BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Hikayat Ular...





Dahulu, adalah seorang yang shaleh bernama Muhammad bin Himyar. Ia bersifat wara’ dan rajin berpuasa serta sembahyang malam.

Pada suatu hari, ketika ia sedang pergi berburu di hutan, tiba- tiba dihadang oleh seekor ular yang kemudian berkata kepadanya,

“Hai Muhammad bin Himyar, tolonglah aku semoga Allah menolongmu”, ucap ular itu.

Muhammad bin Himyar yang merasa heran bertanya,“Dari siapa?”

“Dari musuh yang akan membunuhku”

“Dimanakah musuhmu?”, tanyanya lagi.

“Ia sedang mengejarku dari belakang”, jawab ular itu.

“Dari ummat siapakah Anda?”

“Dari ummat Nabi Muhammad saw”, jawabnya lagi.

Kemudian Muhammad bin Himyar membuka sorbannya seraya berkata kepada ular tersebut, “Masuklah ke dalam sorbanku”

“Bila aku masuk ke dalamnya, aku masih dapat terlihat oleh musuhku”, balas ular itu.

Lalu beliau ( Muhammad bin Himyar ) membuka sabuknya seraya berkata, “Jika begitu, masuklah engkau ke dalam bajuku”

“Bila aku masuk ke dalamnya, aku masih dapat terlihat oleh musuhku”, balas ular itu lagi.

“Lalu, apakah yang dapat kulakukan untuk menolongmu?”, tanya beliau kemudian.

Ular itu menjawab dengan cepat, “Jika engkau akan menolongku, maka bukalah mulutmu agar aku dapat bersembunyi di dalamnya”

Beliau yang merasa ragu berkata, “Aku khawatir akan dibunuh olehmu”

“Demi Allah aku tidak akan membunuhmu. Allah menjadi saksi atas semua ini, bahkan Malaikat serta Nabi- Nabi- Nya dan Hamalatul Arsy serta semua penduduk di langit jika saya membunuhmu”, jawab ular itu meyakinkan.

Setelah mendengar janji ular tersebut, Muhammad bin Himyar tidak ragu lagi dan langsung membuka mulutnya. Setelah itu ular tersebut masuk ke dalam mulutnya untuk berlindung. Kemudian tiba- tiba datang seseorang yang membawa sebuah pedang lalu bertanya kepadanya, “Apakah Anda bertemu dengan musuhku?”

“Siapakah musuhmu?”

“Ular”

Kemudian Muhammad bin Himyar menjawab, “Tidak”. Meski telah berusaha melindungi sang ular, namun beliau merasa sangat bersalah karena telah berbohong. Beliau dalam hati membaca Istighfar hingga seratus kali karena hal itu.

Setelah orang itu pergi, ular mengeluarkan kepalanya dari mulut beliau dan bertanya, “Apakah musuhku telah pergi?”

Muhammad bin Himyar menoleh ke kanan dan ke kiri, lalu menjawab, “Sudah tidak ada, maka keluarlah dari mulutku”

Namun tak disangka, ular itu malah berkata, “Hai Muhammad bin Himyar, kau pilih mana antara aku robek- robek hatimu dengan aku lobangi jantungmu?”

Muhammad bin Himyar yang kaget mendengarnya berkata, “ Subhannallah, dimana janjimu dan sumpahmu barusan? Alangkah cepat Anda melupakannya.”

Ular itu menjawab, “Hai Muhammad bin Himyar, mengapakah Anda melupakan permusuhanku dengan Adam sehingga ia aku keluarkan dari syurga? Mengapakah Anda berbuat baik pada orang yang curang dan tidak mengenal budi ( yaitu ular tersebut yang sebenarnya adalah syetan )?”

Lalu Muhammad bin Himyar berkata, “Jika Anda harus membunuhku, maka berilah kesempatan bagiku untuk pergi ke bawah bukit dan mengatur tempat untuk kuburku.”

“Terserah padamu”, jawab ular kemudian.

Kemudian berjalanlah beliau menuju ke bawah bukit dengan perasaan putus harapan, lalu beliau melihat ke langit sambil berdo’ a:

“Ya lathief, ya lathief ulthuf bi biluth fikal khafiyi ya lathief as’ aluka bil qudratil latis tawaita biha alal arsyi falam ya’ rifil arsyu aina mustaqarraka minhu illa kafaitani hadzihilhayyati ( Ya Tuhan yang Maha Halus Karunia Pertolongannya, berilah aku Karunia- Mu yang samar itu, ya Lathief aku mohon dengan kekuasaan- Mu ketika Engkau meliputi arsy sehingga arsy itupun tidak mengetahui dimanakah Engkau, hindarkan aku dari kejahatan ular ini”

Maka tidak lama setelah itu, beliau bertemu dengan seseorang yang wangi baunya dan bersih badannya lalu memberi salam. Sesudah dijawab salamnya oleh beliau, orang itu bertanya, “Saudaraku, mengapakah muka Anda terlihat khawatir?”

“Karena musuh yang berlaku kejam padaku”, jawab beliau dengan wajah yang penuh rasa kecemasan.

“Di manakah musuhmu?”, tanya orang itu lagi.

“Di dalam perutku”

Orang itu kemudian berkata, “Bukalah mulutmu”

Setelah Muhammad bin Himyar membuka mulutnya, orang itu memberinya serupa daun zaitun yang hijau, lalu berkata, “Kunyahlah dan telanlah agar masuk ke dalam perutmu”

Lalu setelah memakannya, tidak lama kemudian beliau merasa sakit perut, dan tiba- tiba keluarlah ular itu berupa potongan- potongan dari duburnya”

Melihat kejaiban itu, beliau memegang tangan orang itu dan bertanya kepadanya, “Siapakah Anda?”

Orang itu tertawa kecil lalu bertanya balik, “Apakah Anda tidak mengenal aku?”

“Tidak”, jawab beliau datar.

Orang itu kemudian berkata, “Hai Muhammad bin Himyar, ketika kejadian antara Anda dengan ular tersebut hingga Anda berdo’ a, para Malaikat di langit meminta pertolongan kepada Allah untuk keselamatanmu. Maka Allah Swt berfirman: ‘Demi Kemuliaan dan Kebesaran- Ku, Aku telah melihat semua kejadian itu’, lalu Allah Swt menyuruh aku pergi ke syurga untuk mengambil daun yang hijau untukmu”, katanya, “Dan namaku adalah Alma’ ruf, tempatku di langit keempat”.

Orang itu kemudian berpesan kepada beliau, “Hai Muhammad bin Himyar, tetaplah suka berbuat baik, karena berbuat baik itu dapat menghindarkan dari berbagai kejahatan dan kebinasaan meskipun tidak dibalas oleh orang yang diberi budi baik itu. Dan itu tetap tidak akan disia- siakan oleh Allahazza Wajalla.”


