Aku memperhatikannya dengan setelan jaket beludru hitamnya, ia sendirian lama melamun memandangi gelas itu. Aku hanya dapat melihat sebuah gelas yang berisi minuman yang mungkin sirup agak jauh dari hadapannya, dan segelas minuman lainnya dengan sedotan menempel dimulutnya.
Aku masih memperhatikannya, ketika ia mulai mencari-cari sesuatu di meja itu. Sedikit terpaku ketika ia melihat kearah minumannya. Dan mungkin setelah berpikir lama ia baru mengambil sendok itu.
Ia mulai mengulurkan sendok itu pada gelas yang agak jauh dari hadapannya. Apa ia penasaran minuman apa itu dan ingin mencicipinya? Ah! Orang bodoh macam apa dia? Tapi aku salah. Dia hanya menyendok sesuatu dan meletakkannya di meja tepat pada hadapannya dan ia tersenyum. Hampir tiga kali ia menyendok dan ia menampakkan wajah murung. Tetapi ia kembali tersenyum melihat sesuatu dihadapannya, dan menggerakkan jarinya pada sesuatu itu. seolah menemukan hal yang menarik.
Beberapa pasang mata menatapnya bingung. Mereka mungkin berpikir sama denganku menganggap anak itu ummm... sedikit aneh. Tapi aku merasa kasihan juga menganggapnya unik. Aku beranjak mendekatinya dengan membawa segelas coffee latte-ku yang baru seperempat kuminum.
"Hai!"
"Umm... iya?" Kulihat ia sedikit kikuk melihatku, kulihat sesuatu yang ia gerakkan tadi, itu lebah.
"Itu apa?" Tanyaku sambil menatap apa yang masih ia mainkan dengan jarinya.
"Oh ini, mereka lebah! Baru saja mereka terjebak."
"Terjebak?" Tanyaku bingung.
"Ummm.. iya, itu!" Ia menunjuk pada gelas yang agak jauh di tengah meja ini, kulihat beberapa lebah mengelilinginya dan sesekali hinggap pada gelas itu.
"Aku terlalu lamban... bahkan untuk menolong..."
"Kenapa?"
"Ada beberapa terjebak, bahkan aku harus berpikir dahulu apa aku harus menolong mereka. ini! dia mati!" kulihat seekor lebah diam tak bergerak.
"Aku bodoh ya?" dia bertanya padaku.
"Tidak! tidak! tentu tidak! lihat, kau masih menyelamatkan dua lainnya. Kau baik!"
"Emmm... " Kulihat salah satu lebah yang ia selamatkan menggunakan kaki-kakinya menata sayapnya yang basah dan berantakan dan ia mulai terbang. Terbang berputar, dan mendekati gelas yang tadi bahkan hampir merenggut nyawa tubuh mungilnya.
"Apa dia bodoh? mencoba jatuh pada lubang yang sama..."
"Aku tak mengerti!" Aku sedikit sulit mengerti jalan pikirannya dia terlalu aneh.
"Memang tak ada yang pernah bisa mengerti aku..." Dia menatap kosong dengan pandangan sayu dan mengenakan sarung tangannya.
"Maaf, aku pikir aku akan pulang," Tanpa memperhatikanku Ia menyambar tas yang ia taruh disamping meja dan meneguk minumannya sekilas. Langsung menuju kasir dan membayar pesanannya. Lemon Tea.
Sudah hampir jam 8 malam, tapi pada musim semi yang dingin ini membuatku ingin menyusuri kota ini. Dipikir-pikir aku lama tak berjalan kaki, mungkin karena kesibukanku.
Aku berjalan mengikuti cahaya lampu taman yang kutahu ini adalah salah satu taman dikota ini. Hampir tak ada orang disini, hanya beberapa orang yang lalu lalang diluar taman ini. Aku menatap sekilas dan pandangaku stuck pada seseorang yang pernah kulihat. Ia sendirian, duduk pada salah satu kursi taman yang agak terlindung dari pandangan karena rimbunnya pepohonan disitu.
"Hai!" ia menoleh dan aku melompati kursi itu ala parkour, dan duduk.
"Kau ya? Sedang apa?" Tanyanya.
"Hanya jalan-jalan! Bagaimana denganmu?" Jawabku.
