It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Btw, salut n makasih @tamagokilll ud tetep nulis n berbagi ceritanya.
maaf belum bisa lanjut.
sibuk? iya. sibuk ama kerjaan. dan kebetulan aku lagi deket ama orang. dan orang ini agak psycho. bikin mood nulis selalu ilang.
aku cuma bisa bilang, bakalan nulis secepatnya. tapi ini otak ama jari juga masih susah connect kalo mood nya timbul tenggelam.
ada satu hal yang masih jadi pertanyaan besar sampai sekarang, tiap kali aku nerima PM / inbox di akun Facebook aku.
"Kenapa banyak tokoh yang meninggal?"
hmmmm... malu sih sebenarnya buat jujur. lebih tepat dibilang sakit.
coz awal pertama aku nulis Y.O. itu aku tulis setelah bisa move on dari ditinggal mantan yang meninggal. di tambah, di beberapa karakter (yang rata-rata emang ada di dunia nyata, yang tak lain adalah teman-teman & sahabat ku sendiri) satu persatu ninggalin aku (dalam artian beneran meninggal), bikin mood nulisku tuh ya pasang surut terus. timbul tenggelam.
aku gak minta reader ku buat maklumin aku sih. coz ini problem pribadi ku sendiri. tapi gimana ya? ditinggal selamanya oleh orang yang beneran dekat dihidup & dihatiku itu, rasanya udah kayak nano nano tanpa gula. kayak sekarang ini aja, aku udah ditinggal pergi salah satu sahabat terbaikku (lagi).
so... buat yang masih sabar nunggu lanjutan cerita ini, aku mohon maaf banget. setelah beberapa bulan vakum, aku masih akan vakum lagi. entah sampai kapan.
pasti nya setelah hati & pikiran ku kembali stabil. atau mungkin setelah bisa lepas ama psycho yang lagi deket ama aku itu.
-sigh- nulis itu berat banget. beruntung aja aku bukan penulis profesional kalo gak, pasti udah diuber-uber deadline deh
well... segini dulu penjelasan dari aku, si penulis yang lagi apes beberapa Minggu terakhir. apes ama mood yang naik turun dan itu tadi deh.
kalo ada yang nanya tentang kesehatan ku, Alhamdulillah... aku abis naik 11kg. enggak chubby juga enggak kurus. tapi pipi jadi agak tembem perut yang agak mancung.
heran deh. padahal aku selalu berdoa supaya hidung ku yang mancung, tapi kali ini malah perutku yang mengambil alih.
sekian dari aku.
wassalam...
°•¤ Happy Reading Guys ¤•°
@Antistante @yuzz
@meong_meong @anohito
@jeanOo @privatebuset
@Gaebarajeunk @autoredoks
@adinu @4ndh0
@hakenunbradah @masdabudd
@zhedix @d_cetya
@DafiAditya @Dhivars
@kikyo @Tsu_no_YanYan
@Different @rudi_cutejeunk
@Beepe @dheeotherside
@faisalrayhan @yubdi
@ularuskasurius @Gabriel_Valiant
@Dio_Phoenix @rone
@adamy @babayz
@tialawliet @angelofgay
@nand4s1m4 @chandischbradah
@Ozy_Permana @Sicnus
@Dhivarsom @seno
@Adam08 @FendyAdjie_
@rezadrians @_newbie
@arieat @el_crush
@jerukbali @AhmadJegeg
@jony94 @iansunda
@AdhetPitt @gege_panda17
@raharja @yubdi
@Bintang96 @MikeAurellio
@the_rainbow @aicasukakonde
@Klanting801 @Venussalacca
@greenbubles @Sefares
@andre_patiatama @sky_borriello
@lian25 @hwankyung69om
@tjokro @exxe87bro
@egosantoso @agungrahmat
@mahardhyka @moemodd
@ethandio @zeamays
@tjokro @mamomento
@obay @Sefares
@Fad31 @the_angel_of_hell
@Dreamweaver @blackorchid
@callme_DIAZ @akina_kenji
@SATELIT @Ariel_Akilina
