Snow on the sahara
pagi dingin melumpuhkan aktifitas sebuah bangunan kos berlantai dua, hampir dua puluh empat jam hujan turun tak berhenti sepanjang hari kemarin. walaupun pagi ini hujan tidak turun lagi bahkan cenderung cerah tidak sama sekali memberikan dampak yang signifikan terhadap suhu udara, padahal bulan ini adalah bulan dimana seharusnya orang-orang mengibas-ibaskan berhelai-helai kertas ke tubuh mereka. aneh musim kemarau turun hujan hampir setiap hari, inikah dampak dari apa yang orang-orang katakan? dampak Global Warming. entahlah hanya Tuhan yang tahu.
suara dering hp terdengar di salah satu bilik kamar di lantai dua, seorang pemuda mungil berambut ikal mengerjapkan mata bulatnya. senyum indah tercipta seketika ketika dia merasakan hawa dingin yang dari kemarin ia rasakan mengingatkannya dengan daerah asalnya di selatan kota ini, daerah pegunungan yang mulai terganggu ketenangannya oleh asap kendaraan dan villa-villa merambat dari ujung gunung sampai pangkal. matikan bunyi alarm di hp tuanya dia mengecek hp apakah ada sms setidaknya salam sapa dari kedua orangtuanya. sudah satu bulan ini dia tinggal di kamar 3x5 meter ini, berbekal hasil jual perhiasan plus tabungan orangtunya dia berangkat dari kampung ke kota mencari kerja, untung-untung ada tabungan untuk berkuliah. helaan nafas mensilentkan hpnya setelah pemuda itu tidak menemukan pertanda apapun dari orangtuanya, maksud hati ingin mengabarkan kondisinya, setidaknya hanya untuk mengSMS salam sapa dan pertanyaan kabar, apadaya pulsa tak mencukupi walau hanya satu pesan saja. ia bergegas bangun memulai hari ini dengan mandi pagi, sedikit merenggankan badannya dengan gerakan-gerakan ringan meningkatkan lagi semangatnya yang sempat memudar karena kangen. menyudahinya ketika ia merasakan rasa itu kembali lekas ia mengambil peralatan mandi dan handuknya.
membuka pintu kamar pemuda ikal menghirup sebanyak-banyaknya udara segar pagi tanpa polusi, udara masih cukup segar pagi ini sebelum dua jam lagi udara akan penuh debu dan asap, bertapa beruntungnya dia ketika biasanya udara kotor menusuk-nusuk parunya sekarang udara segar dan dingin membalut parunya. semangat itu semakin bertambah, sudah dua kali dia merasakan semangat itu, semangat seperti ketika dia mengayuh sepeda ke sekolah melewati perkebunan dan kebun teh, semangat ketika dia berjalan menuju danau memancing ikan. haaah bertapa dia kangen saat-saat itu.
pemuda ikal berjalan sambil bersenandung melewati lorong kosan menuju pojok tempat kamar mandi berada. disini ada 3 kamar mandi, dua diatas dan satu dibawah. sepi masih terasa, biasanya jam-jam seperti ini seluruh penghuni kamar sudah keluar melakukan aktifitas pagi mereka menyiapkan keperluan kerja mereka. berolah raga ringan dan menuju kamar mandi sepertinya saat ini hujan panjang kemarin benar-benar mengubah tingkah pola manusia, setidaknya disini. kamar mandi tak jauh berbeda, hanya ada satu bilik yang terisi biasanya dia harus mengantre dua puluh menitan menunggu orang didalam selesai mandi, bergegas dia memasuki salah satu bilik, membuka baju sampai polos menampilkan tubuh pendek berkulit putih khas orang sunda, putih yang tidak pucat begitu mulus tanpa titik tahi lalat. guyuran pertama membuat bulu kuduknya berdiri tegang, dingin ini kembali memutar memorinya kemasa kampungnya dulu, air sungai pegunungan yang sangat dingin sangat ia rasakan saat segayung air tumpah dibadannya. kemabali rasa itu muncul membangkitkan gairahnya untuk membahagiakan orang-orang yang ia cintai. banyak yang berharap lebih padanya dan itu membuatnya tidak patah arang dan disinilah dia memulai hidupnya, hidup keluargannya. kali ini dia melambatkan proses mandinya, dia masih menikmati rasa ini. shampo scahet dia sobek dan diusapkan kehelaian ikal rambutnya, dia pernah berpikir bahwa shampoo bisa meluruskan rambutnya yang rada err.. sedikit berantakkan ini tapi sudah 5 kali dia mengubah-ubah prosuk shampoo rambutnya tetap saja tidak pernah lurus selurus rambut Anggun, pernah suatu saat dia sempat berniat untuk meminta ceu Ening mengubah rambutnya menjadi lurus. guyonan dari teman-temannyalah yang membuat dia nafsu mengubah gaya rambutnya, tapi sekarang dia mulai menerima kondisi rambut ikalnya, bilasan terakhir mengakhiri proses mandinya, buru-buru dia menghanduki tubuhnya dan memasangkan kembali kaos tipis dan celana boxer upin-ipinnya seperti semula. membuka pintu kamar mandi mengagetkannya ketika seorang pria tinggi tegap tepat berada didepan pintu.
