BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Boy, Love & Peace (Lembar 1)

edited January 2015 in BoyzStories
Lembar 1 (https://boylovestories.wordpress.com/category/boy-love-peace/lembar-1)

Awal Tahun Ajaran Baru

Pfft.. aku melangkah menuju gerbang sekolah dengan malas setelah liburan kenaikan kelas selama 2 minggu. Bukan karena aku malas buat masuk lagi ke sekolah, tapi ‘hei ini masih jam 6.05, bukankah ini terlalu pagi?’ gerutuku dalam hati. Kalo bukan gara-gara motorku harus masuk bengkel kemaren sore dan kalo bukan mama yang nyuruh buat nebeng kakakku itu pasti aku ga bakal ke sekolah sepagi ini.

Suasana pagi ini benar-benar cerah, matahari bersinar begitu terik. Tapi hal itu saat ini sangat aku benci. Betapa tidak menyebalkan, disaat ini hari senin dan hari pertama masuk sekolah kenapa begitu cerah? Harusnya kan turun hujan aja biar ga ada upacara dan ga bakal kepanasan kan?

Kulihat digerbang sekolah udah berjejer beberapa murid yang berseragam sama sepertiku. Mereka anak OSIS yang rela pagi-pagi berangkat sekolah demi nampang di sekolah dan hari ini hari pertama MOS, tentu mereka sangat antusias untuk ngerjain siswa baru. Aku berjalan melewati mereka dan mulai memasuki gerbang sekolah.

“eh do, kenapa kemaren ga masuk les?” tanya cewek berkucir kuda tepat disaat aku didepan gerbang.

“eh nana, sorry kemaren aku ga masuk les gara-gara motorku musti masuk bengkel.”jawabku sambil nyengir kuda. Memang tiap jum’at dan minggu sore aku ada jadwal les tambahan, dan nana adalah temenku di tempat les yang kebetulan juga temen sekolah.

“oh gitu.. by the way tumben pagi banget ke sekolahnya? Mau ikutan MOS lagi?” candanya.

“ga kok, Cuma tadi kebetulan bareng ama kakakku selagi motorku masuk bengkel.”

“kirain aja mau ikutan lagi, aku siap membantaimu.”

“gila aja dibantai ama cewek model kayak kamu, udah ah aku ke kelas dulu.”

“emang udah tau kamu masuk kelas apa?” tanyanya.

“oh iya belum dibagi ya kelasnya?” aku malah balik nanya.

“belumlah, kayaknya sih besok kalo denger dari anak-anak OSIS yang lain.”

“oh ya udah deh, aku duduk-duduk dikantin aja belum sempet sarapan tadi. Duluan ya.”

“oke.”jawabnya sambil ngacungin jempolnya.

Aku kembali berjalan hingga saat aku melintasi temen OSIS nana yang semenjak tadi bersamanya di depan gerbang. Sepintas aku sedikit melirik kearahnya dan mulai berkata dalam hati ‘Oh Tuhan, sejak kapan ada cowok cakep disamping nana itu? Kok tadi aku ga melihatnya?’

Aku terus berjalan menuju kantin sambil sesekali menoleh kearah gerbang. Aku berkata dalam hati ‘itu tadi Jonathan kan?’. Aku terus memikirkan cowok jangkung putih berbadan tegap dan beralis nyambung itu, Ya dia adalah Jonathan. Aku baru mengingatnya, kalo ga salah dia dulu kelas X-7 dan dia salah satu anggota tim basket sekolah. Itu yang aku ingat. Tapi kenapa aku tiba-tiba memikirkannya?

Entahlah..

Hingga aku sampai di kantin sekolah yang masih sepi. Aku memesan 1 porsi nasi goreng untuk sarapan, karna sedari tadi aku belum sarapan. Sambil melihat-lihat kearah tengah lapangan dimana beberapa siswa baru yang masih berseragam SMP dengan memakai beberapa aksesoris dileher dan kepala sedang berlarian menuju lapangan dan beberapa OSIS sudah siap didepan tiang bendera sambil teriak-teriak. Aku tertawa dalam hati ‘apa aku dulu lucu gitu ya? Pake baju SMP dan aksesoris tak jelas sambil memasang wajah takut didepan senior’ hahaha

