Dear rekan-rekan,
Daripada terlalu banyak stigma HIV+ yang ndak ndak lebih baik didiskusikan di thread ini, misalkan ada yang mau sharing.
Saya mengetahui terinfeksi HIV+ setelah saya VCT (Voluntary Consulting Test) di Klinik Angsa Merah. Dan sekarang sedang terapi ARV di St Carolus, Salemba.
Awalnya saya test dengan maksud mengetahui keadaan saya sebelum saya menjalani kembali hubungan yang serius. Browsing browsing, saya mencari tempat yang dekat kantor dan agak nyaman (bukan di rumah sakit). Bikin appointment (dan ternyata harus pakai appointment), masuk ke ruangan yang nyaman. Dokter datang, menyalami, dan saya terkesan dengan open minded nya. Ramah tamah tanpa menyinggung hal pribadi. Lalu mulai ke diagnosa, pertanyaan yang ditanyakan cukup simple mengarah kepada: orientasi seksual, role dalam seks, dan kapan terakhir melakukan senggama tanpa pengaman. Menurut beliau kenapa hanya intercourse yang ditanyakan, karena memang probability paling besar untuk terinfeksi adalah dari itu. Dan apakah sudah masuk window period.
Dari situ diambil sample darah, dan dicek seluruh tubuh apakah ada infeksi opportunis, dan ngobrol ngobrol lagi. Sepenuhnya ditemani dan ditinggalkan apabila diminta.
Hasil keluar (sekitar nunggu 1 jam), dari situ diketahui saya positif (melalui beberapa reagen), dan CD4 saya sudah dibawah 200, dan disarankan langsung terapi ARV.
Awalnya cukup shocked, namun beliau mungkin sudah terlatih untuk mengedukasi pelan-pelan. Intinya dari keluar dari klinik, mindset saya bukan helpless lagi. Saya masih bisa hidup layak.
Lalu saya ke St Carolus (termasuk rumah sakit yang mendapatkan izin untuk mendistribusikan ARV yang sepenuhnya disubsidi pemerintah). Lalu di ruang Carlo saya kembali mendapatkan pengarahan dan konsultasi untuk pengobatan ARV, lalu membuat komitmen.
Tes darah total dan rontgen untuk mengetahui kondisi paru paru. Lalu dibuat janji untuk bertemu ahli internist yang menjadi penanggungjawab Carlo. Dokter senior tersebut memeriksa hasil lab dan rontgen, dan kembali menegaskan komitmen bahwa terapi ARV bukan main main dan harus disiplin dalam menjalani terapi. Dan beliau juga siap untuk mendampingi apabila saya akan memberitahu orang tua. Beliau meresepkan dua tipe ARV untuk diminum dua kali sehari dalam jadwal yang ditentukan.
Singkatnya saya sudah 6 bulan menjalani terapi ARV dan CD4 saya sudah naik di atas 300 (terakhir test 2 bulan lalu).
Untuk lebih lanjut saya sering mampir ke website Yayasan Spirita (spiritia.or.id). Banyak hal yang bisa didapat dan dipelajari dari situ.
Saran saya, get tested sekarang, seaman apapun gaya hidup rekan-rekan. lebih dini tahu, lebih baik.
Comments
Semoga Aden diberi kesehatan.
Ngomong ngomong cerita juga dong kehidupan seksual nya, jika tidak keberatan sih, biar yang baca juga aware.
God bless you. May the odds be ever in your favor!
bisa sembuh bro?
Belum ada vaksin yang melemahkan virus. Terapi anti retro viral (ARV) berfungsi untuk melambatkan pertumbuhan virus sampai minimal sehingga tidak mengganggu imunitas tubuh..
kita kuat karena kita sabar
AMIN…
thanks ya atas jawabannya dan sharingnya. im with you bro
Konseling medis ada, jadi mau tanya A-Z bahkan untuk pertanyaan sederhana.
Konseling psikolog mungkin sesuai kebutuhan, apabila rentan, mungkin didampingi juga.
dan makasih buat jawabannya ya