It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@sikasepmauth @nukakarakter @iamyogi96 @iamalone89 @halaah @jjk_mod_on @dirpra @gdragonpalm @firdausi @Chocolate010185 @rajatega @05nov1991 @Just_PJ @andychrist @nur_hadinata @The_jack19 @kiki_h_n @alabatan @Dharma66 @LEO_saputra_18 @touch @AL's @jakaputraperdana @rully123 @bobo @pocari_sweat @mu @Rez1 @Raff @touch @Dharma66 @fery_danarto
@abadi37 @ijiQyut @bi_ngung @hantuusil @abadi_abdy @aDvanTage
@bayuaja01 @savanablue @justboy @Jf_adjah @bocahnakal96 @rarasipau @Alir @oxygen_full @Different @babybroww @amira_fujoshi @waisamru @ ken89 @darwin_knight @icha_fujo @ying_jie @timmysuryo @erickhidayat @ncholaaes @seventama @DM_0607 @jerukbali @adilope @surya_90 @badut @Zarfan @leviosha @alvian_reimond @RezzaSty @Beepe @maret elan @Didit_Praditya @alvian_reimond @amauryvassili1 @Achan @Jhoshan26 @echank @penggemar_dady @gymue_sant @handikautama @jacksmile @aii
Rico terduduk di ruang tengah rumahnya dengan tatapan terfokus pada sebuah benda berbentuk lembaran yang tergeletak di atas meja. Cukup lama Rico memandangi selembar surat undangan tersebut, hingga pada akhirnya Rico memutuskan untuk mengambil undangan itu dan di bukanya.
Mata Rico tak henti-hentinya membaca dan membaca ulang setiap huruf yang tertera pada undangan tersebut. Di saat Rico membalik lembar kedua undangan tersebut, secarik kertas terjatuh, perlahan-lahan Rico memungut kertas itu, dibukanya dan di bacanya.
Usai membaca, Rico meletakkan kembali undangan dan kertas itu di atas meja. Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa, kepala juga ia sandarkan pada sofa, matanya menatapi langit-langit rumahnya.
Rico memejamkan mata rapat-rapat, pikirannya melayang-layang pada kejadian beberapa bulan lalu, di mana dirinya masih bersama-sama dengan Agus. Seorang pria yang selama ini menjadi kekasih pujaan hatinya.
“aku tidak dapat melupakan senyumanmu
aku tidak dapat melupakan raut sedih wajahmu
aku tidak dapat melupakan baiknya dirimu
aku tidak dapat melupakan betapa egoisnya dirimu
aku tidak dapat melupakan langkah-langkah kita di bawah rintik hujan
aku tidak dapat melupakan sosok dirimu”
*****
( 6 month ago, the last night )
Rico tampak terlelap di atas sofa ruang tamu, jarum jam sudah menunjukkan pukul 23:00 malam. Ia dengan cepat terjaga dari tidurnya, ketika telinganya menangkap bunyi bel. Rico segera bangkit dan berjalan menuju pintu untuk membukakakn,
“sudah pulang” ucap Rico sembari menebar senyum,
Agus tak menjawab pertanyaan pemuda itu, ia hanya berlalu dari hadapan Rico kemudian merubuhkan dirinya di atas sofa, setelah menutup pintu, Rico segera menyusul Agus,
“ada apa? apa ada masalah?” tanya Rico sedikit heran,
Dengan kepala bersandar pada kepala sofa dan menengadah, Agus mengangguk,
“aku buatkan teh ya”
Awalnya Rico berniat untuk beranjak menuju dapur, tapi tangan Agus dengan cepat meraih tangan pemuda tersebut,
“duduklah” pinta Agus. Bagai kerbau yang di cocok hidungnya, Rico pun kembali duduk,
“aku ingin berbicara mengenai sesuatu padamu” sergah Agus,
“ini penting”sambungnya. Kedua alis Rico yang tebal dan rapi mengerut,
“ada apa? sepertinya serius sekali” Rico berusaha tersenyum di tengah ekspresi kebingungannya,
Agus mengangkat kepalanya, merubah posisi duduknya menjadi menghadap pada kekasihnya itu, di tatapnya wajah Rico dalam-dalam,