*********

Panas matahari sangat menyengat meski aku memakai topi aku merasa masih kepanasan. Sepertinya ga cuma aku aja yang kepanasan, kulihat beberapa teman yang berbaris didepanku juga penuh dengan keringat dilehernya. Ya beginilah suasana upacara diawal tahun ajaran baru, harus berlama-lama dibawah terik matahari sambil diiringi ocehan tak berkeputusan dari mulut pembina upacara meski para siswa ga bakal seratus persen mendengarkan ocehannya. Aku masih tetap berdiri dibarisan kelasku yang dulu, kelas X-1. Tapi mulai besok aku bakal masuk kelas baru, teman baru, wali kelas baru, dan suasana baru. ‘Semoga saja dikelas baruku nanti bakal ada pangeran yang menjadikanku pangeran dihatinya’ aku mulai mengkhayal ga jelas. Hihihi

“SIAP GRAKK!” seru pemimpin upacara.

Akhirnya kelar juga ocehan tak berkeputusan tadi. Setelah doa dan menyanyikan lagu kebangsaan pembina upacara turun dari podium. Sampai disini biasa aja sih. Hingga aku menangkap sosok yang menjadi ajudan, dan benar itu Jonathan. Kenapa aku baru sadar kalo dia petugas upacara sih? Tau gitu kan tadi aku bakal ngeliatin dia biar adem’ keluhku dalam hati.

Mataku terus mencari sosok ajudan bak pengeran tadi semenjak upacara selesai. Aku masih belum menemukannya, kuputuskan untuk duduk di koridor dan mulai melamun. Hingga seseorang menyapaku dengan menepuk pundakku.

“do, ngapain bengong?” sapanya mengagetkanku.

“eh kamu ngga, ngagetin aja.”

“abisnya kamu bengong mulu. Mikirin siapa? Mikirin aku ya?” tanyanya sambil cengengesan.

“Najis banget mikirin orang piktor kayak kamu, untung kita udah ga bakal sekelas lagi ntar jadi aku ga bakal terganggu sama cerita dan pikiran jorokmu.” jawabku sambil memasang muka serius.

“sialan kamu do, masa temen sebangkunya dilupain gitu aja. Ga inget apa pas kamu hampir pingsan gara-gara penyakit maagmu itu aku yang membawamu ke UKS? Atau malah pas kamu pingsang gara-gara kena bola basket pas olahraga dulu siapa yang nungguin di UKS?” tanyanya mengungkit-ungkit masa-masa sialku -____-

“duh bercanda doang kali ngga, ga mungkinlah aku ngelupain gitu aja. Udah deh jangan ungkit-ungkit itu lagi, malu tau dan kamu jadi kayak ga ikhlas gitu nolonginnya?”

“ikhlas demi apapun itu, aku ngebantuin kamu karna kamu temen sebangkuku yang paling menyenangkan dan nyebelin.”kilahnya.

“hahaha.. iya iya percaya. Mau kemana lagi abis ini?” tanyaku.

“kan ga ada pelajaran hari ini, dan besok baru diumumkan kelasnya. Jadi lebih baik aku pulang, ga pulang ke rumah sih lebih tepatnya ke warnet mau download koleksi video lagi. Hahaha.”jawabnya sambil tertawa.

“duh ni anak ga ada kerjaan lain apa selain download video-video bokep ga jelas itu?” kataku sambil menepok jidat sendiri.

“emang ga ada. Kenapa? Mau ikut aku ke warnet?”

“sorry aku ga tertarik.”

“hahaha cupu kamu do. Aku cabut dulu ya!” katanya sambil berlalu meninggalkan koridor

“oke. Semoga situs-situs kesukaanmu di-block sama warnetnya.”teriakku padanya

“ga mungkin, kan itu warnet langgananku. Wekk.”teriaknya sambil melet-melet dikejauhan

Hahaha aku tertawa dalam hati. Teman sebangkuku pas kelas X itu bener-bener bisa bikin aku tertawa tanpa henti, bayangkan saja seseorang sepertiku yang biasanya terkesan serius bisa dibuat tertawa oleh cerita dan kelakuannya. Namanya Anggara Martadinata, cowok tinggi dengan rambutnya yang selalu berantakan. Dia selalu menggangguku disetiap ada kesempatan didalam kelas, selalu ada saja yang menjadi bahan leluconnya. Mulai dari tetek linda –temen sekelasku dulu yang berbadan “aduhai.”katanya, hingga pantat Bu Citra –guru bahasa inggris yang masih muda dan cantik-. Meskipun dia sering melucu tentang hal-hal yang menurutku agak jorok tapi dia adalah teman yang baik, setidaknya itu yang aku tau selama ini karna pengalamanku sendiri yang sering ditolong olehnya.

