru tuh dekat rumah kamu.Kesana aja yank. Mau ya?” bujuknya

“Ya sudah, aku mandi dulu. 15 menit lagi kujemput”

“Iya yank, aku juga mandi deh” jawabnya

Kuakhiri panggilannya, kemudian berjalan menuju gerobak penjual air akar. “Bara Jo?” tanyaku ke *ajo penjual air akar. (*Ajo = Abang dalam bahasa ocu)

“Yang di warnet tu yo da?” tanya nya

“Iyo…..”

”Tigo puluah da” jawabnya

Segera kukeluarkan dompet untuk membayar air akar si ajo. Hal yang sama juga kulakukan pada ajo penjual sate padang. Sesudah hutang piutang lunas aku pun berpamitan pada rekan-rekan warneters ku

“Woiii sanak, den baliak lu yo” seruku
Woiii pulang ya

“Copek bana da, bilo kan basua lai da. Paralu bana nih balaja poker ka masternyo” ujar Hendra, salah satu poker mania yang acap kali kujumpai di warnet ini
Cepat kali bang, kapan lagi jumpa. Perlu kali nih belajar poker ke masternya

“Ndak tau lah Ndra,salama alam takambang., pasti kan basua. Apo lagi cinto kasih basambuik. Wih, bisa tiok ari den kasiko” jawabku berkelakar
Tak tau lah Ndra, selama masih hidup, pasti akan jumpa. Apa lagi cinta kasih bersambut. Bisa tiap hari aku kesini

“Iyo lah da, hati-hati” jawabnya lagi

Kupalingkan pandanganku pada si operator warnet yang sedari tadi memandangku. Begitu kulemparkan senyuman hangatku padanya, dia langsung membuang muka

“Huuuuhhhhh…….” Keluhku dalam hati

“Selalu saja jual mahal. Giliran liat kontolku langsung klepek-klepek kau taiik” maki ku lagi-lagi dalam hati

Bergegas ku engkol ninja hitam kesayanganku menuju rumah. Sesampainya dirumah, emak ku lagi-lagi bertingkah menyebalkan. Selalu komplain tak tepat sasaran. Adikku Ruben yang buat masalah, aku yang jadi pelampiasannya.

Bla bla bla bla dan bla….

Kudengarkan omelannya yang tak berujung pangkal. Setelah dia capek, kulancarkan serangan rasen shuriken ku hingga akhirnya emak ku terdiam. Puas membungkam mulut bawel emak ku, kuambil handuk dari kamar dan langsung menuju ke kamar mandi

“Naing tu dia na ma ho?”
Mau kemana kau

“Si Tara ngajak jalan mak”

“Tudia?”
Kemana

“Ah dang huboto I. Diajak imana mardalani ba hu olohon”
Tak tau, Dia ajak jalan ya ku iya kan

“Andigan boanommu tu son?”
Kapan kau bawa ke rumah

“Dang huboto do pe mak” jawabku
Belum tau mak

“Aha dope, tor boan ma boru I tu son. Dang pola ikkon namora, pokokna burju imana” kata emak ku lagi memperlama proses mandiku
Apa lagi, langsung lah bawa calon mu itu. Tak perlu kaya, yang penting dia baik

“Ah dang dope mak. Dang adong hupikiiri dope akka namangoli on” jawabku langsung masuk ke kamar mandi
Belum lagi kupikirkan masalah menikah ini mak

Langsung kuhidupkan kran air, untuk mengisi bak mandi sekaligus menghindari terdengarnya omelan emak ku yang membosankan. Topik menikah bisa dia bicarakan denganku sebanyak 3 kali sehari. Bahkan kalau hari minggu bisa 5 kali. Jadi lebih baik menghindari topik itu dari pada memancing emosiku.

Buru-buru kusabuni seluruh anggota tubuhku dengan sabun hingga bersih. Terutama benda pusaka milikku. 5 menit kemudian aku sudah keluar dari kamar mandi berbalutkan handuk menuju kamarku. Kulihat emak ku yang bawel sudah tak ada lagi diruang tamu

“Amaaaan….” Batinku lega

Selesai berpakaian, aku menuju teras dan melihat emakku sedang menggunting tangkai-tangkai mawar yang sudah kecoklatan di taman bunga keluargaku

“Pergi maaaaaaak” teriak ku padanya sambil mengengkol motorku

“Unang leleng-leleng mulak” sambutnya
Jangan pulang lama-lama

Aku bergegas memacu motorku kerumah Tara yang terletak di jalan gatot subroto. 15 menit kemudian, aku sudah sampai dirumahnya. Kulihat dia sudah bersiap-siap diteras rumahnya.

