BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Jumat an...

edited April 2014 in BoyzRoom
“Menjadi gay atau tidak itu adalah pilihan, bukan takdir. Jangan karena gay, lalu melupakan sang pencipta. Orang gay juga bisa masuk surga. Anjing saja bisa masuk surga, masa gay tidak?” cetusnya.


Keberanian Zemarey Al Bakhin (34) atau akrab disapa Kang Rey membuka identitasnya ke publik sebagai homoseksual patut diacungi jempol. Tak semua orang berani melakukannya. Bahkan menurut Kang Rey ada prinsip di kalangan homoseksual, lebih baik mati daripada mengakui dirinya gay.


Berawal dari curhat di acara sebuah radio Islami di Bandung, akhirnya Kang Rey pun ‘keterusan’ untuk berbagi dengan kalangan homoseksual lainnya atau masyarakat luas.
Sungguh awalnya ia kaget karena ternyata banyak orang sepertinya. Ia mengaku setelah terbuka di radio pada tahun 2005 itu, hingga saat ini lebih dari 100 orang yang mempunyai masalah sama, mendatanginya. Prinsip saya, kalau memang tidak bisa mencintai perempuan, lebih baik hidup sendiri,” tegasnya.
“Saat berbagi kisah di radio itu, saya kan sebutkan nomor telepon saya. Setelah itu, banyak yang SMS dan menelepon mengajak ketemuan atau hanya sekedar chat di facebook,” katanya.


Sebuah Perjalanan

“Sejak kecil dan masuk sekolah dasar, saya memang sering diolok-olok oleh teman-teman lainnya. Sikap saya dianggap seperti perempuan. Saat itu wajah saya pun terlihat cantik daripada kasep (tampan-red). Makanya sering dipanggil Eneng (panggilan anak perempuan di Sunda),” katanya.


Hal itu diakuinya tak terlalu mengganggunya. Namun hal yang dulu dianggap biasa, menjadi sesuatu hal yang mengganggu saat memasuki bangku SMP. “Saya mulai mempertanyakan mengapa saya begini kepada Allah. Kenapa tidak seperti yang lain,” tuturnya.
Di tengah kegalauannya, Kang Rey seolah mendapat jawaban tentang teka teki dirinya. Saat ia merasakan getaran terhadap teman sekelasnya. Ya, teman laki-lakinya.


“Saya menemukan pujaan hati saya, dan ternyata gayung bersambut. Saat itu saya kelas 2 SMP,” tuturnya. Ketika rasa bahagia menghampiri hidupnya karena menemukan orang yang disayang dan menyayanginya,namun ia dihantui rasa kebimbangan yang dalam karena bertentangan dengan agama islam.


Kebersamaannya dengan teman laki-lakinya itu terputus saat jelang kelulusan. “Dia meninggal karena kecelakaan. Saya ikut dalam kecelakaan itu, tapi selamat,” ujar pria yang September tahun ini berumur 34 tahun.
Diakui Kang Rey, ia sangat terpukul dengan kematian teman terdekatnya tersebut. Ia mulai menjadi penyendiri. Jarang bergaul. Saat kesendiriannya itulah ia mulai berusaha mendekatkan diri pada Allah SWT.


Akhirnya pada tahun 1997, menjadi titik balik Kang Rey. Ayahnya meninggal dunia. “Beberapa bulan sebelum meninggal, ayah yang ternyata sudah mengetahui kondisi saya, berkata hanya Allah yang bisa menolong saya,” katanya.


Kang Rey, berusaha membungkam dan mengubur perasaan terhadap lelaki, kemudian ia mulai berusaha mencintai seorang perempuan. “Saya pernah empat kali pacaran, dengan perempuan terakhir, saya akhirnya bisa jatuh cinta. Namanya Nur, kini ia jadi istri saya,” katanya.
Meski bisa mencintai dan menikahi perempuan, diakui Kang Rey, nalurinya menyukai sesama jenis masih kuat. “Kalau saat ini saya ditanya apakah saya masih menyukai lelaki? Jawabannya iya. Saya masih suka dengan laki-laki yang ganteng,” tandasnya.


Sebuah Pro- Kontra

Diakuinya bahwa hujatan datang bertubi-tubi dari para ulama, yang menganggapnya sudah gila karena berani buka-bukaan pada publik mengenai orientasi seksualnya , namun menurutnya itu salah satu cara membuka mata masyarakat jika kaum gay benar-benar ada.
“Kami ini ada dan perlu dirangkul. Jangan hindari, jangan dibenci” ujarnya.
Hujatan tidak hanya datang dari para ulama, tapi juga datang dari kelompok homoseksual yang ada di Bandung. Mereka merasa terganggu dengan langkahnya yang bergerilya dari masjid ke masjid untuk berbagi kisah.
“Alasan mereka mencintai itu adalah hak asasi. Hal yang sering dikatakan ‘saya juga tak mau seperti ini, tapi bagaimana lagi, Tuhan menciptakan saya ‘beda’. Itu selalu alasan mereka,” kata Kang Rey.


Bahkan ia pun mengaku pernah mendapat ancaman dari klub homoseksual. Bahkan teman-teman facebooknya pun melakukan hal sama. Namun hal itu tak menyurutkannya.
“Saya menentang keras kalau ada yang bilang ini takdir. Ini bukan soal takdir, ini soal pilihan,” tambah Kang Rey yang pernah menerbitkan buku berjudul “Tuhan tidak pernah Iseng”.


Sumber : bandung.detik.com

Comments

  • Sebuah pengadilan Syariah di Nigeria utara, Selasa (1/4/2014), membebaskan dua orang pria yang dituduh melanggar undang-undang anti-homoseksual.


    Kedua pria itu, yang menolak dakwaan sebagai pelaku homoseksualitas, dibebaskan karena minimnya barang bukti. Demikian penjelasan seorang pegawai pengadilan kota Bauchi, Adbul Mohammed.


    “Hakim membebaskan dua terdakwa karena jaksa gagal membuktikan bahwa keduanya bersalah,” kata Mohammed.
    Dalam pembacaan vonisnya,lanjut Mohammed, hakim El-Yakub Aliyu mengatakan bahwa kasus-kasus seperti ini harus dapat dibuktikan tanpa keraguan lagi sebelum vonis dijatuhkan.


    “Hakim mengatakan pelaku sodomi dapat dijatuhi hukuman mati namun membutuhkan kesaksian minimal empat orang untuk membuktikannya. Dalam kasus dua orang itu, tak ada seorangpun yang menyaksikan mereka melakukan sodomi,” papar Mohammed.


    Hakim menambahkan, jaksa bisa mengajukan banding paling lambat dalam 30 hari. Namun belum jelas Komisi Syariah Negara Bagian Bauchi yang mengajukan kasus ini akan melawan keputusan hakim.


    “Kami akan mengevaluasi keputusan hakim ini dan kemudian akan memutuskan tindakan apa yang harus kami lakukan,” kata seorang pejabat komisi Syariah, Jibril Danlami Alassan.
    Kedua orang itu termasuk dari 12 orang yang pada Januari lalu ditahan dan didakwa menjadi anggota sebuah klub gay dan menerima dana dari Amerika Serikat untuk merekrut anggota.
    Lima terdakwa masih menjalani sidang dan empat lainnya sudah dijatuhi vonis berupa denda dan hukuman cambuk sebanyak 15 kali menggunakan cambuk kuda. Salah seorang terdakwa yang beragama Kristen masih menjalani sidang di sebuah pengadilan sekuler.
    Sumber : kompas.com
  • http://www.suarakita.org/wp-content/uploads/2014/04/zachary-dutro-300x168.jpg


    Hanya karena cara berjalan dan cara berbicaranya kemayu, Zachary tewas di tangan ibunya sendiri. Kekasih sang ibu juga turut andil dalam penganiayaan bocah yang baru berumur 4 tahun tersebut.


    Jessica Dutro, sang ibu, berulangkali diketahui sering memukul tiga anaknya. Namun Zachary lah yang menerima penganiayaan paling berat, dan akhirnya meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang keempat.


    Para penyidik menemukan pesan-pesan di Facebook antara Jessica (25) dan kekasihnya, Brian Canady (25), yang sudah lebih dulu dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan tingkat pertama dan penyerangan tingkat kedua untuk perannya dalam kematian Zachary.


    Dalam salah satu pesannya, Jessica menulis bahwa dia tahu bahwa anaknya itu akan menjadi gay . “Karena ia berjalan seperti gay , dan bicara seperti gay ,” tulis Jessica, sambil menambahkan bahwa Brian perlu memberi “pelajaran” pada Zachary.


    Brian sendiri mengaku telah menendang perut anak balita tersebut pada 12 Agustus 2012. Petugas pemeriksa jenasah belakangan menemukan dua lubang pada usus bocah malang itu. Zachary dinyatakan meninggal dengan trauma perut akibat kekuatan benda tumpul dan tidak segera mendapatkan perawatan medis.


    Tim pembela Jessica mengatakan bahwa ibu tiga anak itu seharusnya dibebaskan karena bukti-bukti mengarah pada Brian sebagai satu-satunya orang yang menimbulkan luka-luka mematikan pada Zachary. Menurut mereka, tidak ada bukti yang dapat membenarkan kesaksian dari kakak Zachary yang berusia 7 tahun.


    “Mereka (Brian dan Jessica) terus memukulinya karena dia (Zachary) tidak mau mendengarkan,” ungkap sang kakak pada polisi. Menurutnya, Zach lalu mual-mual, mengeluarkan suara rintihan, dan akhirnya berhenti bernafas.
    Sehari setelah ulang tahun Zachary (14 Agustus), pasangan itu akhirnya menghubungi pihak berwenang. Namun saat itu pada dasarnya Zachary telah meninggal, ungkap Dr Danny Leonhardt saat bersaksi di pengadilan. “Kami tidak punya kesempatan untuk merawatnya.”


    Atas insiden tersebut, Jessica didakwa dengan tuduhan pembunuhan, pembunuhan dengan penganiayaan, dan penyerangan tingkat dua.


    Sumber : tribunenews.com
  • Kalo mas budi sendiri kek mana tuh ?
  • Dianggap pencitraan, blusukan gagal dongkrak Jokowi Effect


    Jokowi dinilai kurang mahir melakukan komunikasi politik sehingga tidak memberi pengaruh besar pada perolehan suara PDIP pada pemilu 2014. Seperti dijelaskan pengamat media UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Iswandi Syahputra.

    Menurut Iswandi, Jokowi selama ini hanya mengandalkan pencitraan melalui berbagai kegiatan yang diliput media.





    "Jokowi kurang melakukan komunikasi dengan rakyat. Blusukan hanya jadi ajang pencitraan. Datang hanya untuk salaman, photo-photo, basa-basi sebentar kemudian masuk televisi.

    Komunikasi yang dilakukan terlihat tulus dan empati tetapi kering karena publik membaca ada motif lain yang tersembunyi," ujar dosen ilmu komunikasi itu kepada merdeka.com, Kamis (10/4).




    Lebih lanjut Iswandi menjelaskan, saat diberi mandat menjadi capres PDIP , Jokowi seharusnya lebih meningkatkan kemampuannya dalam berkomunikasi pada rakyat terutama menjawab sentimen negatif yang ditujukan padanya.

    Setelah mendapat mandat dari PDIP untuk menjadi capres, dia melanjutkan, justru serangan ke Jokowi semakin gencar. Mulai dari rakyat yang menagih janji Jokowi mengurus Jakarta hingga mengungkit kembali penggunaan mobil Esemka saat dirinya menjadi wali kota Solo.



    "Terhadap serangan tersebut Jokowi hanya menjawab Aku rapopo. Jawaban tersebut memang menjadi populer tetapi kontra produktif karena tidak menjawab substansi berbagai tuduhan yang diarahkan padanya," pungkas Iswandi.

    Menurut Iswandi, seharusnya Jokowi mampu menangkis dengan cerdas semua tuduhan yang diarahkan padanya. "Beberapa tuduhan yang bersifat faktual, seharusnya dijawab oleh Jokowi dengan tangkas dan cerdas," ujarnya.

    Lebih lanjut Iswandi menjelaskan, untuk dapat terpilih menjadi presiden, Jokowi memang harus lebih banyak berkomunikasi pada rakyat seperti menyampaikan visi dan misinya jika terpilih menjadi Presiden.

    Sebelumnya, penghitungan cepat (quick count) Pemilu 2014 yang dilakukan sejumlah lembaga survei menempatkan PDIP memperoleh suara pada kisaran 19 persen. Capaian suara tersebut meleset jauh dari perkiraan internal yang dilakukan oleh PDIP untuk memperoleh suara 27 persen.



    Sejumlah survei sebelumnya bahkan memprediksikan PDIP akan meraup 35-40 persen suara. Hal tersebut dimungkinkan karena menguatnya popularitas Jokowi sebagai calon presiden yang diusung oleh PDIP .

    Selain itu Iswandi berharap, dalam pemberitaan pemilu media lebih netral dan objektif menyampaikan informasi. "Gagalnya Jokowi effect ini menjadi antitesis terhadap kekuatan media yang berada di belakang Jokowi . Ini hal baru yang menarik untuk diteliti dalam studi media," ujarnya.



    "Dalam sosiologi media ada semacam kutukan, orang yang populer atau besar karena media akan hancur juga oleh media. Jangan sampai hal tersebut terjadi pada Jokowi ," terang doktor kajian media UGM

    ters
  • boljugg wrote: »
    http://www.suarakita.org/wp-content/uploads/2014/04/zachary-dutro-300x168.jpg


    Hanya karena cara berjalan dan cara berbicaranya kemayu, Zachary tewas di tangan ibunya sendiri. Kekasih sang ibu juga turut andil dalam penganiayaan bocah yang baru berumur 4 tahun tersebut.


    Jessica Dutro, sang ibu, berulangkali diketahui sering memukul tiga anaknya. Namun Zachary lah yang menerima penganiayaan paling berat, dan akhirnya meninggal dunia sehari sebelum ulang tahunnya yang keempat.


    Para penyidik menemukan pesan-pesan di Facebook antara Jessica (25) dan kekasihnya, Brian Canady (25), yang sudah lebih dulu dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan tingkat pertama dan penyerangan tingkat kedua untuk perannya dalam kematian Zachary.


    Dalam salah satu pesannya, Jessica menulis bahwa dia tahu bahwa anaknya itu akan menjadi gay . “Karena ia berjalan seperti gay , dan bicara seperti gay ,” tulis Jessica, sambil menambahkan bahwa Brian perlu memberi “pelajaran” pada Zachary.


    Brian sendiri mengaku telah menendang perut anak balita tersebut pada 12 Agustus 2012. Petugas pemeriksa jenasah belakangan menemukan dua lubang pada usus bocah malang itu. Zachary dinyatakan meninggal dengan trauma perut akibat kekuatan benda tumpul dan tidak segera mendapatkan perawatan medis.


    Tim pembela Jessica mengatakan bahwa ibu tiga anak itu seharusnya dibebaskan karena bukti-bukti mengarah pada Brian sebagai satu-satunya orang yang menimbulkan luka-luka mematikan pada Zachary. Menurut mereka, tidak ada bukti yang dapat membenarkan kesaksian dari kakak Zachary yang berusia 7 tahun.


    “Mereka (Brian dan Jessica) terus memukulinya karena dia (Zachary) tidak mau mendengarkan,” ungkap sang kakak pada polisi. Menurutnya, Zach lalu mual-mual, mengeluarkan suara rintihan, dan akhirnya berhenti bernafas.
    Sehari setelah ulang tahun Zachary (14 Agustus), pasangan itu akhirnya menghubungi pihak berwenang. Namun saat itu pada dasarnya Zachary telah meninggal, ungkap Dr Danny Leonhardt saat bersaksi di pengadilan. “Kami tidak punya kesempatan untuk merawatnya.”


    Atas insiden tersebut, Jessica didakwa dengan tuduhan pembunuhan, pembunuhan dengan penganiayaan, dan penyerangan tingkat dua.


    Sumber : tribunenews.com

    duh..Gusti..nyuwun ngapuro...
  • siang kakak

    apa karena pake rok mini jadi alasan??
  • kerna gk pake rok mini;
    gk pake ap2..

    @REMkaki
    @NanoB


    kisah Hidup Kami

    Gaymuslimus:

    Bagi saya kesadaran bahwa Saya Gay sepertinya melekat begitu saja tanpa ada suatu kejadian yang istimewa. Saya lebih merasa bahwa saya merasa gay karena saya merasa tidak mampu menjadi lelaki sejati. dan ketika saya menikah perasaan itu tidak serta merta menghilang.

    Edi Jaka:

    Saya senang ketika bisa menemukan group ini. Saya sendiri juga masih bingung dan terkatung-katung memikirkan kondisi saya. Tapi saya adalah orang yang sangat percaya pada takdir. Semuanya ada di tangan Allah SWT.

    Pada waktu saya masih di Indonesia dan kuliah di Sumatra, tidak terpikir bahwa saya akan menginjakan kaki disana. Saya tamat SMA di Jakarta. Saya hanya berfikir, Mungkin Allah SWT punya rencana lain untuk saya yang saya tidak tahu. Waktu KKN, saya bertemu dengan seorang gadis manis. Saya sempay berfikir, mungkin inilah jodoh saya. Namun ketika saya pulang ke rumah orang tua di Bogor untuk lebaran, dia mengirim surat dan seluruh anggota keluarga tahu. Akhirnya orang tua saya tidak setuju dan menyuruh saya pulang setelah selesai kuliah. Lalu saya bekerja di Jakarta. Allah punya rencana buat saya.



    Setelah hampir 3 tahun tinggal dengan orang tua, saya diberu kesempatan oleh Allah SWT untuk meneruskan studi master. Dan setelah itu, bekerja di Amerika. Kondisi di Amerika telah mengubah hidup saya secara drastis. Banyak sekali Gay, dan karena Allah menganugrahkan saya dengan wajah yang agak bagus (Alhamdulillah, ngga' GR) banyak yang tertarik. Namun disatu sisi saya juga punya masalah denga PD (Saya kurang PD).

    Saya tidak tahu, apakah keberadaan saya di USA merupakan ujian, atau memang Allah menghendaki saya menjadi seorang GAY. Suatu malam sebelum tidur saya berdoa "YA ALLAH, KALAH MEMANG ENGKAU MENGHENDAKI SAYA MENJADI GAY, BIARKANLAH SAYA MENJALANINYA DENGAN TENANG. TAPI KALAU ENGKAU TIDAK MENGHENDAKI DEMIKIAN, BERIKANLAH SAYA KEKUATAN UNTUK TIDAK MENJADI GAY".

