BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

pesan dari embah

13»

Comments

  • Gel,trit lu gaje hahayyyyy ^#(^
  • mas gil, mbah mau titip pesen lewat pejer bisa?
  • @firkhafie jelaz bisa,mamen borju
    firkhafie wrote: »
    mas gil, mbah mau titip pesen lewat pejer bisa?

  • seksi ga operatornya?
  • @firkhafie yg cewek seksi2

    emang km dah sembuh
  • @rigil ak nyarinya cowok2 seksi *hehe
  • @firkhafie

    mmm ohh kaya nuna @elsa gitu maksudna
  • cowok seksi ya, bukan nona *huh
  • eyang kakung mamen @rigil
  • “IBU, AKU TIDAK MAU JADI
    PAHLAWAN, AKU MAU JADI ORANG
    YANG BERTEPUK TANGAN DI TEPI
    JALAN.”
    Di kelasnya ada 50 orang murid, setiap
    kenaikan kelas, anak perempuanku
    selalu mendapat ranking ke-23.
    Lambat laun ia dijuluki dengan
    panggilan nomor ini. Sebagai
    orangtua, kami merasa panggilan ini
    kurang enak didengar, namun
    anehnya anak kami tidak merasa
    keberatan dengan panggilan ini.
    Pada sebuah acara keluarga besar,
    kami berkumpul bersama di sebuah
    restoran. Topik pembicaraan semua
    orang adalah tentang jagoan mereka
    masing-masing. Anak-anak ditanya
    apa cita-cita mereka kalau sudah
    besar? Ada yang menjawab jadi
    dokter, pilot, arsitek bahkan presiden.
    Semua orangpun bertepuk tangan.
    Anak perempuan kami terlihat sangat
    sibuk membantu anak kecil lainnya
    makan. Semua orang mendadak
    teringat kalau hanya dia yang belum
    mengutarakan cita-citanya. Didesak
    orang banyak, akhirnya dia
    menjawab:..... "Saat aku dewasa, cita-
    citaku yang pertama adalah menjadi
    seorang guru TK, memandu anak-anak
    menyanyi, menari lalu bermain-main".
    Demi menunjukkan kesopanan, semua
    orang tetap memberikan pujian,
    kemudian menanyakan apa cita-
    citanya yang kedua. Diapun
    menjawab: “Saya ingin menjadi
    seorang ibu, mengenakan kain celemek
    bergambar Doraemon dan memasak di
    dapur, kemudian membacakan cerita
    untuk anak-anakku dan membawa
    mereka ke teras rumah untuk melihat
    bintang”. Semua sanak keluarga saling
    pandang tanpa tahu harus berkata
    apa. Raut muka suamiku menjadi
    canggung sekali.
    Sepulangnya kami kembali ke rumah,
    suamiku mengeluhkan ke padaku,
    apakah aku akan membiarkan anak
    perempuan kami kelak hanya menjadi
    seorang guru TK?
    Anak kami sangat penurut, dia tidak
    lagi membaca komik, tidak lagi
    membuat origami, tidak lagi banyak
    bermain. Bagai seekor burung kecil
    yang kelelahan, dia ikut les belajar
    sambung menyambung, buku pelajaran
    dan buku latihan dikerjakan terus
    tanpa henti. Sampai akhirnya tubuh
    kecilnya tidak bisa bertahan lagi
    terserang flu berat dan radang
    paru-paru. Akan tetapi hasil ujian
    semesternya membuat kami tidak tahu
    mau tertawa atau menangis, tetap
    saja rangking 23.
    Kami memang sangat sayang pada
    anak kami ini, namun kami sungguh
    tidak memahami akan nilai sekolahnya.
    Pada suatu minggu, teman-teman
    sekantor mengajak pergi rekreasi
    bersama. Semua orang membawa serta
    keluarga mereka. Sepanjang