@Dhika_smg @TristanSantoso
@farizpratama7 @Ren_S1211
@arixanggara @Irfandi_rahman
@Yongjin1106 @Byun_Bhyun
@r2846 @brownice
@mikaelkananta_cakep @Just_PJ
@faradika @GeryYaoibot95
@eldurion @balaka
@amira_fujoshi @kimsyhenjuren @ardi_cukup @Dimz
@jeanOo @mikaelkananta_cakep
@LittlePigeon @yubdi
@YongJin1106 @Chachan
@diditwahyudicom1 @steve_hendra
@Ndraa @blackshappire
@doel7 @TigerGirlz
@angelsndemons @3ll0
@tarry @OlliE
@prince17cm @balaka
@bladex @dafaZartin
@Arjuna_Lubis @Duna
@mikaelkananta_cakep
@kurokuro @d_cetya
@Wita @arifinselalusial
@bumbellbee @abyh
@idiottediott @JulianWisnu2
@rancak248 @abiDoANk
@Tristandust @raharja
@marul @add_it
@rone @eldurion
@SteveAnggara @PeterWilll
@Purnama_79 @lulu_75
@arGos @alvin21
@hendra_bastian @Bun
@jeanOo @gege_panda17
@joenior68 @centraltio
@adilar_yasha @new92
@CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan
@eka_januartan @tianswift26
@guilty_h @Dhivars
@adilar_yasha @GeryYaoibot95 @CL34R_M3NTHOL @Lovelyozan @eka_januartan @tianswift26 @abyyriza @privatebuset
@Bun @sujofin
@TedjoPamungkas @cute_inuyasha @hehe_adadeh
@Vio1306 @gemameeen
@febyrere @Prince_harry90 @ando_ibram
×××°•••°°•••°×××
"Wei! Bengong mulu!"
Aku terkejut lantaran Taka menabok pahaku dengan sangat keras. Sambil meringis menahan sakit, aku langsung melayangkan tanganku mencoba meraih hidung mancungnya itu. Kujepit dengan jari telunjuk dan ibu jariku. Kupencet hingga membuat hidungnya sedikit berubah warna menjadi merah.
"Setan! Kalo mau ngagetin itu kasih aba-aba dulu napa!"
"Hambun... Hambunn... Hahahaha" pekik Taka seraya meronta meminta ampun dengan suara sengau padaku.
Aku memang sedang asik melamun tadi. Melamun sendiri di gazebo, yang di bangun Bang Zaki sekitar setahun lalu di halaman belakang. Menikmati angin malam dalam kesendirian. Kenapa aku sendiri? Padahal biasanya selalu ada Bang Zaki disisiku. Karena Bang Zaki memang sedang tidak ada disini. Bang Zaki sedang pulang kampung sejak sebulan lalu. Sampai-sampai, Lebaran kemarin Bang Zaki juga tidak bisa kembali ke Bali. Bang Zaki juga tidak menjelaskan secara rinci situasinya disana. Bang Zaki cuma bilang kalau dia sedang ada masalah penting dengan Ayah dan sanak famili disana.
Kami hanya sempat melakukan video call siang hari di hari Idul Fitri kemarin. Sewaktu aku menanyakan perihal dirinya yang terlihat aneh, Bang Zaki hanya bilang sedang kelelahan.
Tidak biasanya aku melihat Bang Zaki memiliki kantung mata setebal itu. Pipinya juga sedikit lebih tirus. Dari wajahnya saja, aku bisa menebak kalau Bang Zaki sedang kelelahan. Lelah dalam artian bukan kelelahan fisik. Aku tidak berani mendesaknya untuk meminta penjelasan lebih rinci. Karena kami hanya sempat berbicara selama tiga menitan. Karena lima belas menit sebelumnya Taka dan Suwek sudah mengganggu pembicaraanku dengan Bang Zaki.
"Nih Ki. Pake jaket. Biar gak masuk anjing. Eh! Biar gak masuk angin" canda Taka.
"Mau kemana Ka? Buru-buru amat" tanyaku sambil mengenakan jaket miliknya yang dia sodorkan tadi. "Sini duduk dulu. Temenin gue" aku melanjutkan, dan menepuk matras yang melapisi permukaan gazebo disebelahku.
