It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hua hua hua
*ketawa devil
@Prince_Manager lu bingung sama jenis kelamin nya ? Sama saya juga
dah noh gw pake poto gw sendiri noh yoga mau di apain coba iccch
Hehehe...
ooohhh.. ternyata tarry tuh cowok toh iiss mash brondong...akhirnya terjwb sdh sosok tarry selama berhari-hari penasaran....gimana wujud asli tarry
*toel sikit ah dagunya
wah yg bikinnya ternyata kgk sadar. haha
mungki karena perbedaan jdi bnyk yg suka habibi, klo org jpg khan kbnyakan kyk gtu.. jdi ketika ada habibi, dia terlihat sangat menarik.
waahhh TS nya bikin gue deg degan, ku harap beneran wkwkwk
"Apa kau marah, oneechan?" tanya Habibi agak memelas.
Haruka tidak menjawab. Ia masih sibuk mencuci piring kotor yang berserakan.
"Jawab aku, oneechan?" pintanya.
"Oneechan masih marah padamu." sahut Katsuo yang muncul tiba - tiba dari kamarnya.
"Aku juga marah padamu, oniichan." sambungnya.
"Aku tau kalau aku salah. Tapi, ini tidak seperti yang kalian pikirkan." ujarnya membela diri.
"Apanya yang salah. Kau dan Akio oniisan berciuman." ujar Katsuo sambil bersedekap, memasang wajah bengisnya.
"Aku kecewa padamu, Habibi oniichan."
"Aku dan Akio, tidak..."
"Tidak apa?" tanya Haruka geram. Matanya tajam menatap Habibi.
"Kau ingin bilang, kalau ciuman itu sebuah kecelakaan?" Habibi terdiam di hadapan dua kakak beradik itu.
"Kau menikmatinya. Aku bisa merasakan itu."
"Tapi itu tidak di sengaja. Akio tiba - tiba menciumku..." ujarnya sambil mengikuti gadis itu berjalan keruang tengah yang disusul oleh Katsuo.
"Dan kau tidak menolaknya." sahutnya ketus menyelah ucapan Habibi."
"Aku tidak memungkiri itu." ujarnya lirih mengakui kalau ia menikmati ciumannya bersama Akio.
"Tapi bukan berart..."
"Aku menyukaimu, Habibi-chan." potong Haruka dengan cepat.
"Hah." ujarnya agak kaget. Katsuo yang sedari tadi diam juga ikut terkejut.
"Aku menyukaimu Habibi-chan. Hatiku sangat sakit melihatmu berciuman dengan orang lain." ucapnya mulai terisak.
"Aku kira kau menyukai Akio."
"Itu tidak benar. Orang yang dari dulu aku sukai cuma kau. Aku sengaja mendekati Akio-san agar kau cemburu." airmatanya mulai mengalir deras. Ia terduduk lemas di ruang tengah.
"Tapi itu sia - sia. Kau tidak pernah cemburu. Kau tidak pernah menyukaiku." ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Flash back
"Apakah aku harus melakukannya, oneechan?" tanya Habibi saat tangannya membuka pintu apartemennya. Udara dingin langsung menusuk tulangnya. Ia merapatkan jaket dan syalnya.
"Tentu saja. Ini awal yang bagus agar hubungan kalian baik lagi. Kau harus memaafkannya." jawabnya bersemangat sambil mendorong tubuh Habibi hingga keluar dari pintu apartemen.
"Tapii.. Kenapa harus aku yang menemuinya? Bukankah Akio yang salah? Seharusnya dia yang datang menemuiku untuk minta maaf." Haruka diam termenung di depan pintu apartemen tetangga prianya itu.
"Benar juga. Seharusnya dia yang menemuimu." sahutnya agak lirih sambil berpikir.
"Benarkan? Jadi aku tidak perlu menemuinya kan?"
Tubuh Habibi ditahan oleh Haruka saat pria itu hendak menerobos masuk kembali kedalam apartemennya.
"Tapi tidak ada salahnya kan kalau kau yang lebih dulu menemuinya."
"Aku malu, oneechan."
"Malu untuk apa? Kau hanya perlu menemuinya dan mengatakan kalau kau sudah memaafkannya."
"Tidak semudah itu." tubuhnya kembali di dorong oleh Haruka saat ia kembali mencoba untuk menerobos masuk ke dalam apartemennya.