“sebenarnya...” Agus jeda, “ cukup berat bagiku untuk mengucapkan hal ini”
Rico terdiam, masih dengan ekspresi kebingungan ia membalas tatap Agus,
“aku...aku...”Agus terbata, “aku ingin mengakhiri hubungan ini” ucap Agus setelah beberapa kali melawan rasa canggungnya,
Rico terdiam, benar-benar terdiam, begitu pula dengan Agus, keduanya terdiam, menjadikan suasana ruang tamu dalam apartment itu tampak sunyi. Hanya suara detak jarum jam saja yang terdengar,
“kenapa?” tanya Rico dengan nada suara datar,
Agus masih terdiam,
“apa salahku?” tanya Rico lagi, kali ini nada suaranya sedikit bergetar,
Agus menggelengkan kepala,
“tidak ada apa-apa”
“tidak mungkin tidak ada apa-apa” timpal Rico cepat,
Agus meraih tangan Rico, di genggamnya erat-erat, lalu diciuminya berulang kali. Kemudian Agus meraih paksa tubuh Rico untuk di dekap,
“maafkan aku Rico, maafkan aku”
Rico tampak seperti orang ling lung yang berada di dalam dekapan Agus, perasaannya bercampur aduk. Agus melepaskan dekapannya, di pegangnya wajah Rico dengan kedua tangannya,
“aku janji.. aku janji, kita masih tetap bisa berkomunikasi”
Rico mengarahkan tangannya untuk melepaskan pegangan tangan Agus atas wajahnya,
“aku ingin mendengar satu alasan yang pasti”
Agus diam tak bergeming, kedua bola matanya tertuju lurus pada Rico,
“seberat apapun alasan yang kau ucapkan nantinya” Rico menghela nafas, seolah ruangan itu kekurangan oleh udara, hatinya terasa sesak dan sakit, “aku...aku berusaha menerimanya”
Agus melakukan hal yang serupa, ia menghirup nafas dalam-dalam, kemudian dengan perlahan menghembuskannya keluar,
“baiklah, aku akan jujur padamu”
Jantung Rico terasa berdetak dengan cepat menanti-nanti alasan yang akan di ucapkan oleh Agus,
“aku...a..aku di paksa menikah oleh orang tuaku”
Sebutir air bening, terjatuh dari pelupuk mata Rico, pemuda itu tampak membiarkannya, kulit wajahnya yang berwarna putih, tampak menjadi berwarna ke merahan,
“karena... karena mereka.. sudah tahu tentang hubungan kita”
Kata-kata terakhir dari mulut Agus ini, seolah-olah berubah menjadi sebuah tamparan yang luar biasa bagi Rico, ia terdiam membisu setelah mendengar pernyataan Agus kepadanya.
“tampaknya kau terlalu lelah, aku buatkan teh ya” ujar Rico yang dengan cepat bangkit dari duduk, memutar badan masuk ke dalam dapur.
*****
Setelah melewati berbagai pertimbangan yang cukup matang, Rico pun harus merelakan untuk melepas Agus, meskipun hatinya terlalu sangat menyayangkan semuanya. Pagi itu, ia membantu Agus untuk memasukkan pakaian-pakaian Agus ke dalam koper yang terbuka lebar di atas ranjang. Keduanya saling memasukkan baju ke dalam koper tanpa terdengar sepatah kata yang keluar dari mulut keduanya.
“dapatkah kau meninggalkan satu baju ini untukku?” pinta Rico memecah keheningan diantara keduanya, di saat Agus akan memasukkan sebuah pakaian yang Rico sangat suka jika Agus memakainya,
Agus berdiri menatapi Rico, kemudian menatapi pakaian yang berada di tangannya. Agus menuntun kembali kedua tangannya untuk memasukkan pakaian yang di pegangnya itu ke dalam lemari,
“terima kasih” ujar Rico.
Agus menarik koper dan berjalan perlahan keluar dari dalam kamar, sedangkan Rico, ia hanya terduduk di sisi ranjang. Di saat berada di ambang pintu kamar, Agus menyempatkan diri untuk berbalik melihati Rico yang terakhir kalinya, perpisahan ini sungguh terasa menyiksa dirinya.