    Dalam tidur saya bermimpi bertemu dengan sseseorang yang mengatakan bahwa dia dulunya adalah Gay. Tapi sekarang dia tidak menyukai Pria sama sekali.



    Saya percaya bahwa Allah memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tiada terbatas. Namun saya juga percaya bahwa Allah tidak akan merubah nasib kita kalau kita tidak berusaha untuk merubahnya. Wallahualam Bissawad.




    DS:

    Saya seorang gay berumur diatas 40 tahun. Lahir dari keluarga tentara yang keras, dan tidak pernah mau menerima kata2 'banci, gay, homo', dan semua label2 yang berorientasi penyimpangan gender. Saya dilahirkan Islam, tetapi saya dididik secara katolik.

    Waktu kecil saya termasuk pintar tapi gemulai. Dari kecil saya dipanggil dengan sebutan yang menyakitkan 'banci, waria, wadam' sehingga sampai saat ini rasa sakit itu tidak pernah hilang. Saya berusaha untuk bertingkah laku laki2, menyukai hal-hal yang hanya dilakukan oleh laki2. Akhirnya saya mampu sampai hampir 80% tidak bertingkah feminin. Malahan saya menjadi gemar olah raga dan benci hal2 yang bersifat kewanitaan. Tapi satu hal yang tidak hilang adalah naluri saya untuk menyukai sesama laki2.



    Saya pernah putus asa bahkan ingin mengakhiri hidup, namun suatu ketika saya seolah mendapat kekuatan ketika saya berdoa dan seolah mendapat jawaban. Bahwa kalau Tuhan menginginkan kita menjadi laki2 murni dia akan memberikan keajaiban, seandainya tidak saya akan tetap menjadi seorang gay syaratnya harus menjadi gay yang baik. Saya ingat itu menjadi kekuatan saya untuk terus, saya berusaha menjadi seorang gay yang baik dan alhamdulillah saya bukan orang yang suka mengumbar nafsu, saya berdoa agar diberikan teman hidup (wanita ataupun pria).



    Akhirnya saya dipertemukan dengan seseorang yang sangat saya cintai (pria tentunya) dan kami sudah tinggal bersama selama lebih dari 20 tahun. Awalnya hubungan kami sama halnya seperti hubungan2 lainnya penuh dengan cobaan, namun kami dapat melaluinya dan kini kami bagaikan saudara kandung yang sulit dipisahkan dan seluruh keluarga kami mendukung hubungan ini.

    Saya tahu pengetahuan saya tentang agama sangat minim tetapi saya percaya Tuhan itu maha adil dan penuh pengertian Ia tidak menilai kita secara hitam putih, jahat atau baik.



    Handy:

    Saya 42 tahun, dengan pengetahuan agama yang minim, dan berusaha untuk selalu belajar..

    Saya beristri dan berpacar pria.. istri saya mengerti ke-gay-an saya, saya tidak pernah menggauli dia meskipun sudah lebih dari 15 tahun menikah, dia berfikir bahwa saya adalah memang jodohnya, dan dia menerima apa adanya, karena itu adalah suratan NYA.. meskipun saya tidak mengesampingkan faktor lingkungan yang akan menjudge dia sebagai janda cerai.. sehingga ia mempertahankan perkawinan ini.. sementara saya selalu merasa bersalah telah menikahinya dan menelantarkannya dari segi kebutuhan biologis.. beberapa kali pernah saya katakan padanya, bahwa ide perpisahan harus dari pihaknya..



    Perlu dicatat, saya TIDAK MAMPU mengauli istri saya.. bukan berarti saya tidak pernah mencoba.. lain jika berhadapan dengan pacar pria saya..Hubungan saya dengan istri cukup rumit.. antara tahu, tidak tahu, tidak mau tahu, dan concern kegiatan ke-gay-an saya..

    Sedangkan saya sendiri, sewaktu sebelum menikah, bisa dikatakan belum mengerti seluruhnya tentang apa itu gay..Saya sudah mencoba untuk tidak berhubungan badan (dan bathin) dengan pria.. ternyata membuat hidup saya menjadi sangat menderita.. saya selalu berfikir, apakah saya sebagai gay, saya tidak berhak untuk mendapatkan kepuasan seks, karena saya tidak mampu dengan wanita.. sedangkan pria, katanya haram..



    Saya merasa bahwa ke-gay-an saya ini "halal' karena ketidak sanggupan saya dengan wanita.. dan juga ke tenteraman saya saya dapat dari pacra pria saya..

    Pelu pula di ketahui, saya tidak fiminin, sama serperti mas DS, saya hingga kini pun selalu berusaha bertingkah laku maskulin, malah postur tubuh dan wajah saya mengukung hal itu.. Alhamdulillah…Meskipun saya pernah tinggal di Amerika total selama kira-2 7 tahun, tapi bukan hal itu yg membuat saya gay..



    Cahaya:

    Menarik sekali mendengar sharing cerita2x dari teman2x dalam menghadapi ke-gay-an masing2x ... terus terang saya sendiri sih belum bisa menemukan solusi dari masalah ini and probably it is just meant to be like this ... yaitu ya kita ini memang di chalange sama the Creator dengan keterbatasan kita sebagai Gay utk tetap bisa mendapatkan Ridho-Nya ...

    Saya sendiri sih memang sampai sekarang (Alhamdulillah) belum pernah berhubungan dg pria (both phisically and emotionally) tapi frankly speaking ... rasa utk ingin bersama laki2 & ketertarikan dg laki2x sangat2x besar ...



    Pengalaman saya sih dalam menghadapi ini cuman mencoba banget untuk bisa hidup Ikhlas & Ridho dengan keadaan saya ... & saya percaya bgt kalao Allah SWT sebenernya punya rencana yang jauh lebih baik utk saya ... oh iya berdoa itu juga bener2x helps a lot ... selain itu juga mencoba utk menempatkan akhir tujuan bukan ke sorga atau neraka tapi giman cara utk mendapatkan Cinta-Nya yg hakiki ...



    Pribadoss:

    Salam kenal bagi semuanya, especially 4 moderator and rekan2 yang senantiasa memberikan pendapat, pemikiran dan nasehat dan renungan buat kita semua, semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda dan tetap meluruskan niat untuk saling menasehatI di jalan kebenaran.

    saya pria 22 th , terjerumus atau mungkin lebih tepatnya menjerumuskan diri ke dalam dunia g sudah 3 tahun. sebenarnya aku merasakan tertarik sesama jenis sejak usia baligh, namun merasakan hubungan sesama jenis yang sebenarnya sejak smt 2 kuliah.sekali terjerumus tidak mudah untuk keluar dari jurang kenistaaan itu, aku tidak bisa membendung hasratku yang selalu menggebu untuk melakukannya, dan itu terjadi karena partnerku adalah temenku sendiri yang sehari-harinya dekat dan selalu ada kesempatan untuk melakukannnya.



    Upayaku untuk keluar dari jurang semua sia-sia. SELAIN sholat puasa sunah kadang saya jalankan, begitu juga pengajian2 dan muhasabah sering saya ikuti. Namun penyesalan hanya saat kegiatan ritual saja dan bertahan hanya beberapa hari bahkan dalam hitungan jam. Begitu hasrat datang dan ada kesempatan perbuatan laknatullah itu lagi-lagi saya lakukan.



    Komitment demi komitment telah berpuluh2 kali aku nyatakan dengan partnerku namun selalu aku langgar, dan akulah yang tersering melanggarnya. karena memang temenku agak pasif namun tdk bisa menolak ajakannu dan kadang2 aku memaksanya. So... komplit sudah dosa2 ku, menggunung....

    TOBATKU HANYA TOBAT SAMBAL, SETIAP PENYESALAN SELALU KUIRINGI DENGAN PENGULANGAN DOSA. HARUS BAGAIMANAKAH SAYAAA???? I wanna to be a normal. Saya tidak mau jadi kaum nabi Luth yang dilaknat Allah SWT, AKU PINGIN BAHAGIA DUNIA WAL AKHIRAT. ADAKAH YANG BISA MENOLONG SAYA?????



    Rina:

    Kenalkan, namaku Rina, crossdresser. Aku baru aja daftar di group ini. Mungkin masalahku agak beda dikit dengan teman-teman disini, maksudku nambah dikit, karena aku suka tampil sebagai perempuan, tapi kupikir ujung-ujungnya rada sama khan? tapi aku bukan seperti yang di jalanan lho, sehari-hari yaa sebagai cowok, paling aku dandan kalo pergi / pulang kerja, sambil nikmatin macet yang parah di Jakarta ini he he...

    Aku tahu hal ini salah, tapi tentu sulit untuk merubahnya dalam sekejap, karena hal ini sudah berjalan sejak aku kecil, jadi aku butuh waktu dan banyak hal untuk meluruskannya, realistis aja, aku cuma bisa berharap enggak tambah parah aja, itupun rasanya berat banget..



    Aku udah nikah, dgn perempuan beneran, dan alhamdulillah berjalan dengan baik. Istriku tahu kebiasaanku ini, sampai sekarang, kadang kita jalan-jalan sebagai dua perempuan dan malahan yang ajari aku dandan yaa dia sendiri he he... dan itu sejak kami pacaran dulu, cuma aku dan dia ada comitment bahwa aku enggak boleh pacaran sama cowok (lagi), kalo temenan sih boleh aja. So, itu sebabnya aku ingin ikutan berbagi pengalaman dengan teman-teman disini.

    Aku ketemu istri waktu kuliah, dan dia udah tahu sejak saat itu. Kadang aku jemput dia dengan dandanan perempuan, dan aku bersyukur dapat istri yang pengertian seperti dia. Apa lagi aku bekerja di perusahaan pertambangan swasta, yang banyak lakinya. Tapi syukur sampai saat ini aku masih bisa pegang komitmen dengan istriku, walau jujur aja, godaan itu pasti ada aja tuh..



    Wira:

    aku Wira, 29 th, beberapa tahun lalu aku sengaja mau ditemaptakan disebuah camp kilang minyak di riau, sehingga jika buka jendela kamar hanya melihat hutan dan monyet-monyet bergelantungan, memang hasrat iru tetap ada tapi karena keadaan tak memungkinkan.

    Selama delapan bulan aku merasa terbebas, tapi ketika ke bandung, aku ga bisa menahan diri dan terjadi lagi dan sampai punya pasangan tetap, sebelum akhirnya dia menikah. aku semapt kehilangan arah, sebelum akhirnya kembali membuang diri di balikpapan, sembuh total sih nggak, tapi secara bertahap berus menurangi kontak secara seksual, dan bahkan berani show up pun hanya pada beberapa orang teman dekat saja.



    kareana saya sadar diri ini ada kekurangan, maka sekarang saya berusaha agar diri saya banyak bermanfaat bagi orang lain dari sisi yang lain, sehingga saya ikut kegiatan-kegiatan sosial, ada kepuasan bathin disana dan sedikit melupakan keadaan diri...

    sampai suatu ketika aku tak pernah henti berharap ketika aku dapat menikah, berkeluarga dan punya anak....

    Need More:



    Sekilas ttg saya ;
    Saya berumur 23 th. Sejak masa baligh dulu, saya menyadari bahwa diri saya gay .Tetapi saya sendiri nggak tau yang namanya dunia gay dan orang² di dalamnya (apalagi sampai beraktifitas secara seksual). Yaa, paling saya mengetahui dunia gay dari rubrik²/ opini di media umum saja (koran, televisi, etc.).

    Nah, kira² 1,5 th yang lalu, saya mulai menelusuri apa sih dunia gay melalui internet. Tapi yang terjadi malah kesesatan yang saya temui (naudzubillah), saya mulai terjerumus.. (- - ;). Keinginan untuk berjalan di jalan yang benar kemudian selalu muncul, tapi selalu terkalahkan, sampai saya menemui milis ini.

    Memang, saya nggak pernah beraktifitas secara fisik, tapi saya sudah merasa berdosa sekali atas hal² tsb (meskipun dlm kehidupan maya saja). Pergolakan selalu terjadi sampai sekarang, saya selalu berusaha mencari aktifitas lain, yaa.. diantaranya dengan aktif di milis ini.



    Ronald:

    Pengalaman pribadi, gak ada yang istimewa. Cuma yah, seperti sebagian teman2, saya sering diejek ke-wanita2an, baik ngomong, sikap, hobi, dlsb. Dan catat, saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. So, memang kasih sayang orang tua yang terlalu memanjakan, juga ikut andil dalam membentuk kepribadian saya seperti sekarang ini.

    Walaupun begitu, saya tidak ingin sikap saya ini berlarut2, seiring bertambahnya umur. So, step by step, prilaku saya ini saya eliminir, walaupun ketertarikan terhadap pria2 macam Adjie Pangestu, Hudi Prayoga, dlsb masih begitu besar. ‘Untungnya’, masih sebatas khayalan. Bahkan saya pernah mimpi dengan ayah saya, for God’s sake. How paethatic, isn’t it?



    Jadi saya sangat mengharapkan forum ini dapat sedikit demi sedikit mengalihkan kalau bisa menyadarkan saya akan sifat saya selama ini. Saya percaya akan kemauan berubah itu ada pada setiap orang, cuma keinginan untuk memulai itu yang berat. Mengutip pesan Aa Gym: Mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri, mulailah dari saat ini. Setuju? So, mari dengan adanya forum ini, kemauan kita untuk berubah kita pupuk perlahan tapi pasti.

    Terus terang, seperti tumbuh rasa persaudaraan saya setelah masuk grup ini. Kalau saya pengajian dengan teman2 pria lain, rasa persaudaraan itu belum tumbuh di hati saya, karena saat mereka sedikit menyentil soal wanita, saya jadi risih dan kaku. Jadi, di sinilah saya merasa dapat merasakan adanya persaudaraan itu, seperti yang sering di-dengung2kan oleh agama ‘rahmatan lil alamin’ ini. Jadi, saya harap persaudaraan di forum ini dapat berlanjut dalam waktu lama.



    Pitusiji:

    Senin 23 juni saya menemukan milist ini.
    seperti hari sebelumnya, selasa 24 juni saya terlalu enggan untuk meninggalkan kursi kerja hingga jam 10 malam, demi untuk mengenal mas mqzf, mas wastu, mas semperfy, denger cerita mas handy, mas ds, mas cobatry, dan banyak saudaraku lagi. (maaf..semua saya panggil mas.) Kalau saja bukan karena istri dan dua anakku menunggu, aku tidak akan pulang sampai pagi untuk mengkhatamkan milist ini.

    Dalam perjalanan pulang ke rumah saya berfikir, mungkinkah ini petunjuk dari Allah untuk saya bisa menemukan teman - teman yang seiman, bernasib sama, dan bisa saling mengingatkan untuk menjalani hidup yang lebih baik. Ingin rasanya segera kenal dengan saudara semua, meski sempat saya pertimbangkan untuk tidak segera bergabung, karena khawatir saya justru akan tergoda untuk kenal fisik dengan teman - teman dan tidak akan sehat buat saya.



    rabu 25 juni, saya tidak sabar menunggu jam 6 sore, saat teman kerja meninggalkan ruangan ini dan saya bisa dengan leluasa menemui saudaraku tanpa harus takut terlihat orang lain. akhirnya .. DENGAN NAMA ALLAH, SAYA PUTUSKAN UNTUK BERGABUNG. Semoga bisa diterima dengan baik oleh saudaraku semua. amin.

    panggil saja saya pitusiji, karena saya beretnis jawa dan lahir tahun tujuh satu. saya tinggal di jakarta, menikah 4 tahun lalu, dan sudah punya sepasang anak. ( jangan ngiri ..). Saya memliki kecenderungan G sejak masih remaja ( bahkan anak). Tanpa saya cerita, pasti saudara semua sudah bisa menebak kalau hidup saya sangat tidak nyaman. Tanpa saya perlu cerita, pasti saudara semua bisa membaca galau yang saya rasakan. (pasti nggak ngiri ..)

    Tapi saya ingin menghibur saudara semua dengan cerita - cerita indah saya.
    Manis sekali rasanya, saat anak cantik pertama saya menelepon dari rumah saat jam kerja, dan dengan manjanya dia memesan untuk dibawakan coklat sepulang kerja. Lucu sekali rasanya, saat istri shalihahku bercerita si kecil sudah bisa menggigit kakanya saat berebut mainan. harmonis sekali rasanya, saat kami berempat pergi ke arisan keluarga menggunakan baju dengan warna yang sama. dan saya tidak akan kehabisan cerita yang lebih indah jika saudara - saudara masih ingin mendengarkannya.



    tapi .....
    saya tidak berani mengatakan bahwa hidup saya sepenuhnya bahagia. sakit sekali rasanya, ketika saya tanpa sadar cemburu melihat staff pria saya berjalan dengan pacarnya. ( kok aneh, emangnya saya siapanya..?). miris rasanya, saat terbangun karena mimpi basah, tapi bukan wanita yang ada di mimpi saya. begitupun, saya tidak akan kehabisan cerita yang lebih pedih kalau saudaraku masih sanggup mendengarnya.

    Alhamdulillah, 25 juni jam 10 malam saya sudah menuliskan ini, dan akan segera pulang meskipun sudah satu jam lewat istri saya menunggu saya menepati janji sampai di rumah. Kalau saudara bisa menerima saya, saya berharap tidak ada lagi rasa cemburu yang salah alamat, tidak ada lagi mimpi basah yang salah skenario.
    mohon bantu saya.



    Andy Satria:

    Banyak hal yang ingin ku ceritakan pada orang orang, tapi aku tidak berani mengungkapkanya. karena begitu berat bagiku.

    Aku dilahirkan sebagi anak ke 2 dari 4 bbersaudara. Alhamdulilah aku bisa mendapat pendidikan yang baik. Lingkungan kami sangat tradisional dan sangat religius walau aku sebenarnya belumlah menjalankan perintah agama dengan sepurna.

    Secara fisik tidak ada yang kurang pada diriku, aku berhasil menyelesaikan pendidikan dengan nilai yang menurutku cukup bagus walau tidak jadi yang terbaik. Dengan modal pendidikan yang ada pada ku insyaallah aku tidak perlu takut dengan kekurangan materi, walau nantinya tidak juga bisa jadi orang yg kaya-kaya amat



    Permasalahanya pada diriku sekarang, telah tiba saatnya bagiku untuk membentuk keluarga sendiri. kalau kata orang aku emangnya mau apa lagi? Namun orang disekitarku tidak tahu apa yang ada dalam batinku. dalam diriku. Disatu sisi dalam hatiku aku meyukai sesama jenis. Namun dari didikan yang aku dapatkan selama ini hal ini tidak lah pantas aku ikuti.

