BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tanpa Kawin

Aku selalu suka pandangan matanya. Seperti tatapan iblis yang menggoda Adam untuk memakan Buah Kuldi. Aku suka bibirnya, seperti dua lemper yang ditangkupkan satu. Dengannya ia menghentikan perdebatan kami, menyeka bibirku dengan bibirnya yang basah seksi. Aku suka caranya bercanda hingga aku harus diam jika sudah terlampau keterlaluan. Aku suka dia, bahkan aku mencintainya dengan segalanya.

Langit-langit kamar gelap, selongsong tanya mengintai diiringi suara dengkurannya. Sudah sekitar 3 tahun aku mengenalnya walau baru akhir-akhir ini kami bisa saling membuka diri. Melebihi terbukanya sepasang kekasih yang ingin selalu nampak keren di mata satu sama lain. Aku menatap wajahnya dalam remang lampu bolham 5 watt. Ingin sekali kubangkitkan dia dari mimpi dan berbicara tentang realitasku dan dirinya bernama kita. Aku ingin memberondongnya dengan tanya ini dan itu. Tetapi kuurungkan niatku.

Satu-satunya hal yang tidak berubah adalah perubahan, begitu kata seorang anonim bijak yang pernah aku dengar. Alam berubah, pemerintah berubah, aku dan kamu pun berubah. Berbagai kenangan masa lalu masih terasa hangat. Seperti baru kemarin, seperti baru saja terjadi. Namun kini aku harus menghadapi kenyataan bahwa aku adalah orang yang semakin tua dan egois. Dia adalah orang dengan ambisi setinggi langit. Tidak jelas jalan mana yang akan kami tapaki ke depan. Satu-satunya cara menghindari sakit hati hanyalah membebaskan diri kami masing-masing. Pikirku.

Kebebasan adalah salah satu caraku mencintainya. Bukan berarti membuat sebuah relasi tanpa ikatan yang kuat sehingga aku bisa pergi begitu saja jika bosan.Tetapi bukankah masa depan adalah tanda tanya. Tanda tanya yang membuatku ngilu dan merinding. Ketakutan yang tak terkira. Mungkin itulah racun yang dikatakan Aristoteles, cinta.

Satu cerita lagi tentang kami yang berubah. Pernah suatu malam aku memeluknya. Sebuah pelukan biasa. Tetapi dia melepaskan tanganku. Katanya dia tidak merasa nyaman berhubungan badan denganku lagi. Dia lebih menyukai hal-hal seperti ini. Bercinta katanya menjadi suatu hal yang menjijikkan. Ia tidak mau merasa pilu setelah orgasme. Aku terkesiap, mendengar kata-katanya. Anehnya tidak ada rasa berontak. Aku justru merasa itu haknya untuk tidak mendapat belaianku.
Awalnya aku merasa semua baik-baik saja. Satu hari, Satu Minggu,Satu Bulan, Satu Tahun? Aku membayangkan diriku yang hidup dengannya dengan cinta tulus. Memang hidup bersama belahan jiwa kita dengan cinta yang tulus terdengar sangat romantis dan suci. Tetapi apakah hal-hal seperti itu hanya khayalan semata?

Membayangkan kehidupan tanpa bercinta, aku melihat pasangan tua yang cukup dengan pegangan tangan dan ciuman di kening untuk menyuburkan jiwanya. Tetapi aku masih muda, umurku 25 tahun dengan gairah yang selalu memuncak di pagi hari. Apakah aku harus siap menjadi tua jika ingin bersamamu? Jelas aku tidak mau tapi tak rela kehilanganmu. Namun aku pun sekali lagi tak bisa memaksamu. Apalagi membuatmu menjadi sebuah obyek pemuas hasratku. Betapa hinanya diriku jika berpikir demikian.

Aku ingin bertanya tentang rasa jijikmu atas bercinta. Apa yang membuatmu tidak jijik untuk bercinta dengan fantasimu sementara kau jijik merealisasikan fantasimu denganku? Apakah sebenarnya kau sudah tidak tertarik denganku lagi dan tinggal hanya karena iba kepadaku. Oh, aku menjadi sangat negatif saat menerka-nerka hal seperti ini.

Membaca masa depan. Sesungguhnya apa yang bisa membuat kita akan tetap tinggal dalam satu? Apakah cukup dengan cinta suci itu saja. Atau kita akan mencoba untuk terlibat dalam suatu kegiatan yang sama lebih sering?

Semua menjadi tanda tanya. Memang besok adalah tanda tanya. Jadi benarkah apa yang aku lakukan atas sikap dan pandanganku saat ini? Kita pasti berdebat dan membahasnya sampai pagi. Tetapi aku sedang tidak mau berbicara dengan orang yang mendengarkan hanya untuk menimpali, bukan untuk mengerti.


Comments

Sign In or Register to comment.