It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@JimaeVian_Fujo wakaka semoga isi bantalnya gk sampe tumpah ya dek.. serem kali aku dibawain jempol satu desa (berasa jd tukang mutilasi lol).. iya Iril suka mawar putih n bunga lili.
@ArDewa waduh, kemantapanmu bikin aku pengen cepet2 ngamanin kamu deh *kecup basah lagi*
oh nooo!! kalian selingkuh!! *pisahin @ArDewa n @keposeliro* malah ngobrolin German GPG *kok gk ajak2?* lol .. huhu..
@hendra_bastian sipo sipo.. ikutin schedule aku ya *kedipkedip berasa artis baru naik daun* *lol*
@notas wakaka kok jd kogoro mori?? hmmm... beda penggunaan berarti bro.. klo di Teknik itu kn buat praktikum (sotoy), jd gpp mengulang percobaan; klo di fisip (at least yg dipikirin panji sbg anak fisip), redundant itu krna berulang jd sia2 (eg. ngepropose kebijakan yg itu udah ada di status quo, jd gk perlu lg bikin kebijakan serupa yg akhirnya jd sia2).. wih gw jd kuliah subuh nih.. (buru2 masuk masjid)..
Can't wait for your new update.
@Unprince @octavfelix @harya_kei @Adamx @balaka @nick_kevin @bianagustine @Tsunami @Tsu_no_YanYan @cute_inuyasha @d_cetya @Wita @lulu_75 @arifinselalusial @fian_gundah @animan @kiki_h_n @rulliarto @bianagustine @jamesx @ffirly69 @littlemark04 @Rika1006 @Akhira @earthymooned @myl @exomale @AgataDimas @pujakusuma_rudi @yo_sap89 @DoniPerdana @kaka_el @fauzhan @muffle @notas @diodo @DM_0607 @greensun2 @Adhika_vevo @3ll0 @LeoAprinata @uci @kristal_air @MajestyS @nawancio @4ndh0 @daramdhan_3oh3 @Vanilla_IceCream @TigerGirlz @Hehehehe200x @Widy_WNata92 @sonyarenz @RegieAllvano @AvoCadoBoy @Ndraa @arbiltoha @Sicilienne @Rifal_RMR @JimaeVian_Fujo @zeva_21 @ardavaa @RogerAlpha @sunset @Arie_Pratama @gatotrusman @ragahwijayah_ @Polonium_210 @Hehehehe200x @addaa @JengDianFebrian @rendra123 @SteveAnggara @keposeliro @abiDoANk @RenoF @hendra_bastian @obay @DanniBoy @ArDewa
Let me know ya buat yg gk ingin kena seret. Danke
Sat, July 5th, Senior Year
02:58 a.m.
“Ril, bangun, Ril...”
Aku menepuk-nepuk pipi Iril pelan. Tapi masih saja Iril susah dibangunkan. Gila! Sampai capek aku banguninnya.
“Ril, bangun dong. Katanya mau nonton bola...”
Iril tetap bergeming. Duh, pake cara apa lagi ya supaya dia bangun. Masalahnya dia udah sadar, hanya mager aja untuk bangun.
“Ril, bangun gak? Atau batal nih pacarannya?”
Dengan cepat Iril mengangkat badannya. Matanya langsung terbuka lebar. Huft! Ternyata ancaman yang ini efektif juga.
“Aduh, beib. Kok ngancem gitu sih,” ujar Iril sambil mencoba memelukku tapi berhasil kuhindari.
“Makanya cepetan bangun. Katanya mau sahur sambil nonton Brasil lawan Kolombia. Bentar lagi mulai nih,” elakku.
“Iya deh, aku bangun nih,” sahut Iril malas.
Aku segera berdiri dan bersiap untuk keluar kamar Iril. Tapi dia masih saja duduk di kasurnya. Aku pun berbalik dan menarik lengan Iril.
“Ayoook, Nying! Cepetan bangun. Ntar gampang tidur lagi abis sholat subuh,” desakku.
Setelah berbagai tarik ulur, aku dan Iril pun keluar kamar dan bergabung dengan beberapa anak kosan lainnya di ruang tengah. Aku tidak terlalu akrab dengan mereka, selain karena mereka penghuni baru tetapi juga karena kamar mereka yang jauh dari kamarku yang berada di ujung koridor.
Suasana ruang tengah sedikit ramai dengan anak-anak kosan yang menonton siaran langsung piala dunia. Aku dan Iril juga nggak mau ketinggalan. Untungnya sebelum membangunkan Iril, aku sudah lebih dulu membeli nasi bungkus. Jadi bisa tinggal dimakan tanpa melewatkan pertandingan.
Sembari menyantap makan sahurku, aku mengamati jalannya pertandingan. Tanpa terasa, makananku pun habis dan babak pertama berakhir dengan skor 1-0 untuk Brasil.
Aku meletakkan piringku dan kulirik Iril. Ya ampun, makanannya masih utuh. Dia masih saja terkantuk-kantuk dan sesekali tertidur sambil duduk. Dengan cepat, aku membangunkan Iril lagi.
