BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Perjalananku * Bintang *

Hi guys. Salam kenal, member baru nih. Ini Thread pertamaku. Pasti akan buanyak bgt kekurangannya.. Kasih kritik ya....
«13456718

Comments

  • cerita?
  • Yang mau dikritik apaan? La wong gitu doank :))

    Hayoo keluarin ceritanya~ :)
  • Perkenalkan.. Namaku Bintang Pratama Yustisia. Ini adalah jalan cerita dikehidupanku sehari-hari.. Terserah kalian mau percaya atau tidak. Tapi yg jelas, ini berdasarkan kisah nyata, yg benar-benar terjadi.

    Kisahku adalah tentang bagaimana seseorang mengubah pandanganku... Mungkin lebih tepatnya beberapa orang, krn memang dgn beberapa orang pengalaman ini terjadi.

    Mereka yg mengubahku, mungkin mereka tidak sadar, tapi aku berubah karena mereka. Sama sekali kutak menyalahkan mereka, krn jujur aku juga menyukainya.

    Semua berawal pada hari itu.. Sabtu, tak kuingat tanggal dan bulannya.

    Saat itu ku habis pulang sekolah. Dengan seragam Pramukaku, ku menuju rumah. Ya, aku masih sekolah, kelas 2 SMP. Dengan sepatu bermerek Loggo, murah saja, kumelangkah menuju rumah.

    Aku adalah anak yg biasa saja. Tak ada yg aneh, seperti halnya anak-anak lelaki lain pada umumnya saja. Biasa saja.. Aku hidup dikampung Nelayan, sebuah desa yg terletak diperbatasan kota Semarang dan Pekalongan. Ayahku seorang Petani Tambak, khusus untuk Ikan Bandeng dan Udang. Memang seperti itu, mata pencaharian kami disini tak jauh2 dari kata Ikan dan teman-temannya. Nelayan, Budidaya Tambak (Petani Tambak), pengepul ikan, Dll.

    Aku bersyukur hidup didesa ini, Panas karena memang daerah Pantai, namun asri, disini juga aku banyak teman, tekatku adalah hingga dewasa dan berumah tangga nanti, aku ingin tetap tinggal disini..

    "Asalamualaikum.." teriakku dari teras rumah.

    Kulepas sepatu dan kaus kakiku di ubin teras. Tak ada jawaban. Mungkin orang rumah sedang pergi. Kumasuk kedalam.. Kulihat diruang TV, kakakku sedang tidur. Ya, aku anak terakhir dari dua bersaudara. Kakaku laki-laki, Lingga Aditya Yustisia namanya. Biasa kumemanggilnya 'Mas Adi'. Dia masih sekolah, 3 SMA. Dia tak berangkat sekolah, krn memang sedang sakit. Demam dan Flu biasa.. Kubiarkan saja...

    "buuukkkk?"
    "buukk?"
    Kupanggil-panggil ibuku, namun tak ada jawaban. Mungkin beliau tengah pergi. Ibuku adalah Seorang pekerja keras, dia pedagang. Penjual Nasi Soto, Sate, Ikan Bakar, Ikan Pindang juga lauk-lauk sejenisnya. Disamping rumah kami, terdapat warung yg sengaja dibangun bapak untuk ibu berjualan. Biasanya pelanggan ibu adalah tetangga-tetangga sendiri, juga para Nelayan yg biasa habis melaut, mereka selalu mampir kewarung Ibu. Sebenarnya dengan Penghasilan Bapak saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami. Namun Ibu' adalah istri yg berbeda, beliau tidak bisa menganggur sehari saja. Beliau pernah bilang 'lebih baik memiliki penghasilan sendiri, memiliki uang sendiri, dengan begitu beliau dapat Membeli Kerudung, Membeli gelang, ikut arisan pengajian, semaunya sendiri. Tanpa harus meminta-minta pada bapak. Ibu hanya mengandalkan nafkah dari bapak untuk kebutuhan2 sekolah kami. Untuk makan pun kurasa lebih banyak bergantung pada Warung Ibu'. Bapak pernah bilang 'dengan begini Uang bapak bisa ditabung, mungkin untuk masa depan kami? Atau untuk usaha yg lain? Kata beliau. Apapun itu, yg pasti, meskipun sederhana, kita tidak kekurangan secara finansial keluarga. Aku bersyukur untuk hal itu...