    Walau dorongan ini telah aku rasakan sejak masa pubertas Allah masih menjagaku sehingga aku masih dapat menjaga diriku dengan baik. Ya hingga sekarang aku belum ternoda ya seperti kata lagu lah. kalau aku perturutkan kata hati sepertinya aku sanggup hidup melajang dengan menhindari seks sebisanya, ya walau harus membenturkan kepalaku ke tembok jika hasrat itu begitu kuat.



    Beberapa bln yang lalu aku berkenanalan dengan seorang perempuan, dia cantik, berpendidikan, dari keluarga yang baik dan aku juga tertarik padanya, kayaknya dia pun begitu. keluarga kami dari kedua belah pihak juga sangat menyokong hubungan kami. Munggkin dalam beberapa waktu kedepan kami akan naik kepelaminan. Namun dibalik harapan yang indah ini aku masih menyimpam kegelisahan, tentang sisi gelap lain dihatiku. Alangkah tidak adilnya apa bila kami bercinta aku memikirkan orang lain( orang itu laki-laki) .

    Hal tersebut membuat aku gelisah dan sangat takut, Disatu sisi aku ingin mempunyai keluarga yang sakinah, disisi lain aku mendambakan perselingkuhan yang masyaallah tidak akan bisa dimaafkan oleh keyakinan, dan orang orang yang ada disekitarku. Semoga ada yang dapat memberikan aku sebuah nasehat yang bisa menyejukan hatiku



    Musafir:

    Semoga rahmat Allah senantiasa menaungi setiap langkah kaki kita...(amiiinnnn) Perjalanan hidup yang panjang membawa kaki ini mampir di milis ini.... semoga keberadaan diri yang lemah ini dapat memberi manfaat bagi orang lain. Buat moderator..salut atas usahanya membuat milis ini ..(baik hijrah dan back2fitrah) dan buat rekan-rekan member disini salam kenal dari seorang musafir yang selalu berjalan mencari hikmah dari sebuah hidup.

    Gelombang hidup telah mendapamparkan saya ke sebuah pulau yang di kelilingi para kaum pencinta sesama jenis. Bahkan teman karib yang ku percayai akhirnya mengungkapkan "cintanya " yang terlarang pada diri yang hina ini. kaget..shock..dan heran adalah perasaan pertama yang hinggap di hati. tadinya cibiran bahkan kecaman pedas keluar dari lidah yang tak bertulang ini. namun akhirnya mau juga raga menerima fenemona ini ketika salah seorang adik, saya dapati adalah seorang homoseksual. Perih saya rasakan mungkin seperih perasaan orang tua yang melahirkan. namun itulah kenyataan yang mesti di hadapi.



    Dari rasa itu lahir simpati untuk menelusuri jejak-jejak homoseksual dalam kehidupan. begitu kompleks dan beragam.pernah kutelusuri gelapnya tamang lawang atau hiruk pikuk tegal lega.... seputaran malioboro bahkan alun-alun keraton menjadi teman hanya untuk mencari sosok sang "pencinta" namun yang kutemui justru dunia yang semakin kelam. banyak yang menjual "ke homoannya " banyak pula yang bersembunyi di balik dasi atau seragam kedokterannya. bermain dengan fragmen kehidupan sering menjadi pilihan yang tak mengenakan.

    Pejabat, wartawan,.tukang koran atau mahasiswa..itu hanyalah jaket kulit yang mencoba mengecohkan dunia....namun dalam hati yang dalam menangis-nangis..berteriak...merintih....dan merintih... sering rintihan itu lebih dahsyat ketika kekecewaan menaparnya dalam kehidupan percintaaanya... Namun tidak sedikit yang menyesali kenapa harus jadi begini. mencari kambing hitam ataupun putih tidak menyelesaikan masalah karena kambing itu dalam hati kita sendiri hidup dalam dua dunia...bukannlah jalan keluar.... persoalannya...apakah kita ikhlas melepaskan dunia selama ini telah menjadi mimpi-mimpi indah dalam tidur malam kita. ataukah jiwa ini ingin terus mengelana mengecap nista yang tak akan pernah habisnya....



    Saudaraku sekalian... tulisan ini telah lama terpahat dalam sanubariku tulisan yang tak pernah tersampaikan karena sahabat yang di tujukan telah terbujur kaku dalam mencari cintanya... teruslah bersabar dengan cobaan ini yakinlah Allah mempunyai rencana-rencana yang indah dari kesabaran kita. Semoga kita tidak tersesat dalam mencari cinta yang sejati



    Tedja:

    saya baru membaca beberapa tulisan dari rekan2 semua. ada bermacam2 perasaan yg timbul, haru, kagum, lucu dan juga sedih. namun ada satu hal yg membuat saya bersyukur bisa bergabung di mailing list ini yaitu inspirasi untuk berhijrah yg semakin kuat. beberapa tulisan yg saya baca membuat saya semakin yakin dg langkah berhijrah dan saya ternyata memiliki rekan2 yg dapat membantu saya ke arah sana. saat saya memulai ikut mailing list "cybercloset", saya juga senang karena bisa bercerita dan berdiskusi banyak hal yg laen dari biasanya. namun disini saya merasakan suasana lain yg lebih hangat dan insya Allah, lebih baik lagi.

    saya melewati bulan syawal ini dengan hal yg terburuk yg pernah saya lakukan. dan saya anggap itu sudah cukup. saya memiliki teman baik yg begitu saya "idam-idam"kan sejak dulu. tetapi setelah menjadi kenyataan, ternyata kenyataan tidak seindah bayangan. padahal bayangan ini yg membuat saya beberapa kali tercegah untuk segera berhijrah. setelah kejadian ini, saya semakin yakin bahwa saya tidak menikmati kehidupan gay. ini bukan jalan terbaik bagi saya.

    saya memiliki pengalaman yg tidak jauh berbeda dengan rekan2 semua. saya mulai sadar bahwa saya menyukai sesama sejak saya masih kecil. saat kecil, saya secara tidak sadar telah tertarik dg teman bermain saya. saya sering mencium teman lelaki saya karena dia begitu wangi, saya tidak tau apakah itu sudah menjadi salah tanda. terus terang, perkembangan masa kecil saya tidak terlalu sehat, dalam arti sebagai lelaki saya tidak mendapat lingkungan yg sesuai sebagai lelaki, terlalu banyak perempuan dilingkungan saya. mungkin bila saya tidak lahir di keluarga dan lingkungan saya saat ini, saya memilih jalan seperti teman2 yg lain utnuk menjadi waria. namun saya bersyukur memiliki keluarga dan teman2 yg mengingatkan saya, meski kadang terasa sakit saat mendengarkan peringatan tersebut.



    saat sd dan smp, saya terobsesi pada bapak saya sendiri :) dan juga kepada guru skolah saya. saat sd pun saya sudah memiliki ketertarikan secara sexual kpd sesama jenis. namun disamping itu saya masih memiliki rasa cinta dan ketertarikan kepada lain jenis, tp secara sexual tidak terlalu besar. saya bersyukur bahwa tidak ada orang dewasa yg memperlakukan saya dengan tidak baik (tidak mengalami pelecehan sexual), tetapi seingat saya, ternyata saat kecil saya sering bermain dg teman dan sepupu lelaki ke arah awal kehidupan gay (misal saling berpelukan erat sperti gulat, berguling gulingan, adegan pemerkosaan, m...hehehe...... meski tidak smpe terlalu jauh.....saya jadi berpikir... apakah temen dan sodara saya tersebut memiliki perasaan sperti saya ya??)

    terus terang, saya merasa tertekan selama sd - kuliah. dalam arti, saya tidak bisa mengekspresikan keinginan saya dan harus memendam sndirian perasaan saya. apalagi saat kuliah, saya menemukan orang2 yang menarik dan membuat saya jatuh cinta. saya merasa tidak adil saat saya tdk bisa merasakan "keindahan" cinta tersebut dan merasa kesakitan dan menangis sndiri memendam perasaan tsb demi menahan hasrat. saat saya mulai mengenal internet dan chanel gim, ternyata saya harus melewati masa2 gelap (yg sampe saat ini masih terasakan). antara penyesalan dan tidak, saya harus mengalami masa buruk dan indah menjalani kehidupan gay. ternyata setelah mengalami dan melakukan hubungan sebagai homosexual, akan terasa berat untuk melepasnya. seprti yg dikatakan pak ustadz, seorang pezina itu yang dipikirkan ya hanya zina saja. demikian jg saya, dan beberapa temen seprti ini yg saya kenal. 24 tahun saya menjadi gay, dan 3 tahun saya menjalani kehiudupan gay buat saya sudah cukup untuk memutuskan bahwa saya tidak menikmati kehidupan seperti ini. meski keinginan itu sudah berkali2 datang dan pergi, maju dan mundur, saya pikir........ saat inilah momen bagi saya untuk segera berhijrah.



    namun, saya sangat sadar bahwa saya tidak akan mudah melewatinya. saya kagum dengan rekan2 yg masih kuat bertahan untuk tidak dikalahkan oleh nafsu liwath. saya berharap bisa menjadi salah satu dari rekan2 yang bisa berhijrah dan menganggap nafsu liwath ini sebagai angin lalu saja, yang hanya menggoda untuk sesaat.

    saya harap rekan2 semua bisa menjadi teman terbaik saya untuk berusaha kearah yg lebih baik. terima kasih :)

    http://www.oocities.org/hijrah_web/html/diskusi002.htm
  • kerna gk pake rok mini;
    gk pake ap2..

    @REMkaki
    @NanoB


    kisah Hidup Kami

    Gaymuslimus:

    Bagi saya kesadaran bahwa Saya Gay sepertinya melekat begitu saja tanpa ada suatu kejadian yang istimewa. Saya lebih merasa bahwa saya merasa gay karena saya merasa tidak mampu menjadi lelaki sejati. dan ketika saya menikah perasaan itu tidak serta merta menghilang.

    Edi Jaka:

    Saya senang ketika bisa menemukan group ini. Saya sendiri juga masih bingung dan terkatung-katung memikirkan kondisi saya. Tapi saya adalah orang yang sangat percaya pada takdir. Semuanya ada di tangan Allah SWT.

    Pada waktu saya masih di Indonesia dan kuliah di Sumatra, tidak terpikir bahwa saya akan menginjakan kaki disana. Saya tamat SMA di Jakarta. Saya hanya berfikir, Mungkin Allah SWT punya rencana lain untuk saya yang saya tidak tahu. Waktu KKN, saya bertemu dengan seorang gadis manis. Saya sempay berfikir, mungkin inilah jodoh saya. Namun ketika saya pulang ke rumah orang tua di Bogor untuk lebaran, dia mengirim surat dan seluruh anggota keluarga tahu. Akhirnya orang tua saya tidak setuju dan menyuruh saya pulang setelah selesai kuliah. Lalu saya bekerja di Jakarta. Allah punya rencana buat saya.



    Setelah hampir 3 tahun tinggal dengan orang tua, saya diberu kesempatan oleh Allah SWT untuk meneruskan studi master. Dan setelah itu, bekerja di Amerika. Kondisi di Amerika telah mengubah hidup saya secara drastis. Banyak sekali Gay, dan karena Allah menganugrahkan saya dengan wajah yang agak bagus (Alhamdulillah, ngga' GR) banyak yang tertarik. Namun disatu sisi saya juga punya masalah denga PD (Saya kurang PD).

    Saya tidak tahu, apakah keberadaan saya di USA merupakan ujian, atau memang Allah menghendaki saya menjadi seorang GAY. Suatu malam sebelum tidur saya berdoa "YA ALLAH, KALAH MEMANG ENGKAU MENGHENDAKI SAYA MENJADI GAY, BIARKANLAH SAYA MENJALANINYA DENGAN TENANG. TAPI KALAU ENGKAU TIDAK MENGHENDAKI DEMIKIAN, BERIKANLAH SAYA KEKUATAN UNTUK TIDAK MENJADI GAY".

    Dalam tidur saya bermimpi bertemu dengan sseseorang yang mengatakan bahwa dia dulunya adalah Gay. Tapi sekarang dia tidak menyukai Pria sama sekali.



    Saya percaya bahwa Allah memiliki kekuasaan dan kekuatan yang tiada terbatas. Namun saya juga percaya bahwa Allah tidak akan merubah nasib kita kalau kita tidak berusaha untuk merubahnya. Wallahualam Bissawad.




    DS:

    Saya seorang gay berumur diatas 40 tahun. Lahir dari keluarga tentara yang keras, dan tidak pernah mau menerima kata2 'banci, gay, homo', dan semua label2 yang berorientasi penyimpangan gender. Saya dilahirkan Islam, tetapi saya dididik secara katolik.

    Waktu kecil saya termasuk pintar tapi gemulai. Dari kecil saya dipanggil dengan sebutan yang menyakitkan 'banci, waria, wadam' sehingga sampai saat ini rasa sakit itu tidak pernah hilang. Saya berusaha untuk bertingkah laku laki2, menyukai hal-hal yang hanya dilakukan oleh laki2. Akhirnya saya mampu sampai hampir 80% tidak bertingkah feminin. Malahan saya menjadi gemar olah raga dan benci hal2 yang bersifat kewanitaan. Tapi satu hal yang tidak hilang adalah naluri saya untuk menyukai sesama laki2.



    Saya pernah putus asa bahkan ingin mengakhiri hidup, namun suatu ketika saya seolah mendapat kekuatan ketika saya berdoa dan seolah mendapat jawaban. Bahwa kalau Tuhan menginginkan kita menjadi laki2 murni dia akan memberikan keajaiban, seandainya tidak saya akan tetap menjadi seorang gay syaratnya harus menjadi gay yang baik. Saya ingat itu menjadi kekuatan saya untuk terus, saya berusaha menjadi seorang gay yang baik dan alhamdulillah saya bukan orang yang suka mengumbar nafsu, saya berdoa agar diberikan teman hidup (wanita ataupun pria).



    Akhirnya saya dipertemukan dengan seseorang yang sangat saya cintai (pria tentunya) dan kami sudah tinggal bersama selama lebih dari 20 tahun. Awalnya hubungan kami sama halnya seperti hubungan2 lainnya penuh dengan cobaan, namun kami dapat melaluinya dan kini kami bagaikan saudara kandung yang sulit dipisahkan dan seluruh keluarga kami mendukung hubungan ini.

    Saya tahu pengetahuan saya tentang agama sangat minim tetapi saya percaya Tuhan itu maha adil dan penuh pengertian Ia tidak menilai kita secara hitam putih, jahat atau baik.



    Handy:

    Saya 42 tahun, dengan pengetahuan agama yang minim, dan berusaha untuk selalu belajar..

    Saya beristri dan berpacar pria.. istri saya mengerti ke-gay-an saya, saya tidak pernah menggauli dia meskipun sudah lebih dari 15 tahun menikah, dia berfikir bahwa saya adalah memang jodohnya, dan dia menerima apa adanya, karena itu adalah suratan NYA.. meskipun saya tidak mengesampingkan faktor lingkungan yang akan menjudge dia sebagai janda cerai.. sehingga ia mempertahankan perkawinan ini.. sementara saya selalu merasa bersalah telah menikahinya dan menelantarkannya dari segi kebutuhan biologis.. beberapa kali pernah saya katakan padanya, bahwa ide perpisahan harus dari pihaknya..



    Perlu dicatat, saya TIDAK MAMPU mengauli istri saya.. bukan berarti saya tidak pernah mencoba.. lain jika berhadapan dengan pacar pria saya..Hubungan saya dengan istri cukup rumit.. antara tahu, tidak tahu, tidak mau tahu, dan concern kegiatan ke-gay-an saya..

    Sedangkan saya sendiri, sewaktu sebelum menikah, bisa dikatakan belum mengerti seluruhnya tentang apa itu gay..Saya sudah mencoba untuk tidak berhubungan badan (dan bathin) dengan pria.. ternyata membuat hidup saya menjadi sangat menderita.. saya selalu berfikir, apakah saya sebagai gay, saya tidak berhak untuk mendapatkan kepuasan seks, karena saya tidak mampu dengan wanita.. sedangkan pria, katanya haram..



    Saya merasa bahwa ke-gay-an saya ini "halal' karena ketidak sanggupan saya dengan wanita.. dan juga ke tenteraman saya saya dapat dari pacra pria saya..

    Pelu pula di ketahui, saya tidak fiminin, sama serperti mas DS, saya hingga kini pun selalu berusaha bertingkah laku maskulin, malah postur tubuh dan wajah saya mengukung hal itu.. Alhamdulillah…Meskipun saya pernah tinggal di Amerika total selama kira-2 7 tahun, tapi bukan hal itu yg membuat saya gay..



    Cahaya:

    Menarik sekali mendengar sharing cerita2x dari teman2x dalam menghadapi ke-gay-an masing2x ... terus terang saya sendiri sih belum bisa menemukan solusi dari masalah ini and probably it is just meant to be like this ... yaitu ya kita ini memang di chalange sama the Creator dengan keterbatasan kita sebagai Gay utk tetap bisa mendapatkan Ridho-Nya ...

    Saya sendiri sih memang sampai sekarang (Alhamdulillah) belum pernah berhubungan dg pria (both phisically and emotionally) tapi frankly speaking ... rasa utk ingin bersama laki2 & ketertarikan dg laki2x sangat2x besar ...



    Pengalaman saya sih dalam menghadapi ini cuman mencoba banget untuk bisa hidup Ikhlas & Ridho dengan keadaan saya ... & saya percaya bgt kalao Allah SWT sebenernya punya rencana yang jauh lebih baik utk saya ... oh iya berdoa itu juga bener2x helps a lot ... selain itu juga mencoba utk menempatkan akhir tujuan bukan ke sorga atau neraka tapi giman cara utk mendapatkan Cinta-Nya yg hakiki ...



    Pribadoss:

    Salam kenal bagi semuanya, especially 4 moderator and rekan2 yang senantiasa memberikan pendapat, pemikiran dan nasehat dan renungan buat kita semua, semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlipat ganda dan tetap meluruskan niat untuk saling menasehatI di jalan kebenaran.

    saya pria 22 th , terjerumus atau mungkin lebih tepatnya menjerumuskan diri ke dalam dunia g sudah 3 tahun. sebenarnya aku merasakan tertarik sesama jenis sejak usia baligh, namun merasakan hubungan sesama jenis yang sebenarnya sejak smt 2 kuliah.sekali terjerumus tidak mudah untuk keluar dari jurang kenistaaan itu, aku tidak bisa membendung hasratku yang selalu menggebu untuk melakukannya, dan itu terjadi karena partnerku adalah temenku sendiri yang sehari-harinya dekat dan selalu ada kesempatan untuk melakukannnya.



