nb: ini cerpen yang bener-bener pendek. udah lama sih bikinnya, temen-temen grup kece di line pasti udah pada baca. cuma ikut memeriahkan ni forum aja. Selesai baca komen ya, review juga
. Ni cerita emang agak sedikit berat, soalnya aku memang mengharuskan pembaca berlogika. haha *evilsmirk* Happy Reading.
Background Music Sound : Taylor Swift_-_Back to December.
Aku menerawang bebas seirama desahan nafasnya yang teratur dan dengkuran halusnya, aku merasa takut kehilangannya aku akan sangat merindukan ini, waktu semakin menggilasku. Aku tak akan lama lagi.
#
Aku memperhatikannya yang sedang makan selahap itu, momen yang selalu membuatku merasa akan merindukan ini.
"Hey, ada apa? Apa ada yang salah denganku?" Ia tiba-tiba berhenti melahap makanan miliknya dan menatapku dengan heran dengan posisi sendok yang masih penuh dengan makanan tepat berada di depan mulutnya, aku hanya tersenyum karena itu sangat lucu, sebuah momen yang akan benar-benar kurindukan.
"Tak apa, lanjutkan makanmu!" Aku menyuruhnya kembali makan.
"Makananmu masih utuh, kau tak makan?" Masih dengan ekspresi yang sama ia berceloteh, membuatku agak sedikit geram melihatnya.
"Hanya melihatmu makan serakus itu sudah membuatku kenyang!"
"Heheh..." ia menggaruk-garuk belakang kepalanya, kebiasaan dirinya ketika sedang malu atau bingung.
"Lanjutkan saja makanmu!"
kulihat dia kembali sibuk dengan makanannya aku mengamatinya sejenak dan mulai menjamah makananku.
#
"Kamu beruntung nak, memiliki teman yang sangat berharga sepertinya!" Aku tersenyum kepada seorang wanita tua, errr yang entahlah, aku seperti pernah melihatnya.
"Tentu nyonya, aku merasa seberuntung itu!" Ia merangkulkan tangan kirinya di pundakku, menyahut pernyataan seorang wanita tua yang mengenakan sweater abu-abu itu dengan sebuah cengiran. Aku agak sedikit kikuk dan tetap tersenyum. Aku akan sangat merindukan momen ini.
"Apapun itu semua akan menjadi indah!" Wanita tua itu kembali berceloteh dan seulas senyuman khasnya menambah jelas guratan di wajahnya, aku menatap kedepan melihat puluhan burung-burung dara yang berkeliaran di pinggiran danau ini.
"Aku tak mengerti, tapi semua memang akan ada waktunya!" Ia kembali menjawab wanita tua itu dengan tersenyum sambil menggaruk belakang kepalanya, aku tahu ia sedang bingung, mungkin tak mengerti, karna aku juga tak mengerti pola pikir wanita tua itu. Tapi aku terhenyak dengan sebuah kalimat itu 'semua memang akan ada waktunya' aku menunduk terus berputar kalimat itu dikepalaku, aku akan sangat merindukan semua ini.
"Hey, kau tak apa?" Aku terlonjak, aku melihatnya agak sedikit ingin tahu.
"Tentu, aku hanya agak sedikit bosan!"
"Maaf nek, aku pikir kami akan berjalan-jalan lagi!" ia dengan sopan berucap pada wanita tua itu.
"Tentu, silahkan, hati-hati ya! Terima kasih waktunya!" Wanita tua itu berucap demikian setelah kami menyalaminya. Kami beranjak dari bangku taman dipinggir danau ini, ia masih merangkulkan tangannya dipundakku.
"Kau mengerti apa yang ia katakan, itu agak tidak nyambung!" Ia agak berbisik sambil tertawa nakal padaku setelah agak jauh dari bangku taman yang kami duduki tadi.
"Mungkin hanya perasaanmu saja!" aku tersenyum dan kami kembali berjalan menuju sebuah dermaga dipinggir danau ini yang banyak dihinggapi burung-burung dara dan enggau.
#
"Harapanku, aku ingin selalu bersama dengan seseorang yang disampingku! Selalu bersama!" Aku meniup lilin-lilin itu setelah mengucapkan permohonanku.
"Aku pikir kau punya permohonan yang spesial lainnya." Ia mengacak-acak rambutku.
"Kau mensyaratkanku untuk mengucapkan permohonanku dengan lantang sebelum meniup lilin itu, yang pribadi aku malu mengucapkannya." aku cemberut, dan menatap kue cupcake mini yang ditempeli sebuah lilin kecil diatasnya, aku tersenyum melihat kue itu, terlalu sederhana, tetapi aku akan sangat merindukan momen ini, waktuku tak akan lama lagi.
