BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Pertemuan Pertama

edited December 2014 in BoyzStories
Aku bukan orang yang senang mengenang masa lalu. Namun, bukan berarti aku tidak memiliki kenangan. Banyak hal yang terjadi dalam menjalani hidup ini. Setiap manusia pasti punya cerita yang bisa dia ceritakan kepada orang lain. Baik itu cerita yang bisa membuat orang lain senang atau malah membuat orang lain iba mendengarnya. Kadang ingatan kita pun tidak selalu menyimpan hal yang indah, namun sesuatu yang membuat kita menangis juga sering kali kita simpan di kepala kita.
Ini adalah sedikit cerita tentang hidupku, cerita tentang aku dan orang yang saat ini sedang menemaniku makan malam pada meja yang sama. Seorang lelaki yang sampai sekarang aku tidak tahu apa status kami. Bukan karena aku tidak mau menginginkan hubungan lebih darinya. Aku hanya takut apabila tidak sesuai yang aku inginkan kebersamaan ini akan hilang. Seorang lelaki yang tak kusangka akan mengisi kekosongan waktu dan hidupku. Ini bukan sebuah cerita yang bahagia tapi sampai saat kutuliskan kisah ini aku berusaha untuk tidak menjadikannya sebuah cerita sedih.


“ Jadi lo belom ada ngehubungin nomer yang gw kasih? “ tanya temanku yang dari nadanya sepertinya dia sedikit kesal padaku.

“ belom” jawabku sekenanya.

Mungkin jika kami membicarakan hal ini di rumahku dia sudah memakiku seperti yang selama ini dia lakukan saat kita membicarakan masalah statusku, untungnya saat ini kami sedang berada di kedai nasi goreng sekitar taman kota yang cukup ramai orang berlalu lalang. Cukup jelas dalam ingatanku awal mula masalah ini terjadi.


***


[i]Seminggu yang lalu...

“Rahen” panggil Angga sambil menyerahkan sebuah kertas yang berisikan nomer telepon.

“Ini nomer siapa Ngga ?” tanyaku bingung melihat nomer yang dia berikan padaku.

“ udah disimpen aja dulu. Awas kalo nomernya lo buang!” ancamnya terkekeh

“ish kalo ga penting ya ngapain aku simpen” jawabku berniat mengembalikan kertas tersebut pada Angga temanku ini.

“sapa tau jodoh” balasnya sambil berjalan menjauh tak memperdulikan kerutan di keningku karena aneh melihat tingkahnya[/i]


***


“ lo nunggu apaan sih Rahen..? Nomer dia udah gw kasih ke lo tuh dari seminggu yang lalu dan lo ga ada hubungin atau sms ke dia walau cuma kata “HALLO” ?” ucapnya lagi setelah meneguk teh manisnya.

“ ga nunggu apa-apa, Cuma aku mikir kok ga kamu kasih aja nomer aku ke dia biar dia yang ngehubungin aku duluan “ balasku tersenyum atau lebih terlihat seperti nyengir.

“ NO!!! Lo yang harus duluin! Usaha lebih aktif dong kalo jadi orang. Lagipula selama ini juga kalo gw kasih nomer lo ke orang lo balesnya ogah-ogahan. Jadi yang ini harus lo yang ngeduluin” cerocosnya.

Apalah ini orang satu, dia yang mau ngenalin ke aku tapi aku yang suruh usaha udah tau aku orangnya pasif jadi bukan salahku kan kalo orang-orang yang sebelumnya bosen chat sama aku. Lah emang akunya ga bisa basa basi.

“ ya udah nanti kalo aku udah siap aku hubungi dia, lagian kenapa sih Ngga kamu seneng banget ngenalin aku ke orang yang ga aku kenal? “

“ biar lo ga kelamaan jomblo ntar kalo kelamaan jomblo lo lumutan”

“ SIAL LU !!!” balasku menoyor kepalanya.

“ gw kenal orang ini dia orangnya baik kok. Jadi lo harus kenalan sama dia!” ucapnya menekan kata per kata.