    Upayaku untuk keluar dari jurang semua sia-sia. SELAIN sholat puasa sunah kadang saya jalankan, begitu juga pengajian2 dan muhasabah sering saya ikuti. Namun penyesalan hanya saat kegiatan ritual saja dan bertahan hanya beberapa hari bahkan dalam hitungan jam. Begitu hasrat datang dan ada kesempatan perbuatan laknatullah itu lagi-lagi saya lakukan.



    Komitment demi komitment telah berpuluh2 kali aku nyatakan dengan partnerku namun selalu aku langgar, dan akulah yang tersering melanggarnya. karena memang temenku agak pasif namun tdk bisa menolak ajakannu dan kadang2 aku memaksanya. So... komplit sudah dosa2 ku, menggunung....

    TOBATKU HANYA TOBAT SAMBAL, SETIAP PENYESALAN SELALU KUIRINGI DENGAN PENGULANGAN DOSA. HARUS BAGAIMANAKAH SAYAAA???? I wanna to be a normal. Saya tidak mau jadi kaum nabi Luth yang dilaknat Allah SWT, AKU PINGIN BAHAGIA DUNIA WAL AKHIRAT. ADAKAH YANG BISA MENOLONG SAYA?????



    Rina:

    Kenalkan, namaku Rina, crossdresser. Aku baru aja daftar di group ini. Mungkin masalahku agak beda dikit dengan teman-teman disini, maksudku nambah dikit, karena aku suka tampil sebagai perempuan, tapi kupikir ujung-ujungnya rada sama khan? tapi aku bukan seperti yang di jalanan lho, sehari-hari yaa sebagai cowok, paling aku dandan kalo pergi / pulang kerja, sambil nikmatin macet yang parah di Jakarta ini he he...

    Aku tahu hal ini salah, tapi tentu sulit untuk merubahnya dalam sekejap, karena hal ini sudah berjalan sejak aku kecil, jadi aku butuh waktu dan banyak hal untuk meluruskannya, realistis aja, aku cuma bisa berharap enggak tambah parah aja, itupun rasanya berat banget..



    Aku udah nikah, dgn perempuan beneran, dan alhamdulillah berjalan dengan baik. Istriku tahu kebiasaanku ini, sampai sekarang, kadang kita jalan-jalan sebagai dua perempuan dan malahan yang ajari aku dandan yaa dia sendiri he he... dan itu sejak kami pacaran dulu, cuma aku dan dia ada comitment bahwa aku enggak boleh pacaran sama cowok (lagi), kalo temenan sih boleh aja. So, itu sebabnya aku ingin ikutan berbagi pengalaman dengan teman-teman disini.

    Aku ketemu istri waktu kuliah, dan dia udah tahu sejak saat itu. Kadang aku jemput dia dengan dandanan perempuan, dan aku bersyukur dapat istri yang pengertian seperti dia. Apa lagi aku bekerja di perusahaan pertambangan swasta, yang banyak lakinya. Tapi syukur sampai saat ini aku masih bisa pegang komitmen dengan istriku, walau jujur aja, godaan itu pasti ada aja tuh..



    Wira:

    aku Wira, 29 th, beberapa tahun lalu aku sengaja mau ditemaptakan disebuah camp kilang minyak di riau, sehingga jika buka jendela kamar hanya melihat hutan dan monyet-monyet bergelantungan, memang hasrat iru tetap ada tapi karena keadaan tak memungkinkan.

    Selama delapan bulan aku merasa terbebas, tapi ketika ke bandung, aku ga bisa menahan diri dan terjadi lagi dan sampai punya pasangan tetap, sebelum akhirnya dia menikah. aku semapt kehilangan arah, sebelum akhirnya kembali membuang diri di balikpapan, sembuh total sih nggak, tapi secara bertahap berus menurangi kontak secara seksual, dan bahkan berani show up pun hanya pada beberapa orang teman dekat saja.



    kareana saya sadar diri ini ada kekurangan, maka sekarang saya berusaha agar diri saya banyak bermanfaat bagi orang lain dari sisi yang lain, sehingga saya ikut kegiatan-kegiatan sosial, ada kepuasan bathin disana dan sedikit melupakan keadaan diri...

    sampai suatu ketika aku tak pernah henti berharap ketika aku dapat menikah, berkeluarga dan punya anak....

    Need More:



    Sekilas ttg saya ;
    Saya berumur 23 th. Sejak masa baligh dulu, saya menyadari bahwa diri saya gay .Tetapi saya sendiri nggak tau yang namanya dunia gay dan orang² di dalamnya (apalagi sampai beraktifitas secara seksual). Yaa, paling saya mengetahui dunia gay dari rubrik²/ opini di media umum saja (koran, televisi, etc.).

    Nah, kira² 1,5 th yang lalu, saya mulai menelusuri apa sih dunia gay melalui internet. Tapi yang terjadi malah kesesatan yang saya temui (naudzubillah), saya mulai terjerumus.. (- - ;). Keinginan untuk berjalan di jalan yang benar kemudian selalu muncul, tapi selalu terkalahkan, sampai saya menemui milis ini.

    Memang, saya nggak pernah beraktifitas secara fisik, tapi saya sudah merasa berdosa sekali atas hal² tsb (meskipun dlm kehidupan maya saja). Pergolakan selalu terjadi sampai sekarang, saya selalu berusaha mencari aktifitas lain, yaa.. diantaranya dengan aktif di milis ini.



    Ronald:

    Pengalaman pribadi, gak ada yang istimewa. Cuma yah, seperti sebagian teman2, saya sering diejek ke-wanita2an, baik ngomong, sikap, hobi, dlsb. Dan catat, saya adalah anak bungsu dari 3 bersaudara. So, memang kasih sayang orang tua yang terlalu memanjakan, juga ikut andil dalam membentuk kepribadian saya seperti sekarang ini.

    Walaupun begitu, saya tidak ingin sikap saya ini berlarut2, seiring bertambahnya umur. So, step by step, prilaku saya ini saya eliminir, walaupun ketertarikan terhadap pria2 macam Adjie Pangestu, Hudi Prayoga, dlsb masih begitu besar. ‘Untungnya’, masih sebatas khayalan. Bahkan saya pernah mimpi dengan ayah saya, for God’s sake. How paethatic, isn’t it?



    Jadi saya sangat mengharapkan forum ini dapat sedikit demi sedikit mengalihkan kalau bisa menyadarkan saya akan sifat saya selama ini. Saya percaya akan kemauan berubah itu ada pada setiap orang, cuma keinginan untuk memulai itu yang berat. Mengutip pesan Aa Gym: Mulailah dari yang kecil, mulailah dari diri sendiri, mulailah dari saat ini. Setuju? So, mari dengan adanya forum ini, kemauan kita untuk berubah kita pupuk perlahan tapi pasti.

    Terus terang, seperti tumbuh rasa persaudaraan saya setelah masuk grup ini. Kalau saya pengajian dengan teman2 pria lain, rasa persaudaraan itu belum tumbuh di hati saya, karena saat mereka sedikit menyentil soal wanita, saya jadi risih dan kaku. Jadi, di sinilah saya merasa dapat merasakan adanya persaudaraan itu, seperti yang sering di-dengung2kan oleh agama ‘rahmatan lil alamin’ ini. Jadi, saya harap persaudaraan di forum ini dapat berlanjut dalam waktu lama.



    Pitusiji:

    Senin 23 juni saya menemukan milist ini.
    seperti hari sebelumnya, selasa 24 juni saya terlalu enggan untuk meninggalkan kursi kerja hingga jam 10 malam, demi untuk mengenal mas mqzf, mas wastu, mas semperfy, denger cerita mas handy, mas ds, mas cobatry, dan banyak saudaraku lagi. (maaf..semua saya panggil mas.) Kalau saja bukan karena istri dan dua anakku menunggu, aku tidak akan pulang sampai pagi untuk mengkhatamkan milist ini.

    Dalam perjalanan pulang ke rumah saya berfikir, mungkinkah ini petunjuk dari Allah untuk saya bisa menemukan teman - teman yang seiman, bernasib sama, dan bisa saling mengingatkan untuk menjalani hidup yang lebih baik. Ingin rasanya segera kenal dengan saudara semua, meski sempat saya pertimbangkan untuk tidak segera bergabung, karena khawatir saya justru akan tergoda untuk kenal fisik dengan teman - teman dan tidak akan sehat buat saya.



    rabu 25 juni, saya tidak sabar menunggu jam 6 sore, saat teman kerja meninggalkan ruangan ini dan saya bisa dengan leluasa menemui saudaraku tanpa harus takut terlihat orang lain. akhirnya .. DENGAN NAMA ALLAH, SAYA PUTUSKAN UNTUK BERGABUNG. Semoga bisa diterima dengan baik oleh saudaraku semua. amin.

    panggil saja saya pitusiji, karena saya beretnis jawa dan lahir tahun tujuh satu. saya tinggal di jakarta, menikah 4 tahun lalu, dan sudah punya sepasang anak. ( jangan ngiri ..). Saya memliki kecenderungan G sejak masih remaja ( bahkan anak). Tanpa saya cerita, pasti saudara semua sudah bisa menebak kalau hidup saya sangat tidak nyaman. Tanpa saya perlu cerita, pasti saudara semua bisa membaca galau yang saya rasakan. (pasti nggak ngiri ..)

    Tapi saya ingin menghibur saudara semua dengan cerita - cerita indah saya.
    Manis sekali rasanya, saat anak cantik pertama saya menelepon dari rumah saat jam kerja, dan dengan manjanya dia memesan untuk dibawakan coklat sepulang kerja. Lucu sekali rasanya, saat istri shalihahku bercerita si kecil sudah bisa menggigit kakanya saat berebut mainan. harmonis sekali rasanya, saat kami berempat pergi ke arisan keluarga menggunakan baju dengan warna yang sama. dan saya tidak akan kehabisan cerita yang lebih indah jika saudara - saudara masih ingin mendengarkannya.



    tapi .....
    saya tidak berani mengatakan bahwa hidup saya sepenuhnya bahagia. sakit sekali rasanya, ketika saya tanpa sadar cemburu melihat staff pria saya berjalan dengan pacarnya. ( kok aneh, emangnya saya siapanya..?). miris rasanya, saat terbangun karena mimpi basah, tapi bukan wanita yang ada di mimpi saya. begitupun, saya tidak akan kehabisan cerita yang lebih pedih kalau saudaraku masih sanggup mendengarnya.

    Alhamdulillah, 25 juni jam 10 malam saya sudah menuliskan ini, dan akan segera pulang meskipun sudah satu jam lewat istri saya menunggu saya menepati janji sampai di rumah. Kalau saudara bisa menerima saya, saya berharap tidak ada lagi rasa cemburu yang salah alamat, tidak ada lagi mimpi basah yang salah skenario.
    mohon bantu saya.



    Andy Satria:

    Banyak hal yang ingin ku ceritakan pada orang orang, tapi aku tidak berani mengungkapkanya. karena begitu berat bagiku.

    Aku dilahirkan sebagi anak ke 2 dari 4 bbersaudara. Alhamdulilah aku bisa mendapat pendidikan yang baik. Lingkungan kami sangat tradisional dan sangat religius walau aku sebenarnya belumlah menjalankan perintah agama dengan sepurna.

    Secara fisik tidak ada yang kurang pada diriku, aku berhasil menyelesaikan pendidikan dengan nilai yang menurutku cukup bagus walau tidak jadi yang terbaik. Dengan modal pendidikan yang ada pada ku insyaallah aku tidak perlu takut dengan kekurangan materi, walau nantinya tidak juga bisa jadi orang yg kaya-kaya amat



    Permasalahanya pada diriku sekarang, telah tiba saatnya bagiku untuk membentuk keluarga sendiri. kalau kata orang aku emangnya mau apa lagi? Namun orang disekitarku tidak tahu apa yang ada dalam batinku. dalam diriku. Disatu sisi dalam hatiku aku meyukai sesama jenis. Namun dari didikan yang aku dapatkan selama ini hal ini tidak lah pantas aku ikuti.

    Walau dorongan ini telah aku rasakan sejak masa pubertas Allah masih menjagaku sehingga aku masih dapat menjaga diriku dengan baik. Ya hingga sekarang aku belum ternoda ya seperti kata lagu lah. kalau aku perturutkan kata hati sepertinya aku sanggup hidup melajang dengan menhindari seks sebisanya, ya walau harus membenturkan kepalaku ke tembok jika hasrat itu begitu kuat.



    Beberapa bln yang lalu aku berkenanalan dengan seorang perempuan, dia cantik, berpendidikan, dari keluarga yang baik dan aku juga tertarik padanya, kayaknya dia pun begitu. keluarga kami dari kedua belah pihak juga sangat menyokong hubungan kami. Munggkin dalam beberapa waktu kedepan kami akan naik kepelaminan. Namun dibalik harapan yang indah ini aku masih menyimpam kegelisahan, tentang sisi gelap lain dihatiku. Alangkah tidak adilnya apa bila kami bercinta aku memikirkan orang lain( orang itu laki-laki) .

    Hal tersebut membuat aku gelisah dan sangat takut, Disatu sisi aku ingin mempunyai keluarga yang sakinah, disisi lain aku mendambakan perselingkuhan yang masyaallah tidak akan bisa dimaafkan oleh keyakinan, dan orang orang yang ada disekitarku. Semoga ada yang dapat memberikan aku sebuah nasehat yang bisa menyejukan hatiku



    Musafir:

    Semoga rahmat Allah senantiasa menaungi setiap langkah kaki kita...(amiiinnnn) Perjalanan hidup yang panjang membawa kaki ini mampir di milis ini.... semoga keberadaan diri yang lemah ini dapat memberi manfaat bagi orang lain. Buat moderator..salut atas usahanya membuat milis ini ..(baik hijrah dan back2fitrah) dan buat rekan-rekan member disini salam kenal dari seorang musafir yang selalu berjalan mencari hikmah dari sebuah hidup.

    Gelombang hidup telah mendapamparkan saya ke sebuah pulau yang di kelilingi para kaum pencinta sesama jenis. Bahkan teman karib yang ku percayai akhirnya mengungkapkan "cintanya " yang terlarang pada diri yang hina ini. kaget..shock..dan heran adalah perasaan pertama yang hinggap di hati. tadinya cibiran bahkan kecaman pedas keluar dari lidah yang tak bertulang ini. namun akhirnya mau juga raga menerima fenemona ini ketika salah seorang adik, saya dapati adalah seorang homoseksual. Perih saya rasakan mungkin seperih perasaan orang tua yang melahirkan. namun itulah kenyataan yang mesti di hadapi.



    Dari rasa itu lahir simpati untuk menelusuri jejak-jejak homoseksual dalam kehidupan. begitu kompleks dan beragam.pernah kutelusuri gelapnya tamang lawang atau hiruk pikuk tegal lega.... seputaran malioboro bahkan alun-alun keraton menjadi teman hanya untuk mencari sosok sang "pencinta" namun yang kutemui justru dunia yang semakin kelam. banyak yang menjual "ke homoannya " banyak pula yang bersembunyi di balik dasi atau seragam kedokterannya. bermain dengan fragmen kehidupan sering menjadi pilihan yang tak mengenakan.

    Pejabat, wartawan,.tukang koran atau mahasiswa..itu hanyalah jaket kulit yang mencoba mengecohkan dunia....namun dalam hati yang dalam menangis-nangis..berteriak...merintih....dan merintih... sering rintihan itu lebih dahsyat ketika kekecewaan menaparnya dalam kehidupan percintaaanya... Namun tidak sedikit yang menyesali kenapa harus jadi begini. mencari kambing hitam ataupun putih tidak menyelesaikan masalah karena kambing itu dalam hati kita sendiri hidup dalam dua dunia...bukannlah jalan keluar.... persoalannya...apakah kita ikhlas melepaskan dunia selama ini telah menjadi mimpi-mimpi indah dalam tidur malam kita. ataukah jiwa ini ingin terus mengelana mengecap nista yang tak akan pernah habisnya....



    Saudaraku sekalian... tulisan ini telah lama terpahat dalam sanubariku tulisan yang tak pernah tersampaikan karena sahabat yang di tujukan telah terbujur kaku dalam mencari cintanya... teruslah bersabar dengan cobaan ini yakinlah Allah mempunyai rencana-rencana yang indah dari kesabaran kita. Semoga kita tidak tersesat dalam mencari cinta yang sejati



    Tedja:

    saya baru membaca beberapa tulisan dari rekan2 semua. ada bermacam2 perasaan yg timbul, haru, kagum, lucu dan juga sedih. namun ada satu hal yg membuat saya bersyukur bisa bergabung di mailing list ini yaitu inspirasi untuk berhijrah yg semakin kuat. beberapa tulisan yg saya baca membuat saya semakin yakin dg langkah berhijrah dan saya ternyata memiliki rekan2 yg dapat membantu saya ke arah sana. saat saya memulai ikut mailing list "cybercloset", saya juga senang karena bisa bercerita dan berdiskusi banyak hal yg laen dari biasanya. namun disini saya merasakan suasana lain yg lebih hangat dan insya Allah, lebih baik lagi.

    saya melewati bulan syawal ini dengan hal yg terburuk yg pernah saya lakukan. dan saya anggap itu sudah cukup. saya memiliki teman baik yg begitu saya "idam-idam"kan sejak dulu. tetapi setelah menjadi kenyataan, ternyata kenyataan tidak seindah bayangan. padahal bayangan ini yg membuat saya beberapa kali tercegah untuk segera berhijrah. setelah kejadian ini, saya semakin yakin bahwa saya tidak menikmati kehidupan gay. ini bukan jalan terbaik bagi saya.

    saya memiliki pengalaman yg tidak jauh berbeda dengan rekan2 semua. saya mulai sadar bahwa saya menyukai sesama sejak saya masih kecil. saat kecil, saya secara tidak sadar telah tertarik dg teman bermain saya. saya sering mencium teman lelaki saya karena dia begitu wangi, saya tidak tau apakah itu sudah menjadi salah tanda. terus terang, perkembangan masa kecil saya tidak terlalu sehat, dalam arti sebagai lelaki saya tidak mendapat lingkungan yg sesuai sebagai lelaki, terlalu banyak perempuan dilingkungan saya. mungkin bila saya tidak lahir di keluarga dan lingkungan saya saat ini, saya memilih jalan seperti teman2 yg lain utnuk menjadi waria. namun saya bersyukur memiliki keluarga dan teman2 yg mengingatkan saya, meski kadang terasa sakit saat mendengarkan peringatan tersebut.



