Do I Need to Marry a Girl?
http://gayungmandi.blogspot.com/2013/03/do-i-need-to-marry-girl-hmmm.html?m=1
Perrtanyaan tersebut selalu timbul ketika kita sebagai seorang gay merencanakan masa depan kita. Ya, karena sebagian besar dari kita merasa bahwa menikah dengan seorang wanita bisa menjadi sebuah jalan keluar terakhir menuju apa yang sebelumnya kita anggap kebahagiaan. Tapi apakah benar dengan menikah dengan seorang wanita bisa menjadi jalan menuju kebahagiaan?
Sebelum menjawab pertanyaan ini, saya akan coba membahas sedikit tentang kehidupan gay di Indonesia.
Sebagai seseorang yang lahir, tumbuh dan besar di Indonesia, kita sudah ditanamkan norma kehidupan bermasyarakat dan juga agama dari sejak kecil. Kedua hal inilah yang membuat hidup kita sebagai seorang gay di Indonesia menjadi tidak mudah. Tidak mudah karena kita selalu dituntut untuk hidup berdasarkan norma2 yang berlaku di masyarakat seperti bersalaman harus menggunakan tangan kanan, menghormati orang yang lebih tua dari kita, rajin beribadah dan sebagainya.
Masih ingat jalan sekolah dulu? Kita selalu mendapatkan pelajaran Agama dari SD kelas 1 sampai dengan SMA/SMK kelas 3. Selama 12 tahun penuh kita belajar Agama dan kalau sampai angkanya merah maka kita tidak bisa naik kelas, belum lagi ditambah masa2 kuliah. Hal2 inilah yang membuat kita merasa harus menikah dengan seorang wanita walaupun kita adalah seorang gay. Tapi, kembali ke pertanyaan saya diawal, apakah sebagai seorang gay bisa menjadi bahagia dengan cara menikahi lawan jenis?
(Sebenarnya ada beberapa jenis pernikahan laki2 gay dengan wanita, beberapa diantaranya adalah menikah dengan Lesbian, menikah dengan tujuan status namun jujur kepada istri bahwa dirinya seorang gay – marriage of convenience – dan lain lain, tapi yang akan saya bahas disini adalah pernikahan dengan wanita straight yang didasari kebohongan)
Kita akan melihat beberapa kasus nyata dari rekan saya di Indonesia dan juga fakta pernikahan gay dengan straight di China.
Kenapa dari China? Karena disana ditemukan banyak sekali pernikahan gay dengan lawan jenis dan China juga mempunyai karakter ketimuran yang mirip dengan Indonesia. Mirip dari sisi kebutuhan berkeluarga, dan norma kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan website
http://articles.timesofindia.indiatimes.com/2012-02-03/china/31020836_1_gay-men-heterosexual-marriage-homosexual-men sekitar 16 juta wanita straight di China sudah menikah dengan laki2 gay, hidup dalam kesengsaraan dan kesendirian. Saking banyaknya istri dari laki2 gay disana, sampai2 para istri tersebut membuat komunitas untuk saling memberikan dukungan dan sharing pengalaman untuk meringankan beban satu sama lain.
Salah satu dari mereka berkata "Banyak dari istri para laki2 gay yang saya kenal secara diam2 hidup dalam kesengsaraan disisi suami yang tidak pernah bisa mencintai mereka apa adanya, termasuk saya. Beberapa dari mereka bahkan menjadi korban kekerasan suami mereka yang juga berada dalam tekanan yang sangat besar”. Apakah menikah dengan seorang wanita memberikan tekanan yang sangat besar bagi seorang gay?
Contoh lain datang dari rekan saya, sebut saja namanya Lukman. Lukman adalah seorang laki laki keturunan Arab yang lahir dan besar di Indonesia, tepatnya di Surabaya. Lukman adalah seorang pria yang berprestasi sampai sampai mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya ke Amerika. Ketika kembali ke Indonesia, tentu saja keluarga Lukman mengharapkan seorang pasangan yang sempurna bagi Lukman. Seorang wanita yang bisa memberikan Lukman keturunan dan membahagiakan Lukman.
