It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Aku msh belum menemukannya.
Aku amati satu per satu orang-orang yang berada di Aula.
"Apa dia tidak datang?" ucapku pd diri sndiri sambil mengamati layar ponselku. Aku buka group WA divisi tempat aku kerja.
Aku temukan pesan dari dia.
"dia tidak datang rupanya," aku semakin malas berada diruangan ini.
Sejak kejadian itu, aku dn dia saling berjauhan. Padahal, aku dn dia bergitu dekat sebelumnya. Hingga aku merasa begitu mengenalnya dn ingin tetap bersamanya.
Sampai pada waktunya, kejadian itu datang, yg mbuat aku dn dia hanya bisa berkomunikasi lewat ponsel secara sembunyi-sembunyi.
Azwar... Aku kangen kamu.
Aku msih ingin menghabiskan hariku bersamamu...
'kamu msh dikantor?' ketikku. Lalu kirim pesan di WA.
'iya. Ada kerjaan,' jawabnya singkat.
'met kerja. Jangan lupa jaga kondisimu,' balasku yang berharap dia akan membalas. Tapi tak ada jawaban. Hanya tanda 2 ceklist saja.
"Setidaknya masih ia baca.," ucapku dalam hati. Menghibur diri sendiri.
Aku menyimpan kembali ponselku ke tempat semula. Saatnya aku memikirkan masa depanku. Nggak ada gunanya larut dalam perasaan sedih. Apa lagi gara-gara jauh dari orang yg tak seharusnya dicintai.
Ah... Cinta terlarang. Kenapa hinggap dlm kehidupanku?
Jika hanya menciptakan sedih dn kekhawatiran, kenapa cinta ini diciptakan.
Apa ini hanya sebuah cobaan?
Atau sebuah lelucon?
Aku menarik nafas. Mencoba menenangkan diri.
lanjuuutt>< suka suka
hujan masih turun. Membasahi jalanan dan pohon tempat aku berteduh. Menunggu Angkot yang akan mengantarku ke tempat yang aku tuju.
Hujan masih betah menemani kesendirianku. Udara dingin membuat tubuhku semakin menggigil. Hati dn pikiranku pun tak menentu.
Aku segera masuk ke dalam angkot rute Cibiru - Cicadas, menuju Kiaracondong. Aku duduk didekat pintu karena semua kursi sudah terisi.
Aku tak peduli, rintik hujan menyentuh pakaianku karna aku ingin segera pulang. Aku ingin merebahkan tubuhku. Aku merasa sangat capek hari ini...
Azwar... Cukup sampai disini kisahku dgn mu?
Padahal, aku kira kau adalah yang terakhir.
Apabila tanpamu, dapatkah aku bertahan dalam kesendirian? Atau malah akan kembali mencari yg baru?
Sungguh menyedihkan hidupku.
Apakah aku harus mengemis hanya untuk mndapatkan cintamu? Apakah aku harus bersujud untuk bisa bersamamu? Apakah aku harus bertahan saat kerikil-kerikil menghujam tubuhku, hanya untuk dapat memilikimu?
Aku sangat sayang padamu...
Apa kamu juga seperti itu?
"ah... Brengsek! Ngendarain sepeda motor nggk liat-liat kondisi. Jalanan becek malah ngebut..," gerutu seorang perempuan yang menyadarkanku dalam lamunan. Aku lihat ibu-ibu berusia 50 tahunan sedang mencoba mengeringkan pakaiannya dgn saputangan karena cipratan air.
Pada saat itu juga, aku baru menyadari kalo aku dalam kondisi lebih parah dari ibu itu karena posisiku berada didepannya. Pakaian dan celanaku basah oleh cipratan genangan air jalanan.
Sempurna!!!
Betapa menyedihkannya hari ini.
Aku segera turun dari angkot saat tiba diperlintasan kereta. Aku berjalan menyebrangi jalan raya kiaracondong yang berada dibawah flyover kiaracondong. Aku berjalan menelusuri jalan yang menuju stasiun KA Kiaracondong.
Hujan masih turun...
"Dika...," sapa seseorang.
Aku menoleh kesamping. Aku lihat seorang perempuan bertubuh subur sedang duduk bangku tukang surabi.
"hey... Fit," ucapku sambil mendekatinya. Aku mencoba tersenyum.
"tumben kamu pulang pake jam segini lagi?" ucap Fitri sambil membayar surabi yang ia pesan.
"tadi ada acara dari kantor..." ucapku sambil melanjutkan langkahku menuju stasiun kereta api. Fitri pun mengikuti.
"nitip ya," ucap Fitri sambil memberikan selembar uang duaribu. "aku tungguin disana," ucapnya sambil menunjuk kesebuah kursi tunggu.
Aku hanya mengangguk.
"2 tiket tujuan cicalengka," ucapku saat berada di pembelian tiket.
Petugas tiket bertubuh sedang dengan kulit coklat dan ditumbuhi bulu lebat tersebut segera menyerahkan 2 lembar tiket setelah aku serahkan uang pembeliannya.
"kamu mau?" ucap Fitri saat aku duduk disampingnya. Ia menawariku surabi yang terbuat dari tepung beras, kelapa dan taburan oncom.