    "ojo berisik mbo'an Tang. Ngelu nemen kie Mas sirahe (jangan berisik napa Tang, mas pusing bgt nie)" kulihat Masku terbangun.

    Aku tak sengaja. Tak ada niat sama sekali untuk membangunkannya.

    "puntene mas. Nha ibuk ten pundi mas?" tanyaku.

    "Ibu' neng makde. Rewang. (ibu di rumah budhe. Bantu2 pernikahan" jawabnya.

    "nha masak mboten? Ngeleh mas (masak ngga? Laper mas)"

    "enko paleng lhek mantuk. Dinteni bae sedelok (paling bentar lagi pulang. Tunggu sebentar wae)" jawabnya.

    Kumasuk saja kedalam kamarku. Kamar yg tidak terlalu besar. Tapi nyaman lah.. Sebenarnya ini juga kamar masku. Ya, kita berbagi kamar. Kata bapak, kakak adek ga usahlah tidur terpisah. Biar akrab, biar ga berantem mulu. Dengan begitu kamar Mas dapat dijadikan Gudang untuk bapak menyimpan barang2 tambak nya. Mulai dari pakan ikan, jaring untuk memanen, jaring nelayan, alat2 pancing, semua berserakan disana.

    Kuganti baju pramukaku dengan kaos hitam. Sementara celana coklat pendek ini masih kupakai. Besok hari minggu, tak apa lah aku main dengan pakai celana seragam. Toh besok tidak dipakai lagi...

    "mas meh dolan yo (mas, meh main yo)" Pamitku..

    "hheehhhhh" dgn mata terpejam, dia hanya bergumam. Mungkin masih pusing. Kutinggalkan saja dia..
  • Perkenalkan.. Namaku Bintang Pratama Yustisia. Ini adalah jalan cerita dikehidupanku sehari-hari.. Terserah kalian mau percaya atau tidak. Tapi yg jelas, ini berdasarkan kisah nyata, yg benar-benar terjadi.

    Kisahku adalah tentang bagaimana seseorang mengubah pandanganku... Mungkin lebih tepatnya beberapa orang, krn memang dgn beberapa orang pengalaman ini terjadi.

    Mereka yg mengubahku, mungkin mereka tidak sadar, tapi aku berubah karena mereka. Sama sekali kutak menyalahkan mereka, krn jujur aku juga menyukainya.

    Semua berawal pada hari itu.. Sabtu, tak kuingat tanggal dan bulannya.

    Saat itu ku habis pulang sekolah. Dengan seragam Pramukaku, ku menuju rumah. Ya, aku masih sekolah, kelas 2 SMP. Dengan sepatu bermerek Loggo, murah saja, kumelangkah menuju rumah.

    Aku adalah anak yg biasa saja. Tak ada yg aneh, seperti halnya anak-anak lelaki lain pada umumnya saja. Biasa saja.. Aku hidup dikampung Nelayan, sebuah desa yg terletak diperbatasan kota Semarang dan Pekalongan. Ayahku seorang Petani Tambak, khusus untuk Ikan Bandeng dan Udang. Memang seperti itu, mata pencaharian kami disini tak jauh2 dari kata Ikan dan teman-temannya. Nelayan, Budidaya Tambak (Petani Tambak), pengepul ikan, Dll.

    Aku bersyukur hidup didesa ini, Panas karena memang daerah Pantai, namun asri, disini juga aku banyak teman, tekatku adalah hingga dewasa dan berumah tangga nanti, aku ingin tetap tinggal disini..