Aku mulai bosan duduk dikoridor ini, sosok yang aku cari tak menampakkan batang hidungnya. Sedang sebagian teman-temanku yang lain malah memilih untuk pulang lebih dulu. Betapa membosankannya hari ini.

“bodoh.”kataku pada diri sendiri “aku kan bawa laptop, kenapa ga ke perpus aja sekalian memanfaatkan wifi.”

Aku bergegas menuju perpustakaan sekolah sambil membawa tas dipunggungku.

*********

Aku duduk dimeja bersekat pendek yang berada di perpustakaan sambil membuka tas laptopku, sebenernya sih bukan laptop melainkan netbook berukuran 12inch yang dibelikan papaku saat aku ulang tahun bulan januari lalu. Aku menyukai hadiah dari papa ini, meski bukan seri tercanggih tapi netbook ini bisa membantuku dalam mngerjakan tugas sekolah atau sekedar menjadi media hiburan saat aku merasa bosan.

Aku mulai menyalakan laptopku hingga desktopnya menampilkan foto keluargaku. Keluarga yang sangat aku cintai, mama, papa, dan kakak-kakaku. Aku adalah anak bungsu dikeluargaku. Sudah tentu aku dimanja, tapi jangan salah pikir karna aku ga terlalu manja. Hehe.. Baiklah inilah aku, Aldo Alexander Nugraha, cowok berumur 15 tahun dengan mata sipit dan sedikit berponi untuk menutupi jidatku yang lebar -___- Setidaknya penampilanku masih terkesan rapi saat disekolah. Mungkin orang yang belum kenal aku pasti akan bilang kalo aku cuek, sombong, pendiam atau apalah itu, karena aku ga gampang buat dekat dengan orang lain yang baru aku kenal dan aku sering merasa awkward dengan mereka. Tapi orang-orang yang mengenalku dengan baik akan tau kalo aku care dan talkactive banget.

Aku ga tau lagi harus bilang aku ini kayak gimana, entah ini normal atau engga, entah apapun itu itulah yang terjadi dalam diriku. Aku lebih suka melihat ke cowok ketimbang ke cewek, aku sudah pernah berpikir bahwa ini salah tapi apa boleh buat karna aku masih remaja ga penting memikirkan hal-hal semacam itu, yang terpenting aku masih mudah dan masih dalam proses mencari jati diri. Satu hal yang pasti dari diriku, yaitu aku Gay. Tapi aku ga bakal come out ke orang-orang bahwa aku gay, karna aku ga mau melukai hati keluarga dan teman-teman terdekatku, meski lambat laun aku ga akan bisa terus menyembunyikan hal ini. Tapi yang terpenting adalah aku mampu menjalani hari-hariku seperti biasa tanpa harus terbebani dengan apapun itu yang berkecamuk dalam hati dan pikiranku mengenai jati diri. Life must go on Aldo, don’t even think about it. Just let it flow J

Aku mulai membuka browser dan membuka situs jejaring sosial yang lagi booming saat ini, facebook. Aku mulai mengetik e-mail dan passwordku, kemudian muncullah sebuah halaman yang disebut beranda. Baru saja dibuka yang muncul teratas dalam berandaku adalah status nana “Hari pertama MOS pasti seru banget ngerjain siswa baru. Hahaha”. Aku ga heran sih kalo dia pasang status kayak gitu, emang dasarnya kan nana usil banget. Kalo inget nana jadi keinget tadi pagi di gerbang sekolah, tepatnya sih inget sama Jonathan. Ya aku jadi memikirkannya lagi.

