It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Jiaah keren banget nama tu Kucing "Jordan" kalah dah nama Aku ) )
Sen yang satu lagi siapanya Sena ya... Sapa tau kenal... ;;)
Lanjuuut ts ^^/
thx @d_cetya
ada sen baru ya.. tambah lagi dong sennya
lanjut dah masih penasaran sama sen yg satunya
bang @apa_aja_boleh cerita baru nih. ada kucingnya
makasih rif @balaka
udah baca, agak bingung dikit tp mgkn krna mash awal
titip mention ya ts
- Part 3 -
Cause there’s you and me and all of the people
With nothing to do nothing to lose..
And it’s you and me and all of the people
And I don’t know why, I can’t caught my eyes off of you.. (You And Me-Lifehouse)
Di bagian atas ruangan tersebut, sebuah pengeras suara terpasang hingga senandung-senandung itu terbebas. Senandung itu menggema dan tiap baitnya bercerita dari satu kisah ke kisah yang lain, menuangkan isinya perlahan agar emosi tumbuh pada mereka yang bersedia mendengarkan.
Ini bukanlah alur statis yang mengalir bagaikan deru air. Alurnya bergejolak, dipermainkan dengan apik oleh sang penulis. Kini sebuah cerita, romantisme antara kau dan aku. Kau yang mengagumi dan setia menunggu satu sosok aku dari berjuta-juta aku yang lainnya di dunia. Namun sang penulis lupa bahwa diantara kau dan aku, masih ada sosok yang lain yang sama-sama menunggu salah satu diantara keduanya : kau atau aku.
[ *Sen POV ]
Sssssssshhhh. Suara hujan masih terus berderu dari atas kap mobil. Aku paling suka dengan suasana saat hujan. Dingin tapi hangat. Berisik tapi menentramkan. Rasanya hari ini adalah permulaan dari hidupku yang baru. Selain itu, beruntung juga aku bertemu dengan… dengan mereka. Aku belum mengenal mereka berdua tapi rasanya kita bisa berteman baik.
Mereka berdua duduk di bangku depan sedangkan aku di belakang. Suasana saat itu benar-benar hening, hanya ada suara hujan. Akhirnya aku diam sambil mengingat-ngingat lagu yang ada di pet shop tadi. Selang beberapa menit, mobil ini pun berhenti di suatu bangunan hijau bertingkat dua. Kayaknya ini rumah kos yang dimaksud.
*****
“Gue Emilord Januar, dia Senator Pradana.”
“Aku Arsen. Salam kenal ya..”
“Ibu kamu tukang obat ya? Kok berasa kimia-kimia gitu?” Tanya Emil.
“Kok kamu tahu sih Mil? Soalnya itu kamu udah kena obat kuat ya?” Jawab Sena.
“Bukan kok lor, tor.” Jawabku sambil sedikit tertawa.
Aku mencoba lebih akrab dengan memanggil suku kata terakhir dari nama mereka berdua. Bukannya tambah akrab, mereka malah kalap. Dengan segenap kekuatan, tangan mereka langsung membungkam mulutku. Jelas saja itu membuatku tersontak kaget. “Hmmmm… Lepa-s. Mmmm…”.
Ternyata setelah diselidiki lebih jauh, itu adalah panggilan terkutuk buat mereka. Emil gak suka dipanggil lor karena dia merasa bagaikan juragan kolor ‘Bagian bawah gue bagaikan diexpose ke khayalak ramai. Pokoknya NO’. Sama saja dengan Sena yang merasa kemurnian dirinya menjadi laknat terkotori, ‘Gue berasa kotor, kotor, kotooor…’.
Setiba disini aku langsung dijejali informasi mengenai penghuni di kosan ini. Penghuni di kosan ini ternyata ada enam orang. Selain itu juga tahun ini aku bersama Emil dan Sena akan menjadi mahasiswa baru di universitas yang sama. Aku dan Emil mengambil jurusan yang sama yaitu teknik sipil sedangkan Sena mengambil jurusan teknik industri.
Informasi lainnya adalah mengenai tiga penghuni lain di kosan ini. Mereka semua berada satu tahun di atas kami dan berada di universitas yang sama pula dengan kami. Pertama ada Kai. Karena panggilan kak Kai terdengar aneh, jadi dia terbiasa dipanggil Kai saja. Dia itu mahasiswa jurusan teknik sipil juga dan termasuk mahasiswa paling ganteng satu jurusan tapi terkenal playboy dan suka ganti-ganti pasangan.
Yang kedua ada Rahman, mahasiswa jurusan Matematika. Dia terbiasa dipanggil man tanpa embel-embel kak karena kadar ganteng dia paling rendah diantara semuanya. “Dia anak paling normal di kosan ini. Selain gue ya. Meskipun gak ganteng, dia lumayan terkenal di kampus soalnya dia bendahara keluarga mahasiswa disana.” Kata Sena.
Yang terakhir Kak Hari, mahasiswa jurusan informatika dan satu-satunya yang dipanggil kak disini. “Dia itu cowok paling mesum satu kosan. Hobinya nonton adult video. Tapi virgin luar binasa soalnya dia belum pernah pacaran. Heran gue.. Dia baik kok tapi sebisa mungkin kamu harus jauhin dia ya Sen.” Kata Emil. Menarik juga ternyata warga disini.
Sekarang aku menempati kamar paling ujung di lantai bawah. Awalnya aku bingung ini gudang atau tempat jemur baju soalnya banyak kardus dan ada tali juga yang digantung banyak baju. Kedatanganku ke kosan ini memang mendadak jadi mereka belum menyiapkan kamar yang seharusnya jadi kamarku ini. Akhirnya seharian, aku dibantu Emil dan Sena harus membereskan kamar ini dulu.
“Kok pintunya ka-yak gi-ni.. Iiiishh..”
“Mana? Coba gue liat?” Tanya Sena. “Ini sih engsel pintunya rusak, harus dibenerin dulu. Nanti lu pake pemberat atau barang lain dulu aja buat nahan pintunya. Kalau dibiarin gini jadi susah ditutup.”
Aku terpaksa keluar kamar untuk mencari barang yang cocok dipakai menahan pintu kamar. Cukup susah ternyata mencari barang di tempat baru seperti ini. Takutnya itu barang punya anak yang lain. Sewaktu melihat sekilas ke halaman belakang, ternyata ada batu yang cukup besar. Kayaknya batu ini lumayan cocok. “Sen, aku pakai batu ini ya!” Kataku sambil membawa batu itu ke kamar. Sena dan Emil ternyata sudah pergi. Belum cukup rapi sih kamarnya, tapi biarlah.
*****
[ Sena POV ]
Sudah satu minggu sejak kedatangan personil baru di sarang kami ini. Gue tidak terlalu mempedulikan keberadaan dia sejujurnya. Tapi yang jelas, sejak kedatangan dia keseimbangan yin dan yang di kosan ini mulai agak aneh, berbeda dari yang seharusnya. Bayangkan saja, gue dan dia sama-sama dipanggil Sen. Bingung banget kalau ada anak kos yang manggil salah satu diantara kita. Apalagi Emil tuh, sedikit-sedikit Sen, Semenit-semenit Sen, Sedetik-sedetik Sen. Sayangnya yang dia panggil Sen yang sebelah, tuh si Arsen.
Padahal semenjak lahir itu udah jadi trademark gue, panggilan kecil dari nyokap bokap, panggilan cinta guru killer, panggilan kesayangan dari bro bro gue, gimana gue gak merasa terpanggil. Gue gak boleh diam aja, Kayaknya harus bikin perhitungan sama mereka berdua, sama anak sekosan juga.
Hari ini adalah hari yang cukup mengkhatwatirkan anak-anak satu kosan. Rencananya kita mau shuffle kamar. Kenapa? Karena harus diketahui bahwa kosan ini pada umumnya terbagi atas dua kubu besar, kubu tingkat atas : Kai, Emil, Rahman dan kubu tingkat bawah : gue, kak Hari dan sekarang ditambah kembaran ketemu tua gue, si Arsen.
Cuma dua hal yang membedakan dua kubu besar ini. Yang pertama ya posisi kamar. Kubu tingkat atas dapat jatah di lantai atas. Nah yang kedua ini yang jadi inti masalahnya. Anak kubu atas itu jorok, kotor, bau, pokoknya mereka punya kekerabatan dekat sama jamur, belatung, kecoa, tikus yang begituanlah.
Awalnya pembagian kubu ini memang disengaja untuk menjaga kestabilan kosan dan sebagai pertahanan kalau-kalau ada tamu yang gak diundang. Ya kali aja ada cewek cantik yang mau berkunjung. Saat mereka menginjakan kaki pertama kali, image pertama yang tampak ya gak akan kotor-kotor bangetlah. Tapi akumulasi sampah di lantai atas malah semakin menjadi-jadi dan gawatnya itu ketahuan sama ibu kos. Jadinya kita mau mengurangi dan menyamaratakan akumulasi itu, biar sampah-sampah kayak mereka tidak membentuk gumpalan dan gerombolan di atas sana.
“Ehemm. hmmm.. Ya, sekarang bakal kita mulai acara shuffle kamar.” Kai mulai pidato di depan.
“Jangan ngalangin TV dong lu ah.”
“TV nya matiin dulu keles. Ini menyangkut hidup mati gue ke depan.” Nah si kai pidato lagi.
“Cara pemilihannya gue yang tentuin. Sekarang kita bakal adain survey cowok ganteng. Jadi ngurutin dari cowok terganteng sampai yang kurang ganteng. Siapa yang paling banyak dipilih dan masuk tiga teratas bebas pilih kamar.”
“Seriusan lu? Enak di elu gak enak di gua cuy.” Rahman mulai protes. Kasian si Rahman, menurut gue dalam kompetensi ini muka dialah yang paling pas, paling pas-pasan. Emang kegantengan juga sih Kai bikin peraturan kayak gini.
“Ini udah tradisi bro dari leluhur penghuni kos sebelumnya. Kalau dilanggar bisa kualat. Apalagi kalau protes, bisa jontor mulut lu.”
Baru tahu gue kalau ada tradisi kayak gini. Kalau dulu gue sama Emil langsung nempatin kamar yang kosong aja. Tapi kepribadian kita ternyata cocok sama kubu masing-masing.
“Mil, jangan lupa pilih gue ya. Ckk..” Bisik gue. Mata Kanan gue juga mulai ngedip-ngedip gak jelas.
“Nngh. Geli ah.” Kayaknya telinga Emil emang sensitif banget. Kagak tahan gue jadinya. Lucu banget dia.
Akhirnya kita tulis dan urutin nama masing-masing penghuni kos dari yang paling ganteng sampai yang paling busuk di kertas yang tadi dibagi sama Kai. Isi kertas gue kira-kira begini : 1.Sena ganteng, 2.Kai, 3.Emil, 4. Arsen, 5. Hari, 6. Rahman.
“Ya udah sekarang kumpulin kertasnya ke gue. Gue bacain satu-satu ya. Kertas yang pertama : 1.Rahman, 2.Sena, 3.Emil, 4. Arsen, 5.Hari, 6.Kai”
Raut muka Kai berubah dan situasi mulai memanas. “Munafik lu man. Dusta. Masa gue no 6, lu no 1.”
“Kai, situ tau dari mana itu punya gua? Lagipula penglihatan orang beda-beda. Kali aja disini ada yang terbutakan sama ketampanan gua.”
Kertas yang lainnya pun kemudian dibacakan Kai. Gue rasa ini udah bukan kompetisi ganteng-gantengan lagi soalnya udah kelihatan jelas kalau mereka pasti pilih nama mereka sendiri di nomor satu. Tapi ada yang aneh sama satu kertas terakhir yang dibaca Kai. “Ini yang terakhir ya. 1.Emil, 2.Emil, 3.Emil, 4.Emil, 5.Emil, 6.Emil.” Kita semua langsung bengong.
“Mil, lu jangan kayak gini dong. Masa namanya ditulis sama nama lu semua.”
“Sumpah Kai, itu bukan punya gue. Gue emang nulis no 1 nya pake nama gue. Tapi gak semuanya juga.”
“Lah, terus punya siapa?” Tanya Kai.
“Yang itu punya aku kok.” Semua mata langsung menuju pada satu arah, satu sosok yang dari tadi cuma diam sambil senyum-senyum perhatiin kita. It’s too obvious man! Apa Arsen suka sama Emil? Ternyata dia pribadi yang lebih blak-blakan daripada gue. Cowok agresif, tipe penyerang di garda terdepan. Gue yakin dia pasti kena santet, santetnya Emil.
“Kamu gak kenapa-kenapa kan Sen?” Tanya Emil. Muka Emil langsung merah kayak tomat. Entah dia malu, senang, atau apalah. Arsen cuma geleng-geleng kepala.
“Gak apa-apa kok mil. Gak ada aturan harus tulis nama kita semua kan?”
“Iya sih. Lu kan anak baru. Ya udah deh gak apa-apa, anggap aja lu anak bawang.” Jawab Kai. Jadi heran gue kenapa Kai bisa nyerah gitu aja. Masa dia kena santet juga.
“Jadi setelah gue hitung-hitung dari voting kita semua, yang dapet tiga teratas : Emil, Sena, gue. Jadi kita bertiga bisa pilih kamar yang kita mau. Dan sekarang gue, Kai, mau ganti masuk kubu bawah. Yeaaaahh!!!” Teriak Kai.
“Gue gak mau pindah. Sekali kubu atas tetep atas!” Emil ikut teriak-teriak juga kaya supporter bola.
“Lu kayaknya lebih cocok di bottom aja deh mil. Kalau bottomnya elu, gue bersedia jadi topnya.” Omongannya Kak Hari udah gak bener. Dia mulai melet-melet lidah sambil basahin bibirnya buat godain Emil. Dasar kurang asem. Kebanyakan nonton yang aneh-aneh dia. Kok jadi gue yang panas gini ya. Imajinasi gue juga mulai brutal gara-gara kak Hari. Emil sih cuma bengong-bengong aja.
“Gue mau ikut Emil aja. Gue ganti kubu jadi kubu atas.”
Akhirnya shuffle kamar beres. Di kubu atas ada gue, Emil sama Arsen dan di kubu bawah ada Kai, Kak Hari, sama Rahman. Gudang bawah tempat kamar Arsen dulu sekarang jadi pindah kepemilikannya ke tangan Rahman. Kita semua sudah bulat dan gak ada yang protes sama hasil akhir ini karena cowok-cowok jorok nan kotor mantan kubu atas terdahulu sudah terpecah belah. Jadinya sampah tidak akan terakumulasi penuh di lantai atas. Tapi menurut firasat gue, akumulasi sampah malah bakal menyebar sampai ke dua lantai. Ciiiih..
@Unprince makasih sudah mampir. namanya juga belok bro. haha
@3ll0 kucing jaman sekarang emang gitu.
@Tsu_no_YanYan tunggu saja. nanti dijelaskan di part2 selanjutnya ya..
@lulu_75 bukan kok.
@kaka_el iya kaka. kok jadi berpusat di kucingnya ya. padahal gak sengaja nambahin binatang di cerita. wkwk
@DoojoonDoo @balaka @ centaury @Apa_Aja_Boleh @kiki_h_n yup sudah dimention