    saat sd dan smp, saya terobsesi pada bapak saya sendiri :) dan juga kepada guru skolah saya. saat sd pun saya sudah memiliki ketertarikan secara sexual kpd sesama jenis. namun disamping itu saya masih memiliki rasa cinta dan ketertarikan kepada lain jenis, tp secara sexual tidak terlalu besar. saya bersyukur bahwa tidak ada orang dewasa yg memperlakukan saya dengan tidak baik (tidak mengalami pelecehan sexual), tetapi seingat saya, ternyata saat kecil saya sering bermain dg teman dan sepupu lelaki ke arah awal kehidupan gay (misal saling berpelukan erat sperti gulat, berguling gulingan, adegan pemerkosaan, m...hehehe...... meski tidak smpe terlalu jauh.....saya jadi berpikir... apakah temen dan sodara saya tersebut memiliki perasaan sperti saya ya??)

    terus terang, saya merasa tertekan selama sd - kuliah. dalam arti, saya tidak bisa mengekspresikan keinginan saya dan harus memendam sndirian perasaan saya. apalagi saat kuliah, saya menemukan orang2 yang menarik dan membuat saya jatuh cinta. saya merasa tidak adil saat saya tdk bisa merasakan "keindahan" cinta tersebut dan merasa kesakitan dan menangis sndiri memendam perasaan tsb demi menahan hasrat. saat saya mulai mengenal internet dan chanel gim, ternyata saya harus melewati masa2 gelap (yg sampe saat ini masih terasakan). antara penyesalan dan tidak, saya harus mengalami masa buruk dan indah menjalani kehidupan gay. ternyata setelah mengalami dan melakukan hubungan sebagai homosexual, akan terasa berat untuk melepasnya. seprti yg dikatakan pak ustadz, seorang pezina itu yang dipikirkan ya hanya zina saja. demikian jg saya, dan beberapa temen seprti ini yg saya kenal. 24 tahun saya menjadi gay, dan 3 tahun saya menjalani kehiudupan gay buat saya sudah cukup untuk memutuskan bahwa saya tidak menikmati kehidupan seperti ini. meski keinginan itu sudah berkali2 datang dan pergi, maju dan mundur, saya pikir........ saat inilah momen bagi saya untuk segera berhijrah.



    namun, saya sangat sadar bahwa saya tidak akan mudah melewatinya. saya kagum dengan rekan2 yg masih kuat bertahan untuk tidak dikalahkan oleh nafsu liwath. saya berharap bisa menjadi salah satu dari rekan2 yang bisa berhijrah dan menganggap nafsu liwath ini sebagai angin lalu saja, yang hanya menggoda untuk sesaat.

    saya harap rekan2 semua bisa menjadi teman terbaik saya untuk berusaha kearah yg lebih baik. terima kasih :)

    http://www.oocities.org/hijrah_web/html/diskusi002.htm
  • Memilih Jalan Hidup




    Semperfy:

    Barusan saya browsing ke sebuah situs islam yg juga melayani konsultasi. Tentu saja, kalau saya browsing ke sana, pasti mencari keyword tertentu: Homoseks. Singkatnya, dari bbrp konsulti yang masuk, semuanya mendapatkan jawaban yang sama: Homoseks itu dosa lho, wajib dihukum bunuh, pelakunya dilaknat Allah SWT, tidak selamat dunia akherat, dsb dst. Cuma ada sedikit tambahan kecil: Jika ada wanita yang mau menikahi dengan maksud membantu ke jalan yang benar, maka "...itu merupakan perbuatan yang mulia..." Wah, kalau itu sih, kita semua udah tahu!

    Mohon maaf kalau ada nada sinis dalam tulisan saya, tapi saya nggak bermaksud begitu, kok. Maksud saya mengangkat hal ini adalah untuk menggugah browser yang kebetulan membaca pesan ini agar tidak sekedar menggunakan ayat suci sebagai alat saja, namun juga sebagai sikap. Sesungguhnya kasih sayang Allah SWT mendahului kemurkaann-Nya, nama lembut-Nya jauh lebih banyak dari nama perkasa-Nya. Bukankah Allah menginginkan agar manusia juga memiliki sifat-Nya (meskipun tidak menggunakan "Maha"). Jika Ia Maha Pengasih, bukankah wajar jika Ia menginginkan hamba-Nya menjadi pengasih juga bagi sesamanya?



    Hingga saat ini, setiap kali ada konsulti yang mengangkat masalah homoseksual, pasti kembalinya ke ancaman hukum. Padahal, Islam tidak hanya terdiri dari hukum. Ada juga toleransi, harapan, kasih sayang, belas kasihan, kesabaran, kepedulian, yang notabene --wah, kayaknya ini kata favorit saya hari ini-- juga dibutuhkan dalam mendekati dan merangkul sesama muslim yang kebetulan dalam hidupnya mendapati dirinya dicoba dengan dorongan homoseksual. (Saya tidak pandai menghafal ayat, moga-moga nggak salah kutip) Allah SWT pernah berfirman agar dalam menyeru kita tidak menggunakan kekerasan, karena para audiens bakal meninggalkan kita. Bukankah junjungan kita yang amat mencintai kita dan kita cintai, Muhammad SAW, tidak dengan serta merta melarang hari raya jahiliyah warga Yatsrib? Beliau memberitahukan adanya hari raya baru yang lebih baik!

    Jika boleh berpendapat, hukum dalam Islam tentu harus kita pegang sebagai konsekuensi keislaman kita. Namun dalam memperlakukan sesama saudara tentu kita tidak menunjukan wajah keras kita, jika kita memang peduli dan ingin agar mereka ikut ke jalan yang benar. Sebaliknya, mendengarkan dengan penuh perhatian untuk turut memahami pergulatan batin mereka (istilah kerennya, empati) tentu akan memperbesar kemungkinan keberhasilan dakwah, termasuk dalam masalah homoseksualitas ini. Ini tidak berlaku bagi para straight saja, tapi juga kita semua. Bukankah --diakui atau tidak-- sesekali kita juga gemas dan jengkel dengan sesama saudara yang masih asyik dengan ke- gay-annya? Semoga kemarahan kita (meskipun marah karena Alah) tidak menodai amar maruf nahi munkar kita...



    Semperfy:

    Sebenarnya ini pertanyaan yang wajib direnungkan oleh kita semua, tanpa memandang orientasi seksualnya. Apa yang sebenarnya kita inginkan? Kebahagiaankah? O, tentu. Siapa sih yang tidak ingin bahagia? Namun, apakah kebahagiaan itu? Hilangnya orientasi homoseksual dalam diri kita? Menikmati homoseksualitas tanpa terganggu oleh rasa bersalah dan kecaman masyarakat? Penerimaan oleh keluarga dan teman-teman atas kondisi kita? Diridhai Allah dan dimasukkan ke surga-Nya? Bersama kekasih yang kita idamkan (sesuai dengan orientasi seksual kita saat ini? Atau apa?

    Beberapa di antara kita merasa puas dengan apa yang dimilikinya saat ini, dan bagi mereka inilah kebahagiaan. Hidupku indah, demikian katanya. Sebagai muslim, tentunya kita tidak hanya menginginkan hidup yang indah, namun juga mati yang indah. Ironisnya, sering sekali kita harus memilih satu di antara keduanya. Nah, jika kita dihadapkan pada pilihan demikian, manakah yang harus diprioritaskan? Bisa jadi kita memiliki seorang kekasih (pria) yang amat kita cintai dan mencintai kita, keluarga menerima apapun yang membuat kita bahagia, masyarakat menghomati gaya hidup kita, lingkungan pekerjaan tidak melakukan diskriminasi berdasarkan kondisi kita. Dan semua itu bertahan hingga kematian. Itukah hidup yang bahagia? Jangan terburu-buru berkata tidak. Memang iya, itu hidup yang bahagia. Tapi tidak seperti dongeng yang diakhiri dengan "...dan mereka hidup berbahagia selamanya", kematian bukanlah garis finish dari riwayat kita. Itu hanyalah akhir masa kerja, dan dimulainya masa pensiun, dimana kita menerima apa yang sudah kita investasikan sebelumnya. Nah, bagaimana cara kita berinvestasi? Bagaimana kita bisa merasa yakin bahwa kita telah memilih investasi yang tepat?



    Kalau ditanyakan pada muhajirin --saya lebih suka istilah ini daripada gay muslim, karena muslim yang memiliki orientasi homoseksual biasanya tidak "gay" (ceria)-- dan para homoseks lainnya yang baru memulai perjalanannya di dunia homoseksual, mungkin menginginkan hilangnya homoseksualitas dan tumbuhnya heteroseksualitas dalam dirinya. Bisa dipahami, karena dengan itu, urusan bakal lebih gampang; Dengan menjadi straight, tentu kita tidak usah memusingkan: Bisa nikah apa nggak, ortu nanti bilang apa, apa pandangan masyarakat, takut dosa, dll. Masalahnya adalah, apakah menjadi straight berarti segala-galanya? Apakah dalam kondisi sebagai homoseks (bukan gay, lho ya) berarti tertutup kesempatan kita menjadi muslim, yang notabene menyebarkan keselamatan bagi semua umat? Apakah dengan menjadi straight, berarti tidak ada masalah?

    Teman-teman straight saya sendiri tidak bebas masalah: Pornografi, free sex, hingga yang bukan penyimpangan (tapi lumayan mengganggu juga), misalnya memiliki mitos bahwa homoseks itu agresif, suka menyodomi anak kecil, dll. Bukan berarti bahwa saya mencegah atau menganjurkan agar kita semua menyerah, tetapi saya rasa kurang bijaksana apabila kita membebani diri dengan target yang sulit dicapai dalam jangka pendek, sehingga mengabaikan kesempatan untuk menjadi seorang muslim. Jangan sampai kita terbebani dengan masalah, sehingga kita lupa bahwa masih ada tugas lain yang menunggu kita. Misalnya rekan kita gaymuslimus dan MJS yang berbagi pengalaman hidupnya di grup ini, mereka tidak menunggu "hilangnya mendung", tapi masih bisa berbuat sesuatu di bawah emndung itu.



    Semperfy:

    Manusia punya kecenderungan untuk membuat klasifikasi, mengkotak- kotakkan segala hal dan peristiwa ke dalam kategori-2. Hal ini memudahkan manusia untuk belajar dan mengambil sikap. Sayangnya, kemampuan yang semestinya digunakan untuk memahami dunia yang berwarna-warni, dikelirugunakan untuk melihat dunia dalam hitam dan putih saja.

    Dalam memandang homoseksualitas, orang awam cenderung untuk menggunakan pola pikir dikotomis: Dia jadi 'laki' atau 'perempuan'? Bagi mereka yang cukup kritis terhadap pergerakan gay dan lesbian, orang-orang yang seharusnya bisa memahami dunia dalam keberagamannya, ternyata masih juga menggunakan pola hitam putih: Yang bisa menerima kondisinya berarti adalah gay yang sehat, yang juga harus menikmati homoseksualitasnya, bercinta dengan sesama jenis, memiliki pasangan pria, dan ikut berjuang dalam membela perjuangan gay dan lesbian. Di luar kelompok ini adalah gay (?) yang tidak sehat, tidak menerima dirinya sendiri, selalu cemas dan menderita dalam keterasingannya, terlalu kaku mengadopsi norma yang dipaksakan masyarakat yang tidak manusiawi, dan segala hal yang negatif. Nah, yang manakah posisi kita? Haruskah kita memaksakan diri tunduk dengan aturan dikotomis ini dengan konsekuensi menyesuaikan diri dengan salah satu ciri kelompok, atau tetap mempertahankan hak kita untuk tetap memiliki karakter kita sendiri, yang berarti mungkin tidak masuk dalam kelompok manapun?



    Sebelum memutuskan, ada baiknya kita bertanya pada diri sendiri, pilihan kita ini berdasar apa? Wahyu tertulis? Introspeksi? Pembelaan diri? Tekanan masyarakat? Kampanye kelompok gay? Hasrat duniawi? Atau apa? Apa yang paling penting dalam hidup kita yang singkat ini? Mungkin kita tidak bisa memperpanjang hidup kita hingga 1000 tahun, namun hendaknya kita bisa memperlebarnya. Marilah, kita pandang dunia penuh warna melalui mata (kepala dan hati) pemberian-Nya.

    Wah, moga-moga saya nggak terlalu nyinyir, ya?



    DS:

    Saya seorang gay berumur diatas 40 tahun. Lahir dari keluarga tentara yang keras, dan tidak pernah mau menerima kata2 'banci, gay, homo', dan semua label2 yang berorientasi penyimpangan gender. Saya dilahirkan Islam, tetapi saya dididik secara katolik.

    Waktu kecil saya termasuk pintar tapi gemulai. Dari kecil saya dipanggil dengan sebutan yang menyakitkan 'banci, waria, wadam' sehingga sampai saat ini rasa sakit itu tidak pernah hilang. Saya berusaha untuk bertingkah laku laki2, menyukai hal-hal yang hanya dilakukan oleh laki2. Akhirnya saya mampu sampai hampir 80% tidak bertingkah feminin. Malahan saya menjadi gemar olah raga dan benci hal2 yang bersifat kewanitaan. Tapi satu hal yang tidak hilang adalah naluri saya untuk menyukai sesama laki2.



    Saya pernah putus asa bahkan ingin mengakhiri hidup, namun suatu ketika saya seolah mendapat kekuatan ketika saya berdoa dan seolah mendapat jawaban. Bahwa kalau Tuhan menginginkan kita menjadi laki2 murni dia akan memberikan keajaiban, seandainya tidak saya akan tetap menjadi seorang gay syaratnya harus menjadi gay yang baik. Saya ingat itu menjadi kekuatan saya untuk terus, saya berusaha menjadi seorang gay yang baik dan alhamdulillah saya bukan orang yang suka mengumbar nafsu, saya berdoa agar diberikan teman hidup (wanita ataupun pria).

    Akhirnya saya dipertemukan dengan seseorang yang sangat saya cintai (pria tentunya) dan kami sudah tinggal bersama selama lebih dari 20 tahun. Awalnya hubungan kami sama halnya seperti hubungan2 lainnya penuh dengan cobaan, namun kami dapat melaluinya dan kini kami bagaikan saudara kandung yang sulit dipisahkan dan seluruh keluarga kami mendukung hubungan ini.

    Saya tahu pengetahuan saya tentang agama sangat minim tetapi saya percaya Tuhan itu maha adil dan penuh pengertian Ia tidak menilai kita secara hitam putih, jahat atau baik.



    Handy:

    Saya 42 tahun, dengan pengetahuan agama yang minim, dan berusaha untuk selalu belajar.. Saya beristri dan berpacar pria.. istri saya mengerti ke-gay-an saya, saya tidak pernah menggauli dia meskipun sudah lebih dari 15 tahun menikah, dia berfikir bahwa saya adalah memang jodohnya, dan dia menerima apa adanya, karena itu adalah suratan NYA.. meskipun saya tidak mengesampingkan faktor lingkungan yang akan menjudge dia sebagai janda cerai.. sehingga ia mempertahankan perkawinan ini.. sementara saya selalu merasa bersalah telah menikahinya dan menelantarkannya dari segi kebutuhan biologis.. beberapa kali pernah saya katakan padanya, bahwa ide perpisahan harus dari pihaknya..

    Perlu dicatat, saya TIDAK MAMPU mengauli istri saya.. bukan berarti saya tidak pernah mencoba.. lain jika berhadapan dengan pacar pria saya.. Hubungan saya dengan istri cukup rumit.. antara tahu, tidak tahu, tidak mau tahu, dan concern kegiatan ke-gay-an saya..

    Sedangkan saya sendiri, sewaktu sebelum menikah, bisa dikatakan belum mengerti seluruhnya tentang apa itu gay.. Saya sudah mencoba untuk tidak berhubungan badan (dan bathin) dengan pria.. ternyata membuat hidup saya menjadi sangat menderita.. saya selalu berfikir, apakah saya sebagai gay, saya tidak berhak untuk mendapatkan kepuasan seks, karena saya tidak mampu dengan wanita.. sedangkan pria, katanya haram..



    Saya merasa bahwa ke-gay-an saya ini "halal' karena ketidak sanggupan saya dengan wanita.. dan juga ke tenteraman saya saya dapat dari pacra pria saya..

    Pelu pula di ketahui, saya tidak fiminin, sama serperti mas DS, saya hingga kini pun selalu berusaha bertingkah laku maskulin, malah postur tubuh dan wajah saya mengukung hal itu.. Alhamdulillah… Meskipun saya pernah tinggal di Amerika total selama kira-2 7 tahun, tapi bukan hal itu yg membuat saya gay..



    DS:

    Saya juga punya banyak teman yang sekasus dengan Mas Handy. Saya sampai saat ini saya belum tahu apa yang sebetulnya mereka inginkan. Ibaratnya bagaikan stuck di pasir terapung. Saran saya, doa itu sangat manjur, apapun yang kita inginkan selama tujuannya adalah kebaikan akan dikabulkan. Dalam kasus saya mungkin beberapa akan mengutuk saya dan mengatakan doa saya dikabulkan oleh setan (sudah banyak yang mengatakan demikian), tapi wallahu allam, saya masih percaya terhadap Allah SWT.



    Edi Jaka:

    Saya sendiri masih bingung, dan sekarang ada seseorang yang berniat untuk menjalin hubungan secara serius dengan saya. Saya juga berfikir, seandainya nanti saya menjalin hubungan dengan seseorang, saya ingin tetap menjalankan shalat dan ibadah lainnya, meskipun kami berbeda keyakinan. Namun saya juga tidak ingin hanya mengambil sesuatu yang sifatnya hanya menguntungkan saya.

    Walau bagaimanapun, berhubungan sex dengan orang lain yang tanpa menikah adalah haram. Saya juga tidak mengerti bila ada pernikahan secara islami antara pria dengan lelaki. Kita sadar akan hal ini, dan jika kita tetap melaksanankan hal tersebut, kita harus mengatakan kepada diri kita sendiri bahwa suatu saat nanti di hari akhir kita akan menerima hasil dari apa yang kita kerjakan di dunia ini. Bila kita menanam benih yang baik, kita akan memetik hasil yang baik, dan bila kita menanam benih buruk, kita akan memetik hasil ynag buruk pula. Semoga Allah SWT akan tetap membalas perbuatan terpuji yang kita lakukan, walaupun sekecil apapun perbuatan tersebut.



    Handy:

    Amieeennn..
    Mas, itulah yang saya takutkan, Adzab dari Allah.. itu kalau kita (saya) salah.. Saya merasa nyaman, tenteram di pelukkan pacar saya, hanya berpegangan tangan, dunia ini serasa terseyum.. itu yang saya rasakan.. saya hanya merasa bersyukur untuk hanya hal sederhana tersebut, saya diberi rejeki untuk berpegangan tangan dengan dia..

    Menurut saya juga nih.. seks tuh bisa dinikmati tanpa melanggar khok.. kita berdua sudah commit untuk tidak bersodomi.. itu aja..