Kisah Pemuda Shaleh dengan Seekor Ular”

«1

Comments

  • Kisah Bakti Seorang Pemuda terhadap Ibunya”




    Dahulu dimasa Bani Isra’ il ada seorang shaleh yang mempunyai anak kecil dan pedet ( anak lembu ). Kemudian pedet itu dibawanya ke hutan sembari berdo’ a,

    “Ya Allah saya titipkan lembu ini kepada- Mu untuk putraku hingga ia besar.”

    Kemudian orang tersebut meninggal, sedangkan lembu itu hidup sendiri di dalam hutan tanpa penggembala, bahkan bila melihat orang akan segera lari seperti seakan- akan liar.

    Singkat cerita, anak dari orang shaleh itu telah dewasa. Ia sangatlah berbakti kepada ibunya, sehingga ia membagi waktu malam menjadi tiga bagian:

    1. Sepertiga untuk sembahyang

    2. Sepertiga untuk tidur

    3. Sepertiga untuk menjaga ibunya

    Dan apabila pagi telah tiba, ia akan pergi untuk mencari kayu, kemudian dibawa kepasar untuk dijual. Hasil dari penjualannya pun dibagi menjadi tiga bagian:

    1. Sepertiga untuk sedekah

    2. Sepertiga untuk makan

    3. Sepertiga untuk ibunya.

    Pada suatu hari ibunya berkata, “Ayahmu telah mewariskan untukmu seekor lembu yang dititipkan kepada Allah di hutan, maka pergilah engkau ke sana dan berdo’ alah pada Tuhannya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq dan Yaqub semoga mengembalikannya kepadamu. Tanda lembu itu adalah kulitnya berwarna kuning berkilauan bagaikan emas, terutama jika terkena oleh sinar matahari”

    Kemudian pergilah ia ke hutan, dan ketika telah melihat lembu seperti yang dimaksudkan ibunya ia berdo’ a,

    “Aku panggil engkau demi Tuhan- nya Nabi Ibrahim, Ismail, Ishaq, dan Yaqub. Segeralah datang kemari.”

    Maka larilah lembu itu sehingga berdiri tegak di depannya. Lalu ia pegang lembu itu untuk dituntun menuju rumahnya, namun tiba- tiba lembu itu berkata,

    “Wahai pemuda yang taat kepada ibunya, naiklah ke atas punggungku untuk memudahkanmu”

    Jawab pemuda, “Ibuku tidak menyuruhku demikian, tetapi ia berpesan agar aku memegang lehermu dan menuntunmu pulang”

    Lembu itu kemudian berkata, “Demi Tuhannya Bani Isra’ il, jika engkau tidak dapat mengendaraiku maka berjalanlah. Hai Pemuda sekiranya Anda perintahkan kepada bukit untuk berpindah tempat pasti akan benar- benar berpindah semua bukit itu karena ketaatan dan baktimu terhadap ibumu.”

    Setelah sampai di rumahnya, diserahkanlah lembu itu kepada ibunya. Ibunya kemudian erkata, “Hai anakku, engkau miskin dan tidak berkecukupan. Dan tentu sangat berat bagimu mencari kayu di waktu siang dan bangun ketika malam, karena itu lebih baik kamu jual saja lembu ini”

    Ia kemudian bertanya kepada ibunya, “Harus kujual dengan harga berapakah, Ibu?”

    “Tiga dinar”, jawab ibunya, “Dan jangan dijual terlebih dahulu sebelum bermusyawarah denganku”

    Pada masa itu harga lembu memang sebesar tiga dinar. Lalu dibawalah lembu itu kepasar, dan tanpa sepengetahuannya Allah telah mengutus seorang Malaikat untuk menguji ketaatan pemuda itu terhadap ibunya. Kemudian datanglah Malaikat ( yang menjelma menjadi seorang manusia ) menemui pemuda tersebut dan bertanya kepadanya,

    “Dengan harga berapakah Anda akan menjual lembu ini?”

    “Tiga dinar dengan rela ibuku”, jawab pemuda itu.

    “Bagaimana jika saya beli dengan enam dinar dengan syarat tanpa memberitahu ibumu?”

    Jawab pemuda, “Andaikan Anda memberi padaku seberat lembu ini uang emas, maka aku tetap tidak akan menerimanya jika tanpa ridha dari ibuku”

    Kemudian ia pulang untuk memberitahu apa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya berkata, “Kini engkau boleh menjualnya sebesar enam dinar dengar ridhaku”

    Maka kembalilah ia ke pasar dan berkata kepada Malaikat yang telah menjelma menjadi manusia itu, “Ibuku telah ridha apabila aku menjualnya dengan harga enam dinar, dan tolong jangan dikurangi dari harga itu”

    Jawab Malaikat, “Kini akan saya bayar kepadamu sebesar duabelas dinar dengan syarat tanpa memberitahu kepada ibumu”

    Maka kembali lagilah ia kepada ibunya untuk memberitahukan akan hal itu. Lalu ibunya berkata, “Yang datang kepadamu itu adalah seorang Malaikat yang akan mengujimu. Maka bila ia datang kembali tanyakanlah kepadanya ‘apakah lembu ini boleh dijual atau tidak?’”

    Kemudian ia kembali lagi ke pasar dan menanyakan hal yang sama seperti yang diperintahkan ibunya. Ketika ditanyakan hal itu, Malaikat tersebut berkata, “Pulanglah Anda dan katakan kepada ibumu agar mempertahankan dahulu lembu ini sebab Nabi Musa bin Imran a.s. yang akan datang untuk membeli lembu ini. Maka jangan dijual kecuali jika dengan harga uang emas seberat lembu ini.”

    Maka ditahanlah terlebih dahulu lembu itu sehingga terjadi perintah dari Allah kepada Bani Isra’ il untuk menyembelih lembu. Dan ketika dicari lembu yang memenuhi syarat, maka tidak ada yang lain kecuali lembu milik pemuda itu. Kemudian akhirnya dibelilah lembu itu dengan harga uang emas seberat badan lembu tersebut.

    Ini sebagai karunia dan rahmat dari Allah swt. Karena ketaatan dan baktinya pemuda itu terhadap ibunya.

    .
  • seorang shaleh bercerita, ketika sedang thawaf di Kakbah tiba- tiba saya mendengar suara wanita yang menggendong anak kecil di lehernya berdo, a:

    “Ya Tuhan yang Maha Pemurah, saya mengharap akan janji- Mu yang dahulu”

    Setelah wanita itu selesai berdo’ a, saya bertanya kepadanya, “Apakah janji antara kamu dengan Tuhan?”

    Wanita itu kemudian menceritakan kisahnya,

    Dahulu saya mengendarai sebuah perahu bersama dengan para pedagang. Tiba- tiba ketika berada di tengah laut, perahu kami dihantam oleh angin topan sehingga tenggelam semua yang ada di dalam perahu tersebut. Tidak ada seorang pun yang selamat kecuali aku dengan bayiku ini dan seorang berkulit hitam. Kami terapung di tengah laut di atas sebuah batang kayu.