    "Asalamualaikum.." teriakku dari teras rumah.

    Kulepas sepatu dan kaus kakiku di ubin teras. Tak ada jawaban. Mungkin orang rumah sedang pergi. Kumasuk kedalam.. Kulihat diruang TV, kakakku sedang tidur. Ya, aku anak terakhir dari dua bersaudara. Kakaku laki-laki, Lingga Aditya Yustisia namanya. Biasa kumemanggilnya 'Mas Adi'. Dia masih sekolah, 3 SMA. Dia tak berangkat sekolah, krn memang sedang sakit. Demam dan Flu biasa.. Kubiarkan saja...

    "buuukkkk?"
    "buukk?"
    Kupanggil-panggil ibuku, namun tak ada jawaban. Mungkin beliau tengah pergi. Ibuku adalah Seorang pekerja keras, dia pedagang. Penjual Nasi Soto, Sate, Ikan Bakar, Ikan Pindang juga lauk-lauk sejenisnya. Disamping rumah kami, terdapat warung yg sengaja dibangun bapak untuk ibu berjualan. Biasanya pelanggan ibu adalah tetangga-tetangga sendiri, juga para Nelayan yg biasa habis melaut, mereka selalu mampir kewarung Ibu. Sebenarnya dengan Penghasilan Bapak saja sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari kami. Namun Ibu' adalah istri yg berbeda, beliau tidak bisa menganggur sehari saja. Beliau pernah bilang 'lebih baik memiliki penghasilan sendiri, memiliki uang sendiri, dengan begitu beliau dapat Membeli Kerudung, Membeli gelang, ikut arisan pengajian, semaunya sendiri. Tanpa harus meminta-minta pada bapak. Ibu hanya mengandalkan nafkah dari bapak untuk kebutuhan2 sekolah kami. Untuk makan pun kurasa lebih banyak bergantung pada Warung Ibu'. Bapak pernah bilang 'dengan begini Uang bapak bisa ditabung, mungkin untuk masa depan kami? Atau untuk usaha yg lain? Kata beliau. Apapun itu, yg pasti, meskipun sederhana, kita tidak kekurangan secara finansial keluarga. Aku bersyukur untuk hal itu...

    "ojo berisik mbo'an Tang. Ngelu nemen kie Mas sirahe (jangan berisik napa Tang, mas pusing bgt nie)" kulihat Masku terbangun.

    Aku tak sengaja. Tak ada niat sama sekali untuk membangunkannya.

    "puntene mas. Nha ibuk ten pundi mas?" tanyaku.

    "Ibu' neng makde. Rewang. (ibu di rumah budhe. Bantu2 pernikahan" jawabnya.

    "nha masak mboten? Ngeleh mas (masak ngga? Laper mas)"

    "enko paleng lhek mantuk. Dinteni bae sedelok (paling bentar lagi pulang. Tunggu sebentar wae)" jawabnya.

    Kumasuk saja kedalam kamarku. Kamar yg tidak terlalu besar. Tapi nyaman lah.. Sebenarnya ini juga kamar masku. Ya, kita berbagi kamar. Kata bapak, kakak adek ga usahlah tidur terpisah. Biar akrab, biar ga berantem mulu. Dengan begitu kamar Mas dapat dijadikan Gudang untuk bapak menyimpan barang2 tambak nya. Mulai dari pakan ikan, jaring untuk memanen, jaring nelayan, alat2 pancing, semua berserakan disana.

    Kuganti baju pramukaku dengan kaos hitam. Sementara celana coklat pendek ini masih kupakai. Besok hari minggu, tak apa lah aku main dengan pakai celana seragam. Toh besok tidak dipakai lagi...

    "mas meh dolan yo (mas, meh main yo)" Pamitku..