    Kerna kita gay, mungkin hal ini ada juga hikmahnya, sehingga ktia selalu berusaha mendekat ke Allah dengan melakukan hal-2 yang baik, khan kita udah gay, yang notabene jelek.. ngapain ngelakuin lagi yang jelek..??

    Soal pasangan yg non-seiman, pengalaman saya tuh agak sulit mas, kerna kita nggak bicara dengan bahasa yang sama..



    Semperfy:

    Dalam keterbatasan wawasan kita mengenai agama, bukan menjadi halangan bagi kita untuk saling berbagi sedikit yang kita punya. Tanggung jawabnya tetap sama dengan yang berpengetahuan luas: Harus bertanggung jawab atas bimbingan yang diberikan.

    Cuma mengingatkan saja, ketika Allah murka atas insiden Pohon Khuldi, Iblis dan Adam mengambil pendirian yang berbeda. Adam menangis, "Sesungguhnya kami telah menganiaya diri kami sendiri...", sedangkan Iblis menantang, "Karena Engkau telah membuat aku sesat...". Hendaknya kita tetap bertanggung jawab, tidak sekedar mengatakan "ini adalah takdir".

    Dalam keterbatasan, percayalah, Allah masih memberi kita kebebasan memilih dan bersikap dalam sangkar keterbatasan.



    Handy:

    Satu pertanyaan : APAKAH KITA PUNYA PILIHAN..??

    Saya mengerti kalau memang ada sebagian dari kita mempunyai pilihan, tapi sebagian dari kita tidak..

    Ataukah keputusan kita untuk melihat diri kita mempunya pilihan atau tidak masih dipengaruhi oleh hal-2 lain atau memang begitu kenyataannya..

    Waddooohhh.. kalau udah ngomong masalah abstrak khok susah sih.. tapi kalian ngarti khan..?? insya Allah..



    DS:

    Alangkah angkuhnya kita mengatakan ada pilihan, bagaimana dengan kaum perempuannya apakah mereka tidak berhak untuk memilih mendapatkan yang mereka inginkan.

    Apakah perlu harus ada orang yang mengkaji lagi ayat-ayat dalam Al quran atau Injil, karena hanya pada kedua agama ini homoseksual merupakan dosa yang tidak dapat terampuni.

    Menerima diri sendiri apa adanya sudah susah, apalagi dengan kaum perempuan yang harus menerima kita sebagai suami mereka.

    Handy:

    Ini komentarku lho :
    Ngawur aja..!! aku udah yakin khok kalau Al-Quran itu bener khok nggak ada yg salah.. Cuman, selama ini belum ada pembahasan yg detail tentang kite-2.. yg ada langsung.. NERAKA.. payah dong kite..



    Cahaya:

    Menarik sekali mendengar sharing cerita2x dari teman2x dalam menghadapi ke-gay-an masing2x ... terus terang saya sendiri sih belum bisa menemukan solusi dari masalah ini and probably it is just meant to be like this ... yaitu ya kita ini memang di chalange sama the Creator dengan keterbatasan kita sebagai Gay utk tetap bisa mendapatkan Ridho-Nya ...

    Saya sendiri sih memang sampai sekarang (Alhamdulillah) belum pernah berhubungan dg pria (both phisically and emotionally) tapi frankly speaking ... rasa utk ingin bersama laki2 & ketertarikan dg laki2x sangat2x besar ...

    Pengalaman saya sih dalam menghadapi ini cuman mencoba banget untuk bisa hidup Ikhlas & Ridho dengan keadaan saya ... & saya percaya bgt kalao Allah SWT sebenernya punya rencana yang jauh lebih baik utk saya ... oh iya berdoa itu juga bener2x helps a lot ... selain itu juga mencoba utk menempatkan akhir tujuan bukan ke sorga atau neraka tapi giman cara utk mendapatkan Cinta-Nya yg hakiki ...

    Aduh jadi ngelindur .... buat yg tertarik utk pendekatan Gay secara psikologi coba deh lihat www.narth.com ... I found this site very usefull for people like us ...



    Semperfy:

    Saudara-2ku, sungguh Allah Maha Pemurah, sehingga memberi kita kebebasan, BUKAN untuk bebas-dari, tapi bebas-untuk. Jika Ia seandainya menjadikan kita tanpa kebebasan ini, jailah kita seperti salah seorang hamba-Nya yang berkata, "Karena engkau telah membuatku sesat...", dan ia masih berani pula menambahkan, "Maka aku akan menyesatkan mereka semua." (Duh, moga-2 kutipannya bener. Inilah resiknya kalau jarang membuka Al-Quran).

    Bisa kita lihat teman-2 kita yang belum mendapat nikmat petunjuk-Nya yang berkata, "Aku begini karena Allah menghendaki aku seperti ini. Maka, nggak salah dong aku bertindak seperti yang Allah kehendaki?" Na'udzubilah. Jka memang demikian halnya, mengapa Allah melarang 2 org hambanya mendekati Pohon Terlarang, bukankah bisa saja Ia memindahkan mereka berdua dan si Pohon itu ke tempat yang berbeda, atau sekalian aja mereka dibuat nggak doyan makan buah-2an?



    Tanpa kebebasan, maka sifat Allah seperti Maha Adil (dalam memutuskan keadilan), Maha Santun (dalam menunda siksa-Nya), Maha Pembalas (perbuatan bak dan buruk), tidak akan dikenal. Demikian pula Maha Pengampun (segala kesalahan), karena manusia tidak akan berbuat salah. Padahal, bukankah salah satu alasan Allah menciptakan manusia adalah karena Ia ingin agar manusia mengenal-Nya?

    Ketika Ibrahim diperintahkan untuk menyembelih putranya, ia sempat bimbang, namun tidak mempertanyakan-Nya. Ia bertaat. Kalau kita sempat nonton Xena, mungkin ada yang ingat dialog ini, "Macam apa Tuhanmu itu, masa menyuruh menyembelih anak sendiri?" Bandingkanlah dengan hal ini: Ketika Iblis diminta bersujud, salah satu versi hikayat kejadian ini menuliskan bahwa keengganannya adalah karena ia hanya bersujud kepada-Nya, tidak pada yang lain, termasuk Adam. IA MENGKLAIM BAHWA MESKIPUN ALLAH MEMERINTAHKANNYA BERSUJUD, NAMUN IA MENDUGA BAHWA ALLAH TIDAK BERKEHENDAK DEMIKIAN. Dengan demikian, ia mengabaikan perintah-Nya dan memutuskan untuk mengikuti logikanya sendiri.



    Bagi kita, tidak cukupkah ayat-ayat muhkamat, yang jelas-jelas menyatakan bahwa "mendatangi sesama lelaki untuk melampiaskan nafsu" adalah fahisyah, 'perbuatan yang tak perlu diragukan lagi kekejiannya', tanpa memandang apakah kita melakukan sodomi atau yang lebih ringan dari itu. Perlu digarisbawahi, bahwa hubungan seksual yang diridha-Nya hanyalah yang dilakukan dalam ikatan pernikahan Islami, itupun masih denagn sejumalh tata cara bergau dengan pasangannya.

    Memang patut disayangkan, bahwa para cendekiawan muslim, dalam setiap pembahasannya mengenai homoseksualitas, masih terhenti pada hukum. Begitu muncul kata dosa, maka segala kemungkinan untuk menyelami lebih jauh pikiran pemilik kecenderungan homoseksual terhenti. Boro-2 mau membahas kemungkinan lainnya, seperti selibat, metode fantasi- masturbasi terbimbing, sikap istri, sikap keluarga, de el el.



    Padahal, perkembangan gerakan menuntut hak-hak asasi kaum gay sangat progresif. Masa kita harus ketinggalan, nunggu semua ulama ikut-2an jadi gay? Nah, makanya kita mulai dari group ini, siapa tahu di antara kita ada cendekiawan yang mau mengangkat issue ini.

    Menutup uraian singkat (yg terlalu panjang ini), ijinkan saya menggarisbawahi bahwa meskipun kita terkurung dalam sangkar keterbatasan kita (arah dorongan seksual, arah kebutuhan emosional), namun kita masih diberi-Nya kebebasan untuk bersikap, berpendirian, menentukan siapa jati diri kita, dan mengharapkan ridho-Nya. Masa, hanya karena kita punya kecenderungan homoseksual, terus otomatis kita adalah gay? Memiliki arah dorongan seksual tertentu tidak menjadikan kita otomatis pasti melakukannya sesuai dengan itu, 'kan?

    Nah, di sinilah letak kebebasan kita dalam memilih: UNTUK TIDAK MENYERAH PADA DORONGAN NAFS (JIWA) KITA. Berbau utopia? Ya kali, ya. Tapi, semua orang butuh bermimpi, apalagi mimpi yang aik. Mumpung belum dikenai tarif...



    DS:

    Saya setuju banget dengan sintesis anda. Dari kecil aku sudah mendengar bahwa Tafsir Al Qur'an itu masih belum menafsirkan semuanya, mungkin karena itu disebut tafsir (kesimpulan). Saya pernah berdebat dengan adik saya yang santri bahwa mungkin saja sekali lagi mungkin ada salah satu ayat yang menyatakan bukan membenarkan, bahwa penyimpangan gender itu memang ada dan mungkin mahluk di dunia ini tidak harus dibedakan oleh jenis kelaminnya. Tapi debat itu tidak pernah tuntas, karena dia juga ragu2.


    mqzf:

    saya gabung disini untuk bisa saling berbagi pikiran mengenai bagaimana seorang dengan orientasi homoseks bisa tetap mempertahankan keyakinannya kepada Allah SWT. Terus terang saya sering sekali berburuk sangka kepada-Nya, tapi hal itu membuat saya semakin tidak punya pegangan. Saya mencoba untuk yakin bahwa tidak ada yang salah dalam penciptaan saya, saya memang diciptakan seperti ini. Jika penciptaan ini salah, mungkinkah Allah salah?, dan mungkinkah kesalahan itu berulang terus dilakukan hingga kini?

    Yang menjadi masalah tidak adanya petunjuk jelas bagaimana seharusnya menjalani hidup ini. Al Qur'an dan Hadits tidak akan berubah lagi, penafsiran-penafsiran baru terhadap bahasa Al Qur'an harus didasari kemampuan yang tinggi tidak bisa sembarangan. Seperti penafsiran yang diambil kelompok gay muslim yang pernah saya baca di salah satu situs, terasa mengada-ada hanya untuk menghalalkan jalan hidup mereka.

    Saya sendiri belum mengambil keputusan akan jalan hidup saya. Selama ini saya tidak pernah mendekati dunia gay, karena saya takut terjerumus terlalu dalam. Saya juga selalu berusaha menghindar dari wanita-wanita yang mencoba "mendekati" saya, karena saya tidak mau menipu mereka. Bergaul dengan teman pria membuat saya capek karena harus pasang topeng tebal-tebal. Hasilnya saya mengisolasi diri...(kesepian? that's for sure).



    Edi Jaka:

    Menarik sekali ketika saya membaca khotbah, eh bukan dech, Komentar rekan-rekan di group kita yang tercinta. Ketika saya membacanya, terkadang semakin terasa bahwa apa yang ada pada diri saya ini. Saya menjadi tambah bingung, sebab tidak pernah ada kesimpulan akhir. Dan memang saya berharap bahwa group ini tidak berusaha untuk menyimpulkan sesuatu, tapi memberikan input (produksi kali) dan rekan-rekan yang membaca silahkan menentukan sikapnya sendiri.

    Terkadang, saya berfikir bahwa apa yang terjadi pada diri saya saat ini merupakan cobaan dari-Nya. Tapi mengapa cobaan ini terasa teramat sangat berat. Bukan Allah SWT tidak memberikan cobaan kepada hamba-Nya jika mereka tida sanggup mengembannya. Apakah ini merupakan takdir-Nya.



    Berbicara tentang takdir (kita harus percaya karena merupakan bagian dari RUKUN IMAN), saya ditakdirkan dan dilahirkan menjadi seorang Pria/Lelaki, namun Allah juga memberikan kebebasan (bukan bebas dari) kepada kita untuk melakukan sesuatu (dengan segala konsekuensinya). Apakah dengan dilahirkan (or ditakdirkan) menjadi Pria lantas saya harus menikah dengan Wanita. Mungkah seorang pria ditakdirkan untuk menikah (in rleatiionship) dengan sesama pria lain. Jika ini merupakan takdir (pria dengan pria) adalh berdosa jika kita melawan takdir (tidak mengakui ke-gay-an kita). Apakah kita juga harus pasrah pada takdir (see what will happen) tanpa berusaha.



    Semperfy:

    Sesungguhnya, kita dianugerahi oleh-Nya 2 jalan, yaitu jalan menuju kebaikan dan jalan menuju kemungkaran. Maka, dengan kebebsan yang dianugerahkannya pula, kita bebas untuk taat maupun ingkar pada-Nya. Begitupun kita semua sebagai umat dan hamba, hanya bertuags mengingatkan, agar kelak kita tidak disalahkan-Nya karena tidak menjalankan amar maruf nahi munkar. Namun, lebih dari itu, ini merupakan bentuk rasa sayang dan kepedulian terhadap sesama kita. Kita tidak harus menunggu anak, kekasih, atau sahabat kita mengalami hal ini untuk bisa peduli.

    Soal takdir, kita memang wajib mengimaninya. Apa yang sudah tak bisa diubah, misalnya masa lalu yang penuh petualangan cinta dengan sesama jenis, kita bisa mengatakan bahwa itu takdir. Namun Al-Ghazali pernah mengingatkan ketika ditanya: Jika Allah Maha Kuasa dalam mentakdirkan, apa yang harus kita lakukan? Bukannya kita harus menyerah, tapi APAPUN YANG KITA LAKUKAN, AKAN MENDEKATKAN KITA PADA TAKDIR KITA. Sesungguhnya Allah berkenan untuk menetapkan segala sesuatu dalam kitab-Nya, juga berkuasa untuk menghapusnya. Jangan hanya bertawakal saja tanpa berusaha, dan jangan keburu mengatakan bahwa kita telah cukup berusaha. Rasulullah sendiri kita menghadapi seorang badui yang memarkirkan kendaraannya di halaman masjid tanpa menguncinya sempat menegur: Ikat dulu untamu, barulah bertawakal.



    Takdir itu bukanlah benda mati yang pasti selalu tetap. Beberapa hal, seperti siapa orang tua kita, jenis kelamin kita, adalah contoh hal- hal yang sudah diakdirkan, tak bisa dibah lagi. Ada juga takdir yang sudah disiapkan bagi kita, namun belum ditetapkan karena Allah masih sayang dengan kita, Ia menunda kepastiannya hingga melhat cara kita menyikapinya. Contoh yang paling jelas adalah kematian. Ini sudah ditetapkan kapan terjadinya, namun apa yang kita lakukan dapat menunda (dengan sedekah, menyambung silaturahmi) maupun menyegerakannya (berzinah, memutus silaturahmi, bersumpah palsu) selama saat itu belum tiba. Allah masih berbelas kasihan mengijinkan kita membentuk kehidupan kita di masa depan, tertaih-taih memunguti dan menumpuk sepotong demi sepotong batu bata...



    Saudara-2ku, pernahkah terpikrkan apa jadinya kehidupan kita seandainya kita tidak pernah mengalami cobaan sedahsyat ini? Saya membandingkannya dengan beberapa teman heteroseksual (bukankah ini juga jadi cita-2 kita?), dan ternyata saya sempat kecewa. Dalam ke- straight-annya, mereka mensyukurinya bukan dengan cara yang diperintahkan-Nya, tapi dengan menggoda cewek-2 yang mangkal di jalanan setiap malam minggu, nonton VCD porno rame-2, berhubungan seks di luar nikah baik dengan pacar maupun dengan pekerja seks, selingkuh, gonta-ganti pacar, main peluk-kiss dengan teman-2 ceweknya, dll. Maksud saya adalah, dalam setiap keadaan, hidup manusia mengandung hikmah, bahkan dalam penderitaan sekalipun. Tinggal tergantung kita saja, bisa menggalinya atau tidak. Jika kita menemukannya, tentu kita tidak akan menikmatinya sendirian, kan?

    Menutup khotbah saya (ceileee...), saya jadi terinat seorang sahabat dari sahabat saya yang keluar dari Islam karena tidak ingin menyembah sesuatu yang melaknat-Nya (masih dalam masalah yang sama). Saya jadi ingin mengingatkan bahwa Allah pernah berfirman, barangsiapa yang tidak bertaat pada-Ku, hendaknya mencari Tuhan lain saja selain Aku. Jangan hidup di atas bumi-Ku. Sungguh, ini ancaman menakutkan, karena jika kita tidak membaca apa yang dikehendaki-Nya sebagaimana yang diperintahkan-Nya di Al-Quran dengan lebih mementingkan pembenaran-2 yang diciptakan oleh benda kelabu berukuran kecil di rongga tengkorak kita, maka kita mau lari kemana? Siapapun yang kita Tuhankan (dengan mengabaikan firman Allah) toh kita tetap akan berhadapan dengan Allah.



    Mengenai pilihan-2 yang tersedia bagi kita, saya hanya bisa menawarkan. Justru, melalui group inilah bisa kita diskusikan. Saya hanyalah seekor lebah kecil berumur pendek, yang berusaha singgah di 6.000.000 bunga hanya demi 1 liter madu untuk dinikmai sediri dan dibagi-bagikan. Saya rasa kita semua juga demikian. Usia dan kemandirian saya saat ini juga belum memungkinkan saya untuk menikah, misalnya. Namun Insya Allah, jika Ia berkehendak (dan pasti selalu baik) siapa yang sanggup menghalangi?



    Cahaya:

    Menurut singkat saya sih terminologi gay, straight, hitam, putih, tinggi, pendek dll dll merupakan istilah ciptaan kita Manusia ... karena ALlh sendiri hanya menganggap kita semua satu Makhulk (manusia) ciptaannya yg membedakan ya cuman tingkat ke-Imanan nya aja.

    Untuk Edi Jaka:
    Cobalah bila anda melihat dengan keberadaan anda di U.S. justru mebuat cobaan anda (bila memang niat anda utk tdk menjalani ke-Gay-an anda) semakin berat .. ? saya pernah membaca/mendengar bahwa Allah itu semakin sayang (sebenernya) dengan umat2x yg diberinya cobaan karena dengan adanya cobaan ini (biasanya) kita selalu akan kembali ingat kepada-Nya ... jadi dengan kata lain justru dengan kondisi anda seharusnya bersyukur bahwa Dia sangat sayang dengan anda ...

