BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Doa hujan

Akhir tahun segera tiba namun tanda-tanda air turun dari langit tak kunjung tampak. Sawah-sawah merana, kekurangan air. Langit yang terlihat mendung mungkin hanya pembacaan Tuhan atas nasib para petani yang harus kehilangan harapannya atas panen yang akhir tahun. Bahkan setelah gagal panen, petani juga harus meratapi sumur-sumur mereka yang mengering. Kini, tidak ada hal lain yang bisa dilakukan petani selain bertahan hidup.

Pak Muhyari adalah seorang buruh tani. Ia tidak memiliki lahan, pekerjaan sehari-harinya adalah menggarap sawah milik orang lain. Namun kini ia hanya bisa berpangku tangan melihat tanah yang digarapnya mustahil untuk ditanami. Siang itu ia duduk di depan rumah sembari menunggu waktu dhuhur.

Ia tidak memiliki jam tangan, tetapi selalu tahu kapan waktu-waktu sholat ditunaikan. Seolah ia mendapat suatu berkah dari kuasa berupa jam biologis. Diambilnya sarung lusuh garis-garis warna putih dan peci hitam pemberian majikannya waktu bekerja di peternakan ayam dulu. Dengan sandal jepit yang tipis, ia melangkahkan kakinya menuju masjid berniat menjadi orang pertama yang datang kesana. Menjadi pemanggil orang-orang untuk menunaikan kewajiban lima waktunya.

Diambilnya air wudhu setelah komat-kamit membaca niat dan doa wudhu. Ia memang tidak pernah mengenyam bangku sekolah, tetapi Pak Muhyari hafal betul dengan doa yang berlafal arab itu dengan arti-artinya. Seusai mengambil wudhu ia bergegas menuju ruang utama masjid, dihidupkannya speaker masjid dan ia pun mulai melantunkan puji-pujian dengan khusuk setelah adzan dikumandangkan.

“Duh Pangeran kulo mugi anuruno saking langit angkoso toyo engkang tuwo....”

Ia melantunkan puji-pujian atas kebesaran Allah SWT dan memohon atas hujan. Air yang membasahi dahaga kehidupannya, air yang membangkitkan dirinya dari ketidakmampuan melawan ganasnya alam. Sang Imam pun datang, puji-pujian dihentikan. Iqomah segera menyahut. Mereka berdua lalu menunaikan sholat dhuhur.

Dalam perjalanan pulang, Pak Muhyari dikejutkan dengan bentakan beberapa orang yang berusaha mencegatnya. Ia tidak tahu menahu ada apa gerangan.

“Hey, dasar manusia goblok!” Hardik seorang yang mencegat. Pak Muhyari gentar.
“Maksudmu apa tadi bersholawat minta hujan. Kamu ingin tembakau kami ini rusak, huh?” Sergap seorang lainnya.

Pak Muhyari kini mulai paham muara permasalahannya. Ia tidak tahu memposisikan dirinya sebagai orang yang benar atau salah. Ia hanyalah hamba Allah yang memohon doa dan ia merasa tidak pernah salah memohon. Namun dihadapan para tengkulak tembakau, doa yang ia panjatkan adalah dosa besar. Salah besar jika hujan turun.

Kepalan tangan melayang ke arah mukanya. Pak Muhyari pun tersungkur ke tanah. Para tengkulak tembakau pun tak henti-henti menghardiknya. Pak Muhyari tidak bisa apa-apa dan pasrah. Apa yang bisa dilakukan orang sepertinya? Melawan adalah kesalahan besar karena itu artinya dia akan kehilangan garapan lahan yang dipercayakan kepadanya.

Ia pun pulang ke rumah, pipi sebelah kirinya memar kemerahan. Istrinya kebingungan, berkali-kali ia bertanya namun tak dijawab olehnya. Istrinya hanya bisa pasrah jika Pak Muhyari tak mau bercerita. Disekanya pipi suami kesayangannya dengan kain yang dibasahi dengan air panas. Pak Muhyari memegang tangan istrinya, hal yang sangat jarang dilakukannya.

“Sudahlah tidak apa-apa.” Katanya. Pelupuk mata istrinya berlinang.
“Memang memar itu tidak apa-apa, pak. Tapi aku melihat kamu meratap. Tidak biasanya kamu seperti itu.” Kata si istri.

Pak Muhyari menghela nafas.

“Lahan tidak bisa digarap, bu. Hanya doa yang bisa kita lakukan untuk terus hidup dan berharap. Tapi kini berharap pun salah, walau itu pada Allah.”

Suasana menjadi hening tidak biasa.


Comments

Sign In or Register to comment.