Pesta akan segera dimulai, riuh menyambut ketika dj memainkan musiknya. Sudah lama aku tidak berada di atmosfer seperti ini. Sebuah pesta yang sangat berbeda dengan pesta-pesta lainnya. Lihatlah manusia-manusia sekelilingmu yang berdandan crazy party. Ketika melihat atas panggung, berdiri seorang transgender yang sengaja berdandan over-make up. Entah supaya terlihat lebih glamor atau hal itu memang karakter dari pesta itu sendiri.
Dengan suara parau wanita transgender itu mengambil alih pesta dari dj. Dia membuka pesta dengan sebuah pertanyaan klise tentang kemerdekaan. Aku baru sadar, akhir pekan ini adalah satu minggu setelah perayaan HUT RI. Hal yang sangat menarik untuk bertanya mengenai kemerdekaan di ruang tanpa kesadaran. Bisakah kita bertanya hal-hal subtansial kepada manusia-manusia yang telah tenggelam ke alam tak sadar karena alkhohol?
Setelah melontarkan pertanyaan yang cenderung retoris, wanita itu memanggil sebuah nama. Ternyata hari itu adalah hari ulang tahunnya. Sebongkah kue besar menantinya dipanggung bersama sahabat-sahabatnya. Ini adalah salah satu malam terbaik yang dia miliki. Tak lama wanita itu menghilang dalam kegelapan lalu disambut dengan penari-penari kontemporer khas g-nite. Tanpa sebuah jeda, pertunjukkan dilanjutkan dengan penampilan drag queen yang menjadi pertunjukkan utama pesta ini. Sudah beberapa kali aku pergi ke g-nite di tempat dan penyelenggara yang berbeda. Namun aku merasakan tidak ada “kebaruan” dalam pertunjukkan. Selalu saja tarian dan drag queen. Mungkin aku adalah orang yang mudah bosan dan sulit untuk mengakui kultur pertunjukkan g-nite. Aku hanya berpikir akan lebih menarik jika pertunjukkan itu dipadukan dengan seni digital atau hal-hal kreatif lainnya.
Jam tanganku menunjukkan pukul 1 pagi. Tidak seperti biasanya, pertunjukkan itu selesai lebih cepat. Dj mengambil alih kembali ke atas panggung, manusia-manusia itu segera memenuhi lantai panggung. Hentakan-hentakan kaki yang mengikuti dentuman musik mix-house. Aku pun segera maju setelah menghabiskan satu pitcher minuman yang aku pesan tadi.
Di depan panggung aku bertemu dengan seorang teman lama. Hampir saja aku tidak mengenalinya karena dia banyak berubah dari segi fisik. Dia yang dulunya terlihat lugu sekarang memiliki tattoo penuh di pergelangan tangan kanannya.
“Mas didin…?” Sapanya sedikit ragu.
“No, call me Wolvie..” Balasku sambil menunjuk kaos bergambar serigala yang kukenakan.
Seorang lelaki muda menghampiriku, malu-malu mengajak berjoget. Baru ketika aku mengalungkan tanganku tubuhnya dia tahu bahwa aku menerima tawarannya. Aku terkaget ketika dia menatapku dalam lalu memuncupkan bibirnya minta dicium. Belum kutanyakan siapa namanya tetapi dia mengajakku untuk melakukan hal lebih. Mungkin itulah dunia pesta. Dunia yang menunjukkanku sebuah komunikasi berbeda. Kita tidak perlu berbicara karena suara kita kalah dengan musik yang berdentum. Berjoget adalah satu cara dimana kita bisa mendekatkan diri dengan orang lain. Bahkan kau tidak perlu mengenal siapa mereka untuk memeluk atau mencium. Semua berjalan secara otomatis dan natural. Seperti yang anak muda itu lakukan.
Setelah dia menciumku perlahan dia melepaskan tangannya dariku. Dia sepertinya tahu bahwa aku baru saja minum alkohol. Dia segera pergi kembali bersama gerombolannya sambil mengawasiku dari jauh. Tak lama laki-laki lain muncul menghampiriku. Akhirnya dia berhenti mengewasiku dan acuh.
Entah berapa lama aku berjoget tetapi aku merasa sudah cukup lelah. Mungkin ini karena faktor usia dan tubuhku yang semakin gemuk. Aku duduk di bibir panggung sembari melihat manusia-manusia itu berjoget. Kulihat seorang yang sedang berulang tahun berada di sebelah kiriku bersama seorang laki-laki rupawan. Laki-laki yang berulang tahun itu telah kehilangan kesadarannya karena alkohol. Aku kira malam ini adalah malam yang membahagiakan baginya. Namun kulihat sirat kecewa dan kebingunan dari mukanya. Dari gerak tubuhnya dia seolah sedang meyakinkan laki-laki yang dia peluk dengan erat.
“Don’t leave me, I just want you only.” Katanya pada laki-laki itu.
Apakah laki-laki rupawan itu hadiah ulang tahun baginya? Atau laki-laki rupawan itu adalah seorang yang ia puja diam-diam selama ini? Pikiranku melaju pada berbagai kemungkinan dan drama-drama kehidupan seorang gay. Aku tidak perlu tahu kebenaran darinya. Aku lebih suka menerka untuk menyuburkan pikiran dan imajinasiku.
Raut wajah laki-laki yang berulang tahun itu semakin melas ketika lelaki rupawan berusaha untuk melepaskan pelukannya. Tetapi lelaki yang berulang tahun mencoba untuk menahannya. Oh, ingin kukatakan kepada dia yang sedang berulang tahun. Mengatakan dengan lantang kepadanya hingga ia tersadar. Manusia datang dan pergi sendiri-sendiri. Aku kira jangan pernah memiliki jika tidak ingin merasakan kehilangan. Kita memiliki definisi yang sama akan kata kehilangan. Namun kita tak pernah tahu seberapa dalam dan luka rasa kehilangan itu.
Dunia adalah pesta penuh warna-warni keramaian. Lampunya silau menyorot mata. Aku tidak tahu apakah satu pitcher alkohol bisa membuatku mabuk? Atau jangan-jangan aku tidak pernah sadar selama ini. Dan kelak suatu hari nanti aku terbangun dari ketidaksadaranku dengan penyesalan.
Comments
Sepertinya ada yang salah thread nih, harusnya nih di bzStories