    Nah dalam membalas rasa sayang ini (atau membalas Cinta kita kpd Allah) saya juga pernah mendengar ada 4 tingkatannya yaitu : 1. Sabar dalam menghadapi cobaannya
    2. Kita berterima-kasih kepada-Nya dengan cobaan yg diberikan
    3. Kita menikmati cobaan yg diberikan-Nya itu sebagai suatu anugerah
    4. Kita melupakan semua cobaan dan lain segala selain-Nya
    Mungkin memang terlalu platonik sekali kalau kita harus mencapai sampai tingkat ke empat ..



    Untuk Mas Semperfey:
    Harus sedikit hati-hati dalam membahas masalah Taqdir dan Qadr ... memang ini merupakan big question dari kita semua ... tetapi pada akhirnya semua ini (termasuk mengapa kit semua gay) adalah Misteri Illahi (aduh kaya lagunya Arie Lasso .... ) yg tidak seorangpun dari kita mengetahuinya ... cuman satu yg harus kita yakini bahwa jalan yg diberikan-Nya (Al-quran dan Hadist) pasti membawa kita kepada kebaikan (sirathal mustaqien)... ada beberpa hal yg sama sekali tidak akan terjangkau oleh akal manusia (salah satunya ya Taqdir dan Qadr ini) .. tetapi pada hakikatnya ini merupakan pengalaman pribadi dari sang Pencipta dan Makhluk ciptaannya ...



    mqzf:

    Bercita-cita menjadi hetero? it never comes to my mind. Saya tidak pernah berharap jadi hetero. Saya hanya ingin hidup tenang dan bahagia. Tapi sialnya, untuk bisa hidup tenang dalam lingkungan manusia saya harus menjadi orang normal. Dan standar normal itu ditentukan oleh kondisi mayoritas manusia dan norma-norma yang ada. Jadi ya saya harus siap bahwa hidup saya akan penuh gejolak. Tapi kalau diijinkan untuk dilahirkan kembali dan memulai dari awal, absolutely saya akan memilih menjadi orang normal.

    Kalau saya membayangkan diri saya adalah seorang hetero, yang saya temukan adalah orang lain sama sekali dengan cara hidup dan cara berfikir yang berbeda. Itu bukan lagi diri saya. Mmmm .... mungkin sebenarnya kesimpulan itu adalah egoisme saya saja. Saya tidak tahu. Katanya manusia cenderung lebih menuntut orang lain dan lingkungannya yang berubah menyesuaikan dengan dirinya daripada dirinya sendiri yang berubah. Hal ini pula yang katanya penyebab utama kegagalan terapi gay. entahlah ... mungkin juga itu hanya alasan saya saja untuk tidak mau berubah, karena berubah itu berat.



    Edi Jaka:

    Sepertinya masalah yang dihadapi oleh hampir semua gay muslim adalah pertentangan antara agama dan dorongan seksual. Setiap insan diberikan oleh Allh hasrat untuk berhubungan sex, namun ternyata tidak semua insan memiliki kesamaan fikiran dalam hal cara melakukan hubungan sex. Yand menyukai lawan jenis (hetero) dianggap normal, sedangkan selebihnya abnormal. Apak ini adil bagi gay, hanya Alla SWT yang mengetahui.

    Terkadang terlintas dibenak saya untuk mengecilkan dosa dengan cara mencari pasangan yang seiman (sama-sama muslim). Andaikan saya bisa menemukan pasangan yang cocok mungkin saya akan sangat berbahagia sekali. Mungkin dia dan saya bisa saling memberikan dorongan, dan mengingatkan dalam rangka mencari Ridho-Nya, deang jalan yang mungkin kami anggap paling baik diantara pilihan-pilihan buruk yang ada.

    Semoga Allah SWT selalu memberikan hidayah kepada kita semua. Amien.



    LSP:

    Bisa saja kita berijtihad seperti itu dengan kaidah bahwa dalam keadaan terpaksa hal terbaik yang bisa dipilih adalah meminimalkan mudharat. Masalahnya sering kali kita mendefinisikan keadaan terpaksa tersebut tanpa ada niat dan ikhtiar yang kuat untuk tetap berada pada jalan Allah. Yang disebut tetap pada jalan Allah tidaklah sekedar secara teratur menjalankan ritual peribadatan (sholat, zakat, shaum dll) semata-mata untuk menunaikan kewajiban. Bisa diperkirakan bahwa bila seseorang masih bisa menjalani kehidupan homoseksualnya secara aktif (menjalin hubungan khusus dengan partner laki-laki) saat itu sholatnya sulit untuk khusyu' karena dua sebab yang mungkin. Sebab pertama adalah hatinya tidak sedang dalam keadaan berserah diri kepada Allah. Saat seperti itu sholat ibarat hanya gerakan-gerakan senam dan lantunan kalimat-kalimat yang tak berbekas di hati. Sebab lainnya adalah hatinya dalam keadaan gundah karena rasa berdosa yang mendalam, merasa diri tidak cukup bersih untuk bermunajat kepada Yang Maha Suci.

    Jadi boleh dikatakan mustahil menggabungkan aktivitas homoseksual dengan ketaatan kepada Allah. Bahwa hingga akhir hayatnya ada seorang muslim yang masih belum berhasil mengatasi kecenderungan homoseksualitasnya mungkin tidak menjadi masalah. Artinya yang bersangkutan tetap merasa ada ketertarikan terhadap lelaki tapi berikhtiar kuat untuk tidak menindaklanjuti ketertarikannya tersebut dengan hal-hal yang tidak diridhoi Allah. Yang menjadi masalah adalah bila yang bersangkutan kurang berikhtiar untuk mengatasi cobaan ini, atau lebih buruk lagi memperturutkan hawa nafsu untuk sexually active dengan pasangan homoseksualnya.

    Semoga Allah S.W.T. masih berkenan mengaruniai petunjuk dan kekuatan kepada kita untuk berhijrah. Aamiin.



    Noeg:

    Adakah menolak untuk menuruti hawa nafsu adalah suatu kepalsuan?

    Manusia memang diciptakan memiliki dan cenderung kepada hawa nafsu, sebagaimana juga diciptakan untuk binatang. Tetapi manusia juga dikaruniai akal untuk melakukan pertimbangan dan kemudian mengambil pilihan.

    Dengan akalnya manusia bisa mengendalikan nafsunya untuk mendekat kepada jalan Tuhannya, sehingga menjadi mahluk yang mulia.

    Dengan akalnya pula manusia bisa habis-habisan mengeksploitasi nafsunya, sehingga lebih buruk daripada binatang yang menyalurkan nafsu hanya sebatas instingnya saja.

    Manusia di dunia bukanlah sekedar menjalani hidupnya sesuai insting sebagaimana binatang, tetapi kehidupan di dunia adalah proses pembentukan dan pengujian sisi spiritual sebelum menghadap Tuhannya di kehidupan selanjutnya.



    mqzf:

    Kepalsuan?
    Tergantung kepada individu yang menjalaninya.

    Jika hal itu dilakukan hanya sebagai kamuflase, agar tetap tampak terhormat di mata orang lain, maka itu adalah kepalsuan dan kepura-puraan. Orang bilang "munafik" dalam konteks bahasa pergaulan (lebih mengacu kepada "hipokrit", bukan "munafiq" dalam pengertian Islam).

    Tapi jika itu dilakukan sebagai pengabdian kepada Allah Yang Maha Menguasai seluruh alam semesta, maka itu adalah ibadah dan penyerahan diri.

    Tergantung dimana kita meletakkan Allah dan nafsu dalam hati kita. Tergantung seberapa besar cinta kita kepada Allah hingga kita rela menyerahkan diri.



    Ex Oriente:

    Saya setuju,
    jika kita tetap ber-orbit- kepada Allah swt dan minta kerendahan hati untuk tetap beriman. Manusia itu adalah perpaduan antara syetan dan malaikat, selagi, selama hidup manusia itu, kedua kekuatan itu akan tetap berperang. Tinggal dimana kita meletakan dan mengalahkan syetan.

    Capunk:

    Tapi kadang-kadang sebel juga klo ada yg bilang klo menolak menuruti hawa nafsu itu dibilang gay yang MUNAFIK, sok suci lah,.. hiiks, teman2 gimana menurut kalian..!? soalnya aku pernah dibilang seperti itu..


    http://www.oocities.org/hijrah_web/html/diskusi003.htm
  • Handy:

    Saya beristri dan berpacar pria.. istri saya mengerti ke-gay-an saya, saya tidak pernah menggauli dia meskipun sudah lebih dari 15 tahun menikah, dia berfikir bahwa saya adalah memang jodohnya, dan dia menerima apa adanya, karena itu adalah suratan NYA.. meskipun saya tidak mengesampingkan faktor lingkungan yang akan menjudge dia sebagai janda cerai.. sehingga ia mempertahankan perkawinan ini.. sementara saya selalu merasa bersalah telah menikahinya dan menelantarkannya dari segi kebutuhan biologis.. beberapa kali pernah saya katakan padanya, bahwa ide perpisahan harus dari pihaknya..

    Perlu dicatat, saya TIDAK MAMPU mengauli istri saya.. bukan berarti saya tidak pernah mencoba.. lain jika berhadapan dengan pacar pria saya..Hubungan saya dengan istri cukup rumit.. antara tahu, tidak tahu, tidak mau tahu, dan concern kegiatan ke-gay-an saya..

    Sedangkan saya sendiri, sewaktu sebelum menikah, bisa dikatakan belum mengerti seluruhnya tentang apa itu gay..Saya sudah mencoba untuk tidak berhubungan badan (dan bathin) dengan pria.. ternyata membuat hidup saya menjadi sangat menderita.. saya selalu berfikir, apakah saya sebagai gay, saya tidak berhak untuk mendapatkan kepuasan seks, karena saya tidak mampu dengan wanita.. sedangkan pria, katanya haram..

    DS:

    Menerima diri sendiri apa adanya sudah susah, apalagi dengan kaum perempuan yang harus menerima kita sebagai suami mereka.



    Edi Jaka:

    Kasus saya, jika saya masih di Indonesia, mungkin saat ini saya sudah menjadi seorang Bapak (sound cool). Tapi Allah mengirim saya ke USA (yang saya fikir susah kalau saya berusaha sendiri tanpa "keajaiban"). Apakah Allah mentakdirkan saya untuk berada di USA, dimana gay (lebih) diterima oleh masyarakat. Wallau 'Alam. Saya tidak tahu. Tetapi masih terjadi perang dalam diri saya bahwa saya akan menjadi kepala bahtera rumah tangga kelak, tetapi saya tetap menjalani hidup seperti ini sekarang.

    Menurut saya adalah tidak adil (bagi si wanita) jika kita menikah dengan mereka. Ini akan terasa ketika mendekati usia senja. Wanita tersebut juga berhak untuk menikamati kebahagiaan (yang didapat dari suamu, moril dan materil). Seandainya kita tidak menikahinya mungkin dia bisa menemukan seorang pria yang bisa membuatnya bahagia, tapi karena menikah dengan kita (gay), maka dia tidak bisa mendapatkan kebahagiaan tersebut. Mungkinkah dia bahagia menikah dengan Gay. Mungkin saja, tetapi saya berharap bahwa kebahagiaan tersebut bukan kebahagian yang dibuat-buat untuk kepentingan suami. Kita jangan menyeret wanita kedalam hidup kita jika kita tahu bahwa itu akan menjadi susatu yang membuatnya tidak bahagia. Jika kita merasa tidak bahagia (karena harus berpura-pura), janganlah kita menyeret orang lain kedalamnya. Akan lebih buruk situasinya jika kita (gay) mempunyai anak.

    Di USA, 80% gay (yang menikah secara terpaksa) akhirnya bercerai dengan istri. Ada istri yang mesih berhubungan (sebagai teman) dengan mantan suami, ada pula yang akhirnya meninggalkan mantan suami.

    Semperfy:

    Usia dan kemandirian saya saat ini juga belum memungkinkan saya untuk menikah, misalnya. Namun Insya Allah, jika Ia berkehendak (dan pasti selalu baik) siapa yang sanggup menghalangi?

    Wanita manapun tentu punya cita-2 bersuamikan seorang pria yang bisa membhagiakannya di segala segi. Adalah suatu kekecewaan besar apabila yang didapatkannya tidak sesuai dengan harapannya. Nah, saya hanya iingin bilang bahwa sebagian gay telah menikah dan ternyata bahagia. Berarti, ini bukanlah hil yang mustahal. Tentu, ada juga yang gagal, tapi apa sesungguhnya yang membedakannya? Ini wajib dicari jawabnya, lho.

    Terlalu naif rasanya jika kita langsung mengambil kesimpulan tanpa menyelidiki duduk perkaranya terlebih dahulu. Mungkin kita perlu bercermin dari mereka yang gagal dan yang berhasl, APA HARAPANNYA, BAGAIMAA CARANYA, BAGAIMANA RASANYA, APA KESULITANNYA, APA HIKMAHNYA. Saya sebenarnya hampir saja melontarkan tuduhan sarkastis, "Lha iya, lha wong Amerika kok" kalau saja tidak ingat bahwa kegagalan itupun terjadi dimana saja. Sebenarnya ini kembali kepada kedua pihak yang menjalaninya sebagaimana yang dikapitalkan di atas.

    Cahaya:

    Mengenai menikah atau tidak .. menurut saya memang menikah itu bukanlah satu2x nya penyelesaian ... cuman spt-nya jalan ini cukup baik utk dipertimbangkan ...

    Mqzf:

    Menikah dengan wanita, saya sendiri tidak begitu suka dengan pilihan ini. Jika saya mampu menghindar dari desakan keluarga dan lingkungan, saya lebih memilih hidup selibat. Tidak perlu melibatkan orang lain dalam masalah ini dan menyiksanya dalam pernikahan demi status. Tapi kalau itu harus terjadi, itu adalah ujian bagi kedua belah pihak. Kalau si wanita tidak egois dan dapat menganggapnya sebagai cobaan dan kehendak-Nya yang harus dihadapi, kemudian mendampingi suaminya untuk menjalani hidup yang lebih baik, itu akan mengangkatnya menjadi wanita yang lebih mulia. Tidak adil? bukankah kita sudah belajar dari hidup kita sendiri, bahwa kehendak Allah yang Maha Adil tidak selalu tampak adil kalau dinalar oleh pikiran kita.

    Gaymuslimus:

    Thanks buat Mr LSP yang udah mau sharing, membuat saya mikir-mikir untuk ketemu gay secara real... Tapi mungkin Mr bisa ngasih tambahan sebenarnya mister nyesel nggak menikah ?? artinya apakah mestinya mr tidak menikah ?? Saya sering kasihan ama istri saya, untuk ngetik seperti ini juga saya seperti Mr, nyuri-nyuri waktu...

    Mr. LSP:

    Banyak yang menyalahkan saya ketika tahu bahwa saya baru memberitahu isri mengenai problem ini setelah resmi menikah. Untuk sisi buruk lain dari kehidupan masa lalu saya sebelum menikah rasanya hampir semua saya ceritakan saaat kenalan sebelum menikah. Tapi untuk yang satu itu saat itu tidak ada keberanian untuk mengungkapkannya. Pihak yang menyalahkan juga ada yang berargumen, kalau sebelum menikah tidak memberitahu dulu soal masalah ini sebaiknya tidak perlu memberitahu sampai kapan pun. Itu katanya lebih fair. Wallahu a'lam mana yang lebih baik.

    Soal niat menikah sebaiknya bukan sekedar karena desakan keluarga dan lingkungan tapi dengan bersangka baik kepada Allah bahwa melalui pernikahan tersebut akan dimudahkan jalan menuju perilaku seksual yang halal.

    Banyak di antara kita merasa problem kita ini adalah problem paling top. Kita sering lupa bahwa masing-masing manusia itu punya problem yang berbeda-beda dan disinilah manusia diuji apakah akan mencari keridho-an-Nya atau memilih untuk memuaskan hawa nafsunya semata. Sekali lagi, apalagi karena saya sendiri pun merasakannya, saya tahu persis betapa berat cobaan yang kita alami ini.

    Saya tidak menyesali pernikahan saya. Saya mendapatkan istri dan anak-anka yang luar biasa ...... mereka semua qurra ta a'yun. Yang saya sesali adalah mengapa saya tidak istiqomah sehingga beberapa bulan belakangan ini track record saya sebagai muslim begitu terjerumus ke kualifikasi yang sangat buruk. Saya jadi pembohong nomor wahid di hadapan istri, saya bekencan secara rutin dengan sesama jenis ...............

    Semperfy:

    Tentunya kita semua sudah paham mengenai hukum melaksanakan pernikahan. Tentu, saya tak perlu menggurui akhi sekalian dengan menyinggung satu persatu hukumnya menurut sikon (Juga penegasan rasululah agar kita mengikuti sunnahnya); Cuma yang berkaitan dengan 'masalah kita' saja.

    Banyak pakar (diikuti oleh masyarakat) yang menyatakan bahwa semua orang hendaknya diberi kesempatan untuk mengekspresikan dirinya sesuai dengan keadaan dirinya itu; Dalam hal ini, kalau punya dorongan homoseksual, ya harus bersikap seperti gay. Pendapat ini terutama berkembang di negara-negara yang amat menjunjung paham humanisme dan liberalisme, dan diikuti oleh negara-negara lain yang mengagumi paham ini. Saya tidak bermaksud mengkritik paham humanisme dan liberalisme, maupun negara-negara berdasarkan lokasinya; Toh rahmat Allah swt turun dalam berbagai bentuk dan hikmat-Nya terserak di seluruh alam, tinggal bagaimana kita saja untuk mengambil sikap --sesuai dengan Quran dan Hadits, tentunya.

    Dengan demikian, berarti nikah (dalam pengertian aslinya, yaitu dengan lawan jenis), sebagaimana terapi reparatif / reorientasi tentu bukanlah jalan yang ditawarkan. Asosiasi Psikiater Amerika (perlu dikutip karena menjadi acuan di seluruh dunia) menegaskan bahwa terapi ini (sebagaimana pernikahan -- pen.) ini bisa menimbulkan tekanan, kecemasan, depresi-- yang selanjutnya bisa menurunkan tinglkat kesehatan mental (dan fisik) ybs. Kesimpulannya, ini berbahaya; Terutama kemudian didapati kasus-2 sbb:

    1. Bbrp gay menikah dengan tujuan menutupi dorongan homoseksualnya, atau 'menyembuhkan' diri dengan harapan yang tidak realistis;

    2. Pernikahan ini rentan terhadap stres, masalah performa seksual, kecurigaan, kecemburuan, perselingkuhan, dll.

    3. Pada akhirnya, toh pernikahan ini kandas juga; dan si gay ybs harus menghadapi dorongannya.

    Ini tidak bermaksud menakut-nakuti, lho. Bisa dicek di bbrp situs,misalnya www.psych.org/public_info/homosexual12.pdf

    Namun demikian, seperti yang telah kita ketahui, rahmat-Nya terserak memenuhi alam. "Allah tidak pernah memberi umat-Nya cobaan melebihi kapasitasnya untuk mengatasinya." Tentu saja, alternatif untuk mengatasinya sudah dimuat dalam Al Quran dan Hadits. Bahkan, kalau kita mengutip pandangan humanisme, sebenarnya manusia tidaklah tunduk sepenuhnya pada dorongan dalam dirinya: Ada kecenderungan imanen (untuk mengikuti dorongan 'alamiah' untuk menghindari kesulitan dan mencari kesenangan) dan transenden (untuk melepaskan diri dari ketundukan pada imanensi memenuhi undangan illahi).

