BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Allah, Sekali Lagi Kupanggil Nama-Mu

Maman mengalungkan tasbihnya pada cantolan paku yang dipasang di dinding kayu kamarnya. Ia masih mengenakan sarung dan baju koko walau sholat telah ia tunaikan. Jam dinding berdetak semakin keras, suasana tenang menghanyutkan pikirannya. Ia merebahkan dialas tidurnya, menatap langit-langit kamar yang membisu.

“Bok, aku cinta sama Allah. Dia seperti kekasihku yang kukhianati. Aku tahu cinta sejatiku hanya untuknya. Aku hanya terlanjur mencintai selingkuhanku dan tidak mungkin meninggalkannya. Lalu aku takut apakah dia masih mau menerimaku kembali menjadi kekasihnya. Lalu takut apakah suatu saat aku ingin kembali dia sudah menutup pintunya.” Maman memiringkan badannya menghadap sobatnya.

“Kamu nggak bisa mendamaikan keduanya ya cong? Bukankah akan sangat indah jika kau bisa melakukannya.”

“Mereka tidak bisa dipoligami. Dan Ironisnya berkomitmen dengan homoseks untuk hidup bersama selamanya sampai mati itu lebih berat daripada menikah tapi masih main ma laki-laki. Padahal secara moral lebih baik yang pertama, karena berkomitmen homoseksual berarti seperti telah memilih hidup dalam dosa. Seperti pintu telah tertutup bila suatu saat nanti kita ingin kembali. I’s just nice to know we can go back if sometime we should. But when we know the door fully closed. It’s hurt.”

“Ketakutan, bukan kecintaan terhadap Allah. Jika hanya ketakutan yang ada, bagaimana kamu bisa tenang dengan kepercayaanmu itu? Berulang kali kamu bilang bahwa kamu takut jika Allah telah menutup pintunya untukmu. Bukankah dia Maha Pengasih dan Penyayang.”

“Guwe cinta sama Allah. Cinta tapi benci. Benci tapi cinta, semakin cinta semakin benci, semakin benci semakin cinta. Habis kalo di miss call nggak diangkat-angkat, kalau tanya nggak dijawab-jawab. Biar guwe mikir kali ya?” Maman tertawa kecil.

“Itu kenapa Allah memberikanmu akal, bencong!”

“Tapi dia sering ngasih sesuatu nggak bilang-bilang. Lewat tangan orang lain. Romantis ya, jantan ya.” Maman memeluk sobatnya yang tersenyum manis.

“Ya seperti itulah Allah, dia memiliki rahasia yang tidak kita pernah bisa tebak. Itulah jalan romantis-Nya, Sang Pengatur Kehidupan.”

Sepertinya memahami Tuhan lebih enak pakai cinta. Bukan rasa takut. Soalnya kalo pakai rasa takut sukanya nggak mikir. Maman tersenyum lepas, melepas jengah pikirannya yang kalut.

“God always understanding.”

Maman memeluk sobatnya semakin erat. Bercerita dengan sobatnya membuatnya lebih lega dan tenang. Tak ada momen seperti ini yang bisa ia temukan bersama teman-temannya di luar sana. Jam dinding menunjukkan pukul setengah enam, sebentar lagi maghrib akan tiba. Maman melepas pelukannya dan mulai merapikan sarung dan baju koko.

Ia membuka kunci pintu kamarnya, membuka pintunya untuk Tuhannya. Ia memandang tempat tidurnya yang lengang, Panda, sobatnya tersenyum manis untuknya, selalu.

“Guwe pergi dulu, guwe ingin bercinta dengan Allah sore ini.”

Comments

Sign In or Register to comment.