“Minum dulu yank?” tanya nya

“Tak usah lah yank, kan ke caffe nanti minum juga” jawabku

“Oh ya sudah kalau gitu. Ayo berangkat” ajaknya

“Mana orang tulang?” tanyaku

“Di dalam”

Aku pun turun dari motor dan masuk kerumahnya untuk permisi ke orang tua Tara.
“Tulang, Nantulang… kami jalan dulu ya” ujarku begitu melihat orang tua Tara yang sedang asik menonton TV

“Iya, hati-hati naik motor nya Ya” pesan emaknya si Tara padaku

Kunaiki motorku yang langsung disusul Tara duduk diboncengan. Kupacu motorku keluar dari rumahnya melewati jalan-jalan protokoler di Pekanbaru

“Yank, ganti perfume ya? Sekarang pakai apa?” tanya Tara padaku sambil mengendus-endus tubuhku

“Iya yank. Tapi tak tau namanya” jawabku

“Masa perfume nya dipakai tapi namanya tak tau yank? Beli refillan emangnya?”

“Tak lah yank, aku dikasih kawan pas di Dubai kemarin. Tapi tak kuperhatikan kali entah apa namanya” jawabku.

Memang di Dubai kemarin aku sempat dibelikan perfume oleh pacarku tercinta yang sekarang berada di Kuwait.( Mengingat dia yang jauh disana, membuat otak ku seketika galau. Tapi ya sudah lah, yang penting dia sehat disana. Ya kan saudara-saudara??)

“Tak enak bau nya ya yank?” tanya ku ke Tara yang masih sibuk mengendus-endus tubuhku

“Gak yank, malah aku suka banget sama yang ini. Bau vanilla nya itu lho, wangi banget”

“Oh baguslah”

“Itulah kan malasnya aku ke kamu ni\h yank.Ditanya apa, dijawab apa.” Ujarnya sambil mencubit perutku yang tengah dipeluknya

“Wakakkakakaka” tawaku keluar saat melihat mukanya yang merengut di spion

“Kayak mau berak muka mu yank”

“Tuh kan, malah ngeledek… pulang aja lah” ujar nya mengambeg

“Ya sudah, pulang kau bilng ya pulang” jawabku sambil bersiap memutar motorku di pemutaran jembatan layang sudirman

“Tuh kan, serius pulak dia. Aku becanda doang kok yank” katanya sambil mengelus-ngelus pahaku

“Jangan elus-elus. Nanti ada yang bangun tau rasa kau”

“Ih jorok ih…” ujarnya sambil bergidik ngeri

“Yakin jorok yank?” Tanyaku sambil memandangnya dari spion

“Udah deh yank, jangan nakal kamu” jawabnya kalem tapi dengan tangan yang jahil mencubit pahaku

Candaan sepanjang jalan membuat perjalanan kami terasa begitu menyenangkan dan tak terasa. Hingga akhirnya kami sampai juga di Caffe yang dimaksudkan Tara tadi. WELCOME IN caffe namanya.

Kuparkirkan motorku didepan caffe dan masuk mengiringi Tara yang sudah menggamit lenganku. Didalam caffe lumayan ramai. Mungkin karena caffe baru, jadi pengunjungnya lumayan banyak. Biasalah, euforia sesaat. Kuikuti Tara yang diduduk di meja bernomor 01. Tak lama kemudian pelayan caffe datang sambil membawa daftar menu.

Tara yang tau kebiasaanku, langsung memesan kopi dan beberapa jenis panganan kecil pada si pelayan yang langsung dicatat olehnya. Si pelayan memastikan orderan yang sudah dia catat di notesnya dengan membacanya ulang.

Otak ku berputar mencoba mengingat-ingat suara yang sepertinya sangat kukenal. Kupalingkan kepalaku kearah si pelayan. Entah mengapa si pelayan seolah menghindar dari tatapanku dan langsung beranjak dari meja kami. Aku yang masih penasaran mengikutinya sambil mencengkeram bahunya

“Sebentar Mas…” ujarku

“Iya mas, ada yang bisa dibantu?” tanya nya sambil membalikkan badannya

“Firman????” seruku tak percaya

“Eh iya bang Arya…” jawabnya sambil tersenyum malu

Aku mengerti akan kekakuan sikapnya padaku. Kukeluarkan kartu namaku dari dompet, dan menyerahkannya pada Firman.

