Faiz tidak menyangka jika keputusannya kali ini
akan membawa pada seseorang yang dulu dia
anggap sebagai kakak. Tapi sosok itu tidak sama
lagi. Dingin, kejam dan tak tergapai. Lalu sebuah
kejutan menantinya, saat seseorang yang
mempunyai julukan Shaqr menyeretnya
kedalam dunia yang tak pernah dia bayangkan.
...
Mempersembahkan ...
.
Love Circle
.
.
Meyrillien
Dilarang copas separuh atau seluruh cerita
Cover bukan milikku
Nama-nama tempat disini hanya imajinasi
jangan dicari di mbah ugel ya ^-^v
Boys lover
Baca dulu baru boleh komen
Happy reading
.
.
''Siapa kau? Apa yang kau lakukan disini?''
Faiz Zakaria berdiri gelisah. Tanpa sadar
tangannya menggaruk pipi saat lelaki manis
dengan pakaian tidak biasa-kameja putih
dengan bawahan pendek dan sandal rumah
berwarna coklat-membukak an pintu
untuknya. Memandang dirinya penasaran,
terlebih saat Faiz terlihat seperti seseorang yang
mau pindahan ketimbang bertamu.
''Ehm, aku cuma mau tanya. Apa disini ada laki-
laki yang namanya Elang Prayoga?''
Dan senyum manis itu luntur seketika. Berganti
dengan tatapan tajam yang serasa melubangi
kepala Faiz. Mata hitam besar lelaki itu
memandang Faiz dengan teliti dan tanpa merasa
bersalah dia mendengus kesal didepannya.
Faiz berkedip sekali.
''Elang? Kau siapanya?'' tanyanya arogan.
Tubuhnya menyender di mulut pintu sedang
tangannya terlipat didepan dada.
Mata Faiz terbeliak kaget. ''Aah... Kak Elang ada
disini? Aku teman masa kecilnya,'' seru Faiz
antusias. Binar kegembiraan terlihat jelas saat
mengetahui jika orang yang dicarinya berada di
dalam rumah tersebut.
''Aku tidak bilang kalau Elang ada disini,''
bentaknya. Memandang permusuhan pada Faiz
yang meletakan tas besarnya dilantai. ''Sudah,
kau pergi saja dari sini.''
''Lho, tapi tadi kakak bilang kalau kak Elang ada
disini, iya kan?'' Faiz dengan reflek segera
menahan pintu yang hendak ditutup dengan
kaki kirinya lalu mencoba menyeruak masuk.
''Katakan dimana Kak Elang?'' paksanya.
''Apa maumu, hah? Pergi dari sini, aku tidak tau
siapa yang kamu cari''
''Hei, kenapa ribut-ribut?''
Seorang lelaki tampan datang menginterupsi.
Memandang dua orang laki-laki didepan pintu
dengan pandangan bertanya. ''Leo, ada apa
ini?''
''Dia mencari Elang,'' ucapnya kesal. Menyentak
pintu hingga membuat Faiz oleng jika saja
tangannya tidak ditahan oleh lelaki tampan yang
barusan datang. ''Dan ini bukan urusanmu,
Harry.''
Dahi Faiz berkerut bingung, merasa aneh
dengan tingkah lelaki yang dipanggil Leo
tersebut. Entahlah, katakan saja jika Faiz
mempunyai insting yang kuat. Apalagi sejak
pertama dia menyebut nama Elang, lelaki itu
langsung berubah sikap, menjadi lebih dingin
dan kasar.
Faiz berjingkat kaget saat Harry melambaikan
tangan didepannya. Dia refleks mundur dua
langkah dengan pipi yang memerah lantaran
malu. ''Maaf, aku melamun. Lho dimana kakak
tadi?'' kepala Faiz celingak-celing uk mencari
keberadaan Leo yang tiba-tiba menghilang dari
pandangannya.
''Leo sudah pergi dari tadi,'' kekehnya, ''Kau
mencari Elang?''
Faiz mengangguk. ''Ya, aku mencari kak Elang.
Dia tinggal disini bukan?''
Harry tersenyum. ''Ya, dia tinggal disini. Tapi
sayangnya dia sedang keluar. Ayo masuk dulu,
diluar sudah malam.''
''Ah, terima kasih,'' ucap Faiz. Segera dia
mengangkat tas besar yang disambut dengan
decakan kagum dari laki-laki yang ada
didepannya.
''Aku tidak menyangka tubuh sekecil ini bisa
mengangkat tas-tas besar itu.''
''Banyak yang bilang begitu,'' Faiz mendelik.''
Tapi aku tidak kecil ya, sebentar lagi aku
berumur sembilan belas tahun.''
Harry terkekeh saat sadar jika lelaki manis
didepannya tengah melakukan ancaman. ''Aku
tidak menghina umurmu, cuma kaget sama
tubuh kecilmu.''
Wajah Faiz mengkerut total, seolah baru
menemukan hal yang tidak disukainya. ''Dan
aku tidak kecil, aku yakin aku akan tumbuh
besar,'' sungutnya lucu.
''Iya-iya,'' Harry tersenyum. ''Ayo duduk, aku
buatkan minum.''