“Nying, bangun, Nying,” kataku sembari kugerak-gerakkan pundak Iril.
Iril pun terlihat bingung dengan wajah belernya. Dia lalu mengucek-ucek matanya.
“Buruan, dimakan, Ril. Keburu imsak loh,” lanjutku.
“Oh iya! Eh, suapin dong...” pinta Iril.
Aku terdiam. Kulirik sekitarku yang untungnya tidak ada yang memperhatikan kami. Damn! Bisa salah paham sama penghuni kosan baru nih kalo mesra-mesraan di tempat umum seperti ini.
“Beb..”
Duuk!
Dengan cepak aku menendang tengkuk Iril. Dia mengaduh. Dengan cepat pula, aku menyendok nasi Iril dan menjejalkannya ke mulut Iril.
“Pelan-pelan Beb---”
Aku segera membungkam mulutnya dengan suapan selanjutnya. Sial! Ada yang ngelihatin lagi.
“Aih, Kak Panji dan Kak Iril mesra banget deh,” ujar seseorang yang aku tak tahu siapa namanya tapi ternyata dia tahu namaku dan Iril.
Aku hanya tersenyum cuek menanggapi ujaran orang itu.
“Sumpah ngiri banget deh sama kakak-kakak yang sohib-an kayak gitu,” lanjutnya.
Aku hanya diam.
“Sekarang kami udah pac---”
Aku memotong kata-kata Iril dengan suapan berikutnya. Iril pun terdiam dan hampir tersedak. Rasain!
“Ih, kok Kak Panji main kasar gitu sih ke Kak Iril,” sambung orang itu.
Dammit! Kenapa orang ini ikut campur banget sih?
“Oh ya, Kak. Gw boleh minta foto selfie bareng kalian nggak?” tanya orang itu.
Aku dan Iril menatap orang itu bingung. Tanpa babibu, aku dan Iril ikut saja dengan ajakannya.
Cekriiiik..
Sebuah jepretan kamera depan sukses menangkap gambar kami bertiga.
“Nah, sekarang gw pengen ngambil foto kalian berdua aja, kak. Boleh ya?”
Dengan kikuk, aku dan Iril mengikuti saja permintaannya yang aneh-aneh.
“Duh, lebih deket dong, Kak. Kalo bisa yang mesra...”
Sial! Apa coba mau orang ini?
Cekriiiiik...
Jepretan kedua pun selesai. Orang itu tersenyum girang melihati fotoku dan Iril. Gila!
“Kak. Makasih ya. Nggak nyangka bisa dapetin foto kalian berdua juga. Selama ini gw cuma bisa liatin kalian dari jauh padahal. Gw nge-fan banget sama kalian berdua loh. Hehehe..”
Hmmm aku mengerti! “Lo fudan ya?” tanyaku.
“Iya, Kak. Hehe. Gemes deh liat kalian berdua. Serasi banget,” ujar orang itu.
Iril langsung menyambut pujian orang itu dengan cengiran kuda. Sigh!
“Oh ya, kenalin, Kak. Nama gw Mario. Sekarang tingkat dua. Setahun kemarin tinggal di Asrama UI,” ujar orang yang ternyata bernama Mario itu sembari menjabat tangan Iril.
“Sip. Salam kenal, Mario. Lo udah tauk nama gw sama Panji kan?” sahut Iril menerima jabat tangan Mario.
“Udah, Kak. Gw udah kepo malah, hahaha,” sahut Mario sembari cengengesan.
“Serius?” timpa Iril cepat.
“Becanda, Kak. Hehe. Kalian berdua kan terkenal. Siapa coba yang nggak kenal?” tukas Mario sembari memasukkan HP-nya ke kantung celana.
Mario pun akhirnya berpamitan kembali ke kamarnya lebih dulu. Tinggal aku, Iril, dan dua orang lainnya di ruang tengah. Menunggu putaran kedua pertandingan Brasil lawan Kolombia.
“Beib, aku mau susu dong,” bisik Iril tiba-tiba.
“Susu? Random banget sih. Cari sendirilah sana di warung!” dengusku.
“Yah, mager nih, Beib. Kalo susu kamu aja boleh nggak?”
Plaak!!
Satu timpukan kulayangkan ke kepala Iril. Iril pun mengaduh kesakitan. Rasain! Gemes banget rasanya.
Waktu terus berjalan. Setibanya azan subuh berkumandang, aku dan Iril segera bersiap ke masjid terdekat. Masjid yang biasanya sepi akan selalu ramai seperti ini tiap Ramadhan. Setelah mengambil air wudhu dan sholat tahiyatul masjid, subuh berjamaah pun dimulai.
Iril berada di saf sholat yang sama denganku dan tepatnya berada tepat di sampingku. Di ujung rekaat shalat, tepat setelah Imam mengucap salam, listrik tiba-tiba padam. Dalam sekejap, masjid pun menjadi gelap gulita. Beberapa suara gemuruh jamaah pun terdengar.
