BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

It's Gone

edited October 2014 in BoyzStories
NB: Cerpen nih, happy reading. Jangan lupa likenya kalo suka. Kritik, saran, komentar jangan lupa asal sopan dan gak nyolot^^
======================================

"Aku menyayangimu."
"Aku juga... tapi apa kau akan pergi?"
"Tidak! Tidak! Aku menyayangimu..."
Aku merasa sesak di dada mendengar pernyataanya yang seolah menutupi segala hal, tapi aku tetap tersenyum masam menepis pikiranku sendiri, walau itu terkesan munafik terhadap hatiku tapi apa daya, hanya ekspresi itu yang aku bisa untuk mencairkan suasana hatiku sendiri.
"Jadi apa kau akan tetap disini..."
"Umm... tentu... aku akan berusaha disampingmu..."
"Aku takut..." aku berkata seadanya sesuai perasaan hatiku, aku takut kehilangannya, aku mencintainya, sangat mencintainya.
"... ... ... " Ia tak memandangku aku melihat air muka itu, ekspresi seolah ia memang akan pergi.
"Jika kau ingin pergi, pergilah... aku tahu, ada yang lebih pantas untukmu di luar sana, aku hanya laki-laki biasa... ...
Sedang kau sempurna..." aku tersenyum, senyum yang tulus dan lugas, bukan yang aku buat-buat, tetapi aku tak bisa membohongi perih yang kini perlahan menjalar di dadaku. Aku tersenyum, merasa berhasil menumpahkan segala beban pikiranku yang berkecamuk sejak tiga hari lalu.

≠====~Flashback~====≠

•From: My Leon
Honey, sorry! Aku gak bisa keluar bareng kamu malming ini, ada acara keluarga dadakan nih!•

Aku membaca pesan singkat darinya di HHku, padahal aku dan Leon sudah merencanakan malam mingguan bersama ini sejak empat hari lalu, kami jarang ada waktu untuk bertemu, aku selalu ada waktu tapi Leon terlalu sibuk dengan jadwal kuliah katanya.

•To: My Leon
I see^^
Take care.
Love you♥•

Kubalas singkat pesan darinya, aku memang agak kecewa, tapi mungkin dia memang ada keperluan penting.
"Drrrt....drrttt...."
HHku bergetar menandakan pesan masuk.

•From: My Leon
Luv u too•

Aku tersenyum, sudah kuduga. pasti balasan dari Leon, dia kekasihku sejak sekitar tiga bulan lalu. Jauh dibanding dirinya yang menurut pandanganku sempurna, aku hanya biasa saja. Terkadang aku sendiri bertanya-tanya mengapa seorang pria yang indah sepertinya mau menjalun hubungan denganku.
"Kau spesial..." itu dua patah kata yang pernah ia ucapkan ketika kutanya, dan sukses selalu membuatku tersenyum ketika mengingatnya.
============================

Kulangkahkan kakiku di sepanjang jalan trotoar pinggir alun alun kota ini. Aku merasa jenuh jika harus berdiam diri dalam kamar di malam yang menurut orang-orang adalah malam yang ditunggu-tunggu pasangan muda-mudi untuk berkencan atau sekedar hang-out dengan teman mereka, jadilah aku tadi dengan sedikit nekat naik angkutan umum ke alun-alun kota.
Agak sedikit terhibur dengan lalu lalang orang-orang, dan para pengamen jalanan dengan alat musik sederhananya yang hilir mudik mencari recehan dari orang-orang yang iba. Entahlah, aku agak sedikit iri dengan mereka yang berdua-dua bercanda tawa lepas, reflek aku merasa rindu dengan Leon, seandainya ia di sini.

Aku mencari tempat duduk hendak melepas penat kakiku yang sedari tadi kupakai berkeliling tanpa tujuan. Bangku taman tepat di pinggir trotoar yang kini kududuki dan seorang lain di sampingku.