“Pulang kerja, telepon abang. Abang tunggu” ujarku bersungguh-sungguh

“Iya bang” jawabnya kemudian masuk kedapur caffe

Aku yang masih tak percaya siapa yang baru kutemui masih terdiam ditempatku, hingga akhirnya Tara menyadarkanku dari lamunan panjangku.

“Kamu kenal sama yang tadi yank?” tanya nya

“Iya yank, kenal…”

Aku dan Tara pun kembali ke meja kami. Tara bukanlah orang yang memiliki tingkat keingintahuan yang tinggi. Sehingga aku tak perlu memikirkan alasan-alasan apapun yang terkait dengan Firman. Walaupun aku dan Tara sedang terlibat dalam candaan khas orang yang berpacaran, sudut mataku masih bisa memantau Firman yang sedang mengantarkan pesanan tamu caffe yang lain.

Beberapa kali matanya kupergoki melihat kearahku, hingga membuatnya gugup. Kuputuskan tak mengganggu pekerjaannya dan lebih fokus ke Tara. Seperti hal nya perempuan zaman sekarang, Tara juga rajin berselfie ria.

Jeret jepret dan jepret

Berkali-kali kamera handphone nya mengabadikan foto aku dan dia yang sedang duduk membodoh di caffe ini. Tak lama kemudian pesanan kami pun datang. Tara membantu Firman menyusun kopi dan panganan kecil pesanannya diatas meja.

Dan lagi-lagi kamera handphone beraksi memfoto semua hidangan diatas meja, plus muka ku yang menekuk.

“Iya iya…” katanya yang mengerti maksud ekspresi muka jelek ku

Kami pun menikmati acara high tea kami diiringi rintik hujan yang membasahi Pekanbaru sore ini. Hingga akhirya dua jam kemudian, penderitaanku berakhir. Tara ditelepon emaknya, mau diajak arisan. Hatiku senangnya minta ampun. Jujur saja, aku tak begitu menikmati kebersamaanku dengan pacar-pacar perempuanku. Entah apa yang dibicarakan kalau sedang berduaan. Kecuali kalau nonton atau mojok, itu dua hal yang bisa aku nikmati disaat berduaan dengan pacar-pacar perempuanku.

Bertebatan dengan berhentinya hujan, langsung kuantar Tara pulang kerumahnya. Setelah itu aku pulang kerumah kembali ke kehidupan sehari-hariku.

Dirumah, kembali kuhadapi sang peneror berkedok emak ku yang bawel. Begitu sampai dirumah, tempat pertama yang kutuju adalah kandang ayam. Ku cek satu-satu ayam jago peliharaanku. Langsung kulanjutkan ke kandung indukan dan aquarium yang kugunakan untuk memanaskan anak-anak ayam yang sudah kutetaskan.

“Holan manuki ma pabereng-bereng amang…” ujar si emak yang tak kusadari sudah berdiri disampingku
Ayam itu saja lah kau lihat-lihat nak

“Holanna di rehe I ho do, alai dung balga tor hatop do di pajjuali ho mak” balasku
Terus kau ejek mak, tapi begitu besar langsung kau jualkan

Ku cek sekali lagi kondisi indukan ayam yang sedang mengeram, sekaligus pakan yang tersedia cukup atau tidaknya. Setelah itu aku kembali ke rumah. DIruang tamu emak ku asik menonton tv yang menayangkan acara dangdut lebay di indosiar. Entah kenapa emak ku ini suka sekali menonton semua acara tak jelas. Tapi giliran film box office yang diputar, mulutnya selalu merepet dan komplen dengan kata-kata yang nyaris sama

“Miki-miki itulah terus kau tonton”

Kata-kata ini sepertinya sudah jadi jargon emak ku. Karena apapun yang kutonton, mau itu film mandarin, kartun, western pokoknya apapun selain film atau acara berbahasa Indonesia dan tayangan sport buatnya itu adalah MIKI-MIKI

Bosan mendengar ocehannya kusumpalkan headset di telingaku, mencoba mendinginkan telingaku yang panas mendengar ocehan si emak.