"Aku melarangmu masuk sebelum kau menemuinya." ancam Haruka lalu kemudian menutup pintu, membiarkan Habibi berdiam seorang diri di koridor apartemennya.
"Baiklah, aku akan melakukannya. Kau dengar?" serunya dari luar pintu. Nada suaranya terdengar kesal. Tapi Haruka tidak menyadarinya atau pura - pura untuk bersikap masa bodoh.
Beberapa menit kemudian, dengan perlahan ia membuka pintu apartemen tetangganya itu lalu mengintip Habibi dari celah pintu yang terbuka sedikit. Ia tertawa geli melihat Habibi sambil menahan hawa dingin terus mengetuk pintu apartemen Akio.
"Kemana pria itu? Kenapa lama sekali ia membuka pintu?" gumamnya sangat lirih.
Habibi yang menyadari Haruka sedang mengintipnya, segera berbalik kearah gadis itu.
"Tidak di buka." ucapnya agak lirih.
"Tunggu saja." balasnya juga dengan agak lirih.
"Tapi aku sudah kedinginan disini."
"Kau harus bertahan sampai ia membuka pintunya."
"Bagaimana kalau dia tidak ada di dalam? Aku akan mati membeku disini." keluhnya
"Aku yakin dia ada di dalam. Mungkin dia tertidur. Coba kau ketuk lagi pintunya!" suruhnya yang kemudian di turuti oleh Habibi.
"Semangat." sahutnya sambil mengepalkan tangan untuk menyemangati tetangganya itu.
Habibi menarik napas panjang lalu membuangnya dengan cepat. Ia kembali berbalik kearah pintu apartemen Akio, mencoba sekali lagi untuk mengetuk pintunya.
Saat tengah asyik memperhatikan Habibi yang sedang mengetuk pintu, Haruka dikejutkan oleh sesosok pria bertubuh jangkung yang tengah berjalan kearah Habibi. Ia sedikit mengecilkan celah pintu agar pria itu tidak menyadari keberadaannya.
"Habibi?" sahut Akio terkejut. Haruka dapat melihat dengan jelas ekspresi wajah Habibi yang terkejut dan mendadak menjadi tegang.
"A.. Ak.. Akio." jawab Habibi tergagap.
"Akhirnya kau keluar juga." sahutnya girang lalu kemudian ia memeluk tubuh Habibi dengan erat.
Haruka menghembuskan napasnya yang terasa berat. Ia juga ikutan tegang melihat pemandangan yang ada di depannya. Akio memeluk Habibi. Ia tidak pernah menduga kalau pria itu akan melakukannya. Ada yang beda dari pelukan Akio. Pelukannya mempunya arti lain dan ia dapat merasakannya.
Ia semakin melebarkan telinganya agar pendengarannya semakin jelas.
"Tidak salah lagi, itu bahasa Indonesia. Tapi, kenapa ia memakai bahasa Indonesia dengan Akio? Apakah Akio mengerti bahasanya? Sejak kapan ia belajar bahasa Indonesia?"
Berbagai pertanyaan menumpuk di pikirannya. Ia mengerutkan dahinya, mencoba mengartikan arti pembicaraan Habibi dan Akio.
"Aku sudah memaafkanmu, Akio." sahut Habibi.
"Maaf? Dia bilang maaf? Berarti dia sudah mengucapkan kalimat itu." gumamnya mencoba mengartinya ucapan Habibi. Setelah itu ia kembali mengamati pembicaraan kedua orang pria yang sama - sama tampan itu.
"Terima kasih, Habibi." jawab Akio girang. Haruka tersenyum. Lagi - lagi ia mengerti artinya.
"Kenapa kau mau melindungiku malam itu? Apa artinya?" tanya Haruka pada dirinya sendiri. Bingung.
"Apa artinya melindungi? Aku harus mencarinya di internet."
"To the point aja." sahut Habibi ketus.
"Hei, apanya yang to the point?" Haruka semakin bingung dibuatnya.
"Kenapa kau memakai bahasa yang tak ku mengerti, Habibi-chan? Kau selalu saja membuatku penasaran. Kalau saja kau bukan laki - laki yang aku sukai, sudah lama aku melemparmu pulang ke negaramu." sahutnya sangat lirih dengan nada kesal takut kedengaran oleh kedua pria yang ada di hadapannya.
"Jawab." ucapan Habibi membuatnya terkejut.
"Alasannya karena aku mencintaimu." Akio akhirnya menjawab desakan Habibi.
