It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Cinta?
Kata orang, cinta itu universal, bermakna luas dan tidak memandang usia atau jenis kelamin.
Cinta, bisa membuat orang bahagia, bisa juga membuat orang menjadi gila, bahkan bisa membuat orang tiba-tiba nekad melukai diri sendiri atau orang lain.
Cinta... Sesuatu yg bisa dirasakan, tak bisa dilihat atau didengar. Lebih aneh dari udara yg sering kita hirup.
Cinta. Kata mamaku, jika cinta muncul dari tatapan mata lalu langsung turun kehati, namanya cinta pada pandangan pertama, dan kalau cinta itu tumbuh tanpa melewati otak atau pikiran kita, namanya cinta buta.
Dira menghentikan ketikannya. Ia menoleh kesamping tempat ia duduk. Dira tersenyum.
Cinta itu... Terasa indah apabila 2 hati saling berbagi. Dan cinta itu menyengsarakan apabila hanya satu hati yg memberi atau cinta yg tak direstui, alias cinta yg terlarang.
Dira terdiam.
Ya... Cinta terlarang, cinta yg bakalan membuat banyak permasalahan. Tak seorangpun yg bakalan sepenuhnya menerima dan aku pun akan merasa tidak tenang jika berada salam jalinan cinta terlarang. Ketidaktenangan itulah yg mengindikasi bahwa cinta yg kita tumbuhkan adalah cinta terlarang.
Dira menatap lekat wajah yg tertidur disampingnya. Wajah putih bersihnya tampak begitu tenang.
Apa ia sedang bermimpi? Apakah dalam mimpinya ada aku?
Dira tersenyum.
"Dang, udah nyampe,"
Pria yg berada disampingnya itu perlahan membuka mata. Ia menatap kesegala penjuru ruangan. Ia sejenak menatap keluar, mengamati sesuatu.
"wah... Aku tidur nyenyak tadi, ampe perjalanan 1 jam tidak terasa," ucap pria berambut hitam lurus itu sambil tertawa. Tawa khasnya yg menggelegar.
"Ayo turun...", ajak Dira sambil beranjak duluan dari tempat duduk menuju pintu keluar gerbong kereta.
"Mau langsung pulang?" tanya Dadang, nama pria yang bersama Dira.
Dira hanya mengangguk.
"oya, aku mo ngasih ini sama kamu," ucap Dadang saat mereka tiba di gerbang stasiun cicalengka, ia mencari sesuatu dari dalam tas'nya. Ia serahkan sebuah kertas tebal bersampul plastik.
Surat undangan?
"Datang ya kenikahanku minggu depan..." ucap Dadang sambil mengukir senyum termanisnya. Tampak begitu bahagia dan tulus.
Dira mencoba menutupi keterkejutannya dan perasaan yg sebenarnya dengan mengukir senyum yg terasa berat untuk dilakukan.
"selamat ya..." hanya itu yg bisa diucapkannya.
"terimakasih. Semoga cepet nyusul ya..." ucap Dadang sambil beranjak dari tempat mereka berdiri. Kini tinggal Dira sendiri yang berada di gerbang stasiun.
Dira menatap pria yg sudah ia kenal 10 tahun itu dgn tatapan nanar.
Cinta... Itu tak selamanya memiliki.
Cinta itu tak selamanya harus sesuai dgn yg kita ingini.
Dira berlari menuju kamar mandi. Tetesan air mata pun mengalir tak bisa tertahankan lagi.
mana nh TS @d33Q [IMG]http://eemoticons.net/Upload/yoyo and cici funny monkey/26.gif[/IMG]
mana nh TS @d33Q [IMG]http://eemoticons.net/Upload/yoyo and cici funny monkey/26.gif[/IMG]
entar aku garap lagi ya nih cerita. :-D
moga dipermudah dapat inspirasinya.
siap.
Dira menarik laci meja lemari pakaiannya, ia ambil foto yang sudah lama ia simpan. Dira melangkah menuju tempat tidur, ia rebahkan tubuh diatasnya. Ia tatap lekat foto yang ada ditangannya. Sebuah foto yang diambil 2 tahun yang lalu.
Foto itu diambil saat Dira dan kelima teman SMA'nya -Budi, Dani, Feri, Amir dan Dadang- merayakan kelulusan dengan berkemah di Citengah, Sumedang, Jawa barat. Sabtu siang, Dira dan kawan-kawan berangkat dari bandung kota menuju sumedang menggunakan sepeda motor. Mereka boncengan, sehingga hanya 3 motor yang berada dalam rombongan kemah mereka.