"Gue enggak ganggu nih?"
"Enggaklah Ka..."
Bukannya duduk disebelahku, Taka malah duduk dibelakangku. Tangannya melingkar dari pinggangku, dan memelukku erat dari belakang.
"Hmmm... elu lagi kangen ama Bang Zaki ya, Ki?"
Taka meletakkan dagunya di atas pundak kananku. Sementara kepalaku bersandar ditiang gazebo yang berada disebelah kiriku. Sehingga memberi ruang untukku melihat wajah Taka dari sudut mataku.
"Emangnya Bang Zaki lagi ada masalah apa sih Ki? Gak biasanya dia kayak begini kan? Biasanya Bang Zaki selalu ngomong ama kita semua. Gue yakin, Bang Zaki pasti udah cerita ke Mbak Donna dan lainnya deh. Tapi Bang Zaki ngelarang mereka ngasih tau kita semua"
Aku mendengus dan terkekeh pelan menanggapi cerocosan Taka.
"Gue rasa elu ada bakat jadi rapper Ka" kalimat itu meluncur sambil membelai punggung tangannya yang memelukku erat.
"Tuh kan tuh kan... ditanyain, bukannya dijawab malah ngeles aja. Sama aja nih kayak..."
"Tuh kan... bawel!" Kuraih bibir atas dan bawah Taka dengan jariku. "Gue rasa, bawelnya Tika nular ke elu juga nih"
"Bomat!" Taka menepis tanganku, lalu tiba-tiba saja mengecup pipiku.
"Heh! Mentang-mentang lagi gak ada Suwek, seenaknya aja nyipok pipi gue! Gue jadiin dendeng tau rasa lu"
"Mmmhhh... abisnya elu makin lama makin ngegemesin sih Ki... bikin gue engas berat liat elu. Mumpung lagi gak ada Bang Zaki. Hohohohoho...."
"Kampret!"
"Ampun!! Ampuunnn!! Please jangan siksa gue! Hahahaha..." pekiknya dan memelukku semakin erat. Sehingga aku tidak berkutik dan tubuh kami terjatuh dalam posisi miring di atas matras gazebo.
"Lagian... elu sih... belum juga satu purnama terlewati, udah masang tampang kusam gitu. Coba elu jadi gue..."
"Maksudnya?"
"Udah berapa purnama gue lewati di menara Eiffel merindukan Suwek lu itu?"
"Itu kan salah lu sendiri. Ngapain juga pake ninggalin dia segala..."
"Hih! Itu kan karena..."
"Stop! Jangan diterusin!"
Aku tidak mau disaat seperti ini, aku jadi mengingat nama Bang Toya. Diluar wasiat tak langsung yang Bang Toya berikan pada Taka, aku sebenarnya kesal juga. Kenapa cuma Taka yang di berikan wasiat, dan aku tidak diberikan peninggalan apapun? Apakah karena hubungan batin kami tidak sekuat hubungan batin Taka dengan Bang Toya?
Atau karena aku kesal, karena beberapa hari lalu baru menyadari ponsel peninggalan Bang Toya yang biasanya diletakkan di dalam laci lemari, di bawa serta Bang Zaki.
Mau tidak mau, antara kesal dan cemburu buta. Juga kangen. Campur baur menjadi satu selama beberapa hari ini di dalam hatiku. Membuat kepalaku menjadi semakin penat.
"Ki... Tiki...? Earth to Tiki..."
"Apa, bawel?"
Taka mengeratkan pelukannya. "Sorry..." bisiknya.
"Iya. Gak papa. Tapi bisa gak pelukannya dilepas dulu?"
"Mmm... gak mau. Gue takut diapa-apain ama elu" rengeknya manja.
"Kalo gak dilepas, besok gue meluk Suwek di depan lu nih" ancamku. "Ekstra kecupan di pipi dan cipokan dilehernya deh"
"WHAT?! NO!!... please..." rengeknya lagi. Tapi tetap tidak mau melepaskan pelukannya.
Yang ada, semakin aku meronta. Semakin erat pula pelukannya. Sampai pada akhirnya, setelah perjuangan panjang rontaanku yang membuat kami sampai berkeringat, membuat tubuh kami terbaring miring saling berhadapan.