*****
Dua minggu berlalu, Rico selalu menyendiri, di temani sepi.
Orang-orang dekatnya, merasa ada perubahan dari dalam diri Rico, ia menjadi tertutup, tidak ada lagi tanda-tanda keceriaan yang selalu terpancar di wajahnya.
Lama tidak ada kabar, hari itu, Rico menerima pesan singkat dari Agus yang isinya,
From : My Beib
+62877998001XX
Rico, selera berpakaianku sangat buruk,
sekarang ini, aku sedang memilih jas
apakah kau dapat datang membantuku
untuk memilihkan jas mana yang cocok untuk ku pakai nanti??
Rico tertegun membaca pesan singkat tersebut, dengan kasar ia memasukkan ponselnya itu ke dalam laci meja kerjanya, berusaha fokus pada layar komputer yang memuat berbagai file tentang pekerjaannya.
*****
Motor Rico terhenti di depan sebuah Buotique. Setelah melepaskan helm yang melindungi kepalanya, Rico membaca papan nama boutique tersebut. Dengan perasaan ragu-ragu, Rico melangkah masuk ke dalam boutique. Sesampainya di dalam boutique, Rico di sambut hangat oleh pegawai di dalam sana, Rico mengutarakan niat kedatangannya, pegawai boutique itu pun dengan cepat mengantar Rico untuk menemui Agus yang berada di lantai dua.
Sesampainya mereka di lantai dua, si pegawai pun berpamit diri, meninggalkan Rico seorang diri. Rico menatapi sekelilingnya, di sekelilingnya terdapat manequin yang di kenakan jas beraneka ragam, dan lampu-lampu sorot yang menjadikan manequin-manequie tersebut tampak gemerlap.
Sayup-sayup, Rico mendengar suara pintu terbuka, dengan vepat Rico menolehkan kepala menuju arah datangnya suara. Di lihatnya Agus yang keluar dari dalam kamar ganti mengenakan setelan jas,
“eh Rico, sudah datang” tukas Agus,
Rico tak menjawab, ia hanya tersenyum sebagai perwakilan jawaban atas tukasan Agus. Agus tampak berjalan mendekat ke arah Rico,
“bagaimana dengan jas yang ku kenakan ini? Apakah tampak bagus?”
Rico menatapi Agus dari kepala hingga kaki, lantas mengangguk pelan,
“bagus”
“benar?”
Rico kembali menganggukkan kepalanya,
“berarti, menurutmu bagus jika aku mengenakan setelan jas ini?”
Rico tak menjawab, ia mendekati Agus, kedua tangannya meraih dasi yang di kenakan oleh ‘mantan’ kekasihnya tersebut, ia membuka ikatan dasi, kemudian mengikatkan kembali dasi yang di kenakan oleh pria di hadapannya itu.
Agus membiarkan Rico melakukan hal itu, karena memang, selama tinggal bersama-sama dengan Rico, Rico lah yang setiap hari membetulkan ikatan dasi yang di kenakan oleh Agus.
Rico mundur dua langkah setelah dasi yang di ikatkan pada leher kemeja Agus selesai, ia menatapi Agus dari jarak ia berdiri. Agus benar-benar sangat tampan mengenakan jas tersebut,
“kenapa? mengapa melihatiku seperti itu?” tanya Agus,
“tidak ada apa-apa, aku hanya merasa kau sangat tampan dengan setelan jas ini”
Agus tertunduk malu, kemudian kembali memajukan langkahnya,
“aku ingin, kau mengikatkan dasiku di saat hari itu berlangsung” sergah Agus lirih, “apakah kau bersedia?”
Rico tertegun menatapi Agus, ia kemudian mengangguk sebagai tanda setuju. Sebuah kecupan hangat mendarat di kening Rico. Sebuah kecupan terakhir kali yang Rico rasakan dari Agus.
*****
( At Now )
“kau belum bersiap??” suara Vivi yang tiba-tiba, membelalakkan mata Rico yang sebelumnya terpejam, Rico memutar tubuhnya, melihati Vivi yang berdiri di belakangnya,
“apakah aku harus pergi?”
