It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Lagi - lagi langit sore dihiasi dengan turunnya kepingan - kepingan salju yang empuk, berwarna putih dan berkilau seperti kristal. Sambil Menikmati secangkir coklat panas kemudian memandangi salju di sore hari dari balik jendela kaca apartemen di lantai dua, merupakan saat - saat yang paling menyenangkan bagi Habibi.
Ia tidak pernah menyangka kalau impiannya untuk bisa melihat salju secara langsung bisa tercapai. Dulu, ia selalu berkhayal bisa melihat salju. Merasakan tidur diatas salju, saling melempar salju dengan lawan bermain, membuat boneka salju, merasakan dinginnya bahkan mencicipi bagaimana rasanya salju.
Lagu one more night dari Maroon 5 yang berbunyi nyaring berhasil membuyarkan lamunannya. Ia segera meraih ponselnya yang terletak diatas meja tulis dekat jendela kaca yang berada disampingnya lalu menatap nama si pemanggil dari layar ponselnya.
"Moshimoshi? Sempai?" sahutnya datar.
"Habibi, apa kau sibuk?" tanya Ishikawa Hiro di ujung sana.
"Tidak, kenapa?" ia menggelengkan kepalanya walau Ishikawa Hiro tidak melihatnya.
"Apa kau punya acara malam ini?"
"Tidak." kali ini ia tidak menggelengkan kepala.
"Baguslah."
"Memangnya kenapa?" sela Habibi.
"Aku ingin mengajakmu keluar. Apa kau mau?"
Habibi berpikir sesaat.
"Baiklah, aku mau."
Daripada ia harus menghabiskan malam tahun baru seorang diri di dalam kamar apartemennya, mending ia menerima ajakan seniornya itu. Haruka dan Katsuo tadi pagi sudah berangkat ke Kyoto, kerumah paman dari ibunya. Sebenarnya dua kakak beradik itu sudah mengajaknya untuk ikut bersama mereka tapi dengan tersenyum lebar ia menolak ajakan tetangganya itu.
"Kau harus jaga kesehatan ya. Jangan tidur larut malam, jangan lupa makan nanti kau sakit. Kalau kau sakit, siapa yang akan merawatmu? Aku kan jauh. Kau harus selalu memakai syal kalau keluar rumah, kau kan tidak kuat dengan udara dingin. Jangan suka menggoda wanita, awas ya kalau genit. Oh, iya, aku lupa, kau tidak tertarik dengan wanita kan? Hehehe ... Tapi intinya jangan genit ya, terutama dengan fujita-chan my prince. Hei, dia kemana ya? Sudah dua hari aku tidak melihat wajah tampannya. Aaahh... Pria itu sungguh membuatku gila." ujar Haruka panjang lebar sebelum berangkat tadi pagi.
"Aku akan menjemputmu satu jam lagi." ujarnya dari ujung sana lalu memutuskan sambungan telepon.
*****
Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara ketukan dari balik pintu apartemennya. Ia melirik jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Apa sudah satu jam berlalu ya? Pikirnya.
"Akio-san?" sahutnya kaget melihat pria yang ada di depannya.
"Hai. Apa kabar?" ujarnya sambil tersenyum.
"Kau kemana saja? Sudah dua hari kami tidak melihatmu. Kami mengkhawatirkanmu."
"Apa kau serius?" tanyanya tak percaya. Habibi mengangguk.
"Haruka oneechan juga.."
"Kau benar - benar mengkhawatirkanku?" ujarnya menyela ucapan Habibi.
"Apa?" Habibi bingung mendengarnya.
"Kau benar - benar mengkhawatirkan aku?" tanyanya sekali lagi memastikan.
"Iya, tentu saja aku mengkhawatirkanmu. Kitakan berteta.." ucapannya terhenti ketika Akio tiba - tiba memeluk tubuhnya.
"A.. Akio, apa yang kau lakukan?" ujarnya lirih. Bingung.
"Terimakasih, terimakasih sudah mau mengkhawatirkan aku."
"Ehm." ujar seseorang berdehem. Habibi segera menjauhkan tubuh Akio darinya lalu menoleh ke sumber suara tersebut sambil membetulkan letak kacamatanya.
"Sempai?" ujarnya agak terkejut.
"Kapan datang?" sambungnya canggung.
"Baru saja." sahutnya datar.
"Apa kabar Fujita-san?" ujarnya beralih pada Akio yang berdiri tak jauh dari Habibi sambil agak membungkuk.