Aku meraba-raba ponsel yang aku letakkan di depanku selama sholat. Ketika aku menemukannya, tanganku tiba-tiba ditarik oleh orang di sebelahku yang kuyakin benar kalau dia itu Iril.
Cuuup!
Sebuah kecupan tiba-tiba mendarat di pipiku. Dari Iril. Sial dia curi-curi kesempatan.
Aku hendak menyikutnya namun justru pundakku dirangkul dari belakang.
Cuuup!
Kecupan kedua mendarat di punggung tanganku. Ya Tuhan! Aku kecolongan lagi.
Lampu pun menyala dan kudapati Iril cengengesan melihatiku.
Huft!
***
10:04 a.m.
“Beib, jalan yuk,” teriak Iril yang tiba-tiba nyelonong masuk ke kamarku. Untung saja aku sudah selasai ganti baju. Apa jadinya kalau dia melihatku shirtless? Duh, kenapa terpikir kesitu ya? Perasaan dulu biasa saja ganti baju di depan Iril. Apa karena status pacaran?
“Hey, Beib, udah ganteng tuh. Udah, yuk jalan,” sambung Iril sembari menarik tanganku. Aku segera menepisnya.
“Bab-beb-bab-beb, ntar kalo ada yang denger gimana?” dengusku kesal.
“Lah, woles aja kali, Beib,” sahut Iril tak acuh.
“Wolas-woles. Emangnya mau kemana sih kita?” tanyaku ke Iril.
“Ke Margo City aja yuk,” saran Iril.
“Mau ngapain, Nying? Kan lagi puasa, gk bisa makan-makan, mau bengong aja di sana?” cercaku.
“Mau pacaran lah. Emang pacaran harus selalu sambil makan?”
“Ah, sok pengalaman lo, Ril!”
“Weitss, meski masih newbie, aku udah baca tuh manual pacaran gimana.”
“Terus yang lo dapetin apa, Nying?”
“Duh, pake aku-kamu juga dong, Beib.”
“Iya, iya. Jadi apa yang kamu dapetin dari manual itu?”
“Gak ada! Wong bukunya aja nggak ada! Aku cuma ngarang. Hahahay.”
“Huh. Dasar Unying! Monyet! Terus kita mau ngapain nih, Ril?”
“Cari tauk ntar aja deh. Yuk capcus, Beib.”
Iril memegang dan menarik tanganku. Ya Tuhan! Kami pegangan tangan.
“Lepasin, Nying! Kita biasa aja dong,” protesku ke Iril, tapi tidak dihiraukannya.
Aku dan Iril berjalan bergandengan tangan menyusuri koridor kosan. Tiba-tiba langkah kami terhenti. Ada seseorang yang memanggil kami dari belakang. Mamy, ibu kosan.
“Panji, Iril? Kalian kok gandengan tangan begitu?” tanya Mamy.
Aku segera melepas genggaman tangan Iril dan tersenyum manis ke Mamy. Iril hanya cengengesan. Kami hanya diam, tidak menjawab pertanyaan Mamy itu.
“Eh, kalian udah bayar kosan belum sih?” tanya Mamy berikutnya.
“Ya ampun, My. Kami udah bayar. Masa’ lupa?” sahut Iril.
“Yakin nih? Kok Mamy ngerasa kalian belum bayar ya?” selidik Mamy.
“Hmmm aku udah tauk nih kalo bakal begini jadinya. Nih my,” balas Iril sembari menunjukkan foto kwitansi pembayaran kosan. Mamy memandangi foto itu, lalu manggut-manggut percaya.
“Tapi kok pemasukan kosan ada yang kurang ya,” gumam Mamy sembari menggaruk-garuk kepalanya.
“Si Chandra tuh, My. Kayaknya dia belum bayar!” sela Iril.
“Oh iya ya? Itu bocah kemana sih?” tanya Mamy.
“Nggak tau, My. Tapi katanya bulan depan dia udah nggak mau ngekos lagi,” sahut Iril.
"Oh ya? Emang dia lulus bulan depan tah?" balas Mamy.
"Kagak, My. Dia baru mau skripsian bulan depan. Tapi karna jadwal kuliahnya yang udah longgar, dia nebeng tinggal bareng om-nya di Bogor," terang Iril.
“Oooh.. Yaudah deh, ntar Mamy tanya ke tuh bocah. Eh, kalian mau kemana nih? Puasa-puasa gini udah dandan ganteng aja,” lanjut Mamy.
“Mau ke Margo, My,” balas Iril.
“Mau ngapain?” tanya Mamy kepo.
“Mau kencan, My,” jawab Iril asal.
Aku langsung menginjak kaki Iril. Dia kaget dan mengaduh, lalu tersenyum kuda.
“Ada-ada aja kalian ini. Masa cowok sama cowok kencan. Siang-siang lagi. Bulan puasa pula. Hahaha,” canda Mamy.
“Hahaha becanda kali, My,” timpaku meneruskan candaan Mamy yang sebenarnya memang fakta.
“Eh, My. Sharing dong pengalaman malam pertama gimana,” kata Iril ngaco. Untuk kedua kalinya, aku menginjak kaki Iril tapi dia sempat menghindar. Sial!