    "hheehhhhh" dgn mata terpejam, dia hanya bergumam. Mungkin masih pusing. Kutinggalkan saja dia..
  • Monggooo dibacaaa
  • Menarik sepertinya.
  • Wah panjang! eh ternyata dopost... Di situ kadang saya merasa sedih~ lol

    Lanjuuuut><)/
    Mau donk dimention :)
  • wah kisah nyata ya ... ayo dilanjut ...
  • Aku menuju rumah Teguh. Dia adalah temanku. Salah satu temanku. Krn memang banyak teman2ku yg lain. Disekolah tadi kita memang sudah janjian untuk pergi memancing. Tidak hanya dengan Teguh aku berencana memancing, ada Esa dan ada juga Mas Zaki. Aku, Teguh, Esa dan Mas Zaki adalah sekawan yg sangat sohib. Tidak disekolah, tidak dirumah, kita selalu bersama-sama...

    Tak lama kusampai dirumah Teguh, ternyata sudah ada Esa dan Mas Zaki. Cepat sekali mereka. Mereka semua memakai seragam Pramuka. Anak-anak disini memang sudah biasa, pergi main dengan mengenakan seragam sekolah saat akhir pekan. Krn besoknya seragam itu tak akan dipakainya.

    Dengan semua peralatan pancing dan umpan seadanya kita menuju sungai. Sungai payau, sungai ini sebenarnya tembusan dari laut, sungai yg akan kami tuju ini juga dibuat untuk menyimpan perahu para Nelayan. Krn itu banyak sekali perahu yg berjejer dibibir sungai. Selain itu juga banyak ikannya. Krn itu biasanya kami memancing, atau menjaring jika ada Perahu kecil tak terpakai.

    Tidak terlalu jauh letaknya, cukup hanya dengan 10 menit saja kita semua sampai. Kita pilih tempat yg sekiranya nyaman, yg penuh dengan pohon2 rindang, hingga kita memutuskan satu tempat, mulailah kami sibuk dengan perangkat kami masing2.

    Agar kalian lebih gampang untuk mendapat gambaran tentang ketiga temanku ini. Aku jelaskan satu persatu. Pertama adalah Teguh, dia satu kelas denganku, diantara kami berempat, tubuhnya memang yg paling jadi. Dia masih 14th tapi otot2 itu sempurna, lengannya, saat dia telanjang dada perutnya seperti ada guratan Six Pack, hanya sedikit. Kulitnya aga gelap, kebanyakan anak-anak dan pemuda disini memang kulitnya gelap2. Dia sering membantu ayahnya melaut dan menarik perahu. Kemudian Esa, dia juga sekelas denganku, kita sebangku, posturnya tak ubahnya sepertiku, hanya saja dia sedikit lebih tinggi. Yg terakhir adalah Mas Zaki, kumemanggilnya 'Mas' krn memang dia lebih tua dariku. Sebenarnya Esa dan Teguh juga lebih tua dariku, mereka 14th sedang aku 13th. Dan mas Zaki 15th, dia kakak kelas kami. Dia jg lebih bongsor dibanding kami.
    Mulai lah kami memancing. Tak butuh waktu lama biasanya untuk salah satu dari kami dapatkan ikan, tapi hari ini lain. Kemana Ikan-ikan itu? Singkatnya, sudah setengah jam kami disini, tapi tak ada satupun ikan yg terkail.

    "suwi yo. Rak koyo biasae (lama ya, ga kayak biasanya.)" sahut Teguh.

    Bosan juga rasanya kalau begini, dengan ditemani Lagu dangdut yg diputar teguh di Hapenya, kami tetap setia disini menunggu ikan-ikan itu datang. Tapi tetap saja, tak ada satupun. Sudah habis berapa Lagu hape itu berkumandang, tapi tetap saja tak seorangpun dari kami dapatkan ikan.

    "haizzz nonton bokep waee" celetuk Teguh sembari mengutak-atik hapenya.