......................................
nama ku Rizki Purnama 18 tahun sudah satu bulan aku tinggal di kos-kosan bu Juwariah, kosan yang terbilang mewah dilevel harga yang murah. aku berasal dari desa datang kesini mengadu nasip untuk hidup yang lebih baik.
sudah 20 menit aku rasa setelah aku memasuki kamar mandi. mandi di pagi yang dingin ini selalu membuat diriku tenang, mungkin sebagian orang akan membawa-bawa ember yang terisi air hangat agar gigilan tidak dirasakan bila air dingin bersentuhan dengan kulit. tapi hal dingin inilah yang paling aku tunggu selama aku pindah dan menetap disini. setelah aku rasa semuanya sudah bersih aku bergegas mengeringkan dan mengenakan kembali pakaian yang aku bawa masuk ke kamar mandi. ku buka pintu kamar mandi dan sesosok tubuh tinggi tegap itu menghalangi jalan keluarku, terkaget ketika seseorang berada didepan mu secara tiba-tiba tanpa suara yaa walaupun dalam kasus ini Bang Ridho sama sekali tidak datang tiba-tiba, tapi keterkejutan itu masih ada, mungkin karena badan dia yang besar.
"lama banget ki? ngapain aja didalem? wahh abis berbuat asusila hee?"
"mandilah bang emang ngapain? berbuat asusila itu kalo dilakukan sama orang lain, kalo sendirian mah bukan asusila namanya, masak tersangkanya aku sendiri korbannya aku sendiri"
"dasar bocah bisa-bisaan ngomong kaya ahli forensik, udah ah gantian gue mau mandi sambil ngasusilain adek gue dulu, dingin-dingin paling mantep nih"
tangan besar bang ridho menatik ku kebelakang tubuhnya, aku sedikit terhuyung karena memang tenaga bang ridho 3 kali lebih besar dari tenaga kuda, untung aku kurus jadi bisa ditahan angin jadi ketahan dan gak sampe jatuh hihihi, bang Ridho adalah orang pertama yang aku kenal di kosan ini bahkan sebelum aku bertemu bu JuwJuw. dia bertemu dengan ku karena tidak sengaja mendengarkan percakapan ku di telpon dengan bapak di angkot membahas kosan tempat ku tinggal, bertapa senangnya aku ketika bang Ridho menawari ku ngeKos ditempatnya, walaupun saat itu rasa janggal menghantuiku, bagaimana mungkin ada orang asing mau membantu orang yang sama sekali tidak dikenalnya apalagi badannya yang besar dan sedikit terlihat urakan menumbuhkan rasa takut, takut diculik dan diobok isi perutku mencuri organ-organ kehidupan ku, untungnya ada ibu-ibu yang mengenali bang Ridho dan membenarkan apa yang ditawarkan bang Ridho. Bang Ridho kerja sebagai satpam di salah satu hotel berbintang 4 di Jakarta. badanya besar tegap dengan lingkar otot tangan yang besar dan perut dengan 3pack di kanan dan 4 pack di kiri, terdapat bekas sabetan benda tajam disebelah bahu kanannya, kenapa aku tahu segala bentuk tubuh bang Ridho? sebenarnya satu kosan ini sudah tau apa yang aku tahu, setiap hari bang Ridho bila panas menerpa kota ini sudah dapat dipastikan dia hanya memakai celana pendek tanpa malu keluar bilik kamarnya. terkadang aku ngiri dengan badan-badan seperti bang Ridho ini, kesal terasa ketika aku menjadi olok-olok satu kosan saat berkumpul diruang kumpul-kumpul karena hanya akulah yang berbentuk kerdil dan pendek sendiri diantara 7 orang penghuni di kosan ini.