Tepat jam 10:00 PM,handphoneku berbunyi. Ada sms yang masuk. Kubaca, pesan yang masuk itu. Ternyata dari Firman

0813750xxxxx : Bang, ini nomor hp ku yah. Aku baru pulang nih bang

Kusave nomor handphone nya, kemudian kutelepon Firman

“Dimana kau dek?”
“Masih di caffe bang. Lagi beberes”
“Bawa motor tak?”
“Gak bang, aku pulang sama kawan biasanya”
“Ok, abang kesitu sekarang. Kau tunggu abang disitu ya” kataku lalu memutus telepon

Kupakai jaket untuk melindungiku dari jahatnya angin malam. Hujan rintik-rintik mengiringi kepergianku menembus pekatnya malam yang dingin ini.
Sesampainya di WELCOME IN caffe, kuparkirkan motor dan duduk diatasnya menunggu Firman keluar dari Caffe. Hujan rintik-rintik membuat udara semakin dingin menyentuk permukaan telapak tanganku yang tak ditutupi jaket. Kubuka aplikasi path di handphone untuk mengusir sepi.

Sepuluh menitan menunggu, akhirnya dia keluar juga. Kulayangkan senyumku padanya yang dibalasnya dengan canggung.

“Dah lama bang?”
“10 menitan lah dek”
“Sori ya bang, jadi lama nunggunya. Ada apa ya bang?”
“Apa nya yang ada apa?”tanyaku balik
“Kupikir abang ada perlu sama aku” ujarnya
“Memang ada perlu kok dek!”
“Apa bang?”
“Mau antar kau pulang” jawabku sambil nyengir
“Huhhhh…. Abang nih” sambil meninju pelan lenganku
“Ayo lah naik dek. Nanti keburu lebat hujan ini”
“Iya bang” jawabnya
Begitu Firman naik, aku langsung memacu motorku dari depan caffe.
“Tinggal dimana kau sekarang dek?”
“Aku kost di dahlia bang” jawabnya

Ku tarik tangannya yang semula dia letakkan diatas pahanya melingkari perutku. Dingin yang tadi terasa kini berkurang jauh dengan menempelnya tubuh hangat Firman ke badanku.
Sebentar saja, kami sudah berada didepan gang tempat kost Firman berada. Kupacu motorku pelan akibat sempitnya gang yang kami lewati. Akhirnya setelah berjibaku dengan becek dan buruknya jalan, kami sampai di kostan yang sederhana. Lebih mirip dengan kontrakan mahasiswa di panam, hanya dengan ukuran yang lebih kecil.

Firman turun dari motor menuju salah satu pintu kost an dan membukanya. Kuparkirkan motorku didepan kost Firman untuk menghindari pencurian. Firman mempersilahkan aku masuk ke kost an nya yang rapi untuk ukuran seorang cowok

“Minum apa bang? Tanya nya

“Apa aja dek” jawabku sambil membuka jaket ku yang sudah basah akibat hujan .

Kulihat Firman menghidupkan kompor minyak tanahnya untuk menjerang air. Kembali ingatanku terlempar ke masa lalu. Masa dimana aku mengenalnya. Mengenal Firman

Flashback



November 2006 aku mengikuti ujian skripsi dikampusku tercinta. Puji Tuhan, seperti apa yang kuharapkan, aku mendapat A. Jerih payah dan semua kesusahan yang kualami selama membuat skripsi hilang tak berbekas. Setelah selebrasi dengan teman kampus dan teman futsalku, aku pun pulang kerumah untuk memberi kabar ke emak.

Sampai dirumah, segera kujumpai emak yang terbaring tak berdaya diruang tamu. Ya, sudah lebih tiga bulan emak mengalami kecelakaan yang mengakibatkan engsel di tulang lututnya pecah. Sehingga emakku tak bisa beraktifitas seperti biasanya.

“Bah, naung ro do ho amang? Boa do nian?” Tanya nya
Sudah pulang ya nak? Gimana?

“Dapat A aku mak” ujarku sumringah

“Mauliate godang tu debata Pardenggan basa I ate amang”
Puji Tuhan ya nak

“Iya mak, aku ganti baju dulu ya”
Selesai mengganti baju, aku pun kembali menemani emak yang sedang duduk ditikar sambil menonton tv.

“Nga mangan ho omak?”
Dah makan mak?

“Ungga nakkingan”

Sudah tadi

“Jadi boa do rencanam?” Tanya emak padaku
Jadi gimana rencanamu

“Marsogot tu kampus do pe au mak, mangurus ijazah asa boi hatop mangalamar karejo” jawabku
Besok aku ke kampus mak. Ngurus ijazah supaya bisa cepat melamar kerja

“Tor boi do haroa I kaluar?”
Memangnya besok langsung bisa keluar

“Bukan mak. Aku urus besok jadi ijazahku bisa keluar sebelum wisuda. Kan masih lama bulan dua” jawabku ke emak yang mendengarkan dengan penuh semangat
Sedih menyelimuti relung hatiku melihat emak yang tangguh kini hanya bisa berbaring di tikar.