“Boleh, boleh. Sini duduk,” tawar Mamy sembari mengajak aku dan Iril duduk di bangku teras kosan.
“Nggak deh, My. Makasih,” tukasku sembari menarik Iril pergi.
“Loh kok malah pergi?” teriak Mamy bingung.
“Panji udah gak sabar buat kencan nih, My!” teriak Iril balik.
Sial! Aku sikut Iril kuat.
“Beib, kok kamu jadi KDRT gini sih? Jadi mirip Baim. Huhu,” gumam Iril sembari mengelus-elus lengannya.
Aku misuh-misuh.
Setelah beberapa menit berjalan, kami pun tiba di Margo City. Meski puasa, suasana Mall tetap ramai. Apa sih yang orang cari di tempat ini?
“Kita nyari baju yuk, Beib,” kata Iril tiba-tiba.
“Baju apa?” tanyaku.
“Baju lebaran. Hahahay,” jawab Iril ngasal.
Aku diamkan saja. Bisa keterusan kalo aku ladeni. Kami pun mengunjungi beberapa butik pakaian dan memilih-milih. Namun berjam-jam mencari, tidak ada yang kami beli, terlalu banyak pertimbangan.
“Beib, capek ya. Kita istirahat dulu, yuk,” ajak Iril sembari menarikku ke area foodcourt.
“Ril, kenapa ke sini sih? Puasa woy!” cibirku ke Iril yang menurutku salah mencari tempat beristirahat.
“Nggak ada tempat lain, Beib. Cuma di sini yang ada kursinya. Yudahlah, kita kan gak pesen makan di sini,” jawab Iril.
Kami pun berisitirahat di salah satu meja foodcourt. Jalan-jalan di mall seperti ini memang melelahkan. Kakiku sampai pegal begini.
“Awas ya, Nying. Jangan tergoda buat makan. Gw inget banget dulu kamu pernah batalin puasa karena ngeliat orang makan,” aku memperingatkan Iril.
“Nggak lagi-lagi lah. Sekarang kan aku udah berubah. Gak begajulan lagi kayak dulu, Beib,” sahut Iril.
“Bagus deh kalo gitu.”
“Eh, tapi, Beib. Gw kok tiba-tiba takut puasa gw batal ya?”
“Tuh kan! Pindah tempat aja, yuk.”
“Bukan, bukan karena tempatnya, Beib. Gw takut batal karena ngeliatin lo terus. Lo manis banget sih, jadi pengen nyicipin deh.”
“Ah sial! Gombal banget lu!”
“Aih, aku serius, Beib.”
“Terserah deh. Asal jangan sampe napsu aja, Ril. Puasaku bisa ikut batal nanti. Hahaha.”
“Hahaha.”
“.......”
“.......”
“.......”
“.......”
“.......”
“.......”
“Eh, Ril, kita mau ngapain nih abis ini?”
“Nggak tau, Beib.”
“.......”
“.......”
“.......”
“Eh, Beib. Kamu udah nonton siaran ulang Jerman-Prancis belum? Kita kemarin kan langsung tidur tuh. Kalo bukan karna mau pacaran sama kamu hari ini, bakal aku bela-belain begadang tuh. Tapi bisa-bisa aku tepar sekarang.”
“Belum, Ril. Gimana hasilnya? Siapa yang masuk semifinal?”
“Jerman, Beib. Skor tipis cuy, satu kosong. Dramatis banget lagi mainnya.”
“Wah, siap-siap lawan Brasil di semi dong kalo gitu. Aku dukung tuan rumah aja deh. Semoga Brasil yang menang ya, Ril.”
“Jerman lah, Beib. Pas sahur tadi kita nonton bareng kan gimana pertandingan Brasil vs Kolombia. Biasa aja, Beib.”
“Gak biasa kali, Nying. Brasil bisa mertahanin kandang mereka dan ngalahin Kolombia yang banyak dijagoin jadi Kuda Hitam. Pas awal main, temponya lambat, tapi tiba-tiba di menit ke-enam Thiago Silva berhasil ngebobol gawang Kolombia dari umpan crossing.”
“Aih, nggak suka ah, Beib. Karena setelah itu Brasil mainnya pake strategi negative footboll buat mancing lawan.”
“Tapi berhasil kan, Nying, strategi itu? Kolombia jadi terpancing juga ngelakuin hal yang sama sampai akhirnya babak pertama selesai. Terus di babak kedua lebih sengit kan? Terutama setelah Brasil bikin gol kedua dan Kolombia terus nyerang. Meski berhasil ngebobol sekali gawang Brasil, tapi skor 2-1 tetep bertahan sampai akhir.”
“Tetep aja gak seru, Beib. Soalnya gol Kolombia kan datengnya dari pelanggaran dan tendangan penalti.”
“Ish, itu mah karena pas nontonnya kamu masih beler, Nying. Makan sahurnya aja linglung sampe harus aku suapin.”
“Dih, aku minta disuapin kamu kan karena kita udah pacaran, Beib. Gimana sih?”
