Hari Valentine dan Kriminalisasi Cinta Gay

rasdidin

Akhirnya hari itu telah tiada, 14 Februari, ia telah menjadi kemarin dan di Minggu pagi ini aku bisa menikmati hari ini lebih tenang. Eike adalah salah seorang yang sedikit gundah menyambut hari kasih sayang atau yang lebih nge-hits dikenal dengan Hari Valentine. Bukannya tidak punya kekasih (eike sedang pedekate ceritanya), tetapi aku miris dengan kenyataan bahwa cinta itu tidak sepenuhnya menjadi kebebasan, khususnya untuk homo-homo cantik di seluruh jagat nusantara ini. Maafkan jika eike terlalu nyinyir, eike hanya sekedar curhat bertetes air mata.

Beredar selebaran atas nama Kota Surabaya dengan nomor 421/1121/436.6.4/2015 terkait perayaan Hari Valentine yang ditujukan kepada Kepala SMP dan SMA oleh Kepala Dinas Pendidikan.Surat untuk menyatakan melarang siswa untuk merayakan Hari Valentine dan memerintahkan sekolah untuk mengawasi siswa-siswanya di sekolah terkait hari kasih sayang itu. Eike tersentak ketika membaca edaran tersebut, yang membuat kebijakan itu sungguh-sungguh selo. Daripada memperbaiki kinerja sekolah dan kurikulum yang amburadul, doi sempat-sempatnya mengedarkan surat edaran pelarangan Valentine ke sekolah-sekolah. Apakah dengan dilarangnya Valentine, Om Kepala Dinas Sosial serta merta memperbaiki moral anak bangsa ini? Mbok ditengok, siswa-siswa yang nyontek dengan berbagai cara gara-gara sistem UAN yang disertai dengan teror kejam bernama “tidak lulus”.

Surat itu hanya awal congs, bisa jadi kelak negara bisa mengatur dengan siapa kita boleh bercinta. Bukankah hal itu mengerikan? Eh sebentar, cinta yang mana dulu ya? Eike baru sadar bahwa cinta homo di Indonesia masih menjadi larangan. Mari kita lihat Perda Provinsi Sumatera Selatan tentang Pemberantasan Maksiat (No. 13/2002, Perda Kota tentang Pemberantasan Pelacuran (No. 2/2004) di Palembang, Perda Kabupaten tentang Ketertiban Masyarakat (No. 10/2007) di Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan, Perda Kota tentang Pembangunan Tata Nilai Kehidupan Kemasyarakatan Yang Berlandaskan Pada Ajaran Agama Islam dan Norma-Norma Sosial Masyarakat (No. 12/2009), di Tasikmalaya, Jawa Barat dan Perda Kota tentang Pencegahan, Pemberantasan dan Penindakan Penyakit Sosial (No. 9/2010) di Padang Panjang, Sumatera Barat. Eike hitung ada sekitar 5 Perda yang mencatut “homoseksual”sebagai larangan dan bahkan masuk sebagai penyakit sosial. Padahal jelas-jelas homoseksual bukan termasuk patologi. Jelas-jelas cinta cinta suci cings di Indonesia secara langsung di-KRIMINALISAI oleh negara!

Congs, kalian harus sadar dengan hal-hal semacam ini. Memang di Yogyakarta belum ada Perda yang melarang homoseksual, tetapi kawan-kawan kita waria di jalanan (pengamen) menjadi target sasaran oleh Perda Penanganan Gelandangan dan Pengemis no 1 Tahun 2014 karena mencari penghidupan di jalan. Hukum-hukum anti homoseksual bisa menjalar, kita tidak bisa diam saja congs!

Eike tahu kalian sudah menikmati berbagai momen istimewa untuk pacar-pacar kalian yang super ganteng itu di Hari Valentine kemarin. Coklat dengan kado boneka beruang? Skydining? Nonton film? Nikmati momen cinta kalian. Kita pantas mendapatkan sebuah hari dimana kita bebas mencintai pasangan kita secara merdeka. Bukan tipu-tipu, bukan Hari Valentine yang semu dengan pernak-pernik cinta yang gemerlap produksi kompeni kapitalis yang buta kemanusiaan. Bukan hari Valentine disaat seolah kita bebas mencintai tetapi negara siap-siap mempersiapkan sel beralis besi untuk kita.

Rayakan Valentine sepenuh jiwa. Rayakan hari kasih sayang itu setiap hari! Satu-satunya cara melawan kriminalisasi cinta homoseksual adalah dengan bercinta. Muah!

Zhar12

Oke congs. Lo paham juga ya sama undang-undang, perda, etc. Wkwk

alexandremilner

Muach