Tak bisa melakukan apapun tanpa bantuan orang lain. Hari berlalu dengan cepat. Tak terasa 3 minggu sudah aku menempuh sidang, dan pihak rektorat mempermudah proses pengeluaran ijazahku. Tepat di pertengahan desember, ijazahku keluar.

Aku mulai mencari-cari info lowongan pekerjaan di Koran dan juga dari beberapa teman kampusku. Ada seorang temanku yang menyarankan untuk memasukkan lamaranku ke PT. HOHO yang teretak di jalan Yos Sudarso, Pekanbaru

Aku yang sangat membutuhkan pekerjaan langsung menjatuhkan lamaran ku ke perusahaan yang dimaksudkan temanku tadi. 3 hari sesudah lamaran kujatuhkan ke PT. HOHO, akupun dipanggil untuk dating interview pada tanggal 08 Desember yang jatuh pada hari Jumat. Emak yang mendengar berita ini sangat gembira. Walaupun PT. HOHO bukanlah perusahaan besar, tapi kami sangat membutuhkan pekerjaan ini.

Maklum saja, saat ini emak tidak bisa menghasilkan uang. Sementara sekarang bulan Desember, yang artinya sebentar lagi akan tahun baru. Dan artinya lagi kami sangat membutuhkan uang untuk persiapan tahun baru.

Jumat, 08 Desember 2006 tepatnya pukul 08:10 AM aku sudah siap berangkat interview. Sebelum pergi aku permisi ke emak yang sejak subuh sudah membangunkanku untuk berisiap-siap. Kukendarai astrea grand ku menuju jalan Yos Sudarso yang lumayan padat pagi itu.
Sampai di depan kantor. Kulihat sudah banyak karyawan nya yang dating. Kuketuk pintu yang langsung disambut SPG nya.

“ Kenapa ya mas? Tanya nya

“Saya mau interview dengan bapak Steven mbak. Bisa kasih tau saya kantornya dimana? Tanyaku

“Mari mas, saya antar…” ujarnya ramah

Singkatnya, setelah proses interview aku diterima bekerja disana sebagai staff akunting dengan gaji 2,4 juta rupiah. Gaji pertama ku semua kukasih ke emak, yang diterimanya dengan mata berkaca-kaca. AKu senang akhirnya dia bisa menerima uang halal, hasil kerja kerasku dan kerja kerasnya dalam menguliahkanku.

Tiga bulan bekerja di PT. HOHO, aku mengalami masalah. Lebih tepatnya bencana. Aku yang masih anak baru, masih dalam masa training dituduh menggelapkan uang kantor cabang harapan raya senilai 75 juta rupiah. Aku yang tak tau apa-apa tentu saja sangat terkejut. Terlebih lagi ketika pihak kepolisian polsek bukit raya menangkapku dikantor.
Aku putus asa. Apa lagi mengingat emak yang belum pulih sepenuhnya, kakak ku yang Cuma bekerja di swalayan, serta adik perempuanku yang baru mulai kuliah tidak akan bisa membantuku.
Begitu sampai di polsek bukit raya, aku menelepon emak ku dirumah untuk mengabarkan kalau aku dinas di bangkinang selama sebulan. Emak yang tak tau apa-apa mengiyakan serta memesan padaku agar baik-baik dikampung orang

Saat itu mataku pedih,tapi air mata tak kunjung keluar. Kucari kontak salah seorang sex buddy ku yang berprofesi sebagai pengacara untuk membantuku.
Namanya Alfian. Bekerja disalah satu kantor pengacara di pekanbaru. Untungnya nomor handphonenya kusimpan di simcard. Hingga walaupun aku berganti handphone sepuluh kali, namanya tetap ada di simcard ku.

Kutelepon Alfian. Beberapa kali tak diangkat, tapi aku tak menyerah. Kuulang lagi panggilanku ke nomor handphone nya hingga akhirnya diangkat

“Halo…”

“Yan, ini abang…”

“Iya bang. Kenapa bang? Tumben telepon? Rindu ya?” katanya centil

“Jangan becanda. Abang lagi butuh bantuanmu nih dek. Abang sekarang lagi ada di polsek bukit raya. Kau bisa kesini sekarang tak?”

“Oke bang. Aku kesana sekarang” jawabnya

Hatiku lega mendengar jawabannya. Setidaknya, aku tak sendirian menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari penyidik.

