It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Setuju sekali @Dimz
Cuman mungkin sekarang masih di seputaran Sempai dan Akio.
Tp kalau kelamaan bisa lupa sama Yamada nih aku. Critain dikit please.
engak mau ahh nanti kena diabetes kalo d'kasih senyumkamu.....yg lain aja...
Kayaknya aku tahu jawabannya bahwa Yamada sudah mati dan ia ayah Sasuke.
@Prince_Manager salah atau betul nih???
Kalao salah maafkan dugaanku
Sudah seminggu ia mengurung dirinya sendiri di dalam apartemennya. Meskipun Akio sudah membujuknya agar mau membukakan pintu, tetap saja ia tidak bergerak sedikit pun dari tempat tidurnya. Untuk saat ini ia tidak mau menemui tetangganya itu. Perasaan marah dan bingung masih ada dalam dirinya.
Semenjak peristiwa yang terjadi di rumah seniornya, ia tidak pernah lagi menemui Ishikawa Hiro. Bahkan telepon dari seniornya itu pun ia abaikan. Saat Ishikawa Hiro mengetuk pintu apartemennya, ia juga sama sekali tidak bergerak dari tempat tidurnya.
Saat ini, ia tak ingin bertemu dengan siapa - siapa. Ia ingin sendiri dulu, menenangkan hati dan pikirannya. Meskipun awalnya kakek dan nenek Hiroshi sangat khawatir padanya, tapi pada akhirnya mereka pun memakluminya. Mereka tak lagi memaksa salah satu penyewa apartemennya itu untuk membukakan pintu. Mereka akan menunggu, sampai pemuda Indonesia itu membuka pintunya sendiri saat dirinya sudah merasa lebih baik.
"Apa kau baik - baik saja?" tanya Haruka memastikan keadaannya.
Haruka mempercepat kepulangannya dari Kyoto saat mendengar suara menangis Habibi saat pemuda itu meneleponya dua hari setelah pergantian tahun. Setelah mendapat telepon dari tetangga prianya itu, tanpa pikir panjang ia segera mengajak Katsuo untuk segera pulang ke Tokyo.
Awalnya ia akan tinggal dirumah pamannya selama seminggu, tapi baru dua hari di Kyoto Habibi meneleponya sambil menangis menceritakan apa yang tengah terjadi padanya. Akhirnya, karena merasa pemuda Indonesia itu sedang membutuhkannya maka ia pun mempercepat jadwal kepulangannya.
Awalnya, paman dan bibinya merasa heran karena gadis itu tiba - tiba merubah jadwal menginap mereka dirumah paman dan bibinya. Tapi, setelah mendapatkan penjelasan dari keponakannya. Keduanya pun mengizinkan. Katsuo yang mengetahui apa yang tengah terjadi pada Habibi, menjadi sangat khawatir. Adik Haruka itu cemas kalau sesuatu yang buruk akan terjadi pada pria yang ia cintai itu.
Sesampainya di apartemen sederhana milik kakek dan nenek Hiroshi, dengan tergesa - gesa mereka lalu menaiki tangga yang menuju ke lantai dua untuk menemui Habibi yang berada tepat di atas apartemen mereka. Tapi, saat keduanya berada di koridor lantai dua, nenek Hiroshi mencegah mereka untuk menemui pemuda itu. Kata wanita tua itu, Habibi perlu waktu untuk menenangkan diri. Meskipun ia sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi pada penyewa apartemennya itu.
Meskipun mereka sangat ingin menemui Habibi, tapi kakak beradik itu menuruti apa yang dikatakan oleh nenek Hiroshi. Pemuda itu butuh waktu untuk menenangkan pikirannya.
Setelah hampir lima hari menahan diri untuk tidak menemui Habibi. Kesabaran gadis itu pun habis ditelan oleh rasa khawatir dan penasaran yang terus menggorogoti hati dan pikirannya. Dengan memaksa dan mengancam akan menghancurkan pintu apartemen Habibi dengan pemotong pohon, akhirnya Habibi membuka pintu apartemennya.
"Aku kira kau sudah menjadi mayat hidup sekarang?" ejek gadis itu setelah berhasil masuk ke dalam apartemen Habibi.
Habibi tak menjawab perkataan Haruka, ia hanya diam sambil kembali duduk diatas kasurnya. Gadis itu mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru kamar tetanggannya itu.
"Kau sangat berantakan sekali, Habibi-chan." sahutnya saat melihat penampilan Habibi yang sangat kacau dengan rambut acak - acakan, mata yang lembab dan pakaian yang ia kenakan sudah mengeluarkan bau yang tak sedap.
"Sudah berapa hari kau tidak mandi?" lagi - lagi ia harus kecewa karena tak ada jawaban dari pemuda yang di hadapannya. Ia masih saja diam dengan tatapan mata yang kosong.
