BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

J-20

hai all maaf lama dah ga update lagi. perkenankan ane posting cerita iseng2 lagi ya.....tetep dengan konsep cerita pendek aja. happy reading.


J-20

Ruangan besar yang semula gelap itu perlahan mulai terang. Lampu kuning menyala satu persatu mengiringi credit list yang berjalan cepat pada layar bioskop. Tanganku masih saja sibuk meraba bagian bawah kursi yang kududuki. Mencoba meraih sesuatu di sana.

Kuraih benda itu. Selembar kertas kuning kecil yang terselip pada bagian bawah kursi. Ruangan sudah mulai kosong, para penonton sudah lama berhamburan keluar, menyisakan aku dan beberapa penonton lain yang masih nyaman duduk di tempat masing-masing. Mataku terpaku pada kertas di genggaman tanganku. Sorotan lampu ruangan lebih dari sekedar cukup untuk menerangi tulisan yang tertera di sana. Mendadak jantungku berdegup kencang membaca goresan singkat itu.

“HAI JUGA”

***

Namaku Rio. Aku Cuma seorang anak yang biasa-biasa saja. Bangun pagi, mandi, sarapan, berangkat sekolah, duduk di bangku paling belakang, hindarin pandangan guru biar gak ditunjuk buat maju ke depan kelas….yaaaahhh tipikal anak sekolahan yang biasa-biasa sajalah. Bukan anak basket, bukan pula anak OSIS, apalagi anak rohis. Aduh boro-boro jadi anak rohis, Jumatan aja nitip.

Mungkin satu hal yang agak bisa dibanggakan (biar tidak terkesan terlalu kuper), aku pernah jadi vokalis band bersama temen-teman sekelas. Dan kami beberapa kali menang festival band sekolah. Yah mungkin hal itu sedikit menyelamatkan nasibku yang nyaris menjadi siswa paling tidak eksis tahun ini.

Pacar? Hmm… entah belum kepikiran. Selly, Ratih, Floren…..itu beberapa dari sekian nama yang tertulis di amplop surat yang tertumpuk di balik meja sekolahku. Aku tak berani membuka isi suratnya, tapi melihat amplopnya yang berwarna pink dengan banyak love-love itu……eeuuhhhh. Jadi teringat kata-kata mama.

“Kamu mendingan banyak punya teman…jangan pacaran dulu deh. Nanti kalau sudah SMA baru Mama pertimbangkan ya.”
Lucu…karena setelah itu Mama malah begitu antusias cerita kalau Ayahku adalah pacar pertama Mama waktu mereka masih SD. Ah….standar ganda nih.

So…intinya aku adalah anak jomblo yang biasa-biasa saja, yang ditaksir sama cewek sekolah karena aku adalah vokalis band sekolah yang menurut mereka punya wajah yang sangat kiyuuut. Hmm kok jadi pernyataan yang kontras? Ah sudahlah…

“Eh….sudah pulang?” kata mama tersenyum melihatku membuka pintu rumah. Aku berjalan ke arah dapur. Mama sedang mengocok adonan kue.

“Bikin pai lagi Ma?” tanyaku sambil mencelupkan ujung jariku ke dalam adonan kue.

“Anak setaaaaaannnnn……..!!!!” teriak mamaku yang kubalas dengan tertawa dan segera berlari melesat menuju kamarku.

“Buruan ganti baju bantuin Mama bikin kuenya!”

Aku merebahkan badan di kasurku. Seragam putih biru yang kukenakan terlihat makin kusut kupakai berguling-guling di kasur. Kugapai sebuah kotak kecil di samping meja belajarku.

Setumpuk kertas kuning kecil tersimpan rapi di dalamnya. Lengkap dengan potongan-potongan tiket bioskop. Untuk kesekian kalinya kubaca lagi tulisan-tulisan yang tertera pada masing-masing kertas.

Sudah empat bulan ini aku memiliki sebuah…”hobi” baru. Berawal dari keisengan saat menonton bioskop bersama teman-teman sekolah, aku menuliskan sebuah kata perkenalan pada selembar kertas dan kuselipkan di bawah kursi bioskop yang aku duduki, berharap saat aku menonton lagi di situ pada hari lain, ada seseorang yang menemukan kertas itu dan memberikan balasan. Aku tahu bisa saja tidak ada orang yang segila itu juga sampai mencoba meraba-raba bawah kursi dan repot-repot meladeni keisenganku, belum lagi kalau petugas kebersihan yang menemukan kertas itu dan membersihkannya karena dianggap sampah. Tapi tetap saja….adanya sedikit kemungkinan itu membuatku deg-degan. Excited.

Biasanya aku menonton bioskop hanya ketika beramai-ramai dengan teman-temanku. Namun kemudian, hobi baru ini menjadi semacam candu. Akhirnya aku lebih menikmati menonton sendirian. Bukan karena film yang diputar sedang bagus-bagusnya sih, tapi lebih karena perasaan harap-harap cemas ada tidaknya balasan kertas-kertas iseng itu. Kini hampir setiap minggu aku berada di ruang theatre itu. Sendiri. Dengan tanganku sibuk meraba bawah kursi tiap kali film selesai diputar.