Tiba-tiba terbersit dalam benakku untuk mencari tahu alamat faceooknya. Aku mulai membuka facebook nana dan mulai mencari nama Jonathan di friendlist milik nana, aku scroll kebawah dan akhirnya ketemu. Aku baru tahu kalo nama lengkap Jonthan adalah Jonathan putra mahardhika. Nama yang cukup bagus, dan kulihat foto profilnya cukup bisa membuat cewek-cewek jatuh hati. Senyumnya begitu menawan dan tampilannya yang terkesan casual itu membuatnya tampak sedikit lebih dewasa dan manly. Aku yakin foto ini diambil pas dia lagi di restoran atau foodcourt gitu karna didepannya ada secangkir minuman. Kembali otakku mulai berkhayal lagi, andai aja aku dinner bareng Jonathan dan dia bergaya ala difoto itu pasti aku langsung megap-megap kehabisan nafas gara-gara didepanku ada makhluk terindah yang pernah ada dan pasti dia memberiku nafas buatan. Oh Tuhan aku tidak bisa membayangkannya. Cukup lama aku senyum-senyum membayangkan dinner bersama Jonathan dan pasti itu akan sangat romantis, hingga semua lamunanku buyar saat muncul notif dilaptopku kalo bateraiku low. Sial!!! Lupa semalem ga dicharge dan lebih sialnya lagi aku ga bawa charger laptop.

Laptopku sudah mati. Aku terus memutar kepala buat berpikir gimana caranya dapet pinjeman charger laptop. Tiba-tiba aku ingat nana, dulu pas ditempat les aku pernah minjem charger ke dia. Sejurus kemudian aku mengambil hape dan mulai mengetik sms ke nana.

“na, kamu bawa charger laptop ga?”

Beberapa saat kemudian sms masuk ke hapeku

“bawa do, kenapa?”

“boleh minjem ga na? Aku lupa bawa charger nih, dan laptopku udah mati.”

“boleh kok. Emang kamu lagi dimana sekarang?”

“aku di perpustakaan sekolah. Aku ambil chargernya dimana nih?”

“tunggu aku didepan ruang OSIS ya tasku ada disana, ini masih dampingin siswa baru di aula.”

“oke.” balasku singkat.

Beberapa saat kemudian aku keluar dari perpustakaan dan meletakkan laptop dan tasku kedalam locker. Setelah itu aku bergegas menuju ruang OSIS, sesaat kulihat jam tanganku menunjukkan pukul 10.30. ‘Ah masih lama, kak nando katanya pulang jam 3 sore. Haruskah aku nunggu buat dijemput dia? Oh Tuhan lama banget pasti. Ya udah deh sambil nunggu kan aku masih bisa wifian di perpus.’ Pikirku sambil berjalan menuju ruang OSIS.

Aku tiba didepan ruang OSIS yang pintunya tertutup dan jendelanya juga tertutup korden. Tiba-tiba seseorang keluar dari ruangan tersebut. Aku menoleh kearahnya dan ternyata itu Jonathan, aku langsung memalingkan pandangan.

“mau nyari siapa kamu?” dia bertanya padaku.

“eh i..tu, nunggu temen.”kok tiba-tiba aku jadi gelagapan.

“oh nungguin nana maksudnya?”

“iii..ya, nunggu nana. Kok kamu tau?”

“tadi pagi kan sempet liat kamu ngobrol ama dia di gerbang, yah aku berpikir kamu pasti nungguin dia. Hehe.”dia tertawa.

“oh iya sih lupa kalo tadi ada kamu. Hehe.”aku balas sambil sedikit senyum.

“nama kamu aldo kan?” dia mencoba menebak namaku.

“iya, tau darimana?” aku rada geer dia tau namaku, padahal kan kita ga pernah sekelas ataupun secara langsung kenalan, aku juga bukan bintang sekolah yang semua orang disekolah ini tau namaku. Ah senangnya..

“itu liat di seragam kamu kan ada.”Dia nunjuk nametag bordir di seragamku bagian dada sebelah kanan.

“oh iya ya. Hehe.”aku tertawa masam. Aduh bodoh banget sih aku sampe ke-geer-an kayak gitu tadi.

“aku jonathan, panggil aja jona atau nathan. Hehe.”sambil mengulurkan tangan.

“oh iya, aku aldo.”Dengan senang hati aku sambul tangan itu. Aku berjabat tangan dengan Jonathan? Satu minggu atau bahkan satu bulan aku ga bakal mencuci tanganku deh.

“ngomong-ngomong di nametag kamu kok namanya Aldo A. Nugraha, A.nya kepanjangan apa tuh?” dia bertanya sambil melepas jabat tangannya. Yah.. kecewa deh ga bisa berlama-lama memegang tangannya Jonathan L

“oh itu Alexander, ga muat kalo musti ditulis semuanya. Hehe.”jawabku sekenanya.

