It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kemudian pandangan mata Mahesa sakti beralih kearah batang pohon.
"Dimana benda yang menancap dibatang pohon Jambu monyet itu? Aku yakin benda itu menancap disitu?" sambali pandangan berkeliling mencari-cari.
"tidak mungkin benda itu hilang begitu saja. Akan aku cari keatas" gumam Mahesa sakti, kemudian.
Mahesa sakti kemudian diam sejenak, lalu tiba-tiba kakinya menghentak kebumi, tubuhnya melayang dengan cepatnya bagai membal lalu berhenti disebuah dahan.
"aku yakin benda itu menancap dibatang ini!" menyakinkan diri sambil meraba-raba batang itu.
"dan anehnya, benda itu seperti gulungan rontal yang aku bawa ini?!" bisik Mahesa sakti sambil meraba lipatan pakaiannya yang tadi sewaktu berlalu dari dapur, menyimpan gulungan rontal yang ditemukannya dibalik lipatan pakaiannya.
Karena yang dicarinya tak ada, Mahesa sakti memutuskan untuk tidak mencarinya lagi, seakan percuma saja, karena ia periksa tetap tak ditemukan, lalu tubuhnya meluncur kebawah dengan tenang, kemudian kakinya menginjak tanah.
Mahesa sakti agak bingung apa yang harus diperbuatnya.
"aku harus melihat guruku juga kakak-kakakku, apakah mereka sudah pada bangun atau belum?"
Mahesa sakti berlalu dari halaman luas itu menuju keruangan besar milik gurunya.
Setelah sampai disana, Mahesa sakti melihat semua kakak-kakak seperguannya masi tertidur pulas dilantai dan tak tentu arah letak kepalanya masing-masing.
-
"duuuuttttt,,,,! preeetttt!"
Sehingga Mahesa sakti hanya tersenyum geli sambil menutup mulutnya, ia takut suara tawanya akan membangunkan kakak-kakaknya.
"bisa-bisanya tidur pakai ketut segala! mungkin kakak kelima kebanyakan makan ubi rebus" bisik Mahesa sakti dengan bahu terguncang menahan tawa hingga perutnya terasa kaku sambil melihat kakak kelimanya yang baru saja membuang gas yang kemudian muludnya nampak komat-kamit.
Mahesa sakti melihat letak tidur kakak-kakaknya kemudian memandang kearah laki-laki yang berkumis tipis dan berwajah tampan, hati sedikit bergetar dibuatnya.
"hmm,,, kakang JAKA PERKASA tidurnya pulas juga. Lagian tidurnya tidak seperti kakang-kakangku yang lain!"
Kemudian Mahesa sakti memandang kearah bilik gurunya yang pintunya masih tertutup rapat.
Mahesa sakti berlalu dari ruangan itu, melangkah keluar dengan hati-hati, lalu berhenti didepan dan memandang kearah batu besar kemudian kearah Jambu monyet, baru kemudian berlalu dari tempat itu menuju kedapur.
$$$$
Sementara Mahesa sakti disibukkan dengan pekerjaannya,,,
Setelah semua urusan dapur, kemudian Mahesa sakti menuju kearah Telaga air merah.
Sesaat lamanya Mahesa sakti memandang air telaga yang dipermainkan angin, sehingga membentuk gelombang-gelombang kecil lalu berjalan kearah batu besar yang ada ditengah telaga dimana Dewi rasa cinta tergeletak pingsan lalu ia duduk diatasnya termenung sambil menghela nafas.
"kata Dewi rasa cinta dia datang kemari untuk mencari jodohnya. Kedengarannya lucu! apakah didunianya tidak ada laki-laki sehingga harus datang ke Maya pada ini?"
Jika ingat hal itu Mahesa sakti hanya bisa tertawa sendiri, tetapi kini Dewi rasa cinta telah kembali kedunianya , ia hanya bisa menghela nafas berat.
Kemudian Mahesa sakti berdiri lalu memandang berkeliling. Setelah dirasa cukup aman tanpa rasa ragu lagi Mahesa sakti melepaskan seluruh pakaiannya hingga tanpa sehelai pun melekat ditubuhnya.
Tubuhnya nampak terbentuk bagus tanpa pakaian ditubuhnya lalu cepat-cepat turun ke telaga kalau-kalau ada orang melihatnya.
Berkali-kali Mahesa sakti menyelamkan tubuhnya seluruhnya lalu nampak dipermukaan air hanya sebatas dadanya sambil semburkan air dari mulutnya beberapa kali.
Setelah selesai mandi Mahesa sakti kemudian mengenakan pakaiannya kembali dengan santai didekat batu kemudian duduk kembali diatas batu besar itu,,,,
Tanpa disengaja dia memegang lipatan pakaiannya, barulah Mahesa sakti ingat kalau dirinya telah menyimpan gulungan rontal itu.
Kini ditangan telah tergenggam gulungan rontal serta menatap dan membukanya...
Dan betapa terkejutnya Mahesa sakti ketika membaca halaman pertama gulungan rontal yang telah terbuka itu, tersemat sebuah tulisan yang bertuliskan "KITAB HATI SUCI" yang selama ini banyak dicari para pendekar dunia persilatan.
"Oh, Gusti Yang Maha Agung! Benarkah penglihatanku, kalau gulungan Rontal yang kupegang ini adalah sebuah Kitab hati suci yang banyak diperebutkan para pendekar persilatan baik golongan putih maupun golongan hitam,,,?!" bisik hati Mahesa sakti hampir tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.
Kemudian Mahesa sakti membuka halaman pertama kita itu,,,,
Mahesa sakti agak heran???