Haruka mendesah napas panjang. Ia lalu duduk di samping Habibi yang masih tak mau membuka suaranya.
"Kau bisa menceritakan semuanya padaku, Habibi-chan." sahutnya menoleh pada pria yang ada disampingnya. Ia tersenyum mencoba menyakinkan Habibi kalau ia akan selalu ada buatnya.
Habibi menoleh kearah gadis yang ada disampingnya. Beberapa saat kemudian, ia sudah berada dalam pelukan Haruka. Airmatanya kembali membanjiri kedua belah pipinya. Kacamatanya mulai berembun tapi ia tak berniat untuk melepaskan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya itu. Habibi tak lagi memikirkan kalau ia sedang menangis di depan seorang wanita, di pelukan seorang wanita yang selama ini menaruh perhatian padanya. Ia tak lagi memikirkan itu. Yang ada dalam pikirkannya ialah hanya ingin mengeluarkan semua uneg - uneg yang ada di dalam hatinya.
"Menangislah. Menangislah jika itu membuatmu menjadi lebih tenang." ucapnya sambil terus memeluk kepala Habibi dengan penuh perasaan iba. Airmatanya juga ikutan terjatuh membasahi kedua belah pipinya yang putih kemerahan.
Seperti kemarin,
jangan di koment dulu sebelum ceritanya bersambung ya gay.
Dan aku harap seterusnya akan seperti itu ya teman - teman. :-)
"Sepertinya Sasuke sangat menyukaimu, Habibi." sahut Ishikawa Hiro saat mengantarkan Habibi ke kamar Sasuke. Habibi tersenyum.
Anak polos berwajah malaikat itu tertidur di dalam pelukannya. Nampaknya ia sangat kelelahan setelah bermain. Habibi memang sangat menyenangi anak kecil. Ia bahkan bermimpi mau memiliki banyak anak bila ia berkeluarga nanti.
"Sepertinya ia akan lebih akrab denganmu daripada denganku." Sahutnya sekali lagi.
Habibi tersenyum lebar kearah seniornya lalu ia meletakkan tubuh mungil Sasuke di atas tempat tidurnya yang berwarna merah, berbentuk mobil yang mirip dengan film kartun animasi Amerika yang berjudul Cars. Habibi memandangi wajah Sasuke yang tengah tertidur pulas dengan napas yang teratur kemudian ia mengecup kening Sasuke.
"Kamar yang bagus." ujar Habibi memuji kamar Sasuke yang dindingnya berwarna perbaduan antara putih dan biru dengan gambar animasi dari film Cars sebagai walpapernya.
"Hana yang mendesainnya sendiri saat ia mengandung Sasuke." kenang Ishikawa Hiro.
"Ia sangat bahagia waktu itu. Ia tidak sabar untuk menyambut kelahiran Sasuke." matanya yang agak berair segera ia hapus. Ia tidak ingin Kalau Habibi sampai melihatnya.
Tapi sayang, Habibi melihatnya. Ia melihat seniornya tengah menghapus airmatanya. Ia tahu, seniornya itu sangat kehilangan adik perempuannya. Ishikawa Hiro sangat menyayanginya.
"Aku tahu kau sangat menyayangi Hana." sahut Habibi mendekati seniornya.
"Aku yakin, Hana pasti sangat bangga memiliki seorang kakak sepertimu." ia agak mendongak untuk menatap wajah seniornya lalu menghiburnya dengan memberikan sebuah senyuman. Pria jangkung itu membalas senyumannya.
"Apa aku boleh memeluknya?" pintanya.
"Tentu saja boleh." jawabnya dengan tersenyum.
Ishikawa Hiro pun memeluk tubuh Habibi dengan erat. Habibi balas memeluknya dengan menaruh dagunya di pundak kokoh milik seniornya.
*****
Waktu sudah menunjukkan pukul dua dini hari saat ayah Ishikawa mohon pamit untuk tidur duluan. Setelah ayah Ishikawa masuk ke dalam kamarnya, ia dan Ishikawa Hiro pun mulai beranjak ke kamar Ishikawa yang berada di lantai dua.
Awalnya ia menolak ajakan seniornya itu untuk mau menginap dirumah Ishikawa. Bukannya ia takut kalau seniornya itu akan berbuat yang tidak - tidak kepadanya. Ia cuma tidak terbiasa menginap dirumah orang lain. Ia selalu merasa tidak nyaman kalau harus tidur dirumah orang lain.
Ishikawa Hiro terus memaksanya untuk menginap karena ia ingin lebih lama bersama laki - laki yang ia sukai itu. Meskipun merasa tidak nyaman, ia akhirnya mengalah dan menyetujui permintaan senior.
"Tapi jangan macam - macam ya?" ancamnya.
