Cerita ini akan aku buat cerbung, yang nntinya akan ada judulnya sendiri di setiap part.. Untuk pengantar dari diary Faran, aku sengaja membuatnya sedikit puitis.. tapi di part-part selanjutnya, bahasa penyampaian akan di ganti lebih santai...
Namanya rindu
Sebanyak udara yang berhembus dalam nafasku
Sebanyak senja yang ku tatap saat petang
Sebanyak bulan mengisi malamku
Sebanyak matahari yang menemani hariku
Namanya cinta
Saat waktu terus bejalan tetapi aku masih di sini menunggu mu
Saat dunia terus berputar tetapi hatiku tidak pernah berubah untuk mu
Saat ingatan terus mengikis tetapi tentang mu tak kan pernah menghilang
Saat kesepian terus mendera tetapi cukup bagiku bersama bayangan mu
Biarlah dengan rindu ini yang akan menemani dan menghiburku
Because i love you...
**********
Suara adzan subuh membangunkan ku dari mimpi indah ku. Ku hempaskan selimut yang menutupi hanya sebatas pinggangku. 'Ah, mengapa malam cepat sekali berlalu?' Pagi yang akan memisahkan kita, dan aku selalu bersemangat saat malam datang, karena aku bisa bertemu dengan mu lagi dalam mimpi ku.
Ku buka jendela di dalam kamarku. Merasakan sejuknya udara yang berhembus. Kebetulan arah jendela kamarku menghadap ke timur, jadi aku selalu menghabiskan waktu 10-20 menit untuk menyaksikan matahari yang mengintip di balik gunung yang berada di ujung sana. Ini adalah hal pertama yang selalu aku lakukan saat aku bangun di pagi hari. Menyapanya dan berbicara dengannya lewat udara pagi.
Kalau saja aku di beri pilihan, aku memilih pergi bersamamu. Kalau saja aku tahu kamu masih berpijak di atas bumi, di suatu tempat belahan bumi yang lain. Aku pasti akan mencarimu meski aku harus menghabiskan waktu seumur hidupku. Apakah aku salah? karena sekarang ada yang lain menemaniku, meskipun tempatmu sedikit pun gak akan terganti di hatiku. Aku merasa seperti sedang mengkhianatimu. Maafkan aku, andai aku punya alasan untuk bisa meyakinkan wanita sebaik Laudya untuk mencari lelaki yang lain.
Laudya namanya, wanita yang menjadi sahabatku dari kuliah, yang mengetahui tentang cintaku selain Farah saudara kembarku. Laudya bersedia menungguku untuk bisa menerimanya, walaupun dia tahu aku gak mungkin mencintainya, dan aku gak punya alasan untuk membuatnya berhenti menungguku.
Farah adalah malaikat ku, kalau bukan karena Farah, mungkin sekarang aku sudah berbaring di dalam tanah untuk menyusulnya. Farah orang pertama yang mengetahui kelainan pada diriku. Ya, aku gay.
Saat itu aku masih duduk di kelas dua SMP, saat aku menyadari aku berbeda dari teman-teman ku, saat aku jatuh hati pada seorang anak yang juga memakai seragam celana pendek biru. Saat aku menyadari itu, aku menangis, memaki diriku sendiri, karena aku terlahir dalam keluarga yang religius dan disiplin. Ayahku yang seorang tentara, mendidik aku dan Farah dengan peraturan-peraturan. Tapi Farah membuka lebar tangannya, memelukku, membantuku untuk bisa menerima keadaanku sendiri.
"Jadi selama setahun ini kamu belum tahu namanya?" Farah bertanya tentang anak yang selalu aku lihat di halte setiap berangkat sekolah.
Dia orang itu, dia begitu mempesona bagiku. Selama setahun setiap pagi aku selalu brangkat sekolah pagi-pagi sekali hanya untuk bertemu orang itu. Hari berikutnya saat Farah menyarankan aku untuk mencari tahu nama orang itu dari tag namanya, aku pun gak pernah melepaskan mataku untuk meneleti tag nama yang melekat di dadanya.
"Namanya Aliandra Mahardika.." Aku berseru girang pada Farah saat aku bertemu dengannya di sekolah.
Aliandra Mahardika, sepertinya dia seumuran denganku. Ah, betapa senangnya hatiku saat itu, karena selama setahun akhirnya aku tahu nama si cute yang sudah berada di halte saat aku berangkat sekolah. Si cute yang selalu menghabiskan waktunya di dalam bus dengan membaca buku. Tahi lalat yg seperti titik di bawah matanya yang sedikit sipit dan alis mata yang hitam, membuatku begitu mengagumi sosok Aliandra Mahardika. Aku benci hari libur karena aku gak bisa bertemu dengannya. Begitu seterusnya selama hampir dua tahun, aku hanya bisa diam-diam mengaguminya.