"Sampe berani nyium bibir gue, besok gue bales di Suwek lho" ancamku santai. Kali ini Taka nyengir dan melepaskan pelukannya.
Sementara aku mengatur nafasku, dan membiarkan dinginnya angin malam menyejukkan wajahku dari keringat yang perlahan bergulir diatas permukaan kulitku. Kali ini Taka meletakkan kepalanya diatas pahaku.
"Ngapain lu?"
"Njir! Elu tuh selalu aja bikin gue dongkol!"
Aku menatap Taka dengan heran.
"Gue yakin ini gak lagi tegang kan?" Taka memberi isyarat dengan matanya kearah selangkanganku.
"Ya kagaklah... gila aja kalo sampe gue ada reaksi ama adek gue sendiri. Sodara kembar gue pula" kucubit pipi Taka dengan gemas. Dan kulanjut dengan usapan. Aku tidak keberatan saat ia menjadikan celana piyamaku sebagai lap untuk keringat di wajahnya.
"Tapi elu ada reaksi ama Bang Zaki. Ya kan Ki?"
JEDERRRR!!!!
Langit memang sedang mendung malam ini. Angin juga bertiup dengan lumayan kencang. Hingga membuat hawa malam ini semakin dingin. Dan kalimat Taka membuatku bagai tersambar petir.
"Sorry..." Taka bangkit, dan duduk bersila dihadapanku. "Gue gak sengaja ngeliat elu ama Bang Zaki lagi ciuman disini..."
"Kapan?"
"Udah lama..."
"Udah lamanya itu KAPAN?!!" tanpa sadar aku meninggikan suaraku.
Taka menggaruk-garuk punggung tangannya dengan sikap salah tingkah. "Jangan marah Ki... please... Terus terang gue paling takut ngeliat elu marah... Gue gak sengaja kok. Sumpah! Gue cuma ngintip bentar karena denger suara pas gue lagi minum di dapur. Itu udah lama. Sekitar tiga atau lima bulan lalu" dengan gemetar, Taka meraih tanganku. "Gue juga gak bilang-bilang ke siapapun. Termasuk Suwek... sumpah..."
Kami terdiam. Hanya suara jangkrik dan gesekan daun yang tertiup angin saja yang meramaikan kebisuan kami.
"Ki..." panggil Taka.
"Gue enggak marah Ka... Gue... gue... Arrrggghhhh!!! Tuh kan! Untung aja elu yang ngeliat! Coba si Suwek yang ngeliat! Tapi bener kan elu gak cerita ke siapa-siapa?"
"Ya Allah, Ki... Sumpah! Emangnya sejak kapan mulut gue ini suka koar-koar gak karuan? Gue tau, pasti ada alasannya di balik ciuman itu"
"Elu yakin cuma ngeliat gue ciuman doang? Soalnya elu tadi nyinggung masalah ini reaksi sama Bang Zaki segala" tanyaku mencoba meyakinkan, sambil menunjuk kearah selangkanganku.
Kali ini kulihat wajah Taka berubah menjadi pucat pasi.
"A...anu... itu... Mmmm...." suara Taka terdengar gelisah. Dan ia langsung meraih kedua tanganku lagi saat aku merubah posisi duduk agar bisa bersila. "Iya gue ngaku... Gue ngakuuuu.... Ampun Kiiii... gue ngeliat elu enam sembilanan ama Bang Zaki. Tapi gak sampe kelar. Sumpah. Gue langsung balik ke kamar waktu denger elu minta ke Bang Zaki supaya pindah ke kamar"
"Beneran elu gak cerita ke siapa-siapa?"
"Ya ampun Ki... Sumpah! Gue rela nyerahin pantat perjaka gue ke elu, kalo gue sampe bohong!!"
"Kampret!"
"Hehehehe... ini emang udah gak perjaka Ki..." Taka menunjuk kearah selangkangannya sendiri, "tapi ini..." kali ini ia menepuk bokongnya, "dijamin seribu persen masih ting ting"
"Somplak"
"Heh! Dibilang masih ting ting"
"Otak lu yang somplak!"