    Ketika pagi hari tiba dan Si Hitam itu melihatku, tiba- tiba ia berusaha mendekat kepadaku. Setelah kami berdua telah berada di atas kayu yang sama, tiba- tiba ia mengajakku untuk berzina.

    Aku kemudian berkata kepadanya, “Hai hamba Allah, apakah Anda tidak takut kepada Allah sedang kita sekarang sedang berada dalam bahaya?”

    Namun Si Hitam itu malah menjawab, “Ah, jangan bicara begitu. Aku sudah tidak dapat menahannya lagi.”

    Aku bingung apa yang harus kuperbuat. Akhinya aku terpaksa mencoba melakukan suatu hal untuk menunda hal ini. Aku kemudian mencubit anakku hingga terbangun dan menangis, lalu aku berkata kepadanya, “Tolong beri aku waktu untuk menidurkan anakku ini terlebih dahulu dan nanti terserah padamu.”

    Akan tetapi, Si Hitam itu malah merebut anakku dan melemparkannya ke laut. Aku yang tidak kuat melihat hal itu kemudian berdo’ a, “Ya Tuhan yang dapat memisah antara seseorang dengan isi hatinya, pisahkanlah aku dengan Si Hitam ini dengan Kekuasaan dan Kekuatan- Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

    Demi Allah belum selesai do’a itu keluar dari mulutku, tiba- tiba muncul binatang laut keluar dari dalam air yang langsung membuka mulutnya dan menelan Si Hitam. Kemudian Si Hitam itu dibawanya ke dalam laut oleh binatang tersebut dan aku tak tahu apa yang terjadi selanjutnya dengan Si Hitam itu.

    Aku kemudian dibawa oleh gelombang hingga tiba di sebuah pulau. Disana aku memakan apa saja yang aku dapat dari tumbuh- tumbuhan dan minum minuman dari air tawar.

    Setelah lima hari berlalu, tampak sebuah perahu yang melintas. Aku segera melambaikan kainku di atas anak bukit. Lalu ketika telah melihat lambaian kainku, mereka segera mendekatkan perahunya dan membawaku bersama mereka.

    Ketika aku telah berada di atas perahu tersebut, aku melihat anakku yang sebelumnya dilempar ke laut oleh Si Hitam sedang di tangan salah seorang pelaut. Karena aku sudah tidak bisa menahan diri lagi, aku segera mengambilnya kemudian mendekapnya serta menciuminya.

    Aku kemudian berkata kepada mereka, “Ini adalah anakku dan belahan hatiku”

    Orang- orang di perahu yang melihatku merasa heran dan berkata, “Apakah kamu gila?”

    Jawabku, “Demi Allah aku tidaklah gila.”, lalu aku ceritakan kepada mereka mengenai hal yang telah kualami dari awal hingga akhir.

    Setelah mendengar semua ceritaku mereka berkata, “Hai Nyonya, karena Anda telah menceritakan kepada kami suatu hal yang ajaib, maka kami juga akan menyampaikan khabar yang ajaib pula. Ketika kami sedang dalam perjalanan, tiba- tiba kami dihadang oleh binatang laut yang besar dan membawa anak ini di atas punggungnya. Kemudian tiba- tiba ada suara yang berseru: ‘Jika kamu tidak mengambil anak ini maka kamu akan binasa’. Maka segera salah seorang dari kami turun untuk mengambil anak ini. Dan ketika telah kami ambil bayi tersebut binatang itu menyelam kembali ke dalam laut. Hal ini dan apa yang engkau ceritakan adalah hal yang sangat ajaib bagi kami, dan sejak kini kami berjanji kepada Allah untuk tidak berbuat maksiat dan mulai kini juga kami akan bertaubat.”

    Kemudian bertaubatlah semua pelaut yang ada di dalam perahu itu karena mendengar semua cerita wanita tersebut.

    .
  • Sifat Menutupi Jasad, Jasad Menutupi Sifat


    Hidup didunia memang penuh tipuan. Satu orang yang mempunyai sifat suka mencuri tapi ditutupi dengan jasadnya, penampilannya dengan baju yang bagus dan berdasi. Sehingga orang lain pun tak tahu bahwa di memang pencuri.


    Satu orang yang yang mempunyai sifat dengki, hasad, sombong tidak akan bisa dilihat karena ditutupi oleh jasadnya yang dibuat seindah mungkin. Untuk menutupi sifat-sifatnya yang tidak baik ditutupi dengan penampilan jasad yang baik.



    Sifat yang kurang baik didunia bisa ditutupi dengan penampilan jasad yang baik tapi diakherat, bagai mana sifat kita didunia maka begitulah penampilan jasad kita diakherat nanti. Sifat yang baik akan menghasilkan jasad yang baik.


    Sifat yang buruk akan menghasilkan jasad yang buruk.

    .
  • Jadi, apalagi yang disombongkan oleh manusia?


    Iblis telah disuruh untuk bersujud kepada nabi Adam as tetapi iblis tidak mau bersujud. Hakikatnya orang yang sombong itu manusia yang tidak mau sujud kepada Allah SWT.

    Pangkat yang tinggi, harta yang melimpah, wajah yang cantik, wajah yang tampan dan rumah yang mewah. Ini bukan orang yang sombong, orang yang sombong itu orang yang tidak mau sujud kepada Allah SWT.

    .........


    Bergaul dengan 8 golongan ini maka Allah akan menambah kepadanya 8 perkara




    Abu Khatib Rah.A menyatakan barangsiapa yang bergaul dengan 8 golongan ini maka Allah akan menambah kepadanya 8 perkara :


    Barangsiapa yang suka bergaul dengan orang kaya maka Allah akan menambah rasa cintanya kepada Dunia

    Barangsiapa bergaul dengan orang-orang fakir, maka Allah akan menambah rasa syukurnya dan rasa senang terhadap rizki yang Allah kasih

    Barangsiapa bergaul dengan raja, maka ia akan bertambah keras hatinya dan bertambah takaburnya.

    Barangsiapa yang suka bergaul dengan perempuan, maka Allah akan tambah kebodohan dan birahinya.

    Barangsiapa bergaul dengan anak-anak, maka ia akan makin suka bermain-main

    Barangsiapa bergaul dengan orang-orang fasik, maka bertambahlah kecenderungannya untuk melakukan dosa dan melalaikan tobat

    Barangsiapa bergaul dengan orang-orang saleh, maka akan bertambah rasa cinta kepada Allah dan ketaatannya.

    Barangsiapa bergaul dengan ulama, maka akan bertambah ilmu dan amalnya

    ,
  • Dari Abu Hurairah r.a katanya, Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kamu juga tidak memandang kepada harta kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amalan kamu" (HR. Muslim)

    Manusia makhluk yang paling mulia tapi kemuliaan manusia tidak terletak pada wajahnya yang tampan, wajahnya yang cantik atau hartanya yang banyak tapi manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia kalau hati dan amalannya baik.