"Sendiri?"
"Iya! Hanya sendirian, kamu?"
"Aku? Bersama angin, bersama pakaianku, bersama gitarku... " kulihat senyumnya sembari mengangkat gitarnya menunjukkan padaku.
"Kamu lucu!" Aku terkekeh menanggapinya.
"Ngapain malam malam begini ke sini sendirian?"
"Entahlah, aku bosan di rumah, sebenarnya seseorang tak jadi dengan janjinya untuk keluar bersamaku...
Kamu sendirian di sini kenapa?" Aku menanggapinya jujur.
"Ah, pastinya seseorang spesial, right? Aku cuma mengikuti kemana langkah kakiku membawaku." Aku mengangguk ketika dia bertanya tentang seorang spesial.
"Kamu lucu!" Aku tersenyum menanggapinya.
"Lucu darimana? Bahkan orang mungkin akan takut melihat tampangku!" Dia mengedipkan sebelah matanya "Tunggu! Kamu gak takut ngeliat penampilanku?" Dia berubah serius, kuperhatikan lebih seksama, celana jeans dengan robek sana sini, baju kaos dengan jaket jeans yang juga robek di Beberapa bagian, dan aku memicingkan mataku melihat kalung rantai dan beberapa gelang yang kelihatan weird. Aku tertawa.
"Kamu gak takut?" Kulihat dia menampilkan ekspresi innocent-nya
"For what?"
"Liat gue! Kayak preman gini!" Dia berbicara agak sinis, tapi malah justru terlihat aneh, aku tersenyum.
"Elu yang lucu bukan gue!" Dia menoyor pelan pipiku.
"Jadi sekarang berganti logat 'Elo-Gue'?" Aku tersenyum menyindirnya.
"Heh, tadi gue ngimbang elu aja yang keliatan culun!" Aku tersenyum kemudian terdiam, dia keliatan agak kikuk mendapati aku berubah ekspresi. Aku mengedarkan mataku ke sekeliling kios-kios makanan dan beberapa restoran yang memang berada tepat di depan bangku taman yang membelakangi jalan raya ini. Aku terperangah, pandanganku terpaku menangkap sosok itu. Dia Leon, dan seseorang di gandengan tangannya.
Kupicingkan mataku lebih lekat ke sosok itu, berusaha menepis jika saja aku keliru untuk sekadar meredakan detak jantungku yang kini berdegub kencang. Aku tak menemukan kesalahan pada apa yang aku lihat, aku menangis, aku cengeng.
"Maaf, aku mau pulang..." kuarahkan padanganku pada sosok di sampingku kemudian kembali terpaku pada siluet Leon bersama seorang yang tampak modis di salah satu restoran itu.
"Elo, maksudku kamu nangis? Maaf kalo aku salah ucap..."
"Bukan! Bukan! ... aku gak apa apa kok... aku cuma mau pulang, aku butuh ketenangan... " masih lekat terus kupandangi siluet di restoran itu sambil menangis tanpa suara, aku bahkan tak peduli dengan lalu-lalang orang orang.
Aku beranjak dari tempatku berdiri, melangkahkan kakiku dari bangku taman itu.
"Tunggu! Ikut gue!" Seseorang tiba-tiba mencengkeramku dan menarikku ke arah depan lebih cepat.