"Aku tidak akan berbuat yang aneh - aneh kalau kau tidak memintanya duluan." jawabnya.
"Sampai kapan pun aku tidak akan memintanya." balas Habibi pasti. Ishikawa Hiro tertawa pelan.
"Setidaknya aku hanya akan minta sebuah ciuman dan sebuah pelukan hangat." Goda Ishikawa. Habibi menjadi kaku dengan menatap tajam kearah seniornya. Ishikawa Hiro tertawa terbahak - bahak melihat ekspresi ketakutan Habibi.
"Aku cuma bercanda." jawabnya masih tertawa. Habibi bernapas lega walau kini ia harus bersikap waspada.
Saat hendak menaiki tangga yang akan membawanya ke kamar Ishikawa yang berada di lantai dua. Tanpa sengaja matanya tertuju pada sebuah bingkai foto yang terletak rapi disana. Di foto tersebut terdapat seorang wanita yang tengah tersenyum dengan memakai pakaian pengantin khas pakaian Jepang berwarna merah. Ia mengenali wajah wanita itu. Ia adalah Hana ibu Sasuke, adik perempuan Ishikawa Hiro.
Terlihat jelas senyum bahagia yang terlukis indah di bibir merahnya, menambah kecantikan wajahnya. Di sampingnya terdapat seorang pria yang juga memakai pakaian pengantin khas jepang berwarna hitam. Tubuhnya terlihat tinggi dan tegak. Saat melihat wajah pengantin prianya, Habibi tertegun dibuatnya. Wajahnya seperti tidak asing baginya. Bentuk wajahnya, alisnya, Matanya, hidungnya, bibirnya bahkan senyumannya pun sama sekali tidak asing baginya. Tiba - tiba saja jantungnya berdebar sangat kencang.
Dengan agak ragu, ia semakin mendekati bingkai foto tersibuk. Otaknya berpikir sangat keras agar memorinya dapat mengingat pria yang ada di foto itu. Semakin ia berjalan mendekati foto itu, ingatan tentang orang tersebut semakin kuat tergambar dalam ingatannya. Bayangan orang tersebut semakin jelas dalam pelupuk matanya.
Dan saat sudah sangat dekat dengan foto tersebut, memori tentang laki - laki yang menjadi suami Hana itu tergambar dengan sangat jelas. Ia mengenali sosok pria itu. Tahi lalat yang berada di bawah bibir kirinya semakin memperjelas, kalau pria itu memang orang yang sangat ia kenali.
"Ada apa Habibi? " tanya Ishikawa bingung melihat tingkah pria yang ada disampingnya itu.
"Apa kau mengenalnya?" tanyanya lagi saat ia melihat mata Habibi terfokus pada gambar pria yang sedang memeluk pinggang Hana.
"Apa kau mengenal ayah Sasuke?" Habibi menoleh kearahnya. Matanya yang berkaca - kaca semakin membingungkannya.
wkkwka
bibir nya yoga rasa temulawak cubit pipi nya yoga
Habibi tak menjawabnya. Suaranya seakan tertahan. Ia hanya bisa membiarkan Airmatanya mulai membanjiri kedua belah pipinya. Tiba - tiba saja keseimbangannya goyah, pandangannya agak kabur, kakinya menjadi lemas seakan tidak mampu menopang tubuhnya sendiri. Hampir saja ia terjatuh kalau saja Ishikawa tidak dengan cepat menahan tubuhnya.
"Si.. Sia.. Siapa.. Siapa nama p.. Pria itu?" tanya Habibi terisak dengan mencoba kembali berdiri, membenarkan posisinya sambil menunjuk pria yang ada di samping Hana.
Ishikawa melirik kearah pria yang menjadi adik iparnya itu. Sekilas Ia memperhatikan wajahnya lalu kembali memperhatikan Habibi.
"Dia..."
"Apa benar dia bernama Yamada Hachiro?" ujarnya menyela. Ishikawa Hiro mengerutkan dahinya. Bingung.
"Bagaimana kau bisa ta.." ucapannya tertahan di tenggorokan. Tiba - tiba saja ia menyadari siapa orang yang di maksud oleh Habibi.
"Apa benar dia bernama Yamada Hachiro?" desaknya. Airmatanya semakin membasahi pipinya.
Ishikawa Hiro mengangguk lemah. Ia tidak pernah menyangka, kalau orang yang selama ini dicari oleh Habibi adalah Yamada Hachiro yang tak lain adalah suami dari adik perempuannya. Tak pernah sekalipun ia menduga kalau Yamada Hachiro yang di maksud Habibi adalah orang yang sangat di kenalinya.
"Jadi, selama ini kau sangat dekat dengannya?" tanyanya tak menyangka.
"Aku tidak..."