sesaat sampai dikamar aku mengganti baju dan berpakaian kaos dan celana jeans biasa semua baju kerja ku sebagai waiter disimpan dilocker karyawan., aku bekerja sebagai waiter disalah satu restoran di hotel tempat bang Ridho bekerja, tentu bang Ridholah yang membantuku masuk bekerja disana. aku sangat bersyukur mempunyai sosok teman seperti dia, sudah ku anggap dia sebagai kakak ku disini. ku lihat kembali hp yang kutinggal di kamar sebelum aku pergi mandi tadi ada satu missed call dari kakaknya dikampung, entahlah apa maksud teh Leni menelponku rasanya ingin menelpon balik kakak sepupuku itu namun kembali terbentur masalah pulsa. semua sudah siap, aku bergegas keluar kamar mengunci kamar dan pergi ke tempat kerja. hari ini dan 3 bulan kedepan aku dan bang Ridho tidak sama jadwal masuknya. bang Ridho akan masuk sore nanti, terpaksa aku harus menaiki bus kota menuju restoran huhh semangattt
Tbc
Comments
awal2 langsung disuguhi adegan ranjang yee tapi itu kok ada kata saya ya? sebenernya mau pake' saya atau aku??
hahah kebiasaan nulis pake saya.
ada oma lg ewean..
silit everywhere lol
and sehabis dialog biasakan beri tanda titik, koma, atau seru atau tanda tanya. biar enak diliat gituhh hehe
kenapa harus pake
"ahhh..ahhhh..Anjingg ahhhh..ahhh.. Fuck ahhhhh"
>>>>>>>
gimana kalau aku ubah kaya gini :
"Arghh Ahh Anjing fuck !! Arghhh...," >> APE GAK TERLALU KASAR KATA2nya.??
lanjutkan zaa ^^,)
lanjuuuutttt^^/
Entah apa yang sedang gue perbuat pintu kamar mandi sedikit terbuka. Mata gue melotot ketika tubuh putih mulus bak marmer china terlihat cukup jelas, dengan membelakangi gue dua bukit kembar sedikit berbulu dilembahnya mengundang siapapun menyibak belahannya. Adek gue udeh gak tahan untuk dimanja. Gue sadar dari PikTor yang memabukan ini. Gue tutup kembali pintu kamar mandi sambil menenangkan pikiran dan adek gue yang sampai sekarang gak kunjung melemas. Sekelebat bayangan mimpi setengah basah tadi malam memperburuk kondisi adek gue yang seakan sudah disemenkan seperti patung. Untung gue masih pake segitiga ketat sehingga tidak sampai menimbulkan kesan gunung merapi di celana gue yaa walupun kesan gunung tangkuban perahu menonjol menghadap keatas cukup nampak tercetak di celana gombrong gue. Deritan suara pintu kamar mandi menampakan sosok Rizki yang terlihat kaget karena gue ada di depannya tiba-tiba walaupun dalam kenyataan gue udeh melihat tubuh bagian belakangnya, itu bukan tiba-tibakan? Setidaknya tidak buat gue.
sedikit percakapan dengannya malah memperburuk kondisi gue, sekarang bukan adek gue aja yang memanas tapi seluruh bagian kepala gue seperti tesundut-sundut lilin. Pasti kalo muka gue putih seperti Rizki akan muncul guratan-guratan merah di pipi dan hidung. Kutarik tangan Rizki menhentakkan dia kebelakang, Tuhann tangan mulusnya begitu licin dan basah dia berlalu dengan wajah masam yang menambah kesan segar pada mukanya, bukankah manis dan asam menimbulkan rasa segar seperti es lemon peras? Hahh ki..