“hmm.. Aldo Alexander Nugraha, nama yang cukup bagus”

“ga juga kok. Nama kamu juga bagus.”aku mencoba balik memuji namanya.

“haha bisa aja kamu. Oh ya aku ke aula dulu ya, ntar aku bilangin ke nana kalo kamu nungguin disini.”Dia berlalu begitu saja menuju aula.

Sungguh bener-bener ga nyangka bisa ketemu dan berjabat tangan dengan Jonathan hari ini. Oh Tuhan betapa bahagianya aku. Aku terus senyum-senyum dan membayangkan perkenalan singkat dengan Jonathan tadi hingga aku dikagetkan oleh seseorang.

“hei do, ngapain kamu senyum-senyum gitu? Kesambet ya?” kata dia sambil melambai-lambaikan tangannya didepan mukaku.

“eh kamu na, ga papa kok. Hehe, cuma seneng aja kita udah naik kelas XI.”Aku mencoba cari alasan, semoga saja nana tidak curiga dengan alasan anehku barusan.

“ah ga mungkin. Paling-paling kamu sedang jatuh cinta, iya kan do?” skak mat, tebakan dia benar. Dia berkata demikian sambil berlalu masuk kedalam ruang OSIS. Aku mengikutinya di belakang.

“eh engga kok na, beneran deh aku tuh cuma seneng aja kita udah naik ke kelas XI.”Aku mengelak.

“nih.”sambil memberikan charger kepadaku “aku masih ga percaya ama kamu do, tapi ntar aja kamu ceritanya aku harus buru-buru balik ke aula.”dia keluar dari ruang OSIS dan aku mengikutinya.

“cerita apaan?” tanyaku pada nana yang sudah berlalu dari ruang OSIS.

“cerita kalo kamu lagi jatuh cinta. hahaha.”teriaknya dikejauhan sambil tertawa.

Aku mau membalas perkataannya tadi sudah ga sempat, dia udah belok kanan menuju aula. Sejenak aku mulai berjalan menuju perpustakaan lagi dan berpikir tentang nana. Iya sih nana salah satu teman dekatku karna kita dulu satu kelas dan satu tempat les. Dia juga selalu cerita tentang apa yang dia rasakan, misalnya dia lagi naksir sama si A atau dia lagi sebel sama si B, atau apapun itu. Dia terbuka banget, sedangkan aku agak tertutup. Aku jarang cerita kalo aku lagi suka atau naksir seseorang. Bukan tanpa alasan sih tapi karena ga mungkin aku cerita pada nana kalo yang aku suka ata aku taksir adalah seorang cowok. Bisa-bisa dia malah menjauhiku dan ga mau berteman denganku lagi. Untuk yang satu ini biarlah menjadi rahasiaku dulu dan aku ga mau bercerita pada siapapun termasuk teman dan keluarga terdekatku.

*********

Mataku mulai lelah daritadi menatap monitor didepanku. Sejenak aku melihat jam tanganku. ‘astaga masih jam 13.15, haruskah aku nunggu jemputan kakakku? Atau aku mending pulang naik angkot aja ya? Lagian bentar lagi perpus kan mau tutup’ aku berpikir dan akhirnya aku putuskan untuk pulang naik angkot saja, daripada aku nungguin kak nando jam 3 baru pulang. Bisa mati kutu deh nungguin jemputan senidrian disekolah selama berjam-jam. Ga banget kan?

Aku membereskan laptop dan memasukkannya dalam tasku. Tapi tunggu, ini kan chargernya nana. Harus segera aku balikin nih, takutnya kebawa pulang. Setelah semuanya masuk tas dan charger nana ditangan, aku keluar perpustakaan menuju ruang OSIS.

Sesampainya diruang OSIS aku mendengar bahwa didalam masih ada rapat kayaknya. Masa iya aku nunggu nana kelar rapat? Kan ga tau kelarnya kapan. Aku sms dia aja.

“na, aku didepan ruang OSIS mau balikin charger?”

Nana langsung membalas pesanku,“oke aku keluar”

Beberapa saat kemudian nana keluar dari ruang OSIS.

“nih, makasih ya.”kataku sambil memberikan charger pada nana.

“oke sama-sama.”jawabnya singkat hendak masuk lagi kedalam ruang OSIS.