"udah kenyang Fit," ucapku sambil memeriksa ponselku.
Masih belum ada jawaban.
Heum... Kenapa aku selalu berharap Azwar akan menghubungiku? Kenapa aku sangat ingin selalu diperhatikan olehnya... Padahal aku sudah tau hal itu tidak mungkin aku dapatkan.
Azwar bukan tipikal orang yg mengumbar gombal. Dan dia juga udah nikah.
Nikah?
Sebuah kenyataan yang pahit.
Kenapa aku terlambat untuk mengetahui?
Kenapa hal itu aku ketahui saat aku sudah terlanjur cinta sama dia?
Salah...
Aku tahu aku salah...
Mencintainya adalah sebuah kesalahan.
Namun... Kenapa aku merasa bahagia bersamanya?
Berada dalam cinta yang salah.
"Woy.... Malah ngelamun," ucap Fitri menyadarkanku dalam lamunan. "ada apa dik?" selidiknya.
"nggak ada apa-apa," ucapku sambil mencoba tersenyum. Sebuah senyum palsu.
Perempuan itu sejenak menatapku. "baiklah. Kalo kamu belom siap untuk cerita, aku tidak memaksa..." ucapnya yang sepertinya tahu kalo aku sedang menghadapi sebuah masalah. "kalo mau cerita, kamu bisa menghubungi aku," ucapnya sambil tersenyum.
"terimakasih," ucapku sambil membalas senyumannya.
Aku lihat perempuan bertubuh tinggi besar itu kini mengelus-elus perutnya. Fitri memang sedang hamil 7 bulan. Tubuhnya yang besar, membuat orang-orang tidak mengira kalau dia sedang hamil.
"gerak-gerak terus dik..." ucap Fitri sambil masih mengelus-elus perutnya.
"Bagus dong Fit, berarti janinnya sehat. Semoga nanti lahir dengan sehat wal a'fiat," ucapku sambil memandangi perutnya yang sesekali terlihat ada yang bergerak-gerak.
"kepada penumpang KRD Ekonomi tujuan akhir cicalengka, dipersilahkan masuk dan menunggu di peron 3 dan 2," beritahu petugas stasiun melalui pengeras suara yg diletakkan disetiap penjuru stasiun.
"yuk dik...," ucap Fitri sambil berdiri. Aku pun mengikutinya dari samping.
"kamu kapan ambil cuti?"
"sepertinya september dik. Setelah Lebaran," ucap Fitri sambil masih mengelus-elus perutnya.
Melihat keadaan temanku tersebut, entah kenapa aku jadi kepikiran istrinya Azwar?
Saat dia hamil, keadaannya mungkin seperti ini. Di usia yang sangat muda, sudah melahirkan 2 anak. Membuat sebuah kebanggaan tersendiri bagi keluarganya. Sebuah kebanggaan yg tak bisa aku gantikan.
Dan... Sepertinya dia akan sangat terpukul kalo dia tau, suaminya main hati dgnku juga.
"Fit, ayo duduk...," ucap seseorang memberikan kursi yang di dudukinya kepada Fitri.
"eh, kemana aja?" ucap Ari sambil menepuk bahuku.
"senin dan selasa aku sakit ri," ucapku sambil menyukir senyum.
"cie... Ari kangen ya?" goda Teten, orang yang memberikan tempat dudul untuk Fitri tersebut.
"gila... Masak pisang makan pisang," ucapnya sambil nyengir.
"daripada kalian jomblo terus. Pacaran aja lah. Pacaran sama cewek atau cowok tuh sama aja, yg penting setia," ucap Fitri sambil nyengir.
Mulai deh aku dan ari jadi bulan-bulanan mereka berdua.
"rugi dong fit kalo aku pacaran sama dia. Nanti kalo nikah jauh amat..." ucap Ari sok serius.
"kan cinta butuh pengorbanan ri..." celetukku. Yang membuatku menyesal mengucapkannya.
"tuh ri, udah ngasih sinyal. Jadian aja kalian... Biar malam mingguan nggk pada kesepian," ucap Teten tampak senang bisa nge'bully kami berdua.
"euh... Garelo," ucap ari sambil tertawa.
Aku hanya bisa tersenyum.
Aku memang suka sama cowok. Tapi, aku bukan orang yg mudah dekat sama cowok untuk sebuah hubungan yg lebih intim. Aku dan Azwar pun, dekat tanpa aku duga. Berawal dari kebersamaan aku dn dia, saling menceritakan satu sama lain.
Selalu kemana-mana bersama. Dan akhirnya, aku bisa mengetahui kalau Azwar berbeda. Dia tidak seperti teman biasa. Dia memperlakukanku lebih dari teman-teman yang lain.
Dia orangnya senang bercanda, namun pandai sekali menutupi perasaannya. Dia seperti lautan, yang sulit untuk diketahui pasti kedalamannya.
Dan dialah, orang yg lancang menjadi alasan aku tersenyum, merindu dn cemburu. Dia membawaku kedalam hubungan yang rumit. Dia membuatku sangat ketergantungan. Dia yang membuatku yakin, kalo hubungan cowok dengan cowok, ada cinta yang indah.
Aamiin.
Atut kyk cerita yg atunya.double