Tetesan kencing gue bearakhir menyisakan sedikit lendir. Terpaksa pagi ini gue harus mandi besar ahh gara-gara iki nih. Setelah gue menyelesaikan mandi wajib gue, gue hanya sedikit mengelap-ngelap badan gue dengan kaos yang gue pake tadi, keluar dari kamar mandi menuju kamar gue sempat melirik kamar Rizki, sepertinya dia sudah jalan kerja, yahh gak sempet bilang semangat kerja buat dia lagi.
Didalam kamar gue mengutak-atik hp gue. Mengirimkan sma ke Rizki sekadar menyemangtinya bekerja. Gue tatap layar hape gue, foto antara gue dan rizki saat iseng-iseng berselfian saat liat berita tentang selfie, mata itu berbinar penuh dengan semangat.
Teringat kembali saat pertama kali gue bertemu dengan Rizki, saat itu gue habis mengambil hape gue dari counter hape karena hape gue jatoh dari motor ngenes sekali hidup hape gue. Gue ngambil hape gue naik angkot karena siDrew motor gue dipinjem Akbar gawe. Saat mengutak atik hape gue yang abis dioprasi seseorang masuk kedalem angkot duduk di pojok belakang depan gue, wajahnya putih sedikit kusam karena debu dan berpeluh keringat, namun matanya yang bulat dan bening seakan menyihir gue untuk menatap matanya yang rada kebingungan, suara dering hape terdengar dari arah pemuda ikal itu. Aku terkaget dan sedikit menahan tawa saat dia mulai bersuara suaranya lembut-lembut cempreng hahaha kalo lo denger suara si Rizki bakalan terbelalak menahan tawa, sedikit-dikit gue mendengarkan apa yang saat itu dia bicarakan sepertinya dia sedang linglung mencari kosan. Haha gue bakalan gaet ini cowok.
"de nyari kosan ya?"
"iya bang"
" oh iya de, gue juga ngekos. Ditempat kosan gue ada satu kamar yang masih kosong, lo mau ikut gue ngekos gak?"
Mata Rizki terlihat berbinar sesaat namun kembali luntur dengan keraguan.
"gimana de mau gak?"
"mau sih bang tapi" suaranya tertahan ragu, gue sadari keraguan dari Rizki saat itu dan gue mengerti. Angkot berhenti sesaat ketika Bu Dedeh penjual nasi uduk samping kosan masuk dan duduk disamping gue.
"eh mas Ridho tumben gak pake motor"
"iya bu, motor dipinjem akbar gawe"
"habis ngapain Dho?"
"ngambil hape bu di counter pasar, sekalian nawarin kosan sama dia" sambil melirik ke arah bocah super manis itu, aha sepertinya dia mulai merubah raut mukanya bingung karena dia dibawa-bawa dalam percakapan kami.
"heh namanya siapa nak?" tanya buDedeh ke bocah itu
"nama saya rizki bu, iya nih bu saya nyari kosan"
"kamu kuliah Rizki?"
"tidak bu, niatan saya ingin kerja disini"
"ohh yaudah di kosan abang ini aja masih ada satu kamar kosong kalo gak salah"
Mata rizki melirik ku, akupun hanya tersenyum lebar menanggapi lirikkan mata rizki.
Lusanya Rizki sudah bisa menempati kamar kosnya, kamar rizki disebelah kamar gue. Gue dan Rizki sudah cukup akrab walaupun masih hari pertama, dia adalah anak yang manis dan sopan apalagi dia masih menggunakan kata aku dan kamu, jadi semakin kaya pacaran.