“eh by the way, sampai jam berapa rapatnya?” tanyaku penasaran.

“paling bentar lagi, ini cuman briefing buat besok kok. Kenapa?” nana balik bertanya.

“oh ga papa kok nanya aja. Ya udah aku balik duluan ya na. Bye.”sambil menjauh dari ruang OSIS dan melambai ke arah nana.

“oke aku juga mau balik ke rapat.”katanya sambil masuk kedalam ruang OSIS.

Aku terus berjalan melewati gerbang sekolah dan menunggu angkot di halte. Aku lihat beberapa siswa baru sudah sesak masuk dalam angkot. Hingga menyisakan aku seorang di halte. Ga seperti biasanya aku ke sekolah naik motor dan ini diharuskan naik angkot, dan setauku angkot kerah rumahku ga kekurangan jumlah kok tapi kenapa sampe 15 menit ga ada satupun angkot yang datang lagi? Apa mungkin gara-gara siswa baru yang semuanya naik angkot dan masih belum boleh kesekolah bawa motor sendiri selama MOS jadi angkotnya pada kepenuhan gitu? Terus aku harus nunggu angkot berikutnya datang sendirian di halte? Ah sungguh menyebalkan.

Untuk mengusir kejenuhan selama menunggu datangnya angkot aku main game yang ada di hapeku. Hingga tiba-tiba ada motor berhenti didepan halte, pengendaranya berseragam sama sepertiku tapi aku tak peduli dan tak memalingkan pandanganku dari layar hape.

“Nungguin siapa?” tanya pengendara motor itu.

Aku langsung menoleh kearahnya karena yang ada dihalte cuma ada aku, jadi mungkin dia bertanya padaku. Hingga pengendara motor itu membuka kaca helmnya yang gelap dan astaga itu Jonathan.

“eh kamu… lagi nungguin angkot.”kataku agak kikuk.

“sendirian aja?” tanyanya lagi.

“ya seperti yang kamu lihat sekarang.”Sambil tersenyum masam.

“emang rumah kamu dimana?”

Aku menyebutkan perumahan tempatku tinggal.

“mau bareng aku ga? rumahku ngelewatin kompleks perumahanmu kok.”Dia menawariku

“eh emang ga ngerepotin?” aku rada malu, mungkin karna mukaku sedikit mereh gara-gara ditawari seorang cowok cakep seperti Jonathan untuk dibarengin pulang naik motornya.. ahhh…..

“halah ga papa kok, daripada kamu sendirian disini. Tapi aku juga ga maksa kok. Hehe”

“hmmm… iya deh ga papa.”aku langsung naik diboncengan motornya Jonathan. Sebenernya aku dengan sangat senang hati pasti mau banget dibonceng sama dia.

“oke, jangan lupa pegangan”

Aku berpikir keras, maksudnya pegangan? Apa aku harus memegang atau bahkan memeluk pinggangnya dengan erat gitu? Ah tidak mungkin. Akhirnya aku putuskan untuk perpegangan pada kiri kanan tasnya yang berada pada punggungnya.
Selama perjalanan kita ga ngobrol sama sekali, aku juga malu untuk memulai obrolan dengan dia terlebih lagi ga mau mengganggu konsentrasinya mengendarai motor, hingga tiba-tiba dia bertanya padaku.

“kamu dulu kelas apa? Kok jarang keliatan?” tanyanya

“aku dulu kelas X-1 dan kamu kelas X-7, karna kelas kita jauh mungkin itu sebabnya kamu jarang liat aku.”

“oh gitu, ngomong-ngomong kamu tau darimana kalo aku dulu kelas X-7?” dia balik bertanya dengan heran, mungkin dia berpikir darimana aku tau kelasnya dulu.

“eh itu nana pernah cerita.”Jawabku sekenanya.

“oh gitu ya, kamu masuk kejurusan apa?” tanyanya lagi. Aku bersyukur dia tidak bertanya lebih jauh mengenai aku yang tau kelasnya dulu. Fiuh..

“aku masuk IPA, tapi belum tau masuk ipa berapa? Kalo kamu?”

“sama dong, aku juga IPA. Kayaknya besok deh pembagian kelasnya, semoga saja kita sekelas.hehe.”dia tertawa.

“eh iya. Hehehe.”aku balas tertawa. Apa aku ga salah dengar kalo Jonathan berharap satu kelas dengaku? Oh semoga saja itu terjadi. aku jadi senyum-senyum sendiri mendengar ucapan Jonathan barusan.