"Itu mah dari lahir..." sahutnya santai.
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Karena mbak Rina tiga hari lalu menjalani operasi kista, yang membuat indung telur sebelah kirinya mau tak mau harus diangkat. Dan juga karena Bli Putu kuminta untuk pulang beristirahat di rumah. Jadi aku meminta tolong agar Suwek untuk menemani Mbak Rina menginap di rumah sakit. Jadilah aku dan Taka berdua saja malam ini.
Tadinya Taka sempat protes, tapi karena dua malam sebelumnya aku sudah ikut menginap di rumah sakit menemani Mbak Rina, jadi Taka tidak bisa melarang Suwek untuk menginap menggantikanku dan Bli Putu.
"Tapi kenapa juga gue harus tidur berdua ama elu segala Ka?"
"Biarin! Lagian elu juga tidur sendirian kan?"
"Kalo gue khilaf gimana?"
Selama beberapa detik yang panjang, Taka menatapku tanpa berkedip. Kemudian dia mengambil botol berisi gel pelicin dari dalam laci lemari kecil disisi ranjang. Dan meletakkannya didekat lampu tidur.
"Minimal elu pake ini. Gue gak mau mendadak ambeien gara-gara menara Eiffel elu itu Ki" jawab Taka sambil menoleh kearahku yang berbaring disebelahnya. Pakai acara mengedip-ngedipkan matanya dengan genit segala.
"Setan lu!" Aku menyahut dan mencubit pinggangnya.
Taka meraih tanganku, lalu mengarahkannya kebagian bokongnya.
Aku terkekeh. Lalu beringsut mendekat. Kuremas bokongnya. "Montok amat Ka" aku berujar jujur. "Yakin nih siap gue khilafin? Entar kalo jadi tepos, gue harus kasih penjelasan apa ke Suwek?"
"Bangke! Elu kira bakalan langsung jadi tepos dalam satu malam?"
Kami tertawa terbahak-bahak selama beberapa saat sambil membetulkan posisi tidur kami. Mendadak saja diluar langit bergemuruh. Dan saat cahaya kilat menembus tirai kamar, Taka yang masih asik tertawa-tawa melompat dan memelukku.
"Sejak kapan elu takut..."
"Gue gak takut! Gue cuma kaget" Taka menyela ucapanku.
"Hmmmm.... kasian... sampe gemetaran gini..." ejekku.
Baru sedetik kemudian cahaya kilat menembus tirai kamar diiringi gemuruh keras, dan dilanjutkan hujan yang sangat deras. Sementara Taka memelukku semakin erat. Bahkan wajahnya sampai ia selipkan dilipatan ketiakku.
"Iya gue takut Ki!! Gue takut!!" Pekik Taka dengan tubuh bergetar hebat. Membuatku luluh, dan tak tega untuk mengejeknya. Dari dada kirinya yang menempel didada kiriku, bisa kurasakan juga jantungnya yang berdegup kencang.
Sebenarnya ini bukan yang pertama kalinya Taka seperti ini. Dulu sekali, saat kami masih kecil, dia selalu mendekap Bang Toya sambil menangis. Dan disaat Bang Toya tidak ada, akulah yang berperan menggantikannya.
Sebenarnya aku juga kaget kalau ada suara gemuruh petir seperti itu. Terlebih, belum pernah aku melihat sampai ada cahaya kilat seterang itu. Sampai dua kali.
Secara refleks, aku memeluk tubuh Taka. Mengusap punggungnya pelan. Biasanya, dulu, kalau dibeginikan dia akan tenang. Itu pun aku tau karena aku meniru cara Bang Toya saat menenangkan tangisan Taka.
"Udah gak ada kan Ki?" Taka mengintip dari sela ketiakku. Ekspresi wajahnya terlihat lucu bagiku.
"Badan doang yang gede. Sama gituan doang cemen" ejekku. Tapi aku melarangnya untuk menjauh, dan mendekapnya semakin erat. Entahlah Taka ngedumel apaan. Suaranya tidak jelas terdengar karena hujan diluar turun dengan sangat deras.