    "matanee.. Ono sng anyar ora guh? (ada yg baru ngga guh?)" tanya Esa.

    "akehh (banyak)" jawabnya.

    Aku juga jadi penasaran, ku ikut saja gabung bersama mereka. Menonton Video Biru ditengah bibir sungai sembari menunggu kail kami dapatkan ikan. Seperti halnya anak-anak lain, aku sering menonton video seperti ini, sudah biasa. Tapi tidak untuk Mas Zaki, dia anti untuk hal-hal seperti ini. Dia tidak pernah antusias untuk melihat bokep seperti ini. Kami biarkan saja dia sibuk dengan pancingnya.

    "asuu.. Mules aku, diter ng kakus yo sa (anjing mules perutku. Anter ke kakus yo sa)" sahut mas Zaki mengajak esa.

    Kakus adalah tempat orang2 buang hajat dibibir sungai. Seperti jamban lah.

    "males ah, jek asik-asik nonton mbarang kok (males, lagi asik-asik nontn juga)" tolak Esa.

    "bokepan wae.. Tenan kie, aku mules neni (bokep terus.. Beneran nie, sakit bgt perutku)" jawab mas Zaki.

    "nggeri ngiseng kono kok (tinggal berak distu aja napa)" timpal teguh sambil menunjuk bibir sungai didepan kami.

    "matamuu.. Isin wel (malu wel)" sergahnya.

    "ngopo isin. Lanang-lanang kok. Koyo banci tok isin-isin (kenapa malu? Laki semua, kayak banci aja malu-malu)" sahut Teguh lagi.

    "nek ono wong lewat goblok, (kalo ada orang lewat gimana goblok)" tambah mas Zaki.

    "hallah.. Sopo wae sing meh weroh kontolmu, kontol cilik we. (siapa juga yg mau lihat kontolmu, kontol kecil aja)" ejek teguh.

    "ngece kowe guh, kowe karo aku wae jek gedi aku. (sialan lu guh, kamu sama aku aja masih gedean aku)" ujar mas Zaki membela diri.

    "endi jal tak dimek'e. (mana coba?)" ucap Teguh.

    "nyoohh" mas Zaky menyodor kan pinggulnya kearah kami.

    Tangan teguh tiba-tibah meremas kecil kontol mas Zaki dari luar celana. Jari-jarinya mencari dimana siluet penisnya, kemudian memencet-mencetnya pelan.

    "hallah jek gedi aku (masih besar punyaku)" ujar teguh.

    "endi jal (mana?)" ucap mas Zaki.

    Kemudian Teguh berdiri dan memelorotkan celannya. Sempak birunya benar-benar menonjol.

    "nyaah dimeek (nihh)" tanpa membuka sempaknya ia membanggakan diri.

    "gundulmu kui.. Ngadeng yo gedi. Lha mbok aku wae nek ngadeng yo gedi pekok. (gundulmu,. Ngaceng ya besar, aku jg kalo ngaceng ya besar. Pekok)" tolak mas Zaki.

    Aku dan Esa cekikian saja melihat ulah mereka.
  • Wah iya double2. Itu gimana ya ngehapusnya teman? Pengen si mention, tapi ga tau caranya. Kalo suka tinggal buka thread ini aja ya teman. Ini aja aq masih bingung2 gunain forum ini hehe. Happy reading..
  • bolehjuga! mention yo!
  • bolehjuga! mention yo!
  • Mention tuh gini @bintang, tuh aku mention kamu, kamu mention aku ya nanti -> @Tsu_no_YanYan , gitu, woke ^^)b

    Dopost biasanya masalah jaringan sih, kalo mau dihapus ngga bisa, cuma bisa diedit trus teksnya dihapus dan diganti, apa kek, misal 'deleted', 'edited', cuma titik doank, yah terserahlah...

    Lanjuuut^^)/
  • Cara ngeditnya gimana @Tsu_no_yanyan
Sign In or Register to comment.