Seminggu….dua minggu…..sebulan. Kertas yang kuselipkan masih berada ditempatnya. Terlipat rapi…tanpa balasan. Hampir kurasakan keisengan yang berubah menjadi candu ini adalah hobi bodoh yang sia-sia sampai ketika pada pertengahan bulan kedua aku membuka kertas itu dan melihat sebuah balasan singkat tertulis di bawah salam perkenalanku.

“HAI JUGA”

Untuk sesaat aku berada diantara perasaan campur aduk. Deg-degan, cemas, penasaran, bingung, senang….ah campur-campur lah. Akupun kembali menuliskan balasan dengan kata-kata pertama yang segera terlintas di pikiranku. Berharap bahwa ini bukan kebetulan semata, dan bukan sebuah keberuntungan sesaat.

Dengan segera minggu-minggu berikutnya penuh berisi perasaan senang bercampur dengan rasa deg-degan penasaran. Balasan demi balasan kutemukan dibawah kursi yang sama setiap minggunya. Coretan tangan yang sama, gaya menulis yang sama. Tak terasa sudah hampir tiga bulan kami saling berkirim surat dengan cara yang aneh itu.

Masih mengenakan seragam yang belum kuganti, aku berbaring di atas kasurku. Kupandangi terus lembaran kertas berwarna kuning di tanganku.

“hahaha….tidak apa2. Salam kenal juga.”

“oh kamu selalu duduk di kursi yang sama? Boleh juga saling balas pesan lewat cara itu. Sepertinya menarik. Sampai jumpa di kursi J-20 :)

“saya cukup sering nonton di sini. saya biasa ambil jam yang malam. Kayaknya pas setelah jam kamu.”

“penasaran ya? saya sudah tua kok. Iya saya seringnya nonton sendiri.”

“wah kamu masih SMP ya. Masih imut2 dong. Saya 38 tahun”

“hahaha saya cowok kok. Kalau kamu sendiri?”

“Gay?”

Balasan paling singkat dari seluruh tulisan yang dibuatnya. Entah kenapa aku makin deg-degan membaca pertanyaan itu. Walau entah sudah keberapa kalinya aku membacanya, tetap saja ada perasaan aneh yang kurasakan.

“oh…ya kamu masih muda. Masih cari jati diri. Kalau saya biseksual. Kamu tau artinya?”

“artinya saya suka dengan cewek tapi juga suka dengan cowok. Dan saya juga udah married.”

“Hahaha iya filmnya jelek. Tapi ga rugi sih kan ada surat kamu ;)

“iya gak kerasa udah dua bulan lebih ya….Anyway..kamu mau ktemu saya? Selasa malam minggu depan?”

“terserah kamu aja yang tentukan. Saya juga penasaran sama kamu. Sampai ketemu di J-20”

Aku terdiam beberapa saat. Sebuah ballpont berada dalam genggamanku, siap untuk menuliskan kata-kata.

“Tepat setelah film ini selesai. Aku tunggu di toilet bioskop. Aku pakai kaos kuning celana jeans. Sampai ketemu…” tulisku pada kertas itu.

Dengan segera aku melepas seragamku. Kuambil handuk putih milikku dan belari menuju kamar mandi. Jadwal filmku dimulai dua jam lagi. Aku harus cepat-cepat.

Sambil mengeringkan badan, kuaduk-aduk isi lemariku. Ah itu dia. Kaos kuning yang sudah kujanjikan akan kukenakan untuk menemui om-om misterius ini. Perasaan takut jelas menyelimutiku dari ujung kaki sampai kepala. Bagaimana kalau dia psycho, penjahat kelamin, pembunuh, orang iseng yang cuma ingin menertawakanku. Ah ambil risiko saja lah. Keburu penasaran ini. Dah kadung excited.

Kukenakan jeans berwarna hitam yang memang biasa kupakai saat jalan keluar. Segera kupakai kaos kuning yang masih terlipat rapi itu. Oh shit….aku lupa kalau kaos ini gambar Snoopy. Aduh kelihatan seperti bocah bloon. Ah masa bodoh lah….cuek saja.

“Lho kamu mau jalan lagi?” Tanya mamaku ketika aku sudah kembali berada di dapur. Aku mengangguk sambil tersenyum.

“Ayah sama anak sama aja. Doyannya jalan melulu.”

“Ayah masih di Surabaya, Ma?” tanyaku. Akhir-akhir ini ayahku makin sibuk. Perusahaan tempatnya bekerja mendapat proyek di berbagai daerah di luar Jakarta. Terpaksa hal itu membuat ayah jadi jarang di rumah. Malah sudah seminggu ini ayah berada di Surabaya. Alhasil….yah rumah jadi sepi karena tinggal ada aku dan mama. So…now you know that I’m the only child here.