    perjalanan penuh dengan tawa, ada
    anak yang bernyanyi, ada juga yang
    memperagakan kebolehannya. Anak
    kami tidak punya keahlian khusus,
    hanya terus bertepuk tangan dengan
    sangat gembira.
    Dia sering kali lari ke belakang untuk
    mengawasi bahan makanan. Merapikan
    kembali kotak makanan yang terlihat
    sedikit miring, mengetatkan tutup
    botol yang longgar atau mengelap
    wadah sayuran yang meluap ke luar.
    Dia sibuk sekali bagaikan seorang
    pengurus rumah tangga cilik.
    Ketika makan, ada satu kejadian tak
    terduga. Dua orang anak lelaki teman
    kami, satunya si jenius matematika,
    satunya lagi ahli bahasa Inggris
    berebut sebuah kue. Tiada seorang
    pun yang mau melepaskannya, juga
    tidak mau saling membaginya. Para
    orang tua membujuk mereka, namun
    tak berhasil. Terakhir anak kamilah
    yang berhasil melerainya dengan
    merayu mereka untuk berdamai.
    Ketika pulang, jalanan macet. Anak-
    anak mulai terlihat gelisah. Anakku
    membuat guyonan dan terus membuat
    orang-orang semobil tertawa tanpa
    henti. Tangannya juga tidak pernah
    berhenti, dia mengguntingkan
    berbagai bentuk binatang kecil dari
    kotak bekas tempat makanan. Sampai
    ketika turun dari mobil bus, setiap
    orang mendapatkan guntingan kertas
    hewan shio-nya masing-masing.
    Mereka terlihat begitu gembira.
    Selepas ujian semester, aku menerima
    telpon dari wali kelas anakku.
    Pertama-tama mendapatkan kabar
    kalau rangking sekolah anakku tetap
    23. Namun dia mengatakan ada satu
    hal aneh yang terjadi. Hal yang
    pertama kali ditemukannya selama
    lebih dari 30 tahun mengajar. Dalam
    ujian bahasa ada sebuah soal
    tambahan, yaitu SIAPA TEMAN
    SEKELAS YANG PALING KAMU
    KAGUMI & APA ALASANNYA.
    Semua teman sekelasnya menuliskan
    nama : ANAKKU!
    Mereka bilang karena anakku sangat
    senang membantu orang, selalu
    memberi semangat, selalu menghibur,
    selalu enak diajak berteman, dan
    banyak lagi.
    Si wali kelas memberi pujian: “Anak
    ibu ini kalau bertingkah laku terhadap
    orang, benar-benar nomor satu”.
    Saya bercanda pada anakku, “Suatu
    saat kamu akan jadi pahlawan”.
    Anakku yang sedang merajut
    selendang leher tiba2 menjawab “Bu
    guru pernah mengatakan sebuah
    pepatah, ketika pahlawan lewat, harus
    ada orang yang bertepuk tangan di
    tepi jalan.”
    “IBU, …..AKU TIDAK MAU JADI
    PAHLAWAN, …. AKU MAU JADI
    ORANG YANG BERTEPUK TANGAN DI
    TEPI JALAN.”
    Aku terkejut mendengarnya. Dalam
    hatiku pun terasa hangat seketika.
    Seketika hatiku tergugah oleh anak
    perempuanku. Di dunia ini banyak
    orang yang bercita-cita ingin
    menjadi seorang pahlawan. Namun
    Anakku memilih untuk menjadi orang
    yang tidak terlihat. Seperti akar
    sebuah tanaman, tidak terlihat, tapi
    ialah yang mengokohkan.
    Jika ia bisa sehat, jika ia bisa hidup
    dengan bahagia, jika tidak ada rasa
    bersalah dalam hatinya, MENGAPA
    ANAK2 KITA TIDAK BOLEH MENJADI
    SEORANG BIASA YANG BERHATI
    BAIK & JUJUR…
Sign In or Register to comment.