Dira dan kawan-kawan melewati Jatinangor -daerah para pelajar berkumpul, daerah ini sangat ramai jika hari-hari biasa baik itu week-end ataupun week day, dan akan berubah drastis saat musim liburan semester atau hari raya tiba, suasana akan sangat sepi karena para mahasiswa dan pelajar kembali ke kampung halamannya masing-masing. Dia lihat suasana daerah itu begitu ramai, mungkin karena week-end.
Sepeda motor mereka melaju mendaki jalanan menanjak dan berliku-liku, melewati Tanjung Sari -salah satu daerah yang menyediakan susu segar di pasar tradisional dari para peternak lokal. Dira memperhatikan pemandangan disekitarnya, pemandangan indah mulai terlihat, hamparan sawah dan sungai yang mengalir dengan deras diantara petakan sawah tersebut. Dira tampak begitu terpesona dengan pemandangan itu.
"itu belum seberapa, di depan sana ada pemandangan yang lebih menakjubkan", ucap Amir memberi tahu, membuat Dira semakin penasaran.
"kami duluan..." ucap Budi seakan mengejek saat melewati kami. Budi pada waktu itu membonceng Dadang, sedangkan Dani membonceng Feri.
Sepeda motor kami terus melaju kearah timur, dan mereka memasuki wilayah jalan Cadas Pangeran. Sepeda motor mereka melewati patung dua orang yang sedang bersalaman, yang satunya berpakaian pribumi, sedangkan yang satunya lagi mirip orang belanda. Jalanan berkelok-kelok, di sisi kiri jalan tebing tinggi sedangkan sisi kanan adalah jurang yang dalam. Di tepi sebelah kanan tersebut, terdapat lampu-lampu bergaya eropa tempo dulu. Jalan cadas pangeran ini memang salah satu peninggalan Belanda yang sangat luar biasa dan menjadi jalan utama penghubung Bandung dengan sumedang. Jalan ini terbentang disepanjang tebing tinggi.
"kita istirahat dulu sambil menikmati pemandangan indah cadas pangeran," ucap Amir saat berhenti bersama teman yang lainnya di pertengahan jalan Cadas pangeran. Disana ada sebuah tempat pemberhentian sementara yang muat beberapa motor dan satu mobil kecil.
"gila!!! Kita diatas lembah?" ucap Dira hampir tidak percaya, "jalan ini sungguh menakjubkan... Hanya ditopang penyangga dari ujung tebing, bukan dari bawah jalannya, penyangganya pada besar..."
"yaps... Jalan ini memang salah satu peninggalan Belanda yang sangat luar biasa dan menelan ratusan korban jiwa dalam pembuatannya di jaman penjajahan belanda dulu," jelas Amir.
"kalian lihat tidak patung yang berada dipermulaan jalan ini?" tanya Dani.
"ya..." semuanya menjawab hampir bersamaan.
"apa kalian tahu maksud dari monumen patung tersebut?" tanya Dani lagi.
Semuanya menggeleng.
"patung tersebut adalah patung Deanles dan pangeran kusumadinata IX. Patung tersebut menggambarkan bahwa Pangeran Kusumadinati IX menentang kebiadaban Deanles dan pasukannya yang mengorbankan ribuan jiwa untuk membangun jalan raya tersebut. Di patung tersebut digambarkan bahwa pangeran Kusumadinata menerima jabat tangan dari Deanles dengan tangan kiri'nya. Itu adalah sebuat hinaan pada ajakan damai dari Deanles yang tetap menginginkan melanjutkan pembangunan jalan tersebut," jelas Dani.
Dira merasa ngeri membayangkan kejadian pada jaman penjajahan dulu. Ribuan jiwa menjadi korban hanya untuk membangun sebuah jalan...
"Dan sampai saat ini jalan ini lah yang menjadi andalan dalam menghubungkan Bandung dengan sumedang dan Cirebon. Pemerintah pernah membuat jalan tambahan yang dibagian atas tebing, namun selalu mengalami kendala. Menurut cerita yang beredar, mobil-mobil proyek selalu mengalami hambatan saat mengerjakan proyek jalan tersebut," jelas Amir.
"hambatan seperti apa maksudnya?" tanyaku penasaran.
"mobil yang digunakan selalu amblas," jawab Amir.
"aneh ya..." Dira semakin penasaran.
"kita lanjutin perjalanan sekarang aja yuk... Lama-lama disini bikin merinding," ucap Dadang panik.
Mereka rupanya setuju dengan ucapan Dadang, makanya mereka segera melanjutkan kembali perjalanan menuju Citengah, Sumedang.