BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Mermaid Boy (satu)

189111314

Comments

  • Pnsarn endingx
  • Lanjutin yg cerita punya anak itu aja. Seru kali yah
  • @blujaws : lupa2 inget.gak tau yg pernah aku baca tu karya cay cuy pa gk?

    Yang aku baca dulu tu anak kecilnya ada karena kecelakaan.mabuk.ibu bayinya sakit n meninggal.dst.

    Betul gk yg itu?

    Walau bagaimanapun aku akan baca n minta dimention ;) :x
  • No problemo @blujaws >:D<
  • what a very nice story it is, always keep writing...i love d story so much,muaaaach... :D
  • Rimasta wrote: »
    what a very nice story it is, always keep writing...i love d story so much,muaaaach... :D

    Thanks..
  • Makin keren, semoga endingnya yahud....

    Penasaran @blujaws, ketika jadi duyung, nemo punya penis Ga yah? Ato hanya ekor aja?
  • Sepertinye bunda menyimpan suatu misteri akan kehidupan laut.
  • oh ya...bentuk penisnya si nemo gimana yah?apa cut or uncut sh, secara kan dia marmaid boy gtu, :D

  • ***
    Semilir angin membelai-belai dedaunan, malam berjalan dalam dingin, di kejauhan terdengar deburan ombak bersahutan.
    Dalam keresahan aku berdiri di ambang jendela kamar, menatap langit malam yang cerah, purnama malam ini sangat sempurna, bersinar penuh kemilau, namun entah kenapa hatiku malam ini begitu gelisah.


    Saat aku sedang tercenung sendirian tiba-tiba aku di kagetkan oleh sekelebat bayangan dari halaman rumah menuju pintu pagar, aku membuka mataku lebih lebar dan ku pastikan bayangan itu ku kenali, Nemo tampak terburu menuju jalan besar, mau kemana dia tengah malam begini dan kenapa begitu terburu-buru, gerak geriknya terlihat mencurigakan, kenapa dia pergi tanpa mengajak ku atau pamit padaku.


    Dengan tergesa aku segera keluar dari rumah, aku harus tahu kemana dia pergi, agak jauh di belakangnya aku menguntit langkahnya, agak heran juga karena aku merasa dia sedang pergi ke arah pantai, hatiku bergemuruh dan firasatku mengatakan ini bukan hal baik.


    Dan ternyata benar Nemo memang menuju pantai Sindangkerta, tiba di pantai aku menyelinap di antara batu karang memperhatikan dirinya yang berjalan menuju lepas pantai, sesaat dia berdiri manatap lautan lalu menatap purnama di atas langit, di tampak berbicara sesuatu namun karena ombak begitu deras aku jadi tak bisa mendengar kalimat yang di ucapkannya, dalam kecemasan aku menunggu apa yang sedang dan akan di lakukannya.


    Tiba-tiba aku di kejutkan sesuatu yang muncul dari arah laut, mataku hingga terbelalak saking kagetnya dari arah lautan muncul seorang perempuan yang sepertinya sudah cukup berumur namun dia terlihat sangat cantik, perempuan itu memiliki warna rambut dan ekor indah yang sama dengan Nemo, mungkinkah dia Ibunda kekasihku, aku semakin di dera penasaran, ada apa ini?
    Ku lihat Nemo berlutut menyembah perempuan itu yang lalu membelai kepala Nemo penuh kasih, aku yakin perempuan itu Bunda Nemo.


    "Sudah tuntas seratus harimu menjadi manusia anakku, purnama malam ini sempurna, dan malam ini saatnya kau memenuhi janjimu.." Perempuan itu samar berkata, aku terhenyak, dan perasaan takut seketika menyergapku.

    Seratus hari.

    Purnama sempurna.

    Malam terakhir.

    Kalimat-kalimat itu berputar-putar di kepalaku dan membuat aku menjadi pusing.
    Oh tidak, aku baru ingat jika Nemo hanya seratus hari menjadi manusia dan malam ini malam bulan purnama dan itu berarti malam terakhirnya, malam dimana ia akan pergi meninggalkanku, malam perpisahan kami.
    Rasanya shock aku menyadari semua itu, kenapa Nemo tak memberi tahuku jika malam ini malam terakhirnya, kenapa dia akan meninggalkanku diam-diam, ini tak adil, dia jahat sekali.


    "Untuk itu malam ini aku kesini Bunda, memintamu menjemputku, aku akan menepati janjiku.." Samar pula ku dengar Nemo bersuara, aku semakin terkesiap oleh keterkejutan dan rasa takut semakin menyerbu dadaku, jadi benar malam ini saat terakhir Nemo dan dia akan meninggalkanku.
    Tiba-tiba aku merasa dadaku perih, aku benar-benar tak siap kehilangan Nemo saat ini, sama sekali tidak.