“Kamu tetep aja ya nggak berubah. Apaan lah kata si Baim katanya kamu sekarang banyak berubah tapi sama aja tuh.”
“Bodo ah. Pokoknya kalo kamu nonton Jerman vs. Prancis juga, bisa-bisa kamu jadi pindah dukungan loh. Yang ini seru banget soalnya.”
“Seru gimana, Ril?”
“Pokoknya dari awal pertandingan udah intens banget dan tempo mainnya cepet. Keliatan banget deh kedua tim ngotot buat cetak gol duluan. Tapi perlahan, Jerman ngambil alih permainan, Beib. Jerman mulai menekan daerah pertahanan Prancis. Tapi justru Benzema yang membalik keadaan, dan mengancam gawang Jerman duluan di menit kedelapan. Tapi sayangnya sepakan Benzema melebar. Jerman terus balik nyerang dengan freekick Toni Kross ke kotak pinalti Prancis. Dan epiknya, bola langsung disundul Mats Hummels sampe gawang Perancis kebobolan satu kosong.”
“Gila. Itu intens banget sih. Padahal baru menit-menit awal ya, Ril. Tapi setelah itu permainan jadi kendur gak, Ril?”
“Nggak, Beib. Justru makin sengit. Jerman terus nyerang, tapi Prancis juga sempat bikin Jerman kerepotan. Bahkan Valbuena sempat hampir berhasil ngebobol gawang Neuer. Dan setelah jeda, babak kedua tetep sengit, kedua tim masih sama-sama ngotot. Varane hampir sukses tuh manfaatin crossing Cabaye, tapi gawang Jerman masih selamat. Nah, yang lebih epik lagi, pas Schurrle masuk, serangan Jerman jadi makin kuat. Sampai akhirnya skor bertahan dan Der Panzer berhasil melaju ke semifinal.”
“Schurrle itu yang pemain Chelsea kan, Ril?”
“Iya, Beib. Dia mainnya bagus sih, tapi Lloris gak kalah sengit. Jadi dia gak berhasil nambah gol.”
“Tapi gila ya, Ril. Jerman-Prancis ini kan rival bebuyutan. Prancis pasti belum lupa tuh sama kekalahan tahun 82, kalah 3-1 di adu pinalti.”
“Dan mereka ketemu lagi di World Cup selanjutnya yang di Meksiko. Dan Jerman menang lagi.”
“Hmmm poor France.”
“Iya, Beib. Padahal klo secara kultur, aku suka dua-duanya. Tapi kalo di World Cup, aku lebih suka sama Jerman sih.”
“Aku juga sempat suka Jerman. Tapi bad timing banget ya, Ril. Piala dunia tahun ini barengan sama bulan puasa. Jadi kedistrak ibadahnya.”
“Iya, Beib. Sama kayak kita lah, pacarannya bad timing. Jadi nggak bebas karena puasa.”
“Eh, itu mah good timing, Ril. Jadi kamu nggak bisa macem-macem nanti. Huhu. Lagian kamu sendiri kan yang minta ngepasin sama hari ultah kamu. Meski akhirnya pacarannya mundur sehari sih.”
“Abis gw kan mau fokus revisian dulu, Beib. Tapi gapapalah, yang penting kita jadian.”
“Iya, iya. Jadi jangan macem-macem ya. Ntar puasa kita nggak afdhol.”
“Siap, beib. Hahaha..”
“.......”
“.......”
“.......”
“Tapi btw, dunia lagi kacau begini piala dunia tetep jalan ya.”
“Kacau gimana, Ril?”
“Ya itu, di saat Palestin-Israel lagi memanas konfliknya, di Brasil malah memanas pestanya.”
“Nah iya tuh, Ril. Akhir Juni kamerin sampe hari ini belum mereda kan? Serangan udara Israel habis-habisan tuh ngegempur Gaza.”
“Sebenarnya aku gemes banget loh, Beib, sama konflik dua negara ini yang gak slesai-slesai. Terutama UNSC tuh, yang punya duty buat maintain international peace and security, tapi seolah ogah-ogahan buat nge-resolve konflik.” (*UNSC: United Nation Security Council/Dewan Keamanan PBB)
“Ya gimana pun ada political interest lah, Ril, di sana. US sebagai permanent member UNSC bisa veto resolusi apapun kan. Meski General Assembly setuju buat bertindak, tapi yang punya power kan tetep UNSC.” (*Veto: hak untuk membatalkan keputusan, ketetapan, rancangan dan resolusi; General Assembly : organ PBB dimana setiap negara anggota memiliki perwakilan dengan hak dan kewajiban yang setara)
“Setuju banget, Baib. Itulah kenapa aku pengen jadi diplomat. Minimal aku bisa involve di bilateral agreement, buat galang dukungan ke negara-negara yang butuh International Aid.”
“Aku selalu dukung kamu lah, Ril. Kita bagi-bagi tugas. Kamu urusin masalah luar negeri, aku urusin masalah dalam negeri. Karena bagaimanapun negara kita juga masih banyak masalah.”