Kami sudah dekat dengan perumahan tempatku tinggal, hingga tiba-tiba Jonathan tanya “rumahmu blok apa? Biar aku antar sampe rumah aja”

“eh ga papa kok, aku turun didepan blok aja.”aku ga mau memanfaatkan kebaikan orang, sudah syukur aku dibarengin pulang ini malah mau diantar sampe rumah.

“ga papa lah, sekalian biar tau rumahmu aja”

“oh iya deh, rumahku blok F nomor 9. Tapi ga ngerepotin kan?” kataku sambil merasa ga enak hati sama Jonathan.

“tunjukin jalannya ya”

“oke, abis ini masuk portal perumahan terus lurus sampe pos satpam pertmama belok kanan udah nyampe kok.”Jelasku kemudian.

“sip.” dia melaju memasuki kawasan perumahan dan mengikuti petunjuk jalanku tadi. Hingga akhirnya sampailah kami didepan pintu gerbang rumahku dan dia mematikan motornya.

Aku turun dari motornya dan dia membuka kaca helmnya.

“masuk dulu yuk jo.”ajakku padanya.

“ga usah so, makasih. Aku harus buru-buru pulang, ntar sore ada latihan basket.”Dia masih berada diatas motor.

“oh gitu ya, beneran nih ga mau mampir?”

“iya ga papa kok, kan udah tau rumahnya. Kapan-kapan aja aku main kesini lagi. Hehe”

“oh ya udah deh, janji loh kapan-kapan main kesini lagi. Ngomong-ngomong makasih banyak ya udah dianterin sampe rumah. Hehe”

” iya lain kali pasti main kesini lagi kok. Aku balik dulu ya. Bye.”ucapnya sambil menyalakan motor.

“iya, hati-hati dijalan jo.”kataku sambil melambaikan tangan hingga dia belok diujung.

Aku masuk rumah dengan sangat bahagia. Setelah hari ini ga sengaja berkenalan dan berjabat tangan dengan Jonathan, ini malah dianterin pulang sampe rumah. Oh Tuhan terima kasih untuk hari ini. Semoga saja apa yang dibilang Jonathan tadi jadi kenyataan, kalo kita ntar sekelas. Semoga saja..

*********

Aku keluar dari kamar mandi saat jam dindingku menunjukkan pukul 16.30. Aku langsung ganti baju dan segera menuju kamar kak nando yang berada disamping kamarku. Aku ketuk pintu kamar kak nando.

“kak, bisa anterin aldo ngambil motor di bengkel yang kemaren ga?”

Tidak ada jawaban dari dalam sana.

“kak, lagi tidur ya?”

Masih ga ada jawaban. Langsung saja aku membuka pintu kamarnya. Namun didalam ternyata emang ga ada orang. ‘kak nando kemana ya?’ pikirku.

Akhirnya kuputuskan untuk turun kebawah dan benar saja aku mendapati kak nando sedang asyik duduk di sofa depan tv.

“kak, anterin lando ambil motor dibengkel yang kemaren dong”

“emang udah kelar?” tanyanya masih menatap layar tv.

“udah dari kemaren malem katanya, tapi mau ambil kemaren malem masih males”

“oke bentar aku ke kamar mandi dulu”

“buruan kak, keburu sore nih.”gerutuku pada kak nando.

“iya iya bawel lu ah.”kak nando mulai deh belagunya.

Sambil nunggu kak nando ke kamar mandi aku ke dapur bentar buat pamit sama mak iyem, dia pembantu yang udah lama bekerja dirumah ini.

“mak yem aku keluar bentar mau ambil motor ya, ntar kalo mama pulang tolong bilangin ya”

“iya mas aldo. Berangkatnya sama siapa?” tanya perempuan berumur sekitar 50 tahunan itu sambil memotong-motong wortel.

“sama kak nando, mak. Aldo berangkat dulu ya”

Aku langsung cabut dari dapur dan menuju ke garasi dan kulihat kak nando yang hanya memakai celana pendek dan kaos oblong sudah duduk diatas motor gedenya .

“ayo buruan.”katanya sambil menyalakan motornya.

“iya iya” aku naik ke motor kak nando sambil memakai helm.