"Baik, bagaimana denganmu?" Akio balas membungkuk.
"Baik juga." balasnya.
"Apa kau sudah siap?" kali ini ia bertanya pada pria yang berdiri disamping Akio. Habibi mengangguk mengiyakan.
"Ayo kita pergi." ajaknya tersenyum.
"Kalian mau kemana?" tanya Akio kaget. Mata sipitnya bergantian menatap Habibi dan Ishikawa Hiro.
"Ishikawa sempai ingin mengajakku jalan - jalan."
"Jalan - jalan? Sekarang?" Habibi mengangguk, Ishikawa mengiyakan.
"Apa aku boleh ikut? Aku tidak punya acara apapun malam ini?"
Habibi menoleh kearah seniornya, meminta jawabannya.
"Maafkan aku Fujita-san. Mungkin lain kali, malam ini kami ada acara." tolaknya sopan masih tersenyum.
"Oh.. Begitu. Baiklah, tidak apa - apa." suaranya terdengar kecewa. Habibi bisa merasakan itu.
"Selamat bersenang - senang ya, selamat tahun baru." sambungnya.
*****
"Kenapa kita kerumah ayahmu?" tanyanya setelah tiba dirumah ayah Ishikawa Hiro.
"Aku ingin merayakan malam tahun baru bersama orang - orang yang special bagiku." jawabnya tersenyum.
Ini adalah percakapan mereka yang pertama setelah berpamitan dengan Akio. Sebenarnya Habibi ingin menjelaskan tentang pelukan Akio padanya, tapi ia ragu untuk menjelaskannya. Ia tidak ingin merusak suasana hati seniornya.
Jangan koment dulu ya gays sebelum ada tulisan bersambung diakhir cerita untuk hari ini. :-)
Anak berwajah malaikat itu berlari kearahnya. Habibi meraih tubuh kecilnya lalu mendekapnya dalam pelukannya. Selalu ada kenyamanan yang ia rasakan bila memeluk tubuh mungil Sasuke. Rasa kangen kepada adik - adiknya di Indonesia serasa terbayarkan dengan memeluknya.
Di halaman rumah itu terdapat sebuah meja lumayan besar yang di penuhi dengan berbagai macam makanan. Habibi tersenyum sambil membungkuk pada ayah Ishikawa. Beberapa orang pelayan nampak ikut berbaur dengan mereka.
"Aku senang melihatmu ada bersama kami. Semoga saja kau tidak punya acara lain." ujar ayah Ishikawa Hiro bersikap ramah.
"Aku juga senang bisa ikut bergabung, paman." jawabnya sopan.
"Ayo, silahkan makan. Kau pasti belum makan kan?" tawarnya.
"Terima kasih paman. Nanti aku ambil sendiri."
"Aah, baiklah kalau begitu. Aku tinggal sebentar ya." Habibi mengangguk.
"Terima kasih." ujar Habibi pada pria yang sedang duduk di sampingnya. Matanya terus mengawasi Sasuke yang tengah memegang kembang api ditangannya sambil berlarian bersama para pembantu yang ada di rumah ayah Ishikawa.
"Untuk apa?"
"Karena sudah mengajakku kemari."
"Apa kau senang?" Habibi menoleh kearahnya.
"Tentu saja."
"Apa kau merasa bahagia?"
"Iya." jawabnya mengangguk.
"Berarti kau mau menerimaku menjadi pacarmu kan?"
"Apaa?" ujarnya terkejut.
"Hehehe, aku cuma bercanda." Habibi meninju pelan lengan seniornya itu.
"Apa kau masih mencarinya?" pertannyaan itu membuatnya terdiam. Matanya kembali tertuju pada Sasuke yang sedang makan bersama kakeknya.
"Iya." jawabnya lirih.
"Apa kau masih mencintainya?" tanyanya lagi.
"Iya." jawabnya makin lirih. Ishikawa menghela napas panjang lalu membuangnya perlahan.
"Kau harus tetap semangat." Habibi menoleh kearahnya. Mata mereka saling beradu.
"Aku yakin, kau pasti akan bertemu dengannya." Habibi mengangguk mengiyakan.
5 4 3 2 1
Happy new year ...
Bersamaan dengan teriakan itu puluhan petasan meluncur ke langit lalu meletus mewarnai hitamnya langit malam. Bunyi terompet menggema dimana - mana dari mulut orang yang meniupnya. Sasuke bersorak kegirangan melihat percikan kembang api yang berwarna warni di atas langit.