Setelah lulus SMP aku gak pernah lagi melihatnya di halte. Aku tidak menyerah, aku selalu datang pagi seperti saat waktu aku masih SMP, aku berharap suatu hari bisa bertemu lagi dengan Aliandra Mahardika di halte itu. Jika aku di beri kesempatan untuk itu, aku akan memberanikan diri untuk berkenalan dengannya. Walaupun itu terlihat aneh, tetapi aku gak mau lagi melewatkan kesempatan selama hampir dua tahun, yang aku habiskan hanya untuk bisa sekedar melihatnya dan mengaguminya secara diam-diam.
Aku sudah hampir putus asa, saat aku sudah menginjak kelas 2 SMA, dan aku masih belum bertemu dengannya lagi. Dimana dia memasuki sekolah masa SMA nya? Farah pernah mengajakku untuk mencari Aliandra ke seluruh SMA yang ada di kotaku, tapi aku fikir itu terlalu gila untuk di lakukan!
Tapi Tuhan mempunyai takdirnya sendiri, aku dan dia di pertemukan lagi saat aku sudah hampir menyerah menunggunya di halte selama satu tahun.
"Aku bertemu lagi dengan Aliandara Mahardika!" Saat itu jam istirahat, dan aku langsung berlari ke kelas Farah yang berada di sebelah kelas ku.
Aku gak mau lagi menyia-nyiakan kesempatan. Ya, dari saat itu aku gak bisa terpisahkan dengan dia. Senang, sedih, bahagia, sulit, kami berdua lewati, mungkin bertiga dengan Farah, karena Farah ikut berperan menjadi malaikat kami. Sampai orang tua memisahkan kami, dan sampai Tuhan mengambilnya dari ku...
"Aliandra udah gak ada.." Saat itu Farah memberi tahuku dengan wajah yang pucat dan sembab. Aku menunggunya semalaman di halte malam itu. Tetapi sampai waktu subuh, Aliandra gak juga terlihat datang. Aku fikir dia membatalkan niat kami untuk melarikan diri. Aku sudah berburuk sangka padanya. Tetapi saat pagi datang, Farah berlari menemuiku di halte. Farah memberi tahuku, kalau Aliandra mengalami kecelakaan saat dia sedang menuju halte menemuiku. Setelah koma beberapa jam, Aliandra meningga dunia. Dunia ku seketika hancur saat itu juga. Farah mengetahuinya dari Okha yang gak sengaja melihat kecelakaan itu. Saat Okha dan Farah ke rumah sakit, dokter bilang jasad Aliandra sudah di bawa pulang keluarganya. Aku bahkan gak tahu dimana letak kuburnya.
Sudah delapan tahun berlalu. Empat tahun lalu ayahku meninggal. Dosakah aku, jika saat itu kesedihanku kehilangan ayahku tidak sebesar kesedihanku kehilang dia. Sebelum ayah meninggal, aku sangat membenci beliau, karena beliau adalah pemeran utama dalam memisahkan aku dan Aliandra. Tetapi saat ayah meninggal, rasa benci itu pun melebur bersamanya. Bagaimanapun ayahku tetaplah seorang ayah yang menginginkan terbaik untuk anaknya. Walaupun hal itu belum tentu baik untuk sang anak.
Selama delapan tahun cintaku gak pernah berkurang, dalam setiap hembusan nafasku, cintaku terus tumbuh untuknya. Selama delapan tahun dia hidup dalam kenangan yang menemaniku, menemui di setiap mimpiku. Dia tersenyum di setiap senja, menyambutku dalam udara pagi, dan memelukku lembut dengan angin malam.
**********
Namaku Faran Mahersha, sekarang aku berusia 25 tahun, seorang karyawan yang berkerja di bank swasta. Hari ini aku harus mengantarkan undangan pernikahan kembaranku, Farah Maheysha. Akhirnya Okha bisa menikahi Farah setelah 9 tahun mereka pacaran. Farah bilang, yang membuatnya berat menikah, adalah aku, andai dia bisa menikahiku, dia pasti sudah meninggalkan Okha! Aku tertawa sendiri mendengarnya bicara seperti itu. Menurut Farah tidak akan ada wanita yang mampu untuk bersama ku, tetapi pikirannya berubah dan bersedia menikah dengan Okha, saat dua bulan lalu, aku mengatakan padanya kalau aku akan mencoba menerima Laudya.
Sudah jam delapan malam, saat aku kembali pulang menuju rumahku. Saat aku melewati pasar malam, aku berfikir untuk mampir ke sana. Pasar malam ini mempunyai banyak kenangan tentang aku dan Aliandra.