Kuputuskan untuk memejamkan saja mataku. Biarlah hujan diluar sana. Jadi aku tidak akan bingung menyiram tanaman dihalaman depan besok pagi.
"Ki..." panggil Taka sayup-sayup. "Ki..." panggil Taka lagi.
"Hmmm..." jawabku.
"Gue boleh pegang gak?"
"Hm?" Aku mengangkat alisku dengan mata terpejam.
"Boleh ya Ki?"
"Pegang apaan Ka?" Tanyaku lagi. Bisa kurasakan tangannya menggenggam daging milikku yang terbungkus celanaku dibawah sana.
"Boleh ya Ki?"
"Kalo gak boleh, udah gue gaplok muka lo dari tadi Ka" jawabku. Kan gak masuk akal banget nanya. Minta ijin. Tapi tangannya dari tadi udah megang-megang jauh sebelum minta ijin.
Memang, songongnya Taka tuh susah diterima akal sehat.
"Asiikkk.... dibolehin..." kali ini tangannya menyusup masuk kedalam celana piyamaku, dengan suara bersorak senang. Seperti anak kecil yang baru saja diberikan sebungkus permen kesukaannya.
"Ka... gue bolehin megang bukan berarti gue ngebolehin elu nurunin celana gue kan Ka?"
"Alah... biasanya juga elu pamer ke gue Ki" sahutnya.
Aku memang sering sekali pamer ke Taka. Sejak kami masih kecil. Bahkan hingga sudah dewasa seperti sekarang ini pun, kami sama-sama tau bentuk tubuh kami luar dan dalam.
"Tapi bukan berarti... Ka!!" Aku terkejut saat mengetahui Taka mencoba melumat dengan mulutnya.
"Jadi elu gak bakal marah kalo gue ngelakuin hal itu ke Suwek!?" Bentakku sambil membenarkan posisi celanaku.
"Ya jangan dong Ki. Kalo elu berani ngelakuin hal itu, gue lakuin hal yang sama ke Bang Zaki"
"Percuma! Dia bukan tipe orang yang kayak gitu!" Aku menegaskan.
"Tapi kan selama ini elu sering banget pamer ke gue. Padahal elu tau gue gay!"
"Beda lah Ka"
"Apanya yang beda? Kan elu juga ternyata gay juga"
"Beda lah! Gue pertama kali ama laki ya cuma ke Bang Zaki doang"
"Apa bedanya? Bang Zaki kan tetap lelaki"
"Artinya elu gay juga!"
"Gue gak ada reaksi ke laki-laki lain selain Bang Zaki!"
Aku beranjak turun dari kasur. Berdiri dan membetulkan pakaianku. Membelakangi pintu kamar.
"Masalahnya elu itu adek gue!" Aku menegaskan.
"Bang Zaki itu tetep Kakak kita meskipun statusnya Kakak tiri!" Taka ngotot. Dan kalimatnya kali ini terasa menohokku.
"Oke! Gue salah! Gue salah udah jatuh cinta ke Kakak Tiri gue! Gue salah udah tinggal disini bertahun-tahun demi sodara kembar gue!"
"Maksud lo apaan?!"
"Elu gak pernah tau kan, laki-laki yang elu cintai setengah mampus sampe gak peduli ama wasiat Bang Toya itu jadi gembel di Jakarta?! Itu gara-gara elu, Taka! Gue harusnya ikut kalian semua ke Paris. Bukan tinggal disini, dan ngebikin gue belok jadi homo kayak kalian semua disini! Gue disini setengah mampus mengatas namakan gue sayang ama elu, kasian sama Bang Zaki, mempertahankan laki-laki yang harusnya gue diemin aja mati konyol di Jakarta demi sodara yang ternyata gak tau diri! Gak tau diuntung! Yang sekali-kalinya ngomong bener, udah bikin gue sadar kalo gue salah naro hati gue ke Kakak Tiri gue! Dan itu semua keluar dari mulut lu!!!"
"Ki..."