    “Ketahuilah bahwa di dalam tubuh ini terdapat segumpal darah. Apabila segumpal darah itu baik, maka baik pula seluruh anggota tubuhnya. Dan apabila segumpal darah itu buruk, maka buruk pula seluruh anggota tubuhnya. Segumpal darah yang aku maksudkan adalah hati.” (HR. Bukhari)

    Sebuah botol akan berharga mahal tergantung isinya. Kalau isinya air putih maka harganya murah. Kalau isinya Sirup harganya akan lebih mahal lagi tapi kalau isinya minyak wangi akan semakin mahal lagi. Begitulah hati manusia, tergantung isi hati manusia kalau isinya kecintaan kepada dunia tentulah nilainya tidak berharga sama sekali. Kecintaan kepada Allah SWT yang mempunya nilai tinggi dan mahal harganya.

    “Sekecil-kecilnya iman akan diberi pahala surga yang luasnya sepuluh kali dunia”

    Apa yang kita isi kedalam botol maka itulah yang akan masuk. Kalau di isi air maka air lah yang masuk kalau di isi minyak wangi maka minyak wangi lah yang masuk.



    Apa yang kita bicarakan dan kita usahakan setiap hari maka itulah yang masuk kedalam hati.

    Kalau setiap hari berbicara masalah dunia maka dunia lah yang masuk kedalam hatinya

    Kalau setiap hari berbicara masalah wanita maka wanita lah yang masuk kedalam hatinya

    Kalau setiap hari berbicara masalah jabatan maka jabatan lah yang masuk kedalam hatinya

    Kalau setiap hari berbicara masalah harta maka harta lah yang masuk kedalam hatinya

    Kalau setiap hari berbicara masalah agama maka agama lah yang masuk kedalam hatinya

    Kalau setiap hari berbicara masalah iman maka iman lah yang masuk kedalam hatinya



    Tidak akan mungkin minyak wangi akan masuk kedalam botol kalau tidak pernah dimasukkan. Tidak akan mungkin iman masuk kedalam hati manusia kalau tidak pernah dimasukkan.

    Bagaimana caranya memasukkan iman kedalam hati manusia?
    Perbanyaklah berbicara iman
    Perbanyaklah usaha atas iman
    Untuk terbiasa berbicara masalah iman perlu usaha atas iman.
    Apa itu usaha atas iman?
    Usaha atas mentaati perintah-perintah Allah SWT.
    Usaha atas iman ini sudah ada dimana-mana diseluruh penjuru dunia.

    Untuk mengusahakan iman dalam kehidupan kita perlu meluangkan waktu 3 hari saja.
    Untuk mendapatkan uang manusia perlu usaha. Untuk mendapatkan ilmu juga perlu usaha.
    Untuk mendapatkan iman juga perlu meluangkan waktu 3 hari belajar iman.

    .
  • Dialog dengan Penghuni Kubur

    1600_181

    Pada satu kesempatan, Nabi Isa a.s. pernah menjumpai seonggok tengkorak di tengah jalan yang jauh di luar pemukiman manusia. Kemudian beliau berdo’a kepada Allah SWT agar tengkorak itu dapat berbicara sehingga ia dapat melakukan dialog dengannya. Tengkorak itu adalah bekas seorang raja yang bernama raja Jumjumah.

    Atas takdir Allah, tiba-tiba tedengar dari mulut kepala tengkorak itu suara, katanya, "Ya Nabi Isa, telah diperintahkan oleh Allah terhadap tengkorang kering ini agar dapat berkata kata denganmu, maka tanyailah apa-apa yang engkau kehendaki. Salam Allah Ta’ala kepadamu, ya Nabi Isa Ruhullah."

    Nabi Isa berkata, "Hai tengkorak yang kering, kulit pun tidak ada padamu, maka apa-apa yang kutanyakan kepadamu, jawablah hai tengkorak yang kering."

    Ujar sang tengkorak. "Tanyakanlah tuan apa-apa yang dikehendaki hati tuan; dengan takdir Allah hamba akan menjawab segala pertanyaan tuan."

    Mulailah pertanyaan-pertanyaan dari Nabi Isa diajukan kepada tengkorak itu,

    "Hai tengkorak yang kering, laki-laki atau perempuankah engkau, merdekakah, ataukah seorang budak; Islam atau kafirkah engkau; berbahagia atau sengsarakah engkau; mulia atau hinakah engkau, kaya atau miskinkah engkau, engkau pemurah atau kikirkah; raja atau menteri?"



    Tengkorak kering itu pun menyahut, "Ya Nabi Isa ruhullah, hamba laki-laki bukan seorang perempuan; dan hamba ini merdeka bukan budak, dan hamba orang Islam bukan seorang kafir, dan hamba orang mulia, bukan orang hina, dan hamba orang celaka bukan orang bahagia di akhirat; hamba orang kaya, bukan orang miskin, dan hamba seorang pemurah bukan orang kikir, dan hamba seorang baik, bukan seorang jahat, dan hamba seorang tua, bukan anak muda; dan hamba berasal dari seorang raja, bukan seorang menteri”.

    “Dahulu, ya Nabi Isa Ruhullah, rupa hamba sangat baik dan juga sangat menakjubkan lagi elok rupanya dari seluruh rupa. Sangat gemilang bercahaya. Demikianlah keindahan paras hamba, jika siapa pun melihat melihat rupa hamba, pastilah ia heran dan tercengang dengan postur tubuh hamba yang gagah. Ketahuilah bahwa hambalah yang pemurah di daratan Mesir dan Syam.

    “Dahulu kerajaan hamba sangat besar. Pada waktu hamba hendak pergi berangkat atau bertamasya pergi berburu, mungkin berjumlah enam belas ribu budak pengiring. Belum termasuk hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentaranya. Sedangkan rakyat hamba tidak terhitung jumlahnya, melainkan Allah SWT dan Rasul-Nya juga yang mengetahuinya. Gajah, kuda, dan unta hamba tidak terhitung banyaknya pula. Enam belas ribu budak hamba diberi pakaian yang beraneka ragam. Empat ribu orang mengenakan pakaian seragam yang berwarna kuning. Empat ribu lainnya memakai seragam berwarna merah. Empat ribu lainnya memakai seragam hijau. Pada pakaian mereka dikenakan emas, perak, dan kumuda. Emas yang bertahtakan mutu manikam. Ada pula hiasan burung rajawali dan burung merak. Di mana bulunya tersusun dari emas. Empat ribu orangnya memegang senjata dari emas”.

    “Di sebelah kanan seribu orang memegang pedang emas. Di sebelah kiri seribu orang memegang keris. Di bagian belakang hamba memegang tombak. Empat ribu orang mengendarai kuda sembrani Di sebelah kanan hamba seribu orang penunggang kuda yang berseragam hijau. Di sebelah kiri penunggang kuda berwarna. Di hadapan hamba kuda yang berseragam putih. Para penunggang kuda tersebut mengenakan pakaian berwarna emas dan memegang senjata kerajaan, ya Nabi Isa Ruhullah. Adapun tentara dan rakyat hamba itu tidak terhitung banyaknya, melainkan Allah dan Rasul- Nya yang mengetahui”.