“Orang-orang kita mah norak, Beib. Ambil contoh reformasi yang menuntut demokrasi. Tapi seolah kita belum siap sama demokrasi, kebebasan ini justru bikin kita terpecah karena tiap kelompok ingin memimpin dan menyuarakan keinginan mereka masing-masing.”
“Nggak juga lah, Ril. Kebebasan berekspresi yang di-catter sama demokrasi juga salah satu faktor keutuhan NKRI. Gak kebayang kan kalo kita masih dibawah diktatorship?”
“Tapi orang-orang kita masih suka latah, Beib. Mereka ini political education-nya minim, tapi latah dan emosian. Liat aja kampanye-kampanye pendukung Prabowo-Jokowi, banyak black-campaign-nya.”
“Ya, itu bagian dari aspirasi. Justru fenomena ini nunjukkin antusiasme rakyat kita buat involve di politik, involve di pesta demokrasi.”
“Tetep aja kan, Beib, kalo kita harus bersikap sehat. Harus belajar rasional dalam mendukung calon.”
“Ya, at least nggak pada apatis, Ril. Jadi siapapun yang kepilih nanti, rakyat lebih punya concern buat ngasih pengawasan ke pemerintah.”
“Hmmm okelah kalo rakyat bisa begitu. Tapi gw jamin, wakil rakyat susah buat bersatu. Bakal pecah tuh koalisi-koalisi di DPR. Duh, kalo udah ngomongin DPR, aku jadi suka gemes deh, Beib. Mereka itu nggak sadar apa kalo tingkah mereka itu jadi cerminan bangsa ini. Jaga sikap lah harusnya.”
“Aku setuju sih kalo mereka harus jaga sikap. Terutama kalo aktivitas mereka diliput. Tapi kadang propaganda media yang berlebihan, Ril. Mereka cenderung mengekspos berita-berita jeleknya dibanding prestasinya.”
“Nah memang udah tugas media kali, Beib, buat jadi watch-dog pemerintah. Harusnya media pemerintah yang kreatif ngasih counter-propaganda. Tapi banyak banget kan humas DPR yang gitu-gitu aja. Gak nyesuaiin sama lanskap rakyat kita.” (*Watch-dog : pengawas)
“Tapi memang nature-nya media sih, Ril, yang sukanya ngejar berita sensasional. Kalo beritanya gak buruk, kan gak dramatis, gak tinggi ratingnya. Liat aja, banyak kan media, terutama stasiun TV, yang gak kreatif menyusun program tayangan mereka. Kalo gak sinetron, acara lawak, acara musik, dan hiburan nggak penting lainnya. Yang lebih parah sih, dampaknya kena ke anak-anak.”
“Bener banget sih kalo yang itu. Masih inget sama anaknya Mamy nggak, Beib? Yang suka banget nonton sinetron. Gila masih kecil begitu mulutnya udah nyablak, hobinya cabe-cabean. Mau jadi apa gedenya. Bagus deh, akhirnya Mamy ngirim dia ke pondok pesantren.”
“Tapi sayang ya, pondok pesantrennya yang kejawen gitu, Ril. Padahal kan udah mulai banyak tuh pondok modern yang menyesuaikan pengajaran Islam dengan perkembangan zaman. Gontor kek, atau Darul Hufazh.”
“Duh aku nggak ngerti pondok-pondokan gitu deh, Beib. Emang kenapa gitu kalo kejawen?”
“Ya, masih ada ajaran-ajaran atau tradisi animisme dinamisme gitu lah, Ril.”
“Aih, serem dong. Aku jadi inget sama orang yang tinggal di seberang kosan kita itu. Katanya dia melihara keris. Ada yang bilang jenglot juga. Padahal orangnya keliatan alim gitu. Duh, makin menambah ke-horror-an UI aja.”
“Itumah nggak horror kali, Ril. Biasanya mereka miara gitu buat diri mereka sendiri. Yang horror itu kunti-kunti jahil yang di kampus.”
“Iya banget, Beib. Kapok banget deh sama hantu UI. Kamu masih inget gak, Beib, hantu asrama yang dulu nakutin kita itu?”
“Inget sih. Tapi katanya itu bukan hantu, Ril. Itu maling profesional alias make ilmu gaib.”
“Profesional dari Hongkong? Apaan coba, masa nyuri sambil topless gitu. Cuma make boxer lagi.”
“Hahaha topless! Jadi inget candaannya Aldo yang ngatain kalo tuh maling gay eksibisionis yang doyan topless.”
“Hahaha, iya tuh, Beib. Tapi belum tentu gay juga sih, soalnya dia suka beraksi di asrama cewek juga kan? Gila dah, pas Lena dulu marah-marah karena BH-nya hilang. Dia nuduh tuh maling yang ngambil. Padahal buat apa coba?”
