Teve menyala tanpa arti, kami berpura-pura melihatnya padahal pikiran kami melayang entah kemana. Tak sedetik pun kita saling pandang dan tetap angkuh dengan persepsi kita masing-masing. Kata terbata-bata, berhati-hati, seperti kita bertemu pertama kalinya. Kali ini aku tak mau membaca dirimu dan aku yakin kau salah membaca diriku. Dan sofa hijau menjadi saksi seperti awal kita berjumpa.
Kala itu tak lebih dari satu jam. Sepi menyelebungi dan menutup mata-mata kita untuk terbuka. Ketika kau mengatakan akan pulang ke kotamu dan mengambil barang-barangmu, aku seketika sadar bahwa waktu ini akan tiba juga pada akhirnya, perpisahan. Diluar semua kebohongan dan janji yang tidak tertepati, ada masa depan dimana sebenarnya kita memang tidak akan bisa bersama, bahkan untuk menjadi seorang kawan. Aku membenci diriku yang terlalu logis dan tidak suka dengan egomu. Masa depanmu berada jauh diatas sana sementara aku tidak terlalu suka argumentasi, bualan, omong kosong yang menjerat.
Jika dulu amarah hanyalah topeng dibalik cinta yang mendalam. Diam dan perang yang kita akhiri dengan pertemuan dan dekat kembali. Kini topeng tersingkap dan membuka sebuah kenyataan bahwa sejarah seperti itu tidak akan terulang kembali. Setidaknya aku berjanji pada diriku sendiri.
Tentang cinta. Setelah kepergiannya, aku hampir tidak meyakini adanya cinta. Walau aku menghampiri beberapa orang dan sempat berada dekat dengan mereka, tak kutemukan hal itu. Hingga suatu hari kau kembali datang dan kurasakan itu lagi. Namun, pertemuan terakhir kita sekali lagi membuatku sadar bahwa aku adalah seorang agnostik cinta. Cinta ada di jauh sana, tetapi tak bisa kurengkuh. Mungkin aku sudah menyerah, tak sepertimu dulu-dulu yang sangat berjuang demi itu. Aku iri, tetapi tak bisa mencoba seperti dirimu kala itu, di masa lalu.
Kau beranjak dari sofa hijau, mengemasi barang-barangmu sementara aku masih terpaku. Aku gelisah, tak tahu apa yang seharusnya aku katakan sebelum perpisahan kita. Aku pura-pura menyibukkan diri hingga kulihat dirimu menenteng tas dengan barang-barangmu. Kata basa-basi yang kaku dan sangat sampah. Kupandang dirimu untuk terakhir kalinya sebelum dirimu kuanggap telah tiada.
Perpisahan, buka berarti kita berhenti untuk mencintai, kita hanya berhenti untuk saling menyakiti.
Comments
iseng narik @3ll0 xD
Perpisahan selalu menyedihkan.