    “Demikianlah kebesaran kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Tidak seorang pun dari raja-raja melakukan perlawanan terhadap hamba. Dan tidak pula kerajaan-kerajannya menyamai kerajaan hamba dan kebesaran hamba. Dahulu, seluruh raja pada jaman hamba berada di bawah kekuasaan hamba, serta mereka diwajibkan memberi upeti kepada hamba. Dahulu, tiga puluh ribu unta di bawah kekuasaanku. Gajah, unta, dan kuda tidak terhitung jumlahnya."


    Ujar Nabi Isa , "Hai Raja Jumjumah, berapa lama tuan tinggal dalam kerajaan tuan?"


    Raja Jumjumah menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, empat ratus tahun lamanya berada dalam kerajaan hamba, ya Nabi Isa Ruhullah. Dengan dermawan hamba dalam sehari semalam hamba (pernah) memberikan sedekah sebesar sejuta dinar dan dirham kepada fakir miskin dan musafir. Pada waktu dahulu, setiap hari hamba memberikan pakaian kepada para alim. Demikianlah perihal perbuatan hamba di dunia senantiasa dilakukan”.


    "Dahulu, seluruh mesjid dan mushola yang berada di daratan Mesir dan Syam yang perlu diperbaiki akan hamba perintahkan untuk diperbaiki. Demikianlah perihal dari perbuatan hamba di dunia. Akan tetapi Allah Ta’ala Tuhan semesta alam juga yang tidak disembah selain dari-Nya, hanya Dialah yang memberikan harta pada, hamba-Nya."


    Nabi Isa bertanya lagi, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana engkau merasakan kekurangan di dunia, dan bagaimana engkau merasakan sakaratul maut, dan bagaimana rasanya minum pada saat sakaratul maut, dan bagaimana merasakannya saat berada di dalam kubur?"


    Raja Jumjumah pun menjawab, "Ya Nabi Isa Ruhullah, amat ajaib dan sangat sukar dan menyakitkan atas seluruh hal yang tuan tanyakan kepada hamba. Sekarang hamba akan ceritakan kepada tuan mengenai kematian hamba”.


    "Pada satu kesempatan, hamba pergi mandi ke sungai Alhamd dengan seluruh hulubalang, menteri-menteri, tentara-tentara, dan sebagian rakyat hamba turut serta mengiringi. Setelah mandi, hamba naik ke darat, kemudian duduk di tepi sungai itu. Hamba pun merasakan kedinginan pada tubuh seperti hendak demam. Hamba segera pulang ke istana Para pengiring hamba pun terlihat berduka atas keadaan yang dialami hamba”.


    “Setelah tiba di istana, hamba berbaring di atas permadani yang bersipuhkan emas dan bertahtakan ratna mutu manikam. Kata hamba kepada seluruh menteri dan para budak: ’Hai kalian, pergilah kepada tabib yang telah mengobati aku, karena selama empat hari demam masih dirasa’, dan aku pun menghentikannya atas penyakitku ini”.


    "Kemudian datanglah orang yang akan mengobati. Namun pengobatannya dirasakan tidak memberi manfaat. Hingga selama lima hari demam hamba semakin terasa. Lalu hati hamba berkata, Wah badanku, akan berpisahlah nyawa dan badan, seperti seorang yang sangat mengasihi seorang yang lainnya. Kemudian berpisahlah keduanya, rasanya adalah bagaikan kehilangan kesadaran, dan terbakarlah hati keduanya. Dan apa pun yang dilakukan, bagi hamba tidak akan menjadikan penghibur, karena sangat cintanya kepada sang kekasih dan selalu teringat terhadap perpisahannya tersebut”.


    "Demikianlah cintanya kepada nyawa hamba, saat berpisah dengan badan hamba. Dari kehendak yang memiliki kehendak itu, maka ridhalah hamba akan kehendaknya ini. Kemudian hamba pun berpikir dalam hati, Oh, niscaya aku akan mati juga, karena terlihat muka aku menjadi pucat tidak seperti biasanya, dan berduka citalah hamba”.


    “Sesaat kemudian terdengar suatu bunyi, katanya, ‘Kenalkah engkau terhadap siksaan orang durhaka, karena ia tidak beribadah kepada Allah Ta’ala Tuhan semesta alam (sebagaimana mestinya)’. Dan hamba lihat seorang laki-laki amat besar datang ke hadapan hamba. Kemudian ditikamnya dada hamba begitu sakitnya hamba merasakan hal demikian”.


    "Tersentaklah diri hamba dan lemah lunglailah dirasakan. Selanjutnya didengar lagi suara, ‘Keluarkanlah nyawa orang yang durhaka ini’. Maka seluruh tubuh hamba terasa seperti bercerai-berai. Seluruh sendi-sendi tulang hamba terbaring di atas bantal. Ketika itu, anak isteri dan keluarga hamba begitu menangisi karena cintanya kepada hamba. Oh, aku ini akhirnya mati juga pada hari ini, saat ini telah datang ajalku”.


    “Waktu itu, tidak ada seorang pun yang dapat menolong hamba, dan tidaklah dapat menyertai hamba. Hamba pun melihat seluruh anak isteri dan seluruh keluarga hamba Maka hamba melihat seluruh anak isteri dan keluarga hamba menangis dengan sangat berdukanya, karena sayangnya kepadaku”.


    "Pada saat itu, tidak seorang pun dapat memberikan faedah dan manfaat kepada hamba, melainkan karena apa apa yang telah diberikan kepada para ulama dan fakir miskin dahulu itulah yang menolong hamba. Sedangkan apa-apa baik kenikmatan, makanan yang dimakan, pakaian yang terbuat dan emas yang dipakai dahulu, kini ia menjadi siksaan dan azab kepada hamba”.


    "Kemudian datanglah Malaikat Maut kepada hamba dengan bunyinya yang berat. Kepala dan kakinya berada pada tujuh lapis langit hingga ke tujuh lapis bumi, serta sebelah sayapnya merupakan azab dan sayap lainnya adalah rahmat. Ketika itu, mukanya ada enam, ya Nabi Isa Ruhullah. Kesatu dari atas; kedua muka kanan; ketiga muka kiri; keempat di bagian depan; kelima di bagian belakang; dan keenam di bagian bawah."


    Bertanyalah kembali Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah tengkorak kering, apa yang Anda pertanyakan kepada malaikat maut."

    Jawab sang Raja, "Ada pertanyaan yang diajukan, yaitu, ‘Hai Malaikat, apa sebabnya mukamu itu ada enam. Sahut malaikat, Hai Raja Jumjumah, orang durhaka celaka. Ketahuilah olehmu, bahwasanya mukaku dari atas kerjanya mengambil nyawa seluruh nyawa anbiya. Mukaku dari depan, akan mengambil nyawa seluruh umat Nabi Muhammad SAW. Muka di bagian belakang berperan dalam mengambil nyawa orang-orang kafir. Mukaku di bagian kanan mengambil nyawa penghuni wilayah Masyrik dan sebelah kirinya mengambil nyawa penghuni wilayah Maghrib. Dan Mukaku di sebelah bawah mengambil nyawa segala jin dan setan”.