Kebersamaan gue dan rizki selama ini menambah rasa sayang gue setiap detiknya. Gue mersa gila saat Rizki pulang kampung selama dua hari karena adiknya kecelakaan. Kangen menyeruak disetiap jamnya, dan ketika Rizki pulang dari kampung membuat hati gue kembali berbunga senang ahh rizki semakin hari semakin manis terkadang ada niatan dihati gue untuk menyatakan perasaan gue ke Rizki tapi gue harus memendam sesaat niatan gue itu saat Rizki mengatakan tidak akan pacaran sebelum dia sudah memiliki kehidupan yang agak layak. Dan gue memaklumi katena memang hidup Rizki selama ini terbilang sangat sederhana, suatu waktu rizki pernah menceritakan kisah hidupnya yang harus berjualan gorengan setelah sekolah selama dari kelas 4sd sampai dia lulus SMA, dia tidak pernah menyesali dengan kondisi hidupnya dan keluarga. Ejekan dan cemoohan sesekali terdengar ditelinganya tidak pernah dia indahkan. Begitulah yang gue tangkep dari sesosok Rizki, dia tidak pernah menyusahkan orang dan dia selalu baik kesetiap orang yang dia temui, tidak peduli dia itu temannya atau bukan. Kebanggan tersendiri ketika gue mencibtai seseorang seluar biasa seperti Rizki. Semakin banyak gue menceritakan Rizki kayaknya gue Semakin koslet, semakin terbang ke awang, semakin tenggelam dalam cinta ini.
Gue taruh hape gue kemeja samping tempat tidur, gue kayaknya bakalan tidur lagi menunggu hari sedikit agak siang. Mata gue mulai tertutup dan melayang bersama pikiran gue tentang Rizki
Aku berlari menuju pintu masuk hotel ini, telat 15 menit dari waktu yang biasanya, yah walaupun masih ada sisa waktu 15 menit untuk bersiap namun.sepertinya aku harus merelakan makan pagiku kali ini. Memasuki ruang ganti karyawan yang sangat luas ini aku menuju barisan locker ke 3 dari kamar mandi atau barisan locker ke 10 dari pintu. Aku bersiap mengganti bajuku dengan kemeja putih dan celana hitam serta rompi dan dasi pita kupu-kupu, kusisir sedikit rambut ikal ku dan ku semprotkan wewangian murah keseluruh tubuhku, walaupun murah minyak wangiku ini tidak berwangi murahan, wanginya lembut tapi tetap terkesan lelaki. Kuputuskan untuk membuang air kecil dulu walaupun tidak merasa kebelet tapi antisipasi daripada saat kerja harus mondar-mandir ke kamar kecil. Aku bergegas saat air dalam kantung kemihku terkuras dan terbuang, aku berbalik keluar dari kamar mandi tanpa disengaja aku bertubrukan dengan seseorang. Hah sial celana cukup basah terciprat air saat aku terjatuh kelantai, aku berdiri dan kupandangi orang yang menabrak ku (atau aku yang tabrak) dia sedikit meringis saat dia berdiri kayaknya sakit.
"mas maaf mas, aku gak sengaja" kataku meminta maaf tulus, walaupun aku yakin aku gak bersalah.
"goblok! Jalan pake mata jangan pake dengkul. Mata lo picek hah?" dia memaki ku keras membuat semua mata tertuju pada kami berdua.
"maaf mas, maaf banget aku gak sengaja" entahlah aku jadi merasa bersalah sekarang. Aku melihat dia ingim kembali menghujat ku sebelum seseorang mendekati kami, dia adalah mas Edo supervisor ku diRestoran.
"sudahlah Rez, dia gak sengaja dia juga jatoh kayak lo, jangan buat ribut pagi-pagi" entahlah apa yang dikatakan mas Edo membuat orang didepan aku ini mereda. Orang yang dipanggil Rez oleh mas Edo memasuki kamar mandi menyenggolku kasar saat dia melewatiku, aku hanya terdiam menyumpahi kejadian ini
"sudah Riz kamu cepet-cepet ganti celana dan ke office segera" suruh bang Edo, lantas ku ganti celanaku dan bergegas ke office.
Hari ini ada briefing langsung dari F&B manager kepada seluruh staff bagian aku kerja. Aku tercekat ketika kami harus dikumpulkan didalam office, dibarisan supervisor ada orang yang aku tabrak tadi, aku kaget karena aku benar-benar tidak tahu orang yang bermasalah dengan ku adalah atasan ku, bagaimana aku tahu ketika aku tertabarak dengannya dia hanya memakai kaos singlet dan celana boxer, sama sekali tidak menunjukan bahwa dia adalah orang yang seharusnya aku hormati dan aku patuhi, aku hanya menunduk selama menunggu F&B manager datang ke office ku, pak Bambang memasuki office dan memberi salam basa-basi kepada seluruh karyawan yang ada disini, kemudian dia mulai membicarakan evaluasi kerja selama satu minggu dan harapannya mendatang. Ditengah penjelasan pak Bambang aku menatap orang yang tadi aku bertabrakan dengan ku, dia memandangi ku? Benarkah? Pandangan yang mengerikan aku kembali menundukan wajah ku, rasa takut sedikit menggelayuti ku, Tuhan selamatkan aku batin ini menjerit.