≠===~ End Flashback~===≠

"Kamu bicara apa?"
"Kamu bosan?" Kutantang pandangan matanya, dan dia menunduk.
"Maksudmu apa?" Aku tersenyum, senyum paling sendu yang bisa aku tunjukkan.
"Lupakan... lupakan aku jika aku hanya menjadi bualan..."
"Aku bingung!"
"Seharusnya a...aku yang bingung..." nada suaraku bergetar membendung semua rasa sedih dan sesal. Kurasakan dekapan yang terasa hangat, aku agak canggung dengan dekapannya yang sekarang ini, aku telah hilang kenyamanan.
"Maaf..."
"Aku tahu ... tolong antar aku pulang... " kulepas dekapan itu dan tersenyum.
"Aku ingin lebih lama di sini... Kita berakhir?"
"Menurutmu?"
"Maaf..."
"Dia siapa?"
"Seorang yang pernah aku ceritakan, aku mencintainya juga..."
"Aku pelarianmu?" Aku tertunduk, semakin bergejolak sesuatu yang ada di Dadaku, seolah ingin mencelos keluar dari rusuk-rusukku.
"Itu terlalu kasar untuk kamu dengar."
"Tapi itu kenyataan..." kutatap matanya yang tampak ragu, dia menatapku sekilas kemudian mensejajarkan pandangannya pada lampu jalan yang menerangi jalan pinggiran kota ini.
"Terkadang apa yang manusia inginkan kesempurnaan."
"Itu dia, aku cuma manusia bodoh yang sama sekali tak sempurna."
"Tapi kamu spesial."
"Spesial untuk di tinggalkan." Aku tersenyum, senyum sendu yang sama.
"Maaf, tapi aku mencintainya lama sebelum aku bertemu kamu."
"Aku tahu, kamu terlalu sempurna untuk seorang sepertiku." Kulihatnya tersenyum, senyumnya yang tampak membanggakan diri, membuat dadaku bergemuruh lebih kencang, membuatku
"Sudah sadar? Aku akan melupakanmu sesuai maumu." Kalimat yang kini menghujamku, menghentikan denyut nadiku sesaat, ini lebih sakit dari ketika aku melihat Leon bersama cowok modis itu.
"Secepat itukah pikiranmu berubah?" Aku agak menahan napas bertanya padanya, sembari menahan pedih yang masih dapat kubendung.
"Ayo kuantar pulang!" Ia meraih tanganku, menarikku untuk duduk di boncengan motornya.
"... ... ..." aku terdiam menunduk, menurutinya.

==========================

Aku tadi terdiam selama dalam boncengan Leon, aku tak berani mengajaknya berbicara, mungkin karena sedikit efek dari aku menahan tangisku. Bahkan aku tak berani memeluknya di boncengan seperti biasa ia memboncengku, aku merasa urung dan enggan, ia bahkan tak memintaku untuk memeluknya seperti biasa. Aku menatap kosong langit-langit kamar, terus berpikir tentang semua hal yang barusan kulalui, kembali terulang semua hal itu, aku bahagia bisa berkata jujur dan mengungkap perkara, aku juga sedih karena kehilangan, ingin rasanya aku hilang dari muka bumi. Kembali bulir bulir hangat merembes di sela mataku, membuatku sesegukan yang berusaha kutahan.

"Drrrt... drrrt..." suara getaran handphone ku terasa sekali di ruangan kamarku ini. Kuraih dan kubaca pesan singkat itu sekilas.

•from: Axel
Ada wktu?•

Aku tersenyum, mungkin ini waktuku untuk mencari kesibukan membunuh masa laluku.

•To: Axel
Sure^^•

Tak lama kembali suara getaran terdengar, memecah hening malam ini.

•From: Axel
Gw dt4 bysa, mau kujemput?•

•To: Axel
Boleh^^•

Aku melangkah hendak bergegas, aku pikir aku butuh tempat untuk melepas penat, jenuh, kesal, sedih, dan semua hal yang barusan terjadi. Aku akan kembali terus berjalan, menapaki apa yang sudah terlanjur hilang, berharap aku akan menemukan hal yang lebih baik di depan. Melebur puing puing yang akan kembali kutata. Aku juga sadar akan beberapa hal, aku bukan orang yang sempurna. Aku merasa pesimis, aku butuh ketenangan saat ini, kembali air mata mengalir. Aku bisa, bukankah kepergian merupakan awal dari hal baru, dan aku mampu untuk sebuah hal baru.
«1

Comments

Sign In or Register to comment.