    Nabi Isa mengajukan pertanyaan berikut, "Hai Raja Jumjumah, bagaimana kau merasakan kedatangan kematian?"

    Raja Jumjumah berucap, "Ya Nabi Isa Ruhullah, pada satu waktu, datanglah Malaikat maut kepada hamba, la datang mengambil nyawa hamba. Lalu kulihat ia beserta dengan tiga puluh malaikat yang disuruhnya untuk memegang lidah hamba agar jangan menjerit akibat dari rasa takut yang dahsyat, dan mendengarkan suara mereka, tulang belulang hamba lemah lunglai rasanya. Jika para penghuni wilayah Maghrib mendengarkan suara itu yang seperti halilintar yang membelah. Demikianlah suaranya itu”.


    "Selanjutnya, ketiga puluh malaikat tersebut diperintahkan oleh Allah untuk memegang kaki hamba agar jangan bergerak. Kemudian diperintahkan oleh Allah untuk melontarkan tembaga ke dada hamba yang kemudian hancur. Begitu sangat sakit dan panasnya terasa di dada hamba. Sekali lagi . diperintahkan oleh Allah Ta’ala seorang malaikat untuk memegang leher hamba serta dipakaikannya rantai dan belenggu pada leher hamba, dan dipakaikannya tali kekang terbuat dari api pada mulut hamba oleh malaikat, dan disiksanya hamba. Begitu menderita hamba akibat sakitnya itu, maka ucap hamba kepada malaikat yang menyiksa hamba,’lepaskanlah hamba dari siksa ini, sebagai upahnya akan kuberikan seluruh harta, anak isteri, segala budak hamba’.


    “Setelah mendengar perkataan hamba tadi maka disapunya mulut hamba oleh Mala’katul Maut dan dirasakannya oleh seluruh anggota tubuh seperti hancur lebur rasanya. Malaikat itu berkata, ‘Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwa kami ini bukan (akan) mengambil upah dari kamu, karena kami mengerjakan perintah dari Tuhan kami dengan sesungguhnya. Begitulah kami yang akan mengerjakan dengan sebenar-benarnya. Kami bukanlah seperti kamu manusia yang bersaksi dengan dusta dan bersumpah dengan tidak sebenarnya, dan meninggalkan perintah Allah Ta’ala, serta mengerjakan larangan-larangannya. Oleh karena itu, laknat Allah kepada kamu, dan azab Allah yang menyiksa dengan tiada berkesudahan hingga hari kiamat’."


    Pertanyaan berikut yang dilontarkan oleh Nabi Isa, "Hai Raja Jumjumah, ketika nyawamu lepas, bagaimana kau merasakan rasa sakitnya, dan tatkala tubuhmu terlentang setelah ditinggalkan nyawanya, bagaimana juga rasa sakitnya?"


    Dijawab oleh Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, ketika nyawa hamba diambil oleh malaikat maut, beribu-ribu sakitnya dirasakan oleh hamba melebihi seperti ditikam dengan senjata, dan melebihi sakitnya daripada kambing hidup yang dikuliti, dan seperti kain yang teramat tipis lalu dimasukkan ke dalam air, kemudian dibuang ke atas duri-duri, setelah itu ditarik oleh pemilik kainnya, maka luluh lantaklah rasanya ketika nyawa hamba diambil oleh Malaikat Maut, dan setelah itu badan hamba merasakan sakitnya, ketika nyawa sudah diambil oleh Malaikat Maut, dan terbaringlah tubuh hamba di atas tikar. Apabila bergerak lantai rumah hamba, dirasakanlah kembali rasa sakitnya. Ketika diangkat untuk dimandikan oleh orang-orang, dan ketika digosok-gosok saat memandikan, hamba merasakannya begitu sakit. Setelah itu, dikafanilah hamba,

    kemudian diangkat untuk dimasukkan ke dalam keranda. Sambil ditanggung, diantarlah ke kubur. Dimasukkanlah aku ke dalam liang lahat, lalu bergoncanglah tanah kuburnya, dan dirasakan oleh aku begitu sangat sakitnya dan pedih dirasakan seperti hancur lebur daging ini. Berpisahlah seluruh persendian tulang dan habislah tak tersisa hilang rasanya, ya Nabi Isa Ruhullah."


    "Hai Raja Jumjumah, bagaimana rasanya ketika masuk ke bumi dan (mendengar) suara dari pertanyaan Munkar dan Nakir?" tanya Nabi Isa kembali.


    Raja Jumjumah menyahut, "Ya Nabi Isa Ruhullah, setelah selesai hamba dikuburkan oleh jama’ah, kemudian datanglah dua malaikat, pertama bernama Munkar, dan yang kedua bernama Nakir yang diperintahkan oleh Allah untuk menanyai orang-orang di dalam kubur. Kemudian kata kedua malaikat tersebut kepada hamba. Hai orang durhaka yang celaka, tutiskan olehmu perbuatan yang telah engkau perbuat di dalam dunia, baik jahat maupun baik semuanya. Seluruhnya tuliskan olehmu; jangan kau sembunyikan, agar di hadirat Allah semuanya itu dibalas”.


    "Kata hamba, untuk menulis itu, apa tintanya, kalamnya, dan kertasnya untuk hamba. Ujar Malaikat itu, ‘Hai orang durhaka yang celaka, sebagai tintanya adalah air mulutmu, kalamnya adalah telunjukmu, dan kertasnya itu adalah kain kafanmu. Maka seluruh perbuatanmu yang baik dan jahat; dosa besar dan dosa kecil seluruhnya tuliskan olehmu; segeralah kautuliskan. Mengapakah, hai orang durhaka yang celaka, dirimu diam, apakah itu keinginanmu?’. Oleh karenanya, ditulislah oleh hamba”.


    "Dalam pikiran hamba mengatakan bahwa ternyata banyaklah dosa hamba, dan sedikit saja pahala hamba. Ah, tidak akan kutulis dosa-dosanya. Malaikat berkata. ‘Hai orang durhaka yang celaka, tuliskan seluruh dosamu yang kauperbuat. Dari dosa besar maupun dosa kecil jangan engkau sembunyikan. Selanjutnya hamba tuliskan semuanya baik jahat maupun baik. Kata hamba, ‘Wah, sekarang dosaku sangat banyak tidak terhitung lagi, ya Nabi Isa Ruhullah. Segala hal perbuatannya tidaklah dapat hamba katakan kepada tuan, melainkan Allah SWT juga yang amat mengetahuinya”.


    "Tiba-tiba ada dua malaikat yang sangat hitam, amat tinggi dan besar seperti pohon kurma. Dari mulutnya keluar api yang menyala-nyala. Kemudian berkata kepada hamba, katanya, ‘Hai orang durhaka yang celaka, siapa Tuhanmu, siapa nabimu, apa agamamu, siapa imammu, apa kiblatmu, dan siapa saudaramu”?