Vivi menghela nafas,
“kau sudah berjanji dengannya untuk ikut menghadiri, jadi kau harus datang”
Wajah Rico memelas, kemudian ia pun bangkit berdiri, menyusul Vivi yang sudah lebih dulu berjalan keluar rumah.
*****
Mobil yang di kendarai oleh Vivi yang turut serta membawa Rico, sampai pada pelataran parkir tempat acara berlangsung, papan bunga tampak berjejer di kiri dan kanan jalan sepanjang gedung. Disaat keduanya turun dari dalam mobil, mata Rico tak henti-hentinya memandangi tulisan-tulisan yang tertera di papan bunga.
Tempat acara di selenggarakan berada di lantai dua, Rico dan Vivi pun menaiki anak tangga untuk mencapai tempat acara di adakan. Sesampainya mereka di tempat acara, Lissa, kakak dari Agus, menangis dengan tersedu-sedu sembari memeluk tubuh pemuda tersebut. Usai bercakap-cakap sejenak dan menahan rasa haru, Lissa pun membiarkan Rico untuk menemui Agus.
Rico berdiri tepat menghadap Agus,
“Agus” panggil Rico lirih, “aku datang untuk mengikatkan dasi seperti yang kau pinta padaku” Rico membungkukkan badan, memberikan penghormatan terakhir pada Agus yang terbaring kaku di dalam sebuah peti.
Rico melangkahkan kakinya perlahan-lahan untuk mendekati peti, di lihatnya sosok Agus yang tampak seperti orang tertidur mengenakan jas yang di coba beberapa waktu lalu.
Rico mengulurkan tangan, membuka kain tipis transparan penutup peti, dan membetulkan ikatan dasi Agus untuk yang terakhir kalinya.
Wajah Agus benar-benar terlihat tenang. Selesai membetulkan ikatan dasi, Rico kembali menutupkan kain penutup untuk menutupi peti.
*****
Monolog
Rico terduduk di ruang tengah rumahnya dengan tatapan terfokus pada sebuah benda berbentuk lembaran yang tergeletak di atas meja. Cukup lama Rico memandangi selembar surat undangan tersebut, hingga pada akhirnya Rico memutuskan untuk mengambil undangan itu dan di bukanya.
Mata Rico tak henti-hentinya membaca dan membaca ulang setiap huruf yang tertera pada undangan tersebut. Di saat Rico membalik lembar kedua undangan tersebut, secarik kertas terjatuh, perlahan-lahan Rico memungut kertas itu, dibukanya dan di bacanya.
Sebuah surat terakhir yang di tulis oleh Agus sebelum dirinya menghembuskan nafas terakhirnya,
Isi surat :
Rico,
Jika suatu saat nanti kau membaca surat ini, itu artinya aku sudah meninggalkan dunia ini. Aku ucapkan banyak terima kasih kepadamu, karena selama ini kau sudah mau menemani hari-hariku dan melengkapi kehidupanku.
Aku tidak pernah menyesal mengatakan bahwa aku bahagia memilih mu untuk menjadi tambatan hatiku. Aku juga meminta maaf atas kebohonganku padamu, aku hanya tidak ingin kau khawatir dengan kondisi ku, maka dari itu aku berbohong kepadamu.
Sekali lagi aku meminta maaf kepadamu atas kebohonganku, aku hanya tidak ingin kau ikut menderita karena mengetahui aku yang berpenyakitan ini.
Rico,
Jika di kehidupan selanjutnya Tuhan mengijinkanku untuk memilih, aku ingin memilih untuk bersamamu kembali.
Terima kasih Rico, terima kasih.
Salam,
Agus.
Usai membaca, Rico meletakkan kembali undangan dan kertas itu di atas meja. Ia menyandarkan tubuhnya pada sofa, kepala juga ia sandarkan pada sofa, matanya menatapi langit-langit rumahnya.
_The End_
ada sebagian orang chinese yang meninggal itu, ngirim undangan buat ngehadirin upacara pemakaman, bedanya undangan acara orang meninggal ini warnanya gelap, nggak kayak undangan orang nikahan
mohon maaf kalo agak ngebingungin hehehehe
Lanjut..
Kpn cerbung nya di lanjutin