"aku tak akan mempersalahkan itu, makan saja kuenya!" ia memberiku isyarat untuk memakan kue itu sembari tersenyum. Aku mengambil kue itu dan membaginya menjadi dua bagian.
"Aku tak akan makan kalau kau juga tidak!" aku tersenyum bersamaan dengan memberi penegasan, menyerahkan satu potongan kue kepadanya dan aku mulai memakan bagianku.
"Ah, bahkan kue ini tidak cukup untuk kita berdua, aku bodoh!" ia merutuki dirinya sambil menggaruk belakang kepalanya, mengambil kue yang kuulurkan padanya dan mulai memakannya juga menghabiskannya sebelum aku, aku hanya tersenyum memandangnya. Aku akan sangat merindukan momen ini.
#
"Kita akan merayakan Natal bersama bukan?" aku tersenyum padanya bertanya mengenai rencana natal.
"Aku mohon maaf, aku akan ada rencana Natal dengan keluargaku tepat tanggal 25." aku agak kecewa, tapi keluarganya lebih penting untuk perayaan penting setiap tahun seperti itu.
"Jadi, kapan kau berangkat? naik kereta bukan?" aku bertanya padanya kapan ia akan kembali ke kampung halamannya untuk menemui keluarganya.
"Mereka hanya menyisakan satu tiket kereta pagi jam 3.15 di tanggal 25." aku sedikit berbinar.
"Kalau begitu aku ingin bersamamu di malam 24!" aku mantap memohon harap-harap cemas.
"Err, tentu boleh, kupikir aku juga akan membutuhkan teman ngobrol di malam Natal nanti!" dia tersenyum sembari menggaruk punggung kepalanya, mungkin agak sedikit bingung dengan permintaanku yang memaksa. Ini akan adalah momen yang selalu kukenang, aku tak akan lama lagi.
"Aku akan sangat senang!" aku membalas senang sambil tersenyum, senyum yang akan sangat kuingat.
#
#
Di malam 25 Desember, aku hilang sampai semua akan terulang dari awal.
#
#
"Aku mencintaimu!" aku ingat kalimat terakhirku itu, aku siapa? aku ingat kalimat terakhirnya? aku? dia? siapa? aku mulai menangis. Aku mulai meronta.
Aku ingin kembali ke Desember itu, Desember yang menjadikan Desember-Desember selanjutnya mimpi buruk.
"Aku mencintaimu!" aku ingat suara itu, suaraku! bukan! suaranya! dan aku meninggalkanku kala itu! tidak! aku meninggalkannya! Menatapku dingin dan berlalu. bukan! aku mengacuhkannya dan menatapnya dingin!
Aku mengacuhkanku, pria yang mencintai seorang pria, tidak! aku membenciku. ini salah! aku membencinya malam itu! menatapnya dengan jijik dan ngeri.
Aku ingin kembali pada Desember itu, mengulang momen itu, mengatakan kalau aku juga mencintainya! tidak! aku membenciku kala itu! aku membenci dirinya! Tapi aku ingin mengulang malam itu! malam aku terakhir mrlihat senyumku yang pudar! bukan senyumku, tapi senyumnya!
"Aku akan sangat senang!" itu kalimatnya sebelum malam Natal. Dan aku menghapus kebahagiaanku dimalam itu, bukan! aku menghapus kebahagiaannya dimalam 25.
Aku manangis, dan aku terus menangis. Aku tak ingat, aku siapa? dia siapa? Aku ini dia atau dia ini aku. Aku... dia...
Aku mencintainya, aku mencintaiku, tapi aku membencinya, aku membenciku.
Aku ingat! aku berlari dan ia mengacuhkanku, tapi aku tak ingat pada diriku selanjutnya. Aku ingat dirinya pergi dengan kereta ekspress di tanggal 25 pagi pukul 3.15 di stasiun, menemui keluarganya atau keluargaku dan mendapati telepon dari sebuah suara yang mengatakan aku telah pergi, ya! pergi selamanya. Tapi aku ingin kembali ke Desember itu, Desember aku kehilangan aku, tidak! aku kehilangannya!
Dia pergi untuk selamanya.
END
Comments
@iuss :thanks udah komen walau gak baca
tapi kerenlah.. jarang2 ada cerita kaya begini..
@elul : hehhe, iya. seharusnya emang bikin bingung ini cerita. haha.. thanks komennya
@fajarshiddiq dbkin cerbung? kadang au bikin cerbung gajadi jadi. aku kurang cocok nulis cerbung semangat diawal.tapi akhirnya ngegantung, haha