    Ku lihat Nemo bangkit berdiri dan menggenggam erat tangan Bundanya, dan mereka berenang menuju lautan, melihat itu entah mendapat kekuatan dari mana aku menyeruak keluar dari persembunyianku, berlari memburu kekasihku, ku raih tangan Nemo dan ku genggam erat, aku menangis memohon padanya.
    Nemo dan Ibundanya tampak terkejut melihat kemunculanku.


    "Jangan pergi Mo, jangan tinggalkan aku.." Rintihku dengan berurai air mata yang tak mampu ku tahan, Nemo mematung menatapku kelu, air matanya turut membanjiri pipinya.

    "Maaf Imam, aku harus pergi dan kita selayaknya harus berpisah, dunia kita berbeda dan malam ini malam terakhirku di dunia mu, maafkan aku karena telah mengacaukan hidupmu.." Getir dia berkata, berusaha melepaskan cengkramanku


    "Tapi aku tak ingin kamu pergi Mo, atau setidaknya bawalah aku bersamamu.." Suaraku semakin menyayat seiring dadaku terasa begitu sakit.


    "Itu tidak mungkin sayang, takdir kita adalah berpisah, relakan kepergianku, lanjutkan hidupmu aku yakin kau akan menemukan kebahagiaan lain yang sedang menantimu.." Seusai berkata tiba-tiba Nemo menghentak tangannya sehingga cengkraman tanganku di tangannya terlepas bahkan aku terjengkang cukup jauh darinya, dan tiba-tiba dia dan Bundanya menerjang ombak, menghilang di dalam air, aku berteriak-teriak memanggil namanya berlari ke tengah lautan mengejarnya namun gelombang besar menerjangku, dadaku terasa sakit terhantam derasnya ombak, nafasku terasa sesak dan aku tak ingat apa-apa lagi. Semuanya gelap.

    ***

    Samar-samar aku mendengar suara Bunda memanggil-manggil namaku, terdengar menyayat dalam rintihan yang pilu, kepalaku terasa pusing sekali, dadaku masih terasa sesak juga seluruh tubuhku rasanya sakit semua, perlahan ku coba membuka mataku, namun pandanganku terasa kabur dan silau akan cahaya terang di kejauhan, ku dengar suara Bunda semakin jelas dari arah kananku dan kurasakan genggaman erat di tanganku.


    Lambat laun pandanganku semakin awas, aku melihat ruangan serba putih di hadapanku, entah aku ada dimana, mungkinkah aku telah di syurga.
    Namun suara Bunda yang melantunkan do'a kembali terdengar lebih jelas, menyadarkan aku jika aku masih hidup, otak ku sedikit bekerja, ada banyak peralatan medis memenuhi tubuhku, sepertinya aku berada di rumah sakit.


    Mataku bergulir ke arah suara Bunda, ku lihat Bunda terpekur di sampingku, menangis, dan bibirnya tak henti mengucap do'a untukku, terkadang merintih memanggil namaku, aku menjadi trenyuh, betapa beliau sangat menyayangi aku, air matanya terlalu berharga untuk terus menangisiku anaknya yang tak berguna ini.


    Ku coba menggerakan jemariku, ku genggam jemari Bunda, dan mataku meleleh oleh rasa bahagia karena memiliki Bunda sebaik beliau.
    Bunda tampak terkejut saat merasakan genggaman jemariku, saat melihat mataku terbuka sedang menatapnya Bunda menjerit mengucap syukur, berulang kali ia mengecup tanganku dengan penuh kebahagiaan, lalu berlari keluar dari ruangan dengan mulutnya tak henti memanggil-manggil dokter.


    Aku masih sedikit bingung, kenapa aku berada di rumah sakit ini, apa yang terjadi padaku sebenarnya, ku coba mengingat-ingat, bukankah aku sedang mengejar kekasih duyungku dan lalu aku terhantam ombak dan lalu pingsan, yah aku telah kehilangan dirinya, kekasihku tercinta telah pergi, dadaku semakin sakit ku rasa, tak mampu ku tahan air mataku kembali meleleh.


    Tak berapa lama Bunda kembali datang dan dia bersama sesosok lelaki yang berpakaian serba putih, sepertinya seorang dokter yang merawatku, saat lelaki itu mendekat dan siap memeriksaku aku terkesiap oleh rasa kaget, bukankah dia Nemo, kekasih duyungku, walau dia berambut hitam dan kulitnya lebih putih tapi aku takan lupa wajah itu, dia kekasihku tercinta Nemo, my mermaid boy.