“Saudara Arya, silahkan masuk….” Panggil salah satu polisi menyuruhku memasuki ruang penyidik

Dengan langkah gontai, aku masuk keruangan penyidik dan duduk dikursi penyakitan
Dua orang penyidik menanyaiku bergantian. Mulai dari nama, tempat tinggal, umur sampai dengan pekerjaan. Kujawab semuanya apa adanya hingga akhirnya Fian datang dan masuk keruang penyidik polsek Bukit Raya

“Selamat siang pak” sapanya begitu masuk ruangan

“Siang… bapak siapa ya?” Tanya si penyidik

“Saya pengacara nya mas Arya” jelasnya

“Oke pak, kalau begitu silahkan duduk. Kami akan jelaskan perkaranya mas Arya.

Dua jam di interogasi pihak penyidik polsek bukit raya membuatku lemas. Fakta dilapangan menunjukkan penilapan uang perusahaan terjadi pada akhir Desember 2006. Sementara aku tak punya akses kesana. Jadi aneh rasanya aku yang dijadikan kambing hitam. Kenyataan sesudah itu lebih membuatku lemas lagi. Aku harus ditahan di polsek sembari menunggu kesepakatan antara Fian dan bos ku di PT. HOHO. Atau aku ditahan selama 3 bulan, hingga sidang perkaraku dilangsungkan.

Fian memberiku semangat. Dia yang melihatku lemas, pergi keluar membelikanku nasi bungkus yang kumakan tanpa nafsu sama sekali.

“Kalau aku ditahan disini nanti gimana Yan? Bajuku tak ada, terus berapa lama aku disini?”

“Sabar bang. Nanti aku siapkan baju mu selama disini. Aku usahakan abang secepatnya keluar dari sini” ujar Fian padaku

Aku yang memang tak mempunyai pilihan mengiyakan saja perkataannya. Sesudah makan, aku masuk sel berkumpul bersama pesakitan yang lain. Aku tampak aneh dengan pakaian kerjaku meringkuk di tahanan polsek dikelilingi tahanan lain yang memakai baju bebas.

Saat itulah aku melihatnya : FIRMAN

«1345

Comments

  • lanjut, walau agak gak ngerti sama bahasa daerahnya w gak ngerti hehehe
  • harya_kei wrote: »
    lanjut, walau agak gak ngerti sama bahasa daerahnya w gak ngerti hehehe

    kan ada translate dibawahnya dek
  • pacar si kk banyak ternyata haha. dulu sempet baca kk TS ni gay skrg ud berubah jd bisex kah?
  • iya jd baca dua kali nih mas baru ngerti, keren ceritanya ;)
  • Asu12345 wrote: »
    pacar si kk banyak ternyata haha. dulu sempet baca kk TS ni gay skrg ud berubah jd bisex kah?
    Masih gay kok dek. Masih suka pantat :D

  • harya_kei wrote: »
    iya jd baca dua kali nih mas baru ngerti, keren ceritanya ;)

    Thanks dek. Cerita-ceritamu juga bagus semua
  • aduh kasihan abang Arya dipenjara ... lalu kenapa Firman juga dipenjara ...
  • aduh kasihan abang Arya dipenjara ... lalu kenapa Firman juga dipenjara ...
  • Asu12345 wrote: »
    pacar si kk banyak ternyata haha. dulu sempet baca kk TS ni gay skrg ud berubah jd bisex kah?
    Masih gay kok dek. Masih suka pantat :D

    :o tak kirain.. btw cerita ni ga bakal ada yg hot hot kan ? soalnya ni bukan boy+ lol
    secara pantat lebih menjepit kah? haha.. #ditimpuk TS
  • Yang di atas salah tanggal tuh bang Kamis kan tanggal 2 april.
    Ternyata si abang suka mojok jg ya sama cewek
    ;)
  • cee_gee wrote: »
    Yang di atas salah tanggal tuh bang Kamis kan tanggal 2 april.
    Ternyata si abang suka mojok jg ya sama cewek
    ;)

    si kk TS kan modus haha #kidding :D
  • Bang arya,,,sudah buat cerita baru lagi,,trus yg lama lanjut gak bang ???
  • ih tumben banget bang arya ceritanya ga ada plus2 nyah
  • Duhh kamarnya bukan yg Plus wkwk, ga ada yg panasnya kah? #KomporKali
    Ga sabar kelanjutan abang sama Firman
  • yuhuu.. bang arya buat cerita baru
Sign In or Register to comment.