"Cinta? Apa maksudnya? Kenapa Akio menyebut kata cinta? Apa yang sebenarnya mereka bicarakan? Aaahh... Mereka bisa membuatku gila."
Saat ia masih menebak - nebak apa maksud dari kata yang di ucapkan oleh Akio pada Habibi. Tiba - tiba saja matanya dikejutkan oleh sebuah pemandangan yang sama sekali tak pernah di pikirkannya. Mata sipitnya terbelalak, jantungnya tiba - tiba saja berhenti berdetak, napasnya tertahan, persendiannya menjadi lemah seakan tak mampu lagi menopang tubuhnya yang mungil. Hatinya terasa sangat perih di barengi dengan Airmatanya yang mulai jatuh membasahi kedua belah pipinya yang mulus.
Akio mencium bibir Habibi dan tetangganya itu sama sekali tidak menolaknya. Ia tidak berusaha melepaskan bibir Akio dari bibirnya. Malah sebaliknya, Ia terlihat sangat menikmati ciuman yang diberikan oleh Akio. Haruka memegang dadanya. Sakit, itu yang ia rasakan.
Cukup lama ia memandangi kedua pria yang ada di hadapannya itu berciuman dengan begitu mesranya. Sambil menghapus airmatanya, tak sengaja matanya melirik sosok seorang pria yang berdiri tak jauh darinya.
Matanya terbuka lebar hingga bola matanya hampir terjatuh dari tempatnya saat melihat sosok Ishikawa Hiro berdiri tak jauh darinya. Mata mereka berdua kemudian saling bertemu. Ia bisa melihat airmata sedikit mengalir dari mata pria jangkung itu. Ia tahu, kalau pria itu sama terlukanya dengan dirinya.
* * * Habibi * * *
"Apa yang sudah aku lakukan?" tanyanya bingung sambil mondar mandir di dalam apartemennya.
Ia bingung dengan apa yang baru saja terjadi antara dirinya dan Akio. Ia tidak menyangka kalau Akio ternyata menyukainya. Di tambah lagi, pria Jepang itu tiba - tiba mencium bibirnya tanpa disadarinya.
"Kenapa aku tidak menolaknya? Kenapa aku malah menikmatinya?" sahutnya sambil memegang bibirnya sendiri. Ia masih bisa merasakan bibir Akio yang menciumnya dengan begitu lembut. Bahkan mainan lidahnya pun masih bisa ia rasanya.
"Aaahh ... Aku pasti sudah gila." sambungnya sambil mengacak rambutnya sendiri yang tidak gatal.
"Apa yang harus aku lakukan? Oneechan pasti sangat marah padaku. Ia pasti kecewa padaku. Dia kan sangat menyukai Akio." sahutnya gelisah.
"Tuhan, apa yang harus aku lakukan?"
*****
Setelah kejadian itu, sudah dua hari Haruka selalu menolak bertemu dengannya. Jangankan bertemu, sms maun telepon dariny puna sama sekali tak ada balasan dari gadis itu. Habibi sangat bingung harus berbuat apa. Bahkan kini, Katsuo ikut membencinya. Ia sama sekali tidak mau berbicara padanya.
Belum lagi ia harus menghadapi Akio yang sejak ciuman tak terduga itu. Sejak peristiwa itu, ia menganggap kalau Habibi kini telah resmi menjadi pacarnya.
"Kenapa kau kemari?" tanyanya saat Akio mendatang apartemennya.
"Aku ingin mengajak pacarku jalan - jalan." jawabnya tersenyum sambil memeluk tubuh Habibi lalu mengecup keningnya.
Ia merasa risih dengan sebutan pacar yang ucapkan oleh Akio, tapi tubuhnya sama sekali tidak menolak pelukan dari pria itu. Aneh.
"Kemana?" cuma itu kata yang bisa keluar dari mulutnya.
"Kemana saja asal bersamamu?" jawabnya.
"Ini pertama kalinya aku punya pacar seorang pria. Jadi, aku tidak tahu model pacarannya seperti apa?" sambungnya.
"Aku rasa jalan - jalan adalah kegiatan yang bisa kita lakukan berdua." lanjutnya lagi.
"Baiklah. Aku siap - siap dulu." Habibi merasa aneh dengan dirinya. Ia tidak menganggap kalau Akio adalah pacarnya, tapi ia juga tidak menolak ajakan pria yang mengaku pacarnya itu. Sungguh aneh.
"Oke." sahut Akio tersenyum lebar. Senang.