Lukman, sejak remaja adalah seorang gay dan sudah hidup sebagai seorang gay sejak kuliah di Amerika. Namun untuk membahagiakan keluarganya dan juga untuk menunjukan kepada masyarakat Indonesia akhirnya Lukman memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang menurutnya bisa menjadi istrinya yang baik. Waktu itu Lukman berusia 31 tahun dan dengan kepintaran dan pengalaman hidupnya, Lukman sudah menghitung semua resiko yang bisa terjadi pada hidupnya nanti. Lukman merasa dengan menikah bisa menyelesaikan semua masalah yang ada dipundaknya dan melanjutkan hidunya dengan bahagia.
Di hari pernikahannya, banyak sekali yang Lukman pikirkan dan khawatirkan. Akan tidur seranjang dengan seorang wanita-lah, harus selalu berpura-pura didepan kerabat-lah, apa yang akan terjadi kalau ketahuan-lah, akan mengeewakan orang tua kalau ketahuan-lah, semuanya ada didalam pikiran Lukman dan sudah memuncak dihari pernikahannya. Karena tidak tahan akhirnya Lukman yang baru berusia 31 tahun mengalami serangan jantung pertamanya tepat dihari pernikahannya didepan semua tamu undangan resepsi dan keluarga besar Lukman.
Untungnya sampai hari ini Lukman masih hidup dan sudah mempunyai gaya hidup sehat. Lukman menjalani kehidupan pernikahan yang buruk dan bercerai 1 tahun kemudian. Saat ini Lukman sudah berhasil menerma diri dia apa adanya dan menyadari bahwa menikah dengan wanita adalah satu dari beberapa kesalahan terbesar dalam hidup dia yang selalu dia sesali.
Awalnya, banyak gay muda yang merasa bahwa menikahi seorang wanita adalah jalan keluar. Jalan keluar dari keputusasaan akan tekanan keluarga dan masyarakat. Akhirnya, bisa hidup dengan bebas karena sudah memberikan bukti pamungkas bahwa dirinya bukan seorang gay. Anggapan itu adalah salah besar! Menikahi seorang wanita dengan kebohongan bukanlah jalan keluar, melainkan jalan masuk kedalam kehidupan yang penuh tekanan dan bisa menimbulkan depresi.
Dua website dibawah ini mencoba menulis beberapa gejala suami yang gay :
http://ryanseacrest.com/2010/08/24/15-signs-your-husband-may-be-gay/
http://www.gayhusbands.com/gay-checklist.html
Beberapa gejala itu antara lain :
Mengaku depresi dan menyalahkan istrinya atas tekanan yang ia terima.
Menjadi lebih kasar didalam lingkungannya.
Mencoba menyembunyikan depresi-nya dengan lari ke alkohol dan pelarian lainnya.
Jadi, masih berani menikah dengan wanita atas dasar kebohongan?
Perlu kita sadari bahwa Indonesia masih jauh dari negara2 yang sudah memperbolehkan pernikahan sama jenis seperti Belanda, Peranics, Islandia dan sebagainya. Tidak menikah dengan wanita juga belum tentu akan menyelesaikan semua masalah kita sebagai seorang gay. Tapi setidaknya kita bisa menghindari apa yang sudah dialami oleh banyak gay yang mencoba menikahi seorang wanita atas dasar kebohongan, depresi bahkan serangan jantung dihari pernikahan. Berusahalah untuk jujur kepada orang2 sekitar, apabila sangat sulit untuk jujur, teruslah bertahan untuk tidak masuk kedalam hidup yang lebih sulit lagi.
Good luck!
PS : saya punya contoh lain pasangan suami istri gay-straight yang sangat inspiratif untuk dibaca.
http://www.nbcnews.com/id/23168113/#.UT9nBBys4b8
Comments
Selalu direcoki... kapan nikah? Kapan nikah?
Untung gue udah CO, jadi kalau ditanya, kapan nikah?
Jawab: nunggu cowok yg tepat dlu, baru dtg ke rumahnya dan ngelamar.
Beliau nyari yg bisa jaga aurat katanya... Haha
Anyway ts, u need to marry a right girl.. And be the right man to her! Masak sampe tuir maen pedang mulu.
*ngelirik bos yg ada di kantor sebelah, sampe tuir dia selalu main pedang.