Faiz mengangguk pelan. Dirinya memilih duduk
di single sofa. Decak kagum tak sanggup Faiz
tahan saat melihat rumah minimalis yang tertata
apik. Wallpaper berwarna grey dengan interior
yang benar-benar mengagumkan. Hiasan-
hiasan yang terlihat mahal dan tangga melingkar
yang sangat artistik. Berbeda sekali dengan
rumah-rumah yang ada dikotanya.
Suara langkah kaki yang terdengar membuat
Faiz dan Harry menoleh. Hanya untuk
mendapati jika Leo sedang menuruni tangga
dengan penampilan berbeda. Jaket kulit hitam,
skinny jins hitam lengkap
dengan dandanan khas anak muda gaul.
Bahkan Faiz yang sebagai lelaki mengakui jika
Leo terlihat sangat tampan.
''Mau kemana?'' tanya Harry.
''Bukan urusanmu.''
''Kamu mau ketempat itu? Bukannya hari ini
Shaqr bertanding.''
''Shaqr?'' Faiz membeo. Merasa familier dengan
nama itu.
Leo memandang Faiz sinis. ''Ya, dia bertanding
hari ini. Setelah itu aku mau mengajaknya
menginap di apartemenku. Aku tidak mau jika
dia menemukan sesuatu yang tidak
seharusnya.''
''Leo, hentikan sikap posesifmu itu. Dia bukan
milikmu,'' bentak Harry, tangannya
mencengkram lengan Leo yang tentu saja
langsung dikibaskan oleh pemuda manis
tersebut.
''What ever. Dan...'' Leo memandang Faiz
geram, ''Aku membencimu.''
Faiz mematung bingung, dahinya berkerut
tanda berfikir keras dan mata hitamnya
memandang sosok laki-laki yang berjalan
menjauh. Apa maksudnya semua ini. Bahkan
belum ada satu jam dia tiba disini tapi kenapa
pemuda itu langsung mengibarkan bendera
peperangan padanya.
Apa yang telah Faiz lakukan.
.
)(.meychan.)(
.
Pukul tiga dini hari saat Faiz terbangun karena
suara pintu terbuka. Pikiran dimana ada
seseorang yang tidak dikenal masuk kerumah
yang ditempatinya saat ini membuatnya
langsung terjaga. Faiz melempar selimutnya
sembarangan dan segera meraih tas ransel
dimana dia menyimpan semprotan merica
didalamnya.
Dengan tekat bulat Faiz berjalan mengendap-
ngend ap. Pikirnya ini sebagai balas budi
mengingat dirinya sudah diberi izin Harry untuk
menginap sampai dia bertemu dengan Elang.
Setidaknya dia bisa melumpuhkan penjahat
yang berniat buruk sampai pemilik rumah
kembali.
Derap langkah semakin dekat membuat Faiz
menggenggam senjatanya semakin keras.
Matanya terpejam, dia memang menguasai
karate tapi bagaimana jika orang itu membawa
senjata tajam.
Faiz menggeleng pelan, apapun yang terjadi dia
harus bertemu dengan Elang. Faiz
menyandarkan tubuhnya kedinding dan
menetralkan pernafasannya. Dengan intuisi
yang sudah dia latih, Faiz memperkirakan saat
yang tepat untuk menyerang penjahat itu.
Mengeratkan semprotan merica. Faiz
menghitung dalam hati.
Tiga...
Dua...
Sa...
... Ini saatnya...
.
DUAKH
.
.
.
Faiz tersentak kaget saat tubuhnya terpental
jatuh kelantai, linu yang terasa didekitar perut
membuatnya meringis kesakitan. Tendangan
barusan berhasil mengenai tulang rusuknya.
Tidak terlalu keras tapi tetap saja itu
menyakitkan.
''Apa yang kau lakukan, hah?''
Faiz segera mendongak saat teriakan marah
terdengar. Disana, Leo berdiri didepannya, aura
kemarahan jelas terlihat. Lelaki itu menggeram
kesal, mengutuknya dengan berbagai bahasa
binatang. Tapi bukan itu yang menjadi fokus
Faiz. Tapi seseorang yang ada dibelakang Leo.
Berdiri kaku seolah baru bertemu dengan hantu.
Dia kenal dengan lelaki itu, walaupun lima tahun
berlalu tapi dia tidak akan pernah melupakan
sosok yang ada didepannya. Dia ingat, wajah
itu, hidung, bibir, tidak ada yang berubah
kecuali garis rahang kokoh yang semakin
menyempurnakan sosoknya.
Tubuh Faiz bergetar. Menahan perasaan
membuncah yang tiba-tiba melingkupi dada. Itu
kakaknya, itu Elang-nya.
Tapi kenapa tubuhnya penuh luka. Lebam biru
disekitar wajah dan sudut bibir. Apa yang
terjadi? Apa kakaknya itu berkelahi. Berbagai
Pertanyan berkecambuk dalam fikiran Faiz.
Hingga tanpa sadar lelaki manis itu berjalan
mendekat. ''Kak Elang?'' bisik Faiz.
.
.
TBC.
.
.
Sudah baca sampai habiskan... Kalau begitu
silahkan komentar.
.
Kiss kiss
Meyrillien..
Comments
ngetiknya d note hape trus di copas ke sini or, udah pernah publish di mana gituh(fb mungkin) trus di copas ke sini? ...
kalo copas jadinya gituh, kepotong-potong^^
mending ngetik ceritanya langsung d kolom komen...