"Indah sekali." sahut Habibi takjub.
"Habibi."
"Hm."
"Mari kita membuat harapan untuk di tahun baru ini."
"Iya." jawabnya mengangguk tersenyum pada Ishikawa. mereka berdua kemudian menutup mata dan mulai membuat harapan.
"Apa harapanmu di tahun dua ribu empat belas ini?"
"Aku ingin bertemu dengan Yamada Hachiro." jawabnya tersenyum.
"Aku sudah menduganya." Habibi terkekeh.
"Aku juga membuat satu permintaan."
"Apa?"
"Kalau di tahun ini aku tidak juga bertemu dengannya. Maka, aku meminta agar bisa melupakannya untuk selamanya." Ishikawa tersenyum lebar mendengarnya.
"Kalau kau, apa harapanmu?"
"Menjadi paman yang baik buat Sasuke."
"Kau sudah melakukannya."
"Dan juga aku berharap bisa memilikimu."
* * * Akio * * *
Akio di kejutkan dengan suara dari seorang pria. Sambil melepaskan pelukannya dari Habibi, ia menoleh kearah suara pria berdehem tersebut.
"Ternyata seniornya Habibi." gumamnya dalam hati.
"Apa kabar Fujita-san?" sapanya sambil membungkuk.
"Baik, bagaimana denganmu?" tanyanya basa basi.
"Baik juga. Apa kau sudah siap?" tanyanya pada Habibi. Pria itu mengangguk.
"Ayo kita pergi." ajaknya.
Pergi? Habibi dan Ishikawa? Di malam tahun baru? Gumamnya dalam hati. Tiba - tiba saja timbul rasa cemburu dihatinya. Selama dua hari ini, ia sengaja menghilang dan pergi ke apartemen pamannya untuk menenangkan diri. Ia harus menenangkan pikirannya yang tak pernah berhenti memikirkan tetangganya itu. Terlebih lagi saat Daniel bisa menebak jalan pikirannya. Meskipun ia tidak mau mengakuinya pada Daniel, tapi sesungguhnya ia membenarkan ucapan sahabatnya itu.
Berkali - kali ia mencoba untuk menghilangkan bayangan Habibi, tapi berkali - kali pula ia harus gagal. Bukan melupakannya, ia malah semakin merindukannya. Merindukan apa saja yang ada pada dirinya. Suaranya, tawanya, matan hitamnya yang teduh, senyumannya yang indah bahkan bibirnya yang merah. Akio menginginkan bibir itu. Ia ingin mengecupnya, merasakan sentuhan bibirnya dan melumatnya. Memikirkan itu semua membuatnya sangat kacau. Bahkan pamannya pun bingung dibuatnya.
Kecemburuan itu semakin jadi saat Ishikawa Hiro menolak permintaannya untuk ikut bersama mereka.
"Apa yang akan mereka lakukan? Mau kemana mereka? Apa mereka akan... Tidak, tidak, Habibi tidak mungkin melakukan itu." sahutnya gelisah sambil mondar mandir di dalam apartemennya.
"Aku harus mengikuti mereka. Iya, aku harus." ujarnya pada dirinya sendiri.
Ia keluar dari apartemennya dengan setengah berlari sambil menyelusuri koridor lalu menuruni anak tangga menuju pintu keluar apartemennya. Ia segera memasuki mobil ferrari berwarna merah milik pamannya yang tadi di pinjamnya. Mobil Ishikawa berada tak jauh di depannya.
Matanya terus saja mengamati mobil putih yang ada di depannya yang terus melaju di antara mobil - mobil yang lain. Banyak para anak muda yang tengah menanti pergantian tahun baru bersama dengan pasangan mereka masing - masing. Sedangkan Ia, di malam tahun baru malah tengah membuntuti orang lain. Akio menertawai dirinya sendiri.
Akio menghentikan mobilnya tidak jauh dari mobil Ishikawa Hiro berada. Rumah siapa itu? Kenapa Ishikawa membawanya kerumah itu? Apa yang akan mereka lakukan dirumah itu? Pikirnya.
"Pamaaann." panggil seorang anak kecil ketika Habibi keluar dari mobil. Siapa anak kecil itu?
Rasa herannya semakin bertambah saat Habibi memeluknya lalu mencium keningnya.
Dia mengenali anak kecil itu? Pikirnya lagi.
Keheranannya terus saja bertambah saat seorang laki - laki setengah baya menyambut kedatangannya. Dia pasti yang punya rumah. Gumamnya.