    Tapi kenapa dia disini, bukankah dia telah pergi ke dasar lautan sana.
    Mungkinkah dia telah mendapatkan jimat itu, dan kembali untukku, mungkin kini dia sedang menyamar menjadi dokter agar bisa merawat aku, kebahagiaan mengalir di dadaku, rasanya aku ingin sekali segera sembuh saat ini.


    "Syukurlah anda sudah sadar saudara Imam, saya dan Ibu anda bahkan sudah sangat khawatir dengan kondisi anda, tiga bulan lebih anda koma kami sudah berputus harapan, tapi kami bersyukur mukjijat Tuhan akhirnya mengembalikan anda ke dunia ini.." Aku terhenyak, tiga bulan aku koma dan di rawat di rumah sakit ini, ada apa ini, bukankah baru semalam tadi aku pingsan karena di terjang ombak saat sedang mempertahankan dirinya, kekasih tercintaku.

    "Ohya saya dokter Adrian yang selama ini merawat anda, dan mulai sekarang saya akan mengawasi anda dengan ketat, saya tak ingin pasien saya ini kembali bersikap bodoh mencoba bunuh diri lagi, itu tindakan yang sangat konyol.." Kembali ku dengar suara dokter muda itu berceloteh saat dengan teliti memeriksa tubuhku, dan aku semakin terkejut, aku di rawat di rumah sakit ini karena bunuh diri, benarkah itu? Sepertinya ada yang ku lupakan, aku tidak mungkin amnesia.
    Dan kenapa nama dokter ini Adrian, bukankah dia Nemoku, kekasih duyungku.
    Tuhan ini benar-benar membuatku bingung, sekuat tenaga aku mencoba mengingat-ingat semuanya, kepalaku berat sekali rasanya.


    Dan bayangan-bayangan itu pun berkelebat, yah aku mulai mengingatnya di mulai saat itu, saat aku berlibur di Pangandaran dan aku mabuk karena depresi di sebabkan putus cinta dengan Dennis, malam itu aku menyewa perahu dan berlayar di pantai pangandaran, namun tiba-tiba aku melihat Dennis melambai di tengah lautan, memanggilku, mengajakku pergi, sehingga tanpa pikir panjang aku loncat dari perahu menyongsong sosok Dennis, setelah itu aku tak ingat apa-apa lagi hingga...


    Bukankah aku bertemu Nemo dan kami saling jatuh cinta, tapi kenapa dokter itu bilang aku sudah di rawat dan koma tiga bulan ini semenjak kejadian itu, apakah mungkin kehadiran Nemo hanya sebuah mimpi belaka, tapi kenapa itu terasa begitu nyata, dan kenapa wajah dokter itu begitu mirip dengan Nemo.
    Aah kepalaku semakin berat dan sakit sekali, aku mengerang, dokter Adrian menghentikan aktivitasnya saat mendengar eranganku, matanya yang lembut memandangiku penuh ketulusan, seiring dia menggenggam tanganku ia tersenyum padaku dengan sangat manis dan penuh keikhlasan.


    "Anda jangan banyak berpikir dulu, apalagi mencoba berpikir konyol lagi seperti dulu, percayalah tidak ada yang sia-sia dalam kehidupan ini, setiap masalah hanyalah ujian kecil, sebaiknya jangan lari dari masalah karena jika anda mampu menghadapinya niscaya akan berbuah kebahagiaan yang indah.." Bibirnya berkata sangat lembut, meneduhkan dan melenakan, ketenangan menyeruak sanubariku, ada rasa hangat yang begitu nyaman dalam dadaku.
    Ku paksakan bibirku membalas senyumnya, lalu ku pejamkan mata menikmati ketenangan yang di timbulkan sosoknya itu, tanpa sadar aku balas menggenggam jemarinya kuat.


    Aku telah memiliki kembali harapanku.


    ***
    -The end-
  • Akhirnya ending.. Maaf kalo ceritanya msh amburadul dan mengecewakan.. Maklum msh belajar nulis nya.. Maaf jg buat ending yg tidak berkenan buat kalian.. Maybe suatu hari d lanjut mermaidnya.. Msh banyak rahasia yg belum terungkap.. Cikidawww.. Akhirkata terima kasih udah mau baca cerita karya ku.. Semangaaat..
  • Hmmmm....ada sambungannya lagi nggak ya mas antara adrian dan imam
  • Endingnye misteri, moga2 da lanjutannye ye @bluejaws
Sign In or Register to comment.