“Ya, siapa tauk tuh maling suka cross-dressing, Ril. Hahaha.” (*Cross-dressing : memakai pakaian/item yang berlawanan dengan gender-nya)
“Hahaha. Atau ternyata dia memang cewek yang feminis parah sampe jadi tomboy akut. Kamu inget kan sama feminist movement yang ekstrim sampe mereka SlutWalk, bugil di jalanan dan nantangin cowok ‘Rape me if you want!’. Gila banget dah.” (SlutWalk : gerakan transnasional yang dimulai sejak 3 April 2011 di Toronto, berupa long march untuk memprotes stereotype bahwa pemerkosaan disebabkan karena kesalahan wanita yang berpakaian seperti slut/pelacur, padahal penyebabnya adalah kaum pria sendiri yang tidak bisa menahan birahinya)
“Hahaha kayaknya kita yang udah mulai gila nih, Ril. Obrolan kita udah ngelantur kemana-mana. Padahal lagi saturdate.”
“Hehe, iya ya. Habisnya nggak tau sih, pacaran mau ngapain aja. Kalo sama kamu mah seru banget ngobrol begini, Beib. Sampe sering lupa waktu.”
“Weitts. Kali ini jangan lupa waktu. Udah zuhur nih, Nying. Sholat yuk.”
“Ayuk!”
Aku dan Iril pun mengakhiri obrolan tidak jelas yang mengarah kemana-mana itu. Kami menuju lantai dua di tepi gedung Margo City, tempat dimana mushola berada. Setelah menunaikan sholat bersama, kami berkeliling lagi dan akhirnya menemukan sesuatu untuk dibeli.
“Beib, yang ini cocok banget ya sama kita. Kita beli yuk. Eh, aku yang bayarin ya,” ujar Iril setengah berbisik.
Aku mengiyakannya. Iril membelikanku kaos berwarna hitam dengan motif yang sama dengan kaos yang Iril beli, hanya saja milik Iril berwarna putih. Aku suka warna hitam dan Iril suka warna putih. Kaos bermotif sama ini Iril sebut kaos couple. Karena kebetulan limited edition, jadi seolah eksklusif dibuat untukku dan Iril; begitu katanya. Aku iya-in aja deh.
Aku dan Iril beristirahat kembali di salah satu meja foodcourt. Kami meluruskan kaki yang kelelahan. Rasa lelah yang lebih karena memang sedang berpuasa. Energi harus dipakai sehemat mungkin.
Aku menarik HP dari kantong celanaku. Ada banyak notifikasi Whatsapp yang menumpuk. Berbagai grup sudah berisi ratusan pesan yang membuatku malas membacanya. Aku hanya masuk lalu keluar. Bersihlah semua notifikasi di aplikasi tersebut.
Namun, sebelum aku memasukkan lagi HP-ku ke kantong, sebuah notofikasi baru muncul. Dari Iril. Buat apa coba? Padahal dia lagi duduk di sebelahku. Aku langsung membukanya.
Iril : “ “
Panji : “ ?? “
Iril : “ ”
Panji : “ knp nying? Senyum2 sendiri ”
Iril : “ ”
Panji : “ gila! ”
Iril : “ kayaknya aku udh gila deh, beib ”
Panji : “ emang gila! ”
Iril : “ aku tergila-gila sama kamu ”
Panji : “ zzzz ”
Iril : “ aku sempet bingung jg sih kok aku bisa senyum2 sendiri. Baru nyadar, kalo aku lg ngeliatin kamu ”
Panji : “ ”
Iril : “ dih, kok poker face begitu, ikut senyum dong ”
Panji : “ ”
Iril : “ kok malah cemberut?? ”
Panji : “ ”
Iril : “ -> kiss form iril -> ”
Panji : “ #najong #lemparpiso ”
Iril : “ ih, buat apa piso nya?? mw main masak2an?? ”
Panji : “ bwt nusuk km nying !! ”
Iril : “ bebeb mah sukanya main tusuk2 ”
Panji : “ biarin! biar km berdarah-darah ”
Iril : “ atuhlah klo mw nusuk aku, aku rela ditusuk dmn aja, asal jangan di hati aku, kan di hati aku ada km beb ”
Panji : “ o_o ”
Iril : “ beb, kok aku jd pengen cepet buka puasa ya ”
Panji : “ tuh kan! ”
Iril : “ pengen bgt “
Panji : “ tahan lah, masih siang gini “
Iril : “ aku gak bisa tahan beb ”
Panji : “ lebay, kmaren2 aja kuat ”
Iril : “ kali ini aku gak kuat “
Panji : “ ??? “
Iril : “ aku gak kuat buat gak nyium km, beb, jadinya pengen cepet2 buka, biar halal nyium kamunya, huhu ”
Panji : “ o_o ”
Iril : “ km mah kalo begitu jd makin unyu, aku jd pengen bgt cepet2 buka, lol “
Panji : “ zzz “
Iril : “ aih, muka km merah tuh beb ”
Panji : “ biarin! ”
Iril : “ jangan dibiarin atuh, aku makin gk kuat nanti, abisny km manis bgt, menggoda bgt “
Panji : “ iya kah? “
Iril : “ iya iya ”
Panji : “ yaiyalah, panji gitu loh ”
