It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Maksud gw, walaupun berada dalam situasi yang sama, belum tentu berkarakter yang sama. Gw kasih contoh pengalaman pribadi gw.
1. Gw punya teman sama2 boarding school dulu. Gw awalnya orang yang kaku. Ga suka body contact. Tapi dia kalau jalan gandeng gw. Kalau lagi berdua doang dia peluk gw. Orang nya ganteng, dan Cool habis. Dia malah yang bilang ke gw, "cowok gandengan dan pelukan emang salah? Kalau emang lo comfort dengan body contact, itu udah karakter psikisnya kali. Ga bisa diubah".
Ketika gw rencana pindah dan terpisah dengan dia, Dia berpesan, "Jaga diri, jangan macam2". Dia megang tangan gw erat sambil netes air mata, terus gw peluk dia. Dan itu terjadi di publik place pas kita lagi hangout bareng.
Lama setelah itu, Sewaktu gw ada kesempatan ketemuan lagi di jakarta, gw ajak dia ke rumah ibu gw. Di perjalanan, gw ngaku soal orientasi gw. Dan suddenly dia berubah.
Bahkan pas nginep di kamar gw, dia ga mau deket2an. Waktu itu kami sama lagi kuliah. So? Body contact yang nyaman belum menjamin dia menerima kita.
2. Teman gw waktu kuliah psikologi. Dia macho. Tapi kadang memang kelihatan "terlalu memperhatikan penampilan". Perfeksionis. Ga suka banget ngobrol depan umum. Ga suka kelihatan dekat Sama orang. Pemalu dan pendiam. Katanya, karena dulu dia itu jadi korban bully waktu SD dan SMP. Ternyata, setelah kami dekat, dia malah punya orientasi yang sama. Malah klop karena dia bit dan gw top. Yaudah, ga terhindarkan dah, kita akhirnya menjalin hubungan. Tapi tetap aja, dia ga mau kelihatan sedang berduaan sama cowok di depan umum. Kita terpisah karena dia pindah.
3. Gw punya teman, junior waktu kuliah. Gw di kampus punya banyak Project. Dan dia adl asisten gw. Gw ga nyangka kalau bakalan bisa dekat secara emosional dengan dia. Karena, dia macho habis. Hoby nya tarung derajat. Rada playboy juga. So, gw ga pernah berpikir kalau dia ni bisa toleransi sama gay.
Tapi ternyata, waktu sama2 Project di luar kota, gw ngaku sama dia. Dan dia malah semakin dekat sama gw. Pas malam tidur itu dia tidur dalam kondisi peluk gw. Dan ga ada yang berubah. Kecuali dia makin dekat dan body contact makin jadi.
KONKLUSI
Kita ga pernah tahu apa yang terjadi dalam diri manusia. Kita cuma bisa "mengukur" menggunakan indikator2 yang ada. Dan, kecenderungan orang bersikap dalam suatu situasi pun, didasari oleh banyak faktor. Pengalaman masa lalu, internalisasi nilai di keluarga, budaya, pendidikan, dan sebagainya.
So, saran saya, jangan terburu2 memutuskan. Biarkan waktu yang memberikan clue2 tentang dia.
Memang tersiksa ya menyukai seseorang tapi tidak terbuka terhadapnya. Tapi, nikmatilah saja dulu waktu2 dan momen2 bersama dia.
Utk gw pribadi, ketika gw menghadapi posisi seperti itu, gw memotivasi diri gw spt ini:
Terkadang, kita ga perlu bertanya "apakah kamu cinta saya atau tidak". Tapi, kita introspeksi saja, apakah kita pantas untuk dicintai? Ketika kita pantas, maka apapun yang kita lakukan, dia akan nerimanya.
Maaf kalau kepanjangan. Semoga bermanfaat ya
Terungkap semua isi hatiku
Alam sadarku alam mimpiku
Semua milikmu andai kau tau
Andai kau tau
Rahasia Cintaku
Alam sadarku alam mimpiku
Semua milikmu andai kau tau
Andai kau tau
Rahasiaku......
Rahasia aku
btw ente kmna ajasik? ane lama ga diapelin
@giovan
btw ente kmna ajasik? ane lama ga diapelin
@giovan
kangen ceritanya? klo kangen tu blg lgsg, "mas ak kangen nih, apelin dong" kan ak ndak bsa baca pikiran kamu
@reitnaws_89
Mending temen rasa pacar apa pacar rasa temen? o.O