    "Lalu sahut hamba, ‘Engkaulah Tuhanku”.

    "Setelah didengar jawaban tersebut oleh malaikat, ia sangat marah. Kemudian dipecut dengan cemetinya yang bercabang-cabang. Setiap cabangnya keluar api yang menyala. Kalau saja cemeti yang bercabang itu dipukulkan ke atas bumi ini, maka akan ratalah ia atau bukit pun akan rata dan terlihat hancur.


    "Demikianlah, hamba dipukulnya, yang menyebabkan tubuh hamba hancur. Persendian-persendian tulang pun cerai-berai. Dagingnya juga hancur-lebur. ibarat awan yang ditiup angin kencang. Demikianlah rasanya; dipukul tiga kali berturut-turut. Malaikat berkata lagi, ‘Hai bumi, jepitlah orang durhaka yang celaka itu. Makanlah olehmu dagingnya sebagai suatu rejeki, karena ia orang yang durhaka kepada Allah Ta’ala’. Setelah itu, dijepitlah hamba oleh bumi. Habislah luluh lantaklah tubuh hamba, serta daging pun hancur tercerai-berai. Persendian-persendian tulang juga hancur-remuk. Ujar bumi, ‘Hai orang durhaka yang celaka, tatkala engkau tinggal di atasku. seluruh keinginanmu yang durhaka kaulakukan di atasku, seperti zina, dan lain-lainnya yang dilarang oleh Allah SWT”.


    "Setelah dijepit oleh tanah tersebut, bumi berkata kembali, ‘Hai orang celaka yang durhaka, sekarang engkau masuk ke dalam perutku, maka akulah rupa yang buruk, dan akulah rumah yang berisi siksaaan akulah juga rumah yang berisi seluruh bau busuk dan anyir”.


    "Selanjutnya, hamba melihat dua orang yang sangat hitam rupanya. Kepalanya sangat besar seperti bukit di negeri Syam. Kedua orang itu yang ternyata adalah malaikat, kemudian membawa hamba”.

    "Setibanya di bawah ‘Arsy Allah Ta’ala, terdengarlah oleh hamba satu suara, yang mengatakan, ‘Hai Malaikat-Ku, bawalah orang durhaka yang celaka itu ke dalam neraka. Buanglah ia ke dalam siksa yang sangat menyiksa itu’. Kemudian hamba dibawa oleh malaikat itu ke neraka. Sesampainya di pintu neraka, hamba diserahkan kepada Malaikat Zabaniyah, seraya mengatakan, Hai Malaikat Zabaniyah, masukkan orang yang celaka ini ke dalam neraka Siksalah dia dengan siksaan yang sangat menyiksa”.


    "Setelah itu, hamba pun dimasukkan ke dalam neraka yang amat sangat menyiksa itu. Terlalu banyak macamnya siksaan dan azab yang hamba lihat. Hamba sering menangis dan mengerang menyaksikan keadaan siksa neraka itu. Ucap hamba, ‘Oh, siapa lagi yang hamba harapkan, dan siapa lagi yang akan mengasihi hamba. Oh, bagi hamba sangat diharamkan sekali-kali untuk berbuat dosa, seandainya hamba berada di dalam dunia hanya sesaat saja lamanya”.


    "Pada waktu itu, hamba tidak mengetahui lagi bagaimana nasib hamba selanjutnya. Namun, kemudian hamba melihat empat buah kursi tersimpan di kanan dan kiri ‘Arsy Allah Ta’ala. Lalu hamba menanyakan kepada malaikat yang menyiksa hamba mengenai siapa yang mendapatkan anugerah Allah Ta’ala Al Karim itu. Jawab Malaikat, Adapun satu kursi itu adalah dianugerahklan kepada Nabi Muhammad Rasulullah. Satu kursi berikut adalah untuk Nabi Ibrahim khalilullah. Satu kursi lagi untuk Nabi Isa Ruhullah Dan satu kursi sisanya adalah bagi Nabi Musa Kalamullah”.


    "Pada saat itu, hamba lihat seorang tua duduk di atas satu kursi dan dari hidungnya senantiasa keluar api. Beberapa malaikat diperintahkan oleh Allah Ta’ala untuk memasukkan orang tua itu ke dalam neraka, serta dirantai yang membelenggu dan tali. Setelah selesai menjalani segala macam siksaan, hamba lihat ia dibawa ke atas mimbar. Bawalah ia ke dalam neraka dan rantailah serta belenggulah dan kekanglah pada lehernya. Sesungguhnya orang ini durhaka yang celaka tidak mau menuruti perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya’.


    "Dalam menjalani siksaan, rambut hamba habis terlepas dari kulit. Tulang hamba pun hancur dan patah-patah. Bibir hamba seperti bukit Haliyah besarnya. Tubuh hamba besarnya seluas seperti jauhnya orang yang mengendarai kuda sembrani selama tiga hari tiga malam. Seperti jarak itulah besarnya. Jika orang lari dengan kuda sembrani yang sangat tangkas selama tiga hari tiga malam, maka tebal bibir atas bawahnya sama seperti itu. Hidung hamba pun seperti bukit besarnya. Sementara mata dan telinga menjadi hamba tuli”.


    "Hamba juga dikenakan pakaian yang terbuat dari kulit api neraka. Di dalam baju itu terdapat macam-macam binatang, seperti ular, kalajengking, dan lipan yang tercipta dari api neraka. Jika saja binatang-binatang itu diturunkan ke bumi, maka seluruh isi bumi dapat ditutupi oleh karena besar tubuhnya. Dan dengan marahnya binatang-binatang itu menggigit tubuh hamba”.


    "Awalnya perut hamba diikat dengan tali dari api neraka, dan diikatkan kepada satu pohon yang tercipta dari api neraka juga. Selanjutnya kaki hamba disimpan di atas. Sedangkan kepala disimpan di bawah, seperti orang yang digantung sungsang andai saja penghuni dunia menyaksikan penyiksaan itu, niscaya seluruhnya akan sangat terkejut dan takut karena kedahsyatan siksaan itu. Setelah selesai dari tempat ini, hamba dibawa kepada saksi lain. Kemudian diserahkanlah hamba kepada Malaikat Zabaniyah”.


    "Hamba disuruh untuk memakai suatu sepatu terbuat dari api yang panjangnya sepuluh gaz (+110 meter) dan tingginya empat puluh gaz. Apabila dipakai ke kaki sepatu itu, maka timbullah rasa hangus di dalam dada dan sangat meruyak hingga serasa hancur lebur. Asapnya naik sampai ke otak hamba. Ya Nabi Isa Ruhullah, makanan hamba dari tembaga dan timah yang melebur”.

    “Setelah selesai menjalani siksan di tempat ini, kemudian hamba dibawa ke satu bukit api neraka Hamba lihat beribu-ribu bukit dari api neraka. Di atas bukit-bukit itu, terdapat batu-batu dari api neraka juga. Ada pula pepohonan yang tercipta dari api neraka pula, serta binatang-binatangnya yang terbuat dan api neraka juga”.