Iril : “ huhu narsis nih ye “
Panji : “ lah km sendiri yg bilang gitu “
Iril : “ gpp deh km narsis, aku jg mw narsis klo gitu ”
Panji : “ apa yg bisa km narsisin nying? ”
Iril : “ aku mau narsis kalo aku punya pacar paling manis sedunia “
Panji : “ gombal !! “
Iril : “ beneran, klo gombal brarti aku boong dong, kan lg puasa jd gk boleh boong, ntar batal ”
Panji : “ terserah deh ”
Iril : “ oke kalo terserah, aku boleh liatin km terus ya beb “
Panji : “ jangan ah, haram! “
Iril : “ yg haram itu kalo km pergi ninggalin aku beb ”
Panji : “ dih, awas loh klo sampe batal puasa beneran karna ngeliatin aku terus ”
Iril : “ gpp deh, asal pacaran kita gak batal “
Panji : “ zzz “
Iril : “ hahaha “
Panji : “ udahan deh, ngapain sih kita deketan gini masih wasapan? “
Iril : “ tenggorokan kering, haus, capek ngomong beb, simpen tenaga lah “
Panji : “ yudah pulang yuk “
Iril : “ yuk, kayakny km bisa kena demam lg deh klo lama2 di sini “
Panji : “ hah? “
Iril : “ eh, beneran beb, kmaren aja km udah demam kan? “
Panji : “ demam apaan? “
Iril : “ demam beb, fever “
Panji : “ nope, i didn’t have any fever yesterday “
Iril : “ yes, you did have fever yesterday, and now, you do have a fever too“
Panji : “ i did not, i do not “
Iril : “ aw, am i mistaken ? i tot you had fever, coz u just look so hot to me “
Panji : “ hmmm nice try.. “
Iril : “ huhu, anw i’m concerned that your hotness may eventually make me insecure “
Panji : “ insecure 4 what? “
Iril : “ for barely handling my desire not to touch you ”
Panji : “ #hoek #muntah “
Iril : “ *so much win ”
Panji : “ selamat ya, nying “
Iril : “ iya, km juga selamat ya, beb ”
Panji : “ ?? “
Iril : “ selamat km udah pacaran sm aku, huhu ”
Panji : “ #$&(^%#!*&%$# “
Iril : “ beb km tau gk kenapa aku selalu bahagia tiap hari ultahku tiba? ”
Panji : “ km pernah bilang dulu, krna the 4th of july kan? Jadi barengan sama hari kemerdekaan US dan km anggap semua orang US ikut ngerayain ultah km ”
Iril : “ iya beb, km masih inget aja klo aku pernah bilang gitu ”
Panji : “ panji gitu loh haha ”
Iril : “ tp tau gak beb, dari semua 4th of july, cuma kali ini yg bikin aku paling bahagia, becoz not only US celebrating this day, but also ‘us’, you and me, with our love *kiss *kiss ”
Panji : “ -..- ”
Iril : “ makasih beb km udah ikut rayain ultah aku dg cinta kita berdua, hahahay ”
Panji : “ -_- ”
Iril : “ hahaha, eh, btw ntar kita buka di kamar aja y, beb ”
Panji : “ takjilan doang? Buka pake apa di kamar ? indomie ? “
Iril : “ bukan ”
Panji : “ terus? “
Iril : “ kita buka-bukaan baju aja ”
Panji : “ jangan mesum nying #ingetpuasa “
Iril : “ astapirulloh ”
Panji : “ astaghfirulloh nying, yg bener dong nulisnya “
Iril : “ astaghfirulloh subhanallah masyaallah pacar aku kok manis bgt sih ”
Panji : “ #silly “
Iril : “ you can call me silly, you can call me stupid, or you can call me tonight, hahahay ”
Panji : “ @!#$%&*$@#$ “
Iril : “ if i for iril & p for panji then i + p = 69”
Panji : “ puasa nying -___- “
Iril : “ hey what’s wrong with 69? it’s just a mere number, you pervert ! ”
Panji : “ damn! “
Iril : “ damn i love you so much, hahahay ”
Panji : “ #gombal #lemparhp #oke #bye “
Iril : “ beb? ”
Iril : “ ”
Iril : “ hey.. ”
“Hey, kok udahan sih, Beib?” tanya Iril tiba-tiba.
“Capek ah. Gombal mulu!” sahutku.
“Yah, kan seru, Beib. Kamu juga suka kan? Daritadi cekikikan. Tuh, muka kamu masih merah.”
“Merah darimana sih? Udah deh. Balik yuk, Nying.”
“Hahaha yudah deh. Ntar kalo aku gak kuat dan kelepasan nyium kamu di sini kan bahaya.”
“Huft!”
Aku dan Iril pun pulang ke kosan dan bersiap untuk ngabuburit sebelum waktu buka tiba. Ternyata menjadi pacar Iril tidak seburuk yang aku bayangkan. Kami sama saja seperti sebelumnya, dengan atau tanpa status. Tetap akrab seperti ini. Aku senang.
***
Bersambung ke Chapter 17.3 : Before Mid Night
Dapat ilmu buat ngegombal. Wakakaka.❤ Iril