'Aku mau mengenangnya lagi malam ini.'
Aku berkeliling berputar di Pasar malam yang cukup luas ini. Meneliti satu persatu perubahan yang terjadi. Aku melihat kincir angin, dulu kami sering menaikinya. Setelah melihat kincir angin, pandanganku beralih pada rumah hantu. Aku tersenyum mengenangnya, saat Aliandra memeluk erat tubuhku karena ketakutan. Ku putar lagi pandanganku ke arah lain, dan....
Deg.....
Tubuhku seketika terasa kaku, mulutku tiba-tiba tidak bisa berbicara. Hanya mataku yang mampu memandangnya. Seseorang yang sangat aku rindukan selama delapan tahun ini, aku melihatnya?
Dia perlahan berjalan menuju ke arahku, tetapi pandangannya berputar ke arah lain, dia seperti meneliti pemandangan yang ada di pasar malam ini.
Gak ada yang berubah darinya, kecuali potongan rambutnya yang lebih rapih, kemeja polos yang dia kenakan membuatnya terlihat lebih dewasa. Dan dia sekarang memakai kaca mata?
Apa aku sudah salah lihat? Apa dia orang yang berbeda? tetapi wajahnya mirip sekali dengan Aliandra.
Dan semakin dia dekat ke arahku, aku semakin bisa meneliti wajahnya. Tahi lalat di bawah mata itu? Itu milik Aliandra!
Ku rasakan aroma tubuhnya, saat dia berjalan melewatiku, dekat sekali. Tetapi tubuhku benar-benar kaku, aku ingin berteriak tetapi lidahku kelu..
Sampai beberapa menit, baru aku rasakan tubuhku bisa di gerakan. Ku balikan tubuhku, aku melihat punggungnya yang semakin jauh, lalu menghilang. Di dalam pasar malam yang begitu di padati banyak orang. Aku berlari mencarinya. Saat ini mata orang-orang itu memandangku heran karena melihatku yang terus mencarinya dengan air mata yang sudah tumpah dari kelopak mataku.
Hujan tiba-tiba turun dengan deras, tetapi aku tidak berniat untuk berteduh. Aku terus mencarinya tanpa henti, entah sudah berapa kali aku terjatuh, tapi aku terus bangun dan berlari lagi di dalam derasnya hujan. Aku gak mau kehilangan dia lagi..
Entah berapa lama aku seperti orang gila mencarinya. Sampai ku rasakan pelukan seseorang menabrakku.
"Faran, please berhenti.."
"Farah? Okha?" Kenapa mereka bisa berada di sini. Ku lepaskan pelukan Farah. Okha memayungi kami dari belakang tubuh Farah. "Aku melihat Aliandra.. Tadi aku lihat dia, aku harus menemukannya..!!" Aku berteriak kepada mereka.
"Please Faran, ku mohon..! Kita semua tahu dia udah gak ada.." Farah juga sedikit berteriak.
"Aku lihat dia tadi, aku benar-benar melihatnya..!" Aku terisak lirih..
Farah memelukku lagi. "Kamu pasti terlalu merindukan dia, jangan seperti ini. Biarkan dia tenang di sana Faran.."
Apakah yang aku lihat tadi hanyalah khayalanku karena terlalu merindukannya? Tapi aku yakin tadi bukanlah khayalan, aku bisa mencium bau tubuhnya..
Tuhan apa aku sudah benar-benar gila? Aku mohon Tuhan, bawa aku sekarang ke padanya. Aku sudah tidak sanggup lagi melewati satu hari pun, tanpa dia..
Cinta itu dalam
Cinta itu luas
Cinta itu indah
Cinta itu perih
Cinta itu tidak pernah berakhir
Cinta itu tidak perlu alasan
Because i love you, Aliandra Mahardika.
Comments
Kembali di panggil para pasukan hura hara
@3ll0, @d_cetya, Ko @Tsunami dih nih org kemana ya, gak pernah nampak batang hidungnya.
aku gak brani mention mas @4ndh0 hehe koment cerita nya dong..
Kalo jadi cerbung kayaknya ini bakalan mellow,,, keren sih,,, bhasanya indah,tapi menguras airmata kayaknya,,, aq rasa sebenarnya aliandra gak meninggal,, tapi koma,trus amnesia,,,wkwkwk sinetron banget dah,,,,
Kurang detail deh menurut aku.Aliandra meninggal kenapa?
Tak kira tadi Farahnya yang meninggal.
Ka @cute_inuyasha....iya sih tapi.......
*lebay*
Gandeng @MarioBros monggo diintip mas cerpennya,,,