    "Pada satu bukitnya, terdapat siksaan beribu-ribu macam, dan beribu-ribu macam api. Terdapat pula sungai-sungai api yang airnya berasal dari tembaga, timah, dan besi yang telah melebur. Ada juga airnya yang berasal dari darah dan nanah yang berbau sangat anyir dan busuk.”

    "Tiap-tiap sungai, airnya berputar-putar, dan bunyinya bagaikan guruh dan halilintar yang membelah angkasa. Demikianlah yang hamba dengar, terdengar hingga seribu tahun perjalanan manusia”.

    “Ketika hamba sampai di atas bukit. Binatang-binatang itu disuruh oleh malaikat Zabaniyah menyiksa hamba beratus-ratus kali. Andai saja anak dari dari seekor ular di antaranya yang terjatuh ke bumi, maka hancurlah bumi karena bisanya”.


    “Lalu hamba dibawa ke dalam sungai. Seluruh anggota badan dan persendian tulang rasanya seperti hancur lebur. Tiga ratus kali hamba digigit, kemudian di bawah bukit beribu-ribu siksaan dan azab Allah Ta’ala hamba rasakan lagi, dan tubuh hamba diikat dengan tali dan api dan dirantai yang terbuat dari api juga. Hamba pun diikatkan kepada sebuah pohon yang terbuat dari api neraka juga. Sedangkan rantai membelenggu hamba dan dililitkan pula kepada pohon itu. Hanguslah tubuh hamba dan hancurlah daging hamba rasanya”.

    "Hamba sendiri ketika hidup kembali tidaklah ada bandingannya siksaan-siksaan yang telah dialami itu, ya Nabi Isa Ruhullah. Begitu menderitanya, hamba pun menangis dengan menjadi-jadi serta berseru-seru kepada Allah Azza wa Jala, ‘Ya Ilahi, Ya Robbi, Ya Saidi, Ya Maulayya, Ya Tuhanku, telah hanguslah segala tubuh hambamu dan hancur leburlah daging hamba, serta meluruh dari kulitnya hamba rasakan ya Tuhanku, perut hamba pun jadi melorot ke bawah, hingga hamba dapat duduk di atasnya’. Demikianlah seruan hamba ke hadirat Allah Ta’ala. ya Nabi Isa Ruhullah”.


    "Hamba kemudian lihat banyak orang yang mendapat siksa, dan datanglah ular, kalajengking, dan lipan dari api menggigit mereka sama seperti yang menggigit tubuh hamba. Mereka pun meraung-raung karena terlalu sangat sakitnya. Dan menangis begitu memilukan. Hamba katakan, ‘Hai Malaikat Zabaniyah, apakah dosanya dari orang-orang itu hingga disiksa dengan yang demikian itu?”.

    "Malaikat Zabaniyah menjawab, Hai orang durhaka yang celaka, ketahuilah olehmu bahwasanya orang itu tidak mau mandi junub serta tidak suci dirinya ketika ia pergi ke mesjid, demikianlah dosanya orang itu."

    Raja Jumjumah berkata, "Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat orang-orang yang matanya dituangi dengan api yang menyala-nyala, la terbaring dan tergantung seraya berseru kepada Allah SWT. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, mengenai hal itu. la menjawab bahwa sesungguhnya orang itu ketika di dalam dunia sering mengintip aurat isteri orang lain, serta berusaha menggodanya.


    "Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba juga melihat seorang perempuan yang tengah muntah-muntah dengan lidahnya yang menjulur hingga ke kakinya. Dari mulutnya keluar nanah dan darah yang menggumpal-gurnpal. Kemudian disuapinya dengan daging dari api, serta digantung secara sungsang. Kepalanya di posisi bawah sedangkan kakinya berada di atas. Dan di bawahnya ada api yang menyala-nyala, la menyeru-nyeru dengan tangisannya yang sangat memilukan; suaranya begitu ramai menyayat. Hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, ‘Apakah dosa dari orang itu’? Malaikat menyahut, ‘Mereka itulah yang telah melakukan aborsi”.

    “Sebagian yang hamba lihat lehernya tergantung pada rantai dari api yang menyala-nyala, dan hamba bertanya lagi kepada Malaikat Zabaniyah, Apa dosanya orang itu?’ ‘Orang itu tidaklah sekali-kali mau mengambil air untuk, sembahyang ketika hidupnya di dalam dunia’, ujar Malaikat Zabaniyah."


    “Seluruh persendian hamba pun lemah dan letih rasanya. Tubuh hamba pun bergemetar, karena kedahsyatan dan ketakutan hamba menyaksikan azab Allah Ta’ala tersebut, ya Nabi Isa Ruhullah. Lalu hamba pun bertanya kepada Malaikat Zabaniyah, Siapa yang mandi dan siapa pula yang meminum air sungai tersebut? “

    "Dijawab oleh Malaikat Zabaniyah, Hai orang durhaka yang celaka, adapun yang mandi dan minum air sungai itu adalah orang-orang yang disiksa di dalam neraka”.

    "Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu beribu-ribu selokan dari api neraka, dan dari selokan tersebut terdapat beribu-ribu rumah; dari satu rumah, terdapat beribu-ribu pintunya; dan dari satu pintunya, terdapat beribu-ribu bilik dan beribu-ribu bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu ambalan; dan dari satu ambalan, terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal dan beribu ribu azab Allah Ta’ala; dan seluruh siksaan tersebut, berasal dari api juga”

    “Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada mahligai dari api dan pada satu mahligainya terdapat beribu-ribu pintu, dan pada satu pintu terdapat beribu-ribu bilik dan bangku; dan dari satu bangku terdapat beribu-ribu hamparan dan bantal. Bahwasanya pada tiap-tiap barang tersebut, kainnya berasal dari api neraka”.


    "Ya Nabi Isa Ruhullah, hamba lihat di dalam neraka itu ada bermacam-macam
    binatang, ada yang seperti gajah, kuda, singa, keledai, kalajengking, lipan, burung, babi, anjing, dan kucing. Seluruhnya berasal dari api yang bermacam-macam. Sesungguhnya seluruh binatang tersebut kerjanya adalah untuk menyiksa penghuni neraka”.

    "Sesudah hamba merasakan dan melihat berbagai macam siksaan neraka, hamba dibawa oleh malaikat Zabaniyah ke atas bukit yang bernama bukit Sakuna. Sampai ke atas bukit tersebut dapat ditempuh oleh manusia biasa adalah selama 70.000 tahun. Dan terdapat 70.000 tempat pemberhentian. Terdapat pula 70.000 macam siksa di tempat itu, ya Nabi Isa Ruhullah”.

    "Di bukit Sakuna terdapat 70.000 malaikat yang pekerjaannya adalah menghancurkan tembaga, timah, dan besi sebagai bahan untuk menyiksa orang yang tidak mau menuruti akan perintah Allah Ta’ala