Sekitar 15 menit perjalanan kami sampai didepan bengkel dimana motorku diservice. Kak nando bilang kalo dia mau jalan-jalan bentar, jadi aku ditinggal sendiri di bengkel ini. Beberapa setelah kak nando pergi aku masuk kedalam bengkel dan kemudian aku menuju seorang montir yang kemaren menangani motorku.

“mas, ambil motorku yang kemaren.” Tanyaku pada laki-laki berbadan dempal dengan baju yang agak lusuh.

“oh iya, ada disini mas.” Dia berjalan menuju motorku berada. “mesinnya tidak kenapa-kenapa mas, cuma kemaren ada masalah pada businya.” Jelasnya padaku.

“oh gitu mas, tapi udah bisa dipake lagi kan?” tanyaku agak ragu.

“iya bisa mas, nanti kalau ada apa-apa silahkan bawa kesini lagi.” Katanya sambil memberikan kunci dan buku service motorku.

“makasih mas.”

Setelah aku menerima kunci dan buku service motorku, aku langsung membawa motorku keluar bengkel. Untung saja masih ada service gratis beberapa kali jadi aku ga harus mengeluarkan uang untuk service motorku kali ini.

Aku berpikir untuk tidak langsung pulang pulang, tapi aku mau muter-muter dulu bentar. Aku menyalakan motor maticku dan sejurus kemudian aku sudah meluncur dijalanan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan. Kemudian aku berbelok dari jalan raya ke jalanan yang agak lengang, biasanya ini dipakai sebagai jalan pintas untuk menghindari kemacetan. Aku terus melaju perlahan hingga melewati sebuah lapangan basket outdoor dekat stadion. Awalnya aku hanya melihat beberapa anak-anak cowok seumuranku saling berebut bola basket dan mataku tertuju pada salah satu dari mereka, aku meminggirkan motorku dan aku berhenti sejenak disana. Ya, aku melihat Jonathan sedang bermain basket disana. Hanya dengan menggunakan kaos tanpa lengan yang penuh keringat itu dia cukup bisa menarik perhatianku diantara anak-anak yang lain. Betapa mempesonanya dia saat penuh keringat seperti itu hingga permainan berhenti pun aku masih memandanginya. Dia mengambil botol air mineral dan meneguknya sambil duduk ditepi lapangan. Setelah beberapa saat aku memandangi dan mengagumi keindahan yang dimiliki Jonathan aku tersentak kaget saat dia sepertinya melihat kearahku. Sesaat kemudian aku berpaling dan mulai menyalakan motorku terus kembali meluncur ke jalan. Aku berpikir ‘semoga saja dia ga tau kalo sedari tadi aku yang ngeliatin dia, aduh bisa malu deh kalo dia sampe tau itu aku’.

Aku terus melaju dan melirik kearah jam tangan yang aku pakai, jam setengah 6. Tadinya aku masih mau muter-muter atau kemana gitu, tapi udah keburu malem dan tiba-tiba aja males. Kuteruskan laju motorku menuju ke rumah dan 10 menit kemudian aku sudah sampai didepan rumah.

Aku langsung memasukkan motorku kedalam garasi, kulihat cuma ada mobil mama. Berarti kak nando belum pulang, mama papa juga belum. Karna setauku mama memang jarang memakai mobilnya, dia lebih suka berangkat ke kantor bareng papa dan akhirnya mobil mama sering nganggur dirumah. Aku memarkir motorku dan masuk kedalam rumah melalui pintu samping. Rumah begitu sepi, mungkin hanya ada mak iyem didapur dan pak karto di halaman belakang. Aku langsung saja naik ke atas menuju kamarku.

Aku masuk kamar langsung merebahkan badan dikasurku. Aku terus kepikiran tentang Jonathan. Aku berpikir ‘apa mungkin aku jatuh cinta pada Jonathan? Apakah Jonathan bakal jadi cinta pertamaku?’. Jonathan jadi cinta pertamaku? Haha itu ga mungkin, karna aku sudah pernah merasakan cinta pertama. Ya mungkin Jonathan adalah kisah cinta keduaku. Untuk saat ini aku ga ingin membahas cintaku dimasa lalu, dimasa dimana aku masih belum mnegrti apa itu cinta. Tapi apakah aku sekarang sudah mengerti apa itu cinta?

Entahlah..



To be continue..
«1

Comments

Sign In or Register to comment.