“Janjinya sih mau pulang naik pesawat malam ini. Tapi yah tau sendiri lah gimana ayah kamu.” Kata mama sambil mengusap kepalaku. “Itu masukin tuh ke oven.” Mama menunjuk adonan yang sudah siap untuk dipanggang.

“Jangan malam-malam pulangnya, nanti kalau ayah jadi pulang ngamuk entar kalau tahu kamu keluar malam-malam.” Kata mama lagi.

Aku mengambil sepotong kue yang sudah jadi. Sambil mengedipkan mata aku berpamitan pada mamaku. Yah gini-gini aku juga masih terhitung anak yang penuh sopan santun kok pada orang tua.

Aku merasakan jantungku berdebar hebat sepanjang perjalanan menuju bioskop. Angkutan umum begitu sepi penumpang, tapi terasa panas. Bukan karena udara sore itu…tapi karena ketidak pastian kemungkinan yang membawaku ke rasa penasaran tingkat tertinggi. OMG!!!

Theatre 2 sore itu. Film yang biasa-biasa saja namun dengan situasi yang tidak biasa. Aku tak peduli lagi film apa yang diputar. Pikiranku tertuju hanya pada kursi J-20. Sebuah celah sempit di bawah kursi menjadi area misterius bagiku.

Bioskop begitu sepi. Hanya ada belasan mungkin dua puluhan orang yang mengisi. Deretan kursi di bagian bawah termasuk deretan J sama sekali tak berpenghuni. Ah situasi yang tepat. Segera kugapai celah sempit di bawah kursiku. Selembar kertas. Aku sangat mengenali coretan itu.

“Selasa ini saya ready. Can’t wait to meet you.”

Pesan itu makin membuatku berdebar. Kupandangi pesan yang sudah kusiapkan dari rumah tadi. Dia akan datang malam ini tepat pada jadwal berikutnya setelah aku selesai nonton. Apakah aku harus menunggunya? Atau aku harus melupakan semua dan mengakhiri permainan aneh ini? Atau akan lebih baik bila aku mengintainya dulu…mencoba mencari tahu siapa yang selama ini membalas pesan-pesanku? Aku bingung.

Namun aku sudah memutuskan. Permainan ini tercipta karena rasa penasaran. Hal yang membuatku sangat excited karena aku berkomunikasi dengan seseorang yang sama sekali tidak aku kenal. Totally stranger. Kenyataan itu yang mebuatku penasaran dan makin penasaran. Mebuat semua ini menjadi seperti candu. Jadi..biarlah semua berjalan sesuai dengan permainan yang ada.

Kuselipkan kertas pesanku di tempat biasa. Perutku serasa mual karena aku harus menunggu hingga film berakhir dengan perasaan yang campur aduk. Oh….lama sekali film ini rasanya. Ruangan begitu kosong dan udara AC berhembus kencang. Tapi aku berkeringat.

Waktu terasa penuh siksaan hingga akhirnya credit list muncul di layar. Ah…sudah waktunya. Aku bangkit dari kursiku. Sepersekian detik aku diam sambil kepalaku reflek bergerak memandang sekitar. Apa yang aku cari…ah aneh. Mulai kugerakkan kaki dinginku perlahan keluar ruangan bioskop. Meninggalkan kursi J-20 dengan sebuah pesan tersembunyi di bawah bangkunya. Menunggu penghuni berikutnya untuk menciptakan babak baru dari permainan aneh ini.

Aku menunggu dalam diam di dalam toilet bioskop. Kupandangi jam tanganku berulang kali. Lima menit, tujuh menit, sepuluh menit…ah lama sekali rasanya aku di sana. Perutku makin terasa mual. Sebentar lagi….sebentar lagi bila memang dia datang aku akan segera melihatnya. Kami akan segera bertemu. Pembalas pesan misterius selama ini akan segera kutemui.

Jam tanganku menunjukkan tepat tiga puluh lima menit menit sudah aku menunggu. Aku mendengar suara dari pengeras suara bahwa theater 2 sudah dibuka sekitar sepuluh menit yang lalu. Sesaat lagi film akan segera dimulai. Bila si misterius terbiasa melihat pesan di awal film, dia akan segera kemari sebentar lagi. Tidak lama lagi.

Aku sendirian di dalam toilet itu ketika aku mendengar sebuah langkah kaki berat mendekat. Apakah itu dia. Jantungku berdebar kencang. Sesaat berikutnya kulihat pintu toilet terbuka. Perlahan sosok seorang pria dewasa melangkah masuk ke dalam toilet. Di ujung jarinya terselip selembar kertas kuning kecil dan potongan tiket bioskop.

“Ayah!!” setengah berteriak setengah tersedak aku spontan menjerit.

“Rio….” Pria itu pun tampak terkejut. Tak sengaja ia menjatuhkan potongan tiket tepat di lantai tempatku terpaku. Terlihat jelas tulisan besar itu…. J-20.

***TAMAT***
«13

Comments

Sign In or Register to comment.