Namanya adalah Reza ardiansyah, umurnya baru 23 tahun sudah menjadi supervisor disini, sedikit kagum padanya membuatku semakin bersalah, dia mengambil tidak masuk selama satu minggu lebih karena cuti, entahlah cuti apa, karena itu aku yang baru seminggu kerja disini tidak mengetahui siapa dia. Kesalnya aku kenapa mas Edo tidak langsung memperingatkan ku bahwa dia sederajat dengannya. saat ini pukul 2 siang hanya ada beberapa orang sisa makan siang, tadi saat jam makan siang tamu datang membeludak, bahkan kami harus mengalihkan tamu ke restauran lain didalam hotel, aku kelelahan sedikit duduk-dudukan menghilangkan rasa lelahku.
"hotel tidak membutuhkan orang yang hanya duduk ketika masih ada tamu menyantap makannya" aku kaget dan kembali berdiri saat seseorang menegurku.
"maaf mas, maaf aku sangat lelah" menundukan muka ku meminta maaf, huh sudah dua kali aku ditegur oleh dia hari ini, dia hanya berlalu meninggalkan ku kesal rasanya kenapa dia seakan-akan hanya menyalahkan ku padahal tidak jauh dari ku lisa dan dio sedang duduk-duduk dan bercengkrama sampai suara cengkramanya cukup terdengar. Hah sudahlah sebaiknya aku membersihkan meja-meja bekas makan para tamu.
Hari menunjukkan pukul 4sore saat pergantian shift, aku kembali menuju office untuk mengisi absen pulang aku berpamitan pulang dengan mas Edo, mbak Rini dan tentu saja mas Reza, hanya mas Edo dan mbak Rini saja yang menyapa balik pamitan ku si pemarah hanya melirik sesaat kepada ku tanpa berkata apapun. Kembali aku mengganti pakaian ku di ruang ganti karyawan, saat itu aku bertemu dengan bang Ridho berganti baju, aku mendekatinya dan mencolek pinggangnya hehehe dia sangat sensitive didaerah itu, dia membalikan badanya yang besar itu menghadap ku, sore ini bang Ridho terlihat lebih tampan dari biasanya terlihat lebih segar dan rapih. Kami berdua mengobrol sambil mengganti pakian kami, aku mengganti pakaian biasa ku dan bang Ridho memakai baju kehormatannya, saat kami asik mengobrol mata ku menangkap sosok mas Reza disebelah kami, dia mebuka baju kerjannya badannya tegap walaupun tak sebesar badan bang Ridho tapi sangat profosional dan terlihat tampan berkali-kali lipat, muka ku memerah melihat badan mas Reza hanya memakai singlet putih pas dibadannya, kenapa ini? Perasaan tadi pagi gak seperti ini, kemana rasa kesal ku diriku sedikit melamun ketika aku menemukan kenyataan aku sedikit mengagumi mas Reza, daheman bang Ridho memaksaku kembali ke dunia nyata, dia menyuruhku lekas kembali ke kosan karena menurutnya cuaca sudah kembali gelap. Aku bergegas keluar hotel dan benar apa yang dikatakan bang Ridho awan hitam memenuhi langit, kesal! sudah 10 menit aku menunggu bus tanpa ada kejelasan dimana bus yang harus aku naiki berada, suara helilintar menunjukan hujan akan turun beberapa saat lagi, aku mulai cemas gak karuan. Sampai secercah cahaya mendekati ku, yess bus yang kutunggu menghampiriku, sesaat aku ingin menghentikan bus sesosok tangan memaksaku menaiki motor setengah gedenya, aku berontak berusaha melepaskan tangan penculik ini.
"cepat naik goblok! Jangan kebanyakan protes!"
haah suara itu, suara orang gila yang menggangu hidupku hari ini..
eh,ini diganti ya,napa?
mention ya kalau up