“ oke nanti kalo aku siap aku sapa dia ya” balasku.

“ JANGAN LAMA-LAMA” balasnya lagi menekan kata demi katanya

“ ish maksa” aku ngedumel. “ iya iya nanti aku hubungi dalam waktu dekat ini, ribet ama jadi orang” lanjutku setelah mendapatkan toyoran dikepala darinya.

“ itu baru temen gw” balas Angga senyum bangga.

Kamipun segera menghabiskan sisa nasi goreng di piring kami yang sempat terabaikan karena obrolan yang kurang penting tadi. Dan berkeliling taman yang mulai sepi karena malam juga semakin larut.


******


Aku memikirkan kembali obrolan dengan Angga di taman tadi. Tentang pemilik nomer telepon yang saat ini tersimpan dengan nama Rendi di daftar kontakku.
Apa memang aku harus menghubungi dia duluan? Dengan orang yang bahkan sekalipun belum pernah kulihat.
Aku menimang-nimang ponsel dalam genggamanku. Sebenarnya aku ingin memulai namun ada rasa takut dia akan bosan denganku.
[i]Hey dia bukan siapa-siapa kamu, ngapain pake bingung segala?[/i] maki suara di kepalaku.
Ah benar juga, buat apa aku memikirkan orang yang belum kukenal, kalau memang dia nanti menjauh toh memang dari awal kami tidak saling mengenal.
[i]Baiklah aku akan memulainya.[/i] Lanjut suara di kepalaku memberi semangat.
Akupun mulai mencari nama Rendi dalam daftar kontak ponselku. Namun seperti apa yang sudah kukira, aku cukup mengenal diriku sendiri. Tidak mungkin aku seberani itu. Akupun kembali meletakkan ponselku di sebelah tubuhku yang sudah bersiap untuk tidur.
Mungkin memang belum malam ini, lagipula sekarang juga udah malem orangnya juga pasti udah tidur.


*****

Aku terbangun oleh suara panggilan telpon dari ponselku. Sebuah panggilan yang aku sudah yakin tau dari suaranya tanpa harus melihat nama yang tertera di layar.

“ Halo “ sapaku dengan suara yang lebih mirip dengan dengkuran. “ ngapain pagi-pagi udah telpon ganggu orang tidur aja.” Lanjutku dengan suara yang sama.

“ Sekarang jam berapa nyet, masih lo bilang pagi? Makanya biasain bangun pagi jadi tau pagi itu kaya apa bentuknya.” Jawab Angga.

“ hoh !!! jadi sebenarnya ada apa jam segini udah telpon?” tanyaku yang aku tau pasti apa alasan orang satu ini menghubungiku sepagi ini.

“ Terus gimana janjiannya? Jadinya kapan kalian ketemuan?” dan sesuai dengan dugaanku dia pasti akan menanyakan hal ini.

Memang salahku juga bilang kepadanya setelah pulang dari taman semalam akan langsung menghubungi Rendi. Tapi kalau dipikirkan salah dia juga kenapa ngebet banget pengen nyomblangin orang. Teringat kembali obrolan kami berdua setelah makan tadi malam.



[i]“ Kenapa gak sekarang aja lo ngehubungin dia?” Angga memulai pembicaraan setelah kami membayar nasi goreng yang kami makan.

“ Hah?? Ngapain coba buru-buru, nanti aja juga pasti bakal aku hubungi kok Rendinya.”
Beneran deh niy orang satu ribet banget Cuma masalah mau nyomblangin doang aja udah kayak nyariin aku calon pendamping hidup.

“ daripada kelamaan ntar lo ngulur-ngulur waktu lagi. Dan dianggurin lagi itu nomer.” Sindirnya.

“ ga Angga, aku nanti bakal hubungi dia dalam waktu dekat ini.” Aku berusaha meyakinkan Angga.

“ ya udah, lo harus udah hubungi dia nanti setelah kita pulang ya.” Ucapnya dengan nada memaksa.

