Tidak seperti wanita yang dilahirkan dengan satu set jumlah sel telur lengkap, laki-laki terus menerus memproduksi sperma baru sepanjang hidupnya. Tiap-tiap 16 hari, sel-sel di testis akan membelah dan DNA di dalamnya disalin ke sel yang baru guna membuat sperma baru.
Ini memang membanggakan kaum pria. Tapi sebaiknya mereka harus tahu fakta ini. Menurut sebuah penelitian, makin lama seorang pria menunda memiliki anak, maka makin besar kemungkinan spermanya menjadi mutan. Para peneliti memperingatkan bahwa ayah berumur tua memiliki resiko lebih tinggi memiliki anak dengan gangguan seperti autisme atau schizophrenia.
Sperma yang dihasilkan pria berumur ternyata berkualitas miskin. Oleh sebab itulah mutasi menyebabkan sel induk dalam testis membelah diri menjadi abnormal.
Berapa sih pria berumur itu? Para ilmuwan memperingatkan bagi para pria berusia 40 tahun memiliki resiko lebih banyak mengalami mutasi genetik yang berpotensi mewariskan gangguan penyakit itu.
Para peneliti mencermati sequencing DNA dari 78 orang tua dan anak-anaknya di Islandia. Merek menemukan korelasi langsung antara usia ayah dan jumlah mutasi yang terkait dengan gangguan autisme dan schizophrenia dalam DNA anak.
[img][/img]
Usia ibu tidak mempengaruhi resiko ini. "Hingga saat ini, masyarakat masih saja terfokus pada usia ibu," kata Dr Kari Stefansson dari Decode Genetics, sebuah perusahaan riset genetik terkemuka yang memimpin penelitian. Menurutnya, gangguan seperti schizophrenia dan autisme sebenarnya dipengaruhi oleh usia ayah dan bukan ibu.
Bagaimana sperma pria yang sudah berumur bisa berubah menjadi mutan? Tubuh sangat akurat membuat salinan DNA ini sama persis. Tapi ada kemungkinan membuat kesalahan. Nah, kesalahan salinan DNA ini disebut dengan mutasi genetik.
Logikanya, pria yang makin bertambah usianya, proses penyalinan menjadi lelah sehingga kurang efisien. Maka terbentuklah sperma yang bermutasi itu.
Jika sperma bermutasi ini kemudian menyumbang peran dalam pembentukan janin, maka ada banyak kesempatan perkembangan janin tersebut mengalami permasalahan. Misalnya, jika mutasi dalam gen mengendalikan perkembangan otak, maka bisa menyebabkan autisme atau scizofrenia.
Masih berniat menunda?
[img][/img]
Comments