"Kenapa kau tidak pernah memberitahuku?"
"Aku tidak tahu kalau dia orang yang kau maksud."
"Bohong. Kau pasti bohong, sempai. Kau pasti sudah tahu kalau itu dia." tebaknya. Suaranya agak tertahan. Ia tidak ingin membangunkan seisi rumah.
"Aku bersumpah. Aku benar - benar tidak tahu." ujarnya menjelaskan sambil kedua tangannya mencoba memegang pundak Habibi, tapi Habibi menepisnya.
"Aku mohon percaya padaku." ujarnya memelas.
"Jadi, orang yang koma dirumah sakit itu adalah Yamada Hachiro. Orang yang selama tujuh tahun ini terus aku cari?" sahutnya dengan penuh isak.
"Dia sangat dekat denganku, tapi aku tidak pernah menyadarinya." sambungnya agak histeris.
"Maafkan aku." pinta Ishikawa memohon.
Habibi tidak menjawabnya. Tanpa sadar, Kakinya sudah mulai berlari menuju pintu keluar rumah Ishikawa. Panggilan dari seniornya itu tak lagi dihiraukannya. Yang ia inginkan sekarang adalah hanya ingin menjauh dari rumah itu. Dari foto tersebut.
"Habibi, tolong jangan pergi.." pinta Ishikawa sambil memegang tangan Habibi, menahannya pergi saat mereka berada di halaman rumah ayah Ishikawa.
"Aku ingin sendiri sekarang." jawabnya masih terisak sambil melepas pegangan Ishikawa.
"Tapi kau mau kemana? Ini sudah jam dua lewat?"
"Kemana saja." ujarnya. Lagi - laginya langkahnya di hentikan oleh tangan Ishikawa yang menahannya pergi.
Buukk ...
Tiba - tiba saja seseorang datang dari arah berlawanan dan langsung memukul Ishikawa Hiro hingga pria itu jatuh tersungkur ke tanah. Habibi bisa melihat darah segar keluar dari pelipis seniornya itu. Dengan perasaan terkejut ia menoleh kearah orang yang telah memukul seniornya.
"Kau? Apa yang kau lakukan?" tanyanya pada pria tersebut yang tak lain adalah Fujita Akio.
"Menyelamatkanmu darinya." jawabnya mantap.
Akio meraih tangan kanan Habibi lalu membawanya menuju kemobilnya. Habibi tak mencoba untuk melawan, ia membiarkan tubuhnya di tarik oleh tetangganya itu. Yang ia inginkan saat ini adalah menjauh dari foto itu, menjauh dari rumah megah itu, menjauh dari Ishikawa Hiro dan menjauh dari takdir yang sudah mempermainkan kehidupannya. Ia sempat melirik kearah seniornya yang mencoba berdiri sambil memegang pelipisnya yang berdarah. Mata mereka sempat bertemu sebelum pada akhirnya terputus karena Akio menyuruhnya masuk ke dalam mobil. Saat mobil mulai berjalan, Habibi melirik Ishikawa Hiro dari kaca spion yang tengah berdiri memandang kearahnya. semakin lama sosok Ishikawa Hiro semakin mengecil lalu kemudian menghilang.
To be Continue ...
Semoga suka ya gays.
Kritik dan saran'y masih dibutuhkan.
Terimakasih. :-)
@erickhidayat
@kimo_chie
@d_cetya
@Cowoq_Calm
@YogaDwiAnggara
@awanwanku
@TigerGirlz
@tarry
@babehnero
@jacksmile
@Zazu_faghag
@WYATB
@Agova
@eizanki
@half_blood
@agungrahmat
@Hantuusil
@yubdi
@Ricky89
@sugarpova
@arifinselalusial
@Gege_Panda17
@san1204
@Irfandi_Rahman
@kizuna89
@adzhar
@sinjai
@Hananta
@tialawliet
@sasadara
@dheeotherside
@Bintang96
@Jokerz
@alvaredza
@Gabriel_Valiant
@angelsndemons
@EdryEdrya
@iansunda
@bayumukti
@adjie_
@Yo_sap89
@nakashima
@rizky_27
@t1ar
@FransLeonardy_FL
@amira_fujoshi
@Yohan_Pratama
@Dimz
@Dafazartin
@Marohmar
Terima kasih ya udah mau mampir di lapak aku.
Hhmmm ....
Tapi kan aku udah bilang di awal,
jangan koment dulu sebelum ceritanya ada tulisan bersambungnya.
Jadi kepotong kan...
Hiks ... Hiks ... Hiks ... ;-(
kan udah dibilangin jangan koment dulu sebelum ceritanya bersambung.
Hiks ... Hiks ... ;-(
( lempar @tarry ke nusakambangan )
Yg penting ceritanya bagus dan tetap lanjut
I'm still reading this story