(bersambung)
Salam penuh kasih buat:
@lulu_75 @Adi_Suseno10 @DoniPerdana @Arie_Pratama
@abyyriza
#maaf buat @adinu aku mention, kalau tidak suka bilang ya?
Terima kasih!
*pembacagaktaudiri lanjuutttt..
"Kenapa ada gambar seseorang tengah duduk bersila. Dan gambar ini menunjukkan gambar seorang laki-laki karena memakai ikat kepala. Aku tak mengerti? tak ada tulisannya ataupun petunjuk mengenai hal ini? tapi akan aku coba lihat halaman kedua kitab ini?!"
Kemudian Mahesa sakti membuka halaman kedua yang halaman pertama hanya berupa gambar seorang lelaki yang tengah duduk bersila...
Dan dihalaman kedua ini Mahesa sakti melihat gambar seorang lelaki juga duduk bersila tetapi disampingnya gambar laki-laki itu, ada gambar seorang wanita yang membawa sebuah selendang yang sedang melakukan gerakan, sepertinya ilmu silat.
"Aneh! kenapa halaman kedua ini sama dengan yang pertama, dan lebih anehnya lagi, kenapa dihalaman kedua ini ada gambar seorang wanita membawa selendang yang sedang melakukan gerak-gerakan?"
Mahesa sakti pun membuka halaman yang ketiga, setelah beberapa lamanya mengamati dan menghafalkannya halaman kedua.
Begitu juga setelah membuka halaman yang ketiga....
Disana terera gambar seorang wanita tengah melakukan gerakan ilmu silat sedangkan laki-lakinya hanya duduk bersila dengan tenangnya.
Mahesa sakti agak sedikit malas untuk membuka halaman keempat dan itu halaman terakhir...
Setelah melihat halaman ketiga dari Kitab Hati Suci, walaupun itu juga dihafalkannya.
"Mengapa kitab ini halaman pertama pertama satu orang dan yang kedua dan ketiga berisi dua orang saja. Gambar laki-lakinya cuma duduk bersila sedang gambar wanitanya melakukan gerakan ilmu silat. Aneh,,,? tapi aku merasa tidak perlu membuka halaman keempat kitab ini. Mungkin isinya sama dengan yang kedua dan ketiga? tapi kenapa gambar ini menunjukkan gambar laki-laki sedang duduk bersila, dan aku melihat ada gambar bulan yang sedang purnama pula?" ucapnya lirih.
Tanpa berpikir panjang Mahesa sakti melipat kembali rontal itu menjadi gulungan dan menyimpannya dibalik lipatan pakaiannya, kemudian berlalu dari Telaga air merah menuju pondok kediamannya.
Dihalaman pondok besar milik gurunya, Mahesa sakti hanya melihat sembilan kakaknya, sedang kakak pertamanya tak kelihatan...
"apa yang terjadi dengan guru?. Hanya sembilan yang latihan, biasa kakang Jaka perkasa tak ketinggalan kalau latihan!. Aku harus melihat keadaan guru. Aku merasa khawatir dengan keadaannya"
Mahesa sakti langsung masuk kedalam bilik gurunya.
Sedang ditempat tidur. Gurunya sedang duduk bersila dan dibelakang gurunya duduk bersila pula Jaka perkasa sedangkan telapak tangan Jaka perkasa menempel dipunggung gurunya dengan tubuh gemetaran serta berkeringat.
Mahesa sakti hanya memandanginya, dia tidak berani mendekati keduanya yang tengah melakukan pengobatan. Ia hanya menghela nafas berat dan merasa bersalah karena semua penyebabnya adalah dirinya.
Kemudian perlahan-lahan Sedanu rata membuka matanya...
"sudah, cukup Jaka! Aku merasa telah pulih kembali!"
Lalu Jaka perkasa pun mulai menenangkan diri, tubuhnya terasa letih, tenaganya seperti terkuras habis, kemudian mengatur nafasnya supaya kekuatannya pulih kembali.
Sedanu rata memandang kearah Mahesa sakti. Mahesa sakti yang dipandangi hanya bisa menundukkan kepala saja.
'Aku melihat ada sesuatu yang ganjil yang ada pada diri anak ini!?. Pandangannya semakin tajam dan berwibawa. Dimatanya aku melihat ada sinar putih yang memancar!. Tapi kenapa Mahesa sakti menunduk seperti itu?. Dia merasa bersalah dengan kejadian ini,,' kata hati Sedanu rata.
Entah mengapa bisik hati gurunya begitu terdengar jelas ditelinganya Mahesa sakti sehingga membuatnya menjadi heran dibuatnya.
'Aneh!? Kenapa bisik hati guru bisa terdengar dengan jelas olehku, seperti ucapan mulut saja?' batinnya heran.
"Maaf! Apakah keadaan guru baik-baik saja?" ucap Mahesa sakti karena dirinya selalu diperhatikan gurunya yang hanya tersenyum.
"Mahesa, kenapa kamu begitu khawatir?. Tidak ada sesuatu yang terjadi padaku" jawab Sedanu rata, mengangguk pelan.
Kini Jaka Perkasa telah pulih tenaganya, nafasnya telah teratur, perlahan-lahan membuka matanya, lalu memandang kearah gurunya kemudian menatap kearah Mahesa sakti tang hadir ditempat itu dengan tatapan tajam. Mahesa sakti masih tetap menunduk...
"Mahesa dari mana saja kamu?" tanya Jaka perkasa dengan suara agak tinggi.
"maaf kakang. Aku dari telaga Air merah membersihkan badan!" jelas Mahesa sakti.
"apa pekerjaanmu sudah selesai" kata Jaka perkasa kemudian, suara agak rendah.
Perlahan- lahan Mahesa sakti mengangkat wajahnya lalu menatap kearah Jaka perkasa.