"Diem lu!!! Elu gak tau apa-apa tentang gue meskipun elu sodara kembar gue! Elu gak tau disini gue porak poranda bingung gak tau harus gimana, gak pernah jatuh cinta, sekali-kalinya gue jatuh cinta, gue ikutan jadi kayak elu semua! Elu gak tau apa-apa tentang gue! Elu gak pernah peduli hati gue udah hancur kayak apa disini!! Dan sekarang terima kasih ke elu, karena gue udah sadar, ternyata Bang Toya milih mati dari pada nanggung malu seumur hidupnya karena udah cinta setengah mampus ke Abangnya sendiri!!"
"TIKI!!" Aku menoleh dan mendapati Bang Zaki tengah berdiri diambang pintu kamar.
Belum kelar rasa kagetku, sebuah bogem mentah mendarat diwajahku.
Pukulan Bang Zaki tidak berarti apa-apa dibandingkan rasa sakit yang menghujam jantungku.
Mataku menatap tajam kearah Taka yang duduk lemas ditepi ranjang. Matanya menatap nanar kearahku.
"I hate you, Taka...." ucapku lirih. "Thanks Bang..." lanjutku saat berjalan melewati Bang Zaki.
Aku melangkah cepat menuruni anak tangga. Kemudian setengah berlari menuju kearah ruang tamu yang pintunya terbuka. Dan saat berada diluar, kakiku yang sudah berlari kecil, kupacu agar melangkah lebih cepat. Pergi menjauh dari rumah ini.
Harusnya dari awal aku memang tidak ada disini! Aku tidak ada disini pun tidak akan mengubah kenyataan bahwa Bang Toya memang sudah tidak ada di dunia ini lagi. Tidak mengubah apapun untuk membuat Bang Zaki tersenyum lagi.
Bang Zaki bisa tersenyum lagi bukan karena aku. Karena memang sudah saatnya dia menerima kenyataan bahwa dia harus kehilangan Bang Toya! Karena bukan cuma dia yang kehilangan.
Aku juga kehilangan Bang Toya!
Harusnya sedari awal aku memang tidak disini! Tidak mengorbankan diriku demi mempertahan hati orang-orang yang ku sayangi. Tidak memikirkan semua orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri!
Harusnya aku cuma kehilangan satu orang! Bukan kehilangan segalanya!
Selama ini aku selalu diam-diam bersedih sendiri karena kehilangan Bang Toya. Tidak pernah terbersit sedikitpun rasa lega karena kehilangannya.
Harusnya aku tidak berbuat bodoh mencoba menggantikan sosoknya yang tidak bisa tergantikan. Karena aku bukan Toya! Aku Tiki!
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
Seringnya kuberpikir sampai penat
Tak jua kutemukan jalan keluarnya
Jika memang bukan ini sudah tamatkanlah
Kar'naku tak mau waktuku terbuang
Jangan memaksakan ini jika memang bukan yang ini
Kar'na sesuatu yang peka buat kita jadi masalah
Yang kumau ada dirimu
Tapi tak begini keadaannya
Yang kumau selalu denganmu
Jika Tuhan mau begini rubahlah semua jadi yang kumau
Kar'na kuingin semua berjalan seperti yang kumau
Jangan memaksakan ini
Jika memang bukan yang ini
Kar'na sesuatu yang peka
Buat kita jadi masalah
[ Yang Kumau - Krisdayanti ]
•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•°•
makasih atas kesetiaan nya.
moga terpuaskan dengan lanjutannya;)
Act 18 perlu dibaca ulang-ulang dulu gak, biar gak bingung? hehehehe
sorry, aku masih baper. jadi di Act 18 belum ada adegan 18++ nya. mungkin nunggu adegan 21++ aja ya. hohohohoho
buset!! ditarik?? pake apaan??
sip sip.... udah di masukin ke list mention ya
hohohohoho.... maaf belum bisa bikin para Yunior nyut nyutan ria nih. Act 18 belum ada scene 18++ :v
Rivaz yang kayak dicerita ini ada sih. Tapi susah nyarinya. Ibarat nyari jarum di bangkai kapal Titanic :v
btw udah di lanjut nih. ditunggu komennya, sarannya, kritiknya kalau boleh
wah gak nyangka emang. di Act 18 belum ada adegan HOT nya Zaki & Tiki.
Wahid Happy End? Bocorannya sih emang gitu #ehh.keceplosan