"Aku menikmati dinginnya malam... "
"Eh?" Lagi-lagi aku tak mengerti jalan pikirannya, membuatku semakin tertarik ingin tahu tentangnya.
"Aku merasa nyaman dengan angin malam, aku merasa kebas, tak merasakan apa-apa..." ia tersenyum.
"Kau selalu sendiri? " Aku masih tak mengerti tapi kuutarakan apa yang aku ingin tahu tentangnya.
"Aku tak memiliki apapun untuk kupamerkan." Kulihat ia tersenyum sendu. Ia menjawab pertanyaanku dengan sesuatu yang ummm... aku sendiri tak mengerti.
"Bagaimana denganmu? Kau selalu sendiri?" Dia bertanya padaku.
"Tidak juga, aku sering menghabiskan waktu bersama teman-temanku, yah walaupun aku sudah tak memiliki ibu tapi aku masih memiliki seorang ayah walaupun ia sering mnghabiskan waktunya untuk bekerja. tapi aku masih memiliki teman-teman yang selalu mengisi hariku." Kuceritakan padanya tentangku, kupikir itu akan baik untuk memancingnya berbicara.
"Aku sudah bilang, aku tak memiliki apapun untuk kubagikan..." Aku merasa agak sedikit sebal, ia menanggapiku hanya dengan kalimat yang aku tak mengerti.
"Kenapa? " Aku terpaksa bertanya dengan pertanyaan yang mungkin lagi-lagi akan dijawabnya dengan konyol.
"Aku tak merasakan apa-apa, mungkin aku telah mati!"
"Kau hanya kedinginan, lihat? "
"Aku menyukai dingin!" Kulihat ia tertunduk lesu, kupikir ia mencoba tegar dari apa yang orang lain tak ketahui. Aku benar-benar iba. Kuraih tubuhnya, menaruhnya dalam dekapan dadaku. Kurasakan wajahnya yang dingin, dan nafasnya. Dalam pakaian musim dingin setebal ini aku masih dapat merasakan detak jantungnya yang tak beraturan tetapi berangsur-angsur kurasakan menjadi normal.
"Ini... ini... hangat!" Kulihat wajahnya, ia menangis. Ia terus menangis terisak, terus kudekap dan kutepuk-tepuk pundaknya mencoba menenangkannya. Aku merasa nyaman. Entah kenapa aku merasa nyaman.
"Aku ingin terbang seperti lebah, tetapi aku takut jika harus masuk dalam gelas yang sama." Kudengar ia mengatakan sesuatu yang kini mungkin semakin kumengerti.
"Aku kehilangan teriknya matahari, sehingga aku menyukai dinginnya malam." Ia terus bergumam, dan terus menangis.
"Kau bisa terbang! bahkan lebih tinggi dari lenah-lebah itu, sehingga kau tak harus masuk kedalam gelas itu. Kupikir kau lebih baik daripada lebah-lebah itu."
"Apa aku mampu?"
"Semua orang mampu untuk itu!" Kudekap ia erat, aku merasa tak ingin melepaskannya. Kupandangi wajahnya, ia terpejam. Kudekatkan bibirku padanya, dan ia sedikit tersentak dan membuka matanya tapi aku terus melumatnya dan ia kembali rileks. Aku tak mengerti ini salah atau tidak, tetapi kurasa aku mencintainya walau aku dan dirinya adalah seorang laki-laki.
Note : Ini cerita pendek yang iseng bikin. Tolong kritik dan sarannya dengan bahasa yang sopan. ^^
Comments
tapi bacanya nanti ah
@adamx @algonzo @a_tsu
Ini siapa yg bikin budd?
@arif_jogja Hehhe... iyaaa...
@arif_jogja thanksss mas... xD
@raka_rahadian : Hehhe... kayaknya ini emang berakhir seperti itu, belum ada padsion lagi.
@masdabudd: Hoo , cerita yg aku posting di grup line...hehhe
@wasp: wasp=bee bner kan? hehhe...
@half_blood Nunu yah? hihi
@wpeee: kayaknya ini belum akan aku lanjut, ini juga cuma cerpen kok. Soalnya lagi ada project story sama dua prang penulis nih... hehhe... Tunggu aja
@jay_dody:Masa' gatau (
@sascha : iya, masa' bang soni kagak inget aku... T_T