Akhirnya kita berada di Bulan Maret setelah tersedu-sedu sendirian di hari-hari menjelang Hari Valentine. I feel free! Btw tahu nggak cong, di awal bulan ini ada sebuah hari besar untuk kita semua. Hari itu bernama Hari Solidaritas Gay & Lesbian Nasional yang jatuh pada tanggal 1 Maret 2014 (di mana warianya?).
Ceritanya begini, dulu ada sebuah komunitas bernama Indonesian Gay Society (IGS) Yogyakarta (yang sekarang sudah bubar). Pada tanggal 17 Maret 2000, kawan-kawan congs mengelar sebuah acara sederhana dihadiri oleh sekitar 100 orang gay, lesbian dan kawan-kawan simpatisan dari berbagai kalangan. Di dalam acara yang diselenggarakan di Lembaga Indonesia Prancis (LIP) itu, mereka mendeklarasikan tanggal 1 Maret sebagai Hari Solidaritas Gay & Lesbian Nasional. Kenapa tanggal 1 Maret? Hari spesial itu diambil karena pada tanggal tersebut, pada tahun 1982 berdirilah organisasi gay pertama di Indonesia, Lambda Indonesia.
Kenapa hari spesial itu dinamakan hari solidaritas? Bukan Hari Gay dan Lesbian semata. Solidaritas menjadi sebuah hal yang sangat penting karena kawan-kawan IGS meyakini bahwa perjuangan LGBT tidak bisa terlepas dari solidaritas kawan-kawan lain. Tidak semua orang di dunia ini membenci kita, you know! Banyak diantara mereka bahkan mendukung perjuangan kita untuk mendapatkan emansipasi, hak-hak kita sebagai seorang LGBT. Gerakan LGBT seharusnya terbuka dengan semua orang atau pihak yang mendukung kita. Nah, pada perayaan Hari Solidaritas Gay dan Lesbian nasional waktu itu, kawan PRD dianugerahi IGS award atas kontribusi mereka mendukung gerakan LGBT pada waktu itu. Sebentar kalian tahu nggak PRD? PRD adalah Partai Rakyat Demokratik. Mungkin kalian tidak familiar dengan nama partai ini karena partai ini tidak memiliki representasi di parlemen Indonesia. Kalau eike boleh ngomong, partai ini cukup “kiri” (maafkan aku telah membuat label). Mereka tidak seperti partai-partai lainnya yang sibuk bacot politik, PRD lebih suka mengorganisasi komunitas akar rumput.
Nah congs, kalau hari ini kalian masih anti dan kolot dengan yang namanya gerakan sosialisme atau kiri. Ingat-ingatlah zaman dulu bahwa kawan-kawan ini berkontribusi besar dalam perjuangan LGBT di Indonesia, khususnya di Yogyakarta.
Hari Solidaritas Gay dan Lesbian ini tidak boleh kita lupakan. Hari spesial ini harus menjadi momen refleksi bagi kita semua. Hari ini Indonesia, negara dan bagsa kita tercinta belum sepenuhnya menerima kita tanpa syarat dan ketentuan yang berlaku. Disitu kadang saya merasa asu, menyatir kata-kata Agus Magelangan. Berat ya bok jadi homo di Indonesah! Tetapi kita tidak sendiri. Banyak orang-orang di Indonesia, khususnya akar rumput yang termarjinalkan. Kita dan mereka adalah sama (senasib). Disitu sebenarnya kita menemukan sebuah benang merah dalam perjuangan bernama solidaritas. Kita tidak boleh anti-pati kepada kawan-kawan petani, buruh, jalanan dan lainnya. Mereka senasib dengan kita!
Baiklah mungkin hal ini terdengar sangat berat, tetapi kita bisa memulai dengan hal-hal yang paling dekat dan kecil. Kita bisa memulai bersikap terbuka dengan komunitas kita sendiri. Jangan main-main geng-geng dulu lah. Kita harus bersedia membaur dengan kawan-kawan walau kita memiliki latar belakang berbeda, budaya, ekonomi, atau politik bahkan. Tidak ada gunanya menjadi komunitas “eksklusif” hari gini congs. Ntar kalau kalian digrebek sama FPI siapa yang akan nolong coba? Tintaaaaa!
Jadi congs, marilah di Bulan yang penuh rahmat ini, kita sama-sama merefleksikan pentingnya solidaritas. Baik untuk di dalam komunitas kita sendiri (LGBT) dan komunitas diluar. Kita membutuhkan mereka dan mereka pun membutuhkan kita untuk sama-sama berjuang. Mari berkenalan dengan mereka. Mari bersolidaritas dengan mereka!
Comments