Cukup lama ia memperhatikan pemandangan yang ada di hadapannya. Habibi tampak gembira bermain kembang api bersama anak kecil itu. Seakan mereka sudah lama saling mengenal dan sangat akrab. Ishikawa Hiro juga ikut larut dalam permainan mereka. Sampai akhirnya ia melihat Habibi duduk di sebuah kursi di halaman itu disamping seniornya.
"Apa yang mereka bicarakan?" Akio merasa kesal karena tidak dapat mendengarkan percakapan mereka.
"Mengapa wajahnya murung?" ujarnya saat melihat ekspresi wajah Habibi.
"Mengapa mereka saling menatap?" ujarnya beberapa saat kemudian.
"Aaaarrgh... Sebenarnya apa yang sedang mereka bicarakan?" sahutnya kesal melihat kedekatan mereka.
Akio sedikit merasa lega saat anak kecil itu mendatangi mereka berdua. Cukup lama anak kecil itu bermain bersama mereka sampai akhirnya ia tertidur dalam pelukan Habibi. Sungguh kebapak-an. Pikirnya.
Kedua orang dewasa itu lalu bangkit dari duduknya, kemudian berjalan memasuki rumah yang cukup mewah itu. Anak kecil itu sangat tertidur pulas dalam pelukan Habibi. Kemana ibunya? Pikirnya.
Cukup lama Akio menunggu di dalam mobilnya sampai akhirnya ia melihat Habibi keluar dari rumah besar itu. Tapiia sangat terkejut melihat pria yang sudah beberapa hari ini menganggu pikirannya keluar dengan wajah menangis.
"Apa yang terjadi? Mengapa Habibi menangis keluar dari rumah itu?" tanyanya bingung.
Ia melihat Ishikawa Hiro tengah berlari berusaha mengejar Habibi yang ada di depannya. Pria itu meraih tangan Habibi.
"Sialan. Ternyata dugaanku benar. Dia memang ingin berbuat buruk padanya." sahutnya geram.
Dengan penuh amarah ia keluar dari dalam mobil ferrari pamannya lalu membanting pintu mobilnya dengan sangat keras. Kemudian Ia berjalan dengan langkah cepat kearah Ishikawa Hiro dengan telapak tangan yang mengepal.
Bukk ....
Dengan satu tinjuan yang mengenai pipi kiri Ishikawa Hiro, berhasil membuat tubuh pria jangkung itu terkapar ke tanah. Habibi sangat terkejut melihat kejadian itu.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Habibi kesal pada Akio.
"Menyelamatkanmu darinya." jawabnya mantap lalu meraih tangan Habibi, membawanya menuju mobil pamannya.
To be Continue ...
Maaf ya gays kalo baru update,
soalnya sakit.
Ini aja masih sakit sih,
tapi aku usahain update.
Maap ya kalo ceritanya lagi - lagi cuma sedikit dan mungkin aja membosankan.
Hehehe ...
Ditunggu kritik dan sarannya gays. :-)
@erickhidayat
@kimo_chie
@d_cetya
@Cowoq_Calm
@YogaDwiAnggara
@awanwanku
@TigerGirlz
@tarry
@babehnero
@jacksmile
@Zazu_faghag
@WYATB
@Agova
@eizanki
@half_blood
@agungrahmat
@Hantuusil
@yubdi
@Ricky89
@sugarpova
@arifinselalusial
@Gege_Panda17
@san1204
@Irfandi_Rahman
@kizuna89
@adzhar
@sinjai
@Hananta
@tialawliet
@sasadara
@dheeotherside
@Bintang96
@Jokerz
@alvaredza
@Gabriel_Valiant
@angelsndemons
@EdryEdrya
@iansunda
@bayumukti
@adjie_
@Yo_sap89
@nakashima
@rizky_27
@t1ar
@FransLeonardy_FL
@amira_fujoshi
@Yohan_Pratama
Makasih udah mampir @Yohan_Pratama n_n
Maap.. Maap..
Itu,
udah aku mention.
Hehehe ... :-D
Same - same .. :-)
Tuch,
udah di mention.
Moga suka ama ceritanya dan ga ngebosenin. :-)
Pin bb ku masih di Tokonya,
jadi gimana dong? :-/
Lama - lama ngeselin nih @YogaDwiAnggara.
Tak timpuk pake hp entar.
Huufft.. :->
Aamiin.
Makasih @babehnero atas doanya.
Tuch udah ada kelanjutannya,
semoga suka ya. :-)