“ Lagi ngapain sih kamu ngebet banget aku harus kenalan sama dia?” tanyaku penasaran

“ Gw kasian ngeliat lo jomblo kelamaan Rahen, kebetulan nih temen gw itu juga udah lama jomblo setelah putus sama mantannya padahal dulu sama mantannya lumayan lama, nah sapa tau kalian bisa kenal deket.” Jawab Angga serius.

“ kalo dia ga mau kenal aku gimana? Ntar aku udah ngarep malah jadinya sakit hati.” Aku mencoba mencari celah agar dia tidak memaksa.

“ tenang aja dia udah liat foto lo kok, jadi dia itu tau penampakan lo kaya apa. Makhluk yang bentuknya dekil gede gendut dan mengerikan. Dan dia pas gw bilang mau gw kenalin ke lo ga keberatan. Jadi lo coba dulu aja deh ga usah mikir aneh-aneh.” Jawabnya.

“ anjing gw dibilang mengerikan, sialan kau!!!” balasku menoyor kepala makhluk sialan itu. “ya udah aku liat juga dong kalo gitu penampakan dia” mintaku agar terlihat adil.

“ GAK !!! lo udah gw kasih nomer telpon dia sana usaha sendiri kalo mau liat dia kaya apa” jawabnya menantang.

“ Ohh” aku sudah bingung harus membalas ucapan apa lagi. Bisa-bisanya dia curi start begitu. Aku menatap temanku yang sedang tersenyum geje dan hanya bisa membalas senyumnya dengan helaan nafas.[/i]

***

“ hoi kunyuk, malah diem lo” aku tersadar dari lamunanku dan kembali pada ponsel dan Angga yang mulai bete karena tak kuhiraukan.

“ sori ngga aku lupa menghubunginya” jawabku “ setelah sampai rumah aku langsung tertidur.” Lanjutku memberikan alasan.

Aku tau saat ini pasti Angga sudah menyiapkan makiannya untukku.

“ oh ya udah kalo emang ga mau kenalan sama dia gak apa-apa. Tapi tolong banget paling gak kirim pesan singkat ke dia walau cuma kata ‘hallo’ aja, biar gw ga dikira lagi main-main sama dia.” Ucapan Angga barusan malah benar-benar membuat aku bingung, mengingat betapa gigihnya Angga selama ini membuat aku untuk menyapa pemilik nomer yang bernama Rendi.

“ iya nanti aku kirim itu ke dia” hanya kaliamat itu yang keluar dari mulutku sebelum aku mendengar nada sambungan telepon yang terputus.

Setelah Angga memutuskan sambungan telepon kami, aku berusaha untuk merenungi apa yang obrolkan tadi. Aku bingung apa yang terjadi pada temanku yang satu itu. “Apakah memang dia sekecewa itu padaku karena gerakanku yang lambat? Atau dia kecewa karena aku menganggap masalah ini tidak serius? Atau dia sedang badmood? Atau mungkin dia memang sudah malas memaksaku yang jelas-jelas tidak merespon baik maksud baiknya?.” Berbagai pertanyaan muncul di kepalaku karena sikap Angga yang tidak biasa.

Aku memang terkadang ingin mempunyai hubungan dengan seseorang, tapi apa harus dengan cara seperti ini? Berkenalan dengan orang asing?

Aku kembali menghempaskan tubuhku ke kasur. Menatap langit-langit kamar yang berwarna putih. Alasanku tidak ingin berkenalan dengan orang baru sebenarnya hanyalah karena takut merasa kecewa. Aku bukan orang yang pandai menarik hati orang lain. Aku terlalu tertutup untuk memperkenalkan diri kepada orang lain dan aku bukan orang yang mudah membuat seorang kenalan baru bisa nyaman berada di dekatku.

Lebih baik aku mandi mungkin nanti setelah mandi aku akan bisa memikirkan semua ini dengan lebih jernih, terlanjur juga jam segini sudah bangun dan ga bisa tidur lagi. Akupun melangkahkan kakiku untuk ke kamar mandi.
«13

Comments

Sign In or Register to comment.