    Bukankah telah dijelaskan bahwa bagi kita telah disediakan 2 jalan? Bukankah neraka itu berpagar roti, dan surga itu berpagar duri? Sebenarnya inilah yang menjadi masalah bagi kita: Terlalu terfokus pada dosa kita dan melupakan sifat Rahman dan Rahim Nya, kurang yakin bahwa kita masih punya jalan dan kesempatan untuk memenuhi undangan-Nya. Semoga kita semua diberinya ketabahan untuk menghadapi cobaan-Nya Amin

    Banyak yang menyangka, bahwa jika hati dan pikiran kita beda dengan dorongan nafsu dan perilaku kita, maka berarti kita munafik. Ini jadi makanan sehari-hari bagi muhajirin, dan mempertanyakan seberapa rendah keimannya. Saya punya opini, bahwa hal ini merupakan penyimpangan dari makna asli kemunafikan: Perilaku dan tutur katanya tunduk, hati dan pikirannya menolak-Nya. Sungguh berlawanan, bukan?Ini saya katakan semata-mata agar kita (terutama saya) tidak putus asa dari rahmat-Nya. Juga bagi mereka yang menikah, dengan maksud mengendalikan dorongan homoseksualnya. Saya yakin, Insya Allah, fungsi pernikahan sebagai pelindung bagi pelakunya akan berjalan.

    Amin.

    Mr.LSP:

    Logika sederhananya adalah dengan menikah, peluang untuk berkencan bebas, baik dengan lelaki maupun perempuan yang bukan istri akan tereduksi. Bagaimanapun sibuknya, lazimnya seorang suami kan pulang kantor harus ke rumah. Mau cari alasan untuk pulang malam karena selingkuh dulu dengan pacar gay-nya misalnya jadi sulit karena yang namanya berbohong model ini sangat sulit karena harus logis dan konsisten.

    Jadi betatapun dampak buruk yang mungkin timbul, menikah adalah salah satu cara efektif mereduksi kencan gay. Syukur kalau bisa secara total menghilangkannya. Salah satu rekan mailing-list kita ini yang pernah mengontak saya melalui japri patut dijadikan contoh ke-istiqomah-an seorang gay yang ingin berhijrah. Hatinya resah karena yakin bahwa perilakunya selama ini tidak diridhoi Allah. Bersyukurlah seseorang yang masih memiliki nurani seperti teman kita ini. Saya sendiri sangat sedih, karena hati saya seperti telah tertutup. Naudzu billaahi min daalik.

    .
  • Laki-Laki Menyerupai Wanita dan Wanita Menyerupai Laki-Laki

    Posted by Admin pada 15/05/2009

    Hukum Berpenampilan dan Berperilaku seperti Lawan Jenis

    Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata:



    “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Al-Bukhari no. 5885, 6834)

    Ath-Thabari rahimahullah memaknai sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas dengan ucapan: “Tidak boleh laki-laki menyerupai wanita dalam hal pakaian dan perhiasan yang khusus bagi wanita. Dan tidak boleh pula sebaliknya (wanita menyerupai laki-laki).” Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah menambahkan: “


    Demikian pula meniru cara bicara dan berjalan. Adapun dalam penampilan/ bentuk pakaian maka ini berbeda-beda dengan adanya perbedaan adat kebiasaan pada setiap negeri. Karena terkadang suatu kaum tidak membedakan model pakaian laki-laki dengan model pakaian wanita (sama saja), akan tetapi untuk wanita ditambah dengan hijab.



    Pencelaan terhadap laki-laki atau wanita yang menyerupai lawan jenisnya dalam berbicara dan berjalan ini, khusus bagi yang sengaja. Sementara bila hal itu merupakan asal penciptaannya maka ia diperintahkan untuk memaksa dirinya agar meninggalkan hal tersebut secara berangsur-angsur. Bila hal ini tidak ia lakukan bahkan ia terus tasyabbuh dengan lawan jenis, maka ia masuk dalam celaan, terlebih lagi bila tampak pada dirinya perkara yang menunjukkan ia ridla dengan keadaannya yang demikian.” Al-Hafidz rahimahullah mengomentari pendapat Al-Imam An-Nawawi rahimahullah yang menyatakan mukhannats yang memang tabiat/ asal penciptaannya demikian, maka celaan tidak ditujukan terhadapnya, maka kata Al-Hafidz rahimahullah, hal ini ditujukan kepada mukhannats yang tidak mampu lagi meninggalkan sikap kewanita-wanitaannya dalam berjalan dan berbicara setelah ia berusaha menyembuhkan kelainannya tersebut dan berupaya meninggalkannya. Namun bila memungkinkan baginya untuk meninggalkan sifat tersebut walaupun secara berangsur-angsur, tapi ia memang enggan untuk meninggalkannya tanpa ada udzur, maka ia terkena celaan.” (Fathul Bari, 10/345)



    Al-Imam An-Nawawi rahimahullah memang menyatakan: “Ulama berkata, mukhannats itu ada dua macam.

    Pertama: hal itu memang sifat asal/ pembawaannya bukan ia bersengaja lagi memberat-beratkan dirinya untuk bertabiat dengan tabiat wanita, bersengaja memakai pakaian wanita, berbicara seperti wanita serta melakukan gerak-gerik wanita. Namun hal itu merupakan pembawaannya yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memang menciptakannya seperti itu. Mukhannats yang seperti ini tidaklah dicela dan dicerca bahkan tidak ada dosa serta hukuman baginya karena ia diberi udzur disebabkan hal itu bukan kesengajaannya.


    Karena itulah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada awalnya tidak mengingkari masuknya mukhannats menemui para wanita dan tidak pula mengingkari sifatnya yang memang asal penciptaan/ pembawaannya demikian. Yang beliau ingkari setelah itu hanyalah karena mukhannats ini ternyata mengetahui sifat-sifat wanita (gambaran lekuk-lekuk tubuh wanita) dan beliau tidak mengingkari sifat pembawaannya serta keberadaannya sebagai mukhannats.

    Kedua: mukhannats yang sifat kewanita-wanitaannya bukan asal penciptaannya bahkan ia menjadikan dirinya seperti wanita, mengikuti gerak-gerik dan penampilan wanita seperti berbicara seperti mereka dan berpakaian dengan pakaian mereka. Mukhannats seperti inilah yang tercela di mana disebutkan laknat terhadap mereka di dalam hadits-hadits yang shahih.

    Adapun mukhannats jenis pertama tidaklah terlaknat karena seandainya ia terlaknat niscaya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak membiarkannya pada kali yang pertama, wallahu a’lam.” (Syarah Shahih Muslim, 14/164)

    Namun seperti yang dikatakan Al-Hafidz rahimahullah, mukhannats jenis pertama tidaklah masuk dalam celaan dan laknat, apabila ia telah berusaha meninggalkan sifat kewanita-wanitaannya dan tidak menyengaja untuk terus membiarkan sifat itu ada pada dirinya.

    Dalam Sunan Abu Dawud dibawakan hadits dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, ia berkata:
    لِ


    “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang memakai pakaian wanita dan wanita yang memakai pakaian laki-laki.” (HR. Abu Dawud no. 3575. Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah berkata: Hadits ini hasan dengan syarat Muslim).

    Asy-Syaikh Muqbil rahimahullah dalam kitab Al-Jami’ush Shahih (3/92) menempatkan hadits ini dalam kitab An-Nikah wath Thalaq, bab Tahrimu Tasyabbuhin Nisa’ bir Rijal (Haramnya Wanita Menyerupai Laki-Laki), dan beliau membawakannya kembali dalam kitab Al-Libas, bab Tahrimu Tasyabbuhir Rijal bin Nisa’ wa Tasyabbuhin Nisa’ bir Rijal (Haramnya Laki-Laki Menyerupai Wanita dan Wanita Menyerupai Laki-Laki) (4/314).

    Dalam masalah laki-laki menyerupai wanita ini, Al-Imam An-Nawawi rahimahullah mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan laki-laki dan perempuan di mana masing-masingnya Dia berikan keistimewaan. Laki-laki berbeda dengan wanita dalam penciptaan, watak, kekuatan, agama dan selainnya. Wanita demikian pula berbeda dengan laki-laki. Siapa yang berusaha menjadikan laki-laki seperti wanita atau wanita seperti laki-laki, berarti ia telah menentang Allah dalam qudrah dan syariat-Nya, karena Allah Subhanahu wa Ta’ala memiliki hikmah dalam apa yang diciptakan dan disyariatkan-Nya.


    Karena inilah terdapat nash-nash yang berisi ancaman keras berupa laknat, yang berarti diusir dan dijauhkan dari rahmat Allah, bagi laki-laki yang menyerupai (tasyabbuh) dengan wanita atau wanita yang tasyabbuh dengan laki-laki. Maka siapa di antara laki-laki yang tasyabbuh dengan wanita, berarti ia terlaknat melalui lisan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula sebaliknya….” (Syarah Riyadhish Shalihin, 4/288)



    Dan hikmah dilaknatnya laki-laki yang tasyabbuh dengan wanita dan sebaliknya, wanita tasyabbuh dengan laki-laki, adalah karena mereka keluar/menyimpang dari sifat yang telah Allah Subhanahu wa Ta’ala tetapkan untuk mereka. (Fathul Bari, 10/345-346)

    Asy-Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata: “Apabila seorang laki-laki tasyabbuh dengan wanita dalam berpakaian, terlebih lagi bila pakaian itu diharamkan seperti sutera dan emas, atau ia tasyabbuh dengan wanita dalam berbicara sehingga ia berbicara bukan dengan gaya/ cara seorang lelaki (bahkan) seakan-akan yang berbicara adalah seorang wanita, atau ia tasyabbuh dengan wanita dalam cara berjalannya atau perkara lainnya yang merupakan kekhususan wanita, maka laki-laki seperti ini terlaknat melalui lisan makhluk termulia (Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, pen.). Dan kita pun melaknat orang yang dilaknat oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Syarah Riyadhish Shalihin, 4/288)

    Perbuatan menyerupai lawan jenis secara sengaja haram hukumnya dengan kesepakatan yang ada (Fathul Bari, 9/406) dan termasuk dosa besar, karena Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu dan selainnya mengatakan: “Dosa besar adalah semua perbuatan maksiat yang ditetapkan hukum had-nya di dunia atau diberikan ancaman di akhirat.” Syaikhul Islam menambahkan: “Atau disebutkan ancaman berupa ditiadakannya keimanan (bagi pelakunya), laknat9, atau semisalnya.” (Mukhtashar Kitab Al-Kabair, Al-Imam Adz-Dzahabi, hal. 7)

    Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu memasukkan perbuatan ini sebagai salah satu perbuatan dosa besar dalam kitab beliau yang masyhur Al-Kabair, hal. 145.

    Adapun sanksi/hukuman yang diberikan kepada pelaku perbuatan ini adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits berikut:



    “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita (mukhannats) dan wanita yang menyerupai laki-laki (mutarajjilah10). Dan beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Keluarkan mereka (usir) dari rumah-rumah kalian”. Ibnu Abbas berkata: “Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pun mengeluarkan Fulan (seorang mukhannats) dan Umar mengeluarkan Fulanah (seorang mutarajjilah).” (HR. Al-Bukhari no. 5886)

    Hadits ini menunjukkan disyariatkannya mengusir setiap orang yang akan menimbulkan gangguan terhadap manusia dari tempatnya sampai dia mau kembali dengan meninggalkan perbuatan tersebut atau mau bertaubat. (Fathul Bari, 10/347)

    Mereka harus diusir dari rumah-rumah dan daerah kalian, kata Al-Qari. (‘Aunul Ma’bud, 13/189)

    Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu menyatakan: Ulama berkata: “Dikeluarkan dan diusirnya mukhannats ada tiga makna:

    Salah satunya, sebagaimana tersebut dalam hadits yaitu mukhannats ini disangka termasuk laki-laki yang tidak punya syahwat terhadap wanita tapi ternyata ia punya syahwat namun menyembunyikannya.

    Kedua: ia menggambarkan wanita, keindahan-keindahan mereka dan aurat mereka di hadapan laki-laki sementara Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang seorang wanita menggambarkan keindahan wanita lain di hadapan suaminya, lalu bagaimana bila hal itu dilakukan seorang lelaki di hadapan lelaki?

    Ketiga: tampak bagi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dari mukhannats ini bahwa dia mencermati (memperhatikan dengan seksama) tubuh dan aurat wanita dengan apa yang tidak dicermati oleh kebanyakan wanita. Terlebih lagi disebutkan dalam hadits selain riwayat Muslim bahwa si mukhannats ini mensifatkan/ menggambarkan wanita dengan detail sampai-sampai ia menggambarkan kemaluan wanita dan sekitarnya, wallahu a’lam.” (Syarah Shahih Muslim, 14/164)



    Bila penyerupaan tersebut belum sampai pada tingkatan perbuatan keji yang besar seperti si mukhannats berbuat mesum (liwath/homoseks) dengan sesama lelaki sehingga lelaki itu ‘mendatanginya’ pada duburnya atau si mutarajjilah berbuat mesum (lesbi) dengan sesama wanita sehingga keduanya saling menggosokkan kemaluannya, maka mereka hanya mendapatkan laknat dan diusir seperti yang tersebut dalam hadits di atas. Namun bila sampai pada tingkatan demikian, mereka tidak hanya pantas mendapatkan laknat tapi juga hukuman yang setimpal11.

    Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk mengeluarkan mukhannats dari rumah-rumah kaum muslimin agar perbuatan tasyabbuhnya (dengan wanita) itu tidak mengantarkannya untuk melakukan perbuatan yang mungkar tersebut (melakukan homoseks)12. Demikian dikatakan Ibnu At-Tin rahimahullahu seperti dinukil Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullahu (Fathul Bari, 10/345).


    Kesimpulan: hukum mukhannats memandang wanita ajnabiyyah (non mahram)



    Dalam hal ini, fuqaha terbagi dua pendapat:

    Pertama: mukhannats dihukumi sama dengan laki-laki jantan yang berselera terhadap wanita. Demikian pendapat madzhab Al-Hanafiyyah terhadap mukhannats yang bersengaja tasyabbuh dengan wanita padahal memungkinkan bagi dirinya untuk merubah sifat kewanita-wanitaannya tersebut. Sebagian Al-Hanafiyyah juga memasukkan mukhannats yang tasyabbuh dengan wanita karena asal penciptaannya walaupun ia tidak berselera dengan wanita, demikian pula pendapat Asy-Syafi’iyyah. Adapun madzhab Al-Hanabilah berpandangan bahwa mukhannats yang memiliki syahwat terhadap wanita dan mengetahui perkara wanita maka hukumnya sama dengan laki-laki jantan (tidak kewanita-wanitaan) bila memandang wanita.

    Dalil yang dipegangi oleh pendapat pertama ini adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:



    “Katakanlah kepada kaum mukminin, hendaklah mereka menundukkan pandangan mata mereka….” (An-Nur: 30)

    Adapun dalil yang mereka pegangi dari As Sunnah adalah hadits Ummu Salamah dan hadits Aisyah radhiallahu ‘anhuma tentang mukhannats yang menggambarkan tubuh seorang wanita di hadapan laki-laki sehingga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mukhannats ini masuk menemui istri-istri beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

    Kedua: mereka berpandangan bahwa mukhannats yang tasyabbuh dengan wanita karena memang asal penciptaannya demikian (tidak bersengaja tasyabbuh dengan wanita) dan ia tidak berselera/ bersyahwat dengan wanita, bila ia memandang wanita ajnabiyyah maka hukumnya sama dengan hukum seorang lelaki bila memandang mahram-mahramnya. Sebagian Al-Hanafiyyah berpendapat boleh membiarkan mukhannats yang demikian bersama para wanita.

    Namun si wanita hanya boleh menampakkan tubuhnya sebatas yang dibolehkan baginya untuk menampakkannya di hadapan mahram-mahramnya dan si mukhannats sendiri boleh memandang wanita sebatas yang diperkenankan bagi seorang lelaki untuk memandang wanita yang merupakan mahramnya. Demikian yang terkandung dari pendapat Al-Imam Malik rahimahullahu dan pendapat Al-Hanabilah.

    Dalil mereka adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:


    أ
    “atau laki-laki yang mengikuti kalian yang tidak punya syahwat terhadap wanita.”

    Di antara ulama salaf ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan:





    (yang tidak punya syahwat terhadap wanita) adalah mukhannats yang tidak berdiri kemaluannya.

    Dari As Sunnah, mereka berdalil dengan hadits Aisyah radhiallahu ‘anha (yang juga menjadi dalil pendapat pertama). Dalam hadits Aisyah ini diketahui bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada awalnya membolehkan mukhannats masuk menemui istri-istri beliau karena menyangka ia termasuk laki-laki yang tidak bersyahwat terhadap wanita. Namun ketika beliau mendengar mukhannats ini tahu keadaan wanita dan sifat mereka, beliau pun melarangnya masuk menemui istri-istri beliau karena ternyata ia termasuk laki-laki yang berselera dengan wanita.

    Inilah pendapat yang rajih, insya Allah Subhanahu wa Ta’ala.

    Adapun bila si mukhannats punya syahwat terhadap wanita, maka hukumnya sama dengan laki-laki jantan yang memandang wanita ajnabiyyah. (Fiqhun Nazhar, hal. 172-176)

    Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.


    1 Seperti pendapat Mujahid rahimahullahu (Tafsir Ibnu Katsir, 5/402)

    2 Kata ‘Ikrimah rahimahullahu: “Dia adalah mukhannats yang tidak bisa berdiri dzakarnya. (Tafsir Ibnu Katsir, 5/402). Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuma mengatakan: “Dia adalah laki-laki yang tidak memiliki syahwat terhadap wanita.”

    3 Yakni dengan empat lekukan pada perutnya.

    4 Ujung lekukan itu sampai ke pinggangnya, pada masing-masing sisi (pinggang) empat sehingga dari belakang terlihat seperti delapan. Al-Khaththabi rahimahullahu menjelaskan: “

    .
Sign In or Register to comment.