BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

My Handsome Boyfriend (Introduction)

edited December 2014 in BoyzStories
By. Choi Ha Soo

Cinderela Boys

Lima belas tahun yang lalu, di sebuah rumah berukuran sedang, di desa Wilangan, Kota Nganjuk Jawa timur. Seperti hari-hari sebelumnya, anak laki-laki itu sedang asyik bermain dengan mainan bonekanya diam-diam di dalam kamar. Sepanjang waktu, hanya boneka itu yang menemaninya. Kedua orang tua anak laki-laki itu sibuk bekerja. Sementara itu, satu-satunya kakak yang ia miliki sudah sibuk dengan kehidupannya sendiri. Pun jarak umur antara ia dan kakaknya terpaut cukup jauh.

Hari-hari sepi dihabiskan di loteng atas. Di sana ia bisa dengan leluasa memandang hamparan langit biru yang jernih, dengan pemandangan indah tergambar di belakang rumah. Seperti sebuah mangkuk, desa wilangan dikelilingi deretan pegunungan yang membentang dengan kokohnya.

Bagi anak laki-laki itu, rumahnya tempat menciptakan dunianya sendiri. Ia begitu berbahagia, setiap saat ia mampu berimajinasi. Ia sering berkhayal menjadi putri kecil yang tersesat di hutan, jagoan kecil yang sedang berpetualang atau sebagai tokoh apa saja. Ia menyanyi, berbicara dan tertawa sendiri dengan boneka beruang kesayangannya.

Wilangan, sebuah desa yang indah. Pemandangan yang hijau dari padi yang menghampar disekitar rumahnya. Namun, keindahan itu tidak sejajar dengan kehidupan si anak laki-laki itu. Tiba-tiba Ibu angkat anak laki-laki itu datang dari belakang dan menarik tangan anak laki-laki itu dengan kasar.

“Anak kurang ajar, pulang sekolah bukannya cuci tangan terus ganti baju malah mainan boneka kayak anak perempuan! Sudah tau ibu lagi sibuk!” Teriak Ibu sambil mencoba merobek kulit boneka beruang kesayangan anak laki-laki itu.

Kejadian yang mendadak tersebut membuatnya kaget. Ia tidak tahu apa kesalahannya, ia merasa belum lima menit bermain dengan boneka beruang kesayangannya. Ia hanya bisa mencoba menahan tangisnya. Kalau ia menangis, ibu akan lebih marah lagi.

Ibu selalu bilang, hidup ibu sudah cukup susah dengan menghadapi sikap Ayah yang merasa dirinya selalu benar sendiri. Terlebih sikap ayah yang mementingkan pekerjaannya ketimbang keluarganya. Jadi ia harus cukup tahu diri, tidak boleh menambah beban untuk ibu.

Belum cukup, Ibu membuka tas sekolah milik anak laki-laki itu dan mengeluarkan beberapa buku dari dalam tas. Mata ibu bersinar penuh amarah saat melihat coretan-coretan gambar peri, bunga dan binatang-binatang di buku tulis si anak laki-laki itu. Detik berikutnya buku tersebut sudah tak beraturan lagi. Terkoyak, hancur dan berantakan.

“Berapa kali ibu bilang, buku tulis bukan buat menggambar”

Anak laki-laki itu ketakutan. Tubuhnya membeku di sudut ruangan sambil memeluk erat boneka beruangnya. Ia tidak tahu harus berkata apa. Dalam pikirannya, ia hanya memohon agar bisa menghilang dan kembali lagi saat ibu sudah menjadi ibu yang dicintainya, ibu yang baik dan ibu yang lucu.

Ibu kembali merogoh isi tas anak laki-laki itu dan mengambil pensil 24 warna milik anak laki-laki itu, yang baru dibelinya kemarin dan segera melangkah ke tempat sampah di belakang rumah.

Anak laki-laki itu terkejut, berlari dan mencoba memohon agar benda kesayangannya tersebut tidak dibuang. Tetapi percuma, dengan penuh amarah, ibu melempar pensil warna kesayangannya tersebut ke tempat sampah yang jauh dari jangkauannya. Anak laki-laki itu hanya bisa menangis menatap warna-warni kebahagiaanya berantakan di tempat pembuangan sampah yang kotor dan basah.

“Ayo kesini kamu!”

“Jangan, bu. Ampun...”

“Kamu tahu, kamu itu sakit! Gila! Buku sekolahan itu bukan buat gambar!”

Anak laki-laki itu berusaha berlari menghindar dari Ibu yang mengayunkan kemoceng. Ia terus berlari mengelilingi meja makan berukuran cukup besar yang berada ditengah ruangan, ia berusaha menghindar. Tetapi ibu tidak putus asa, ibu terus mengejarnya. Hingga akhirnya ia menyerah, ia tahu bahwa ia masih ia masih bisa berlari beberapa kali putaran lagi. Tapi ia juga tahu itu percuma, kejar-kejaran itu harus berhenti di satu titik. Saat ia harus diam dan pasrah menyerahkan tangan dan kakinya dijilat buas oleh batang kemoceng yang nantinya hanya meninggalkan bilur biru kehitaman.

Anak laki-laki itu hanya bisa merintih dalam hati. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulut kecilnya. Tangis sudah tidak mampu berurai, sejak batang kemoceng itu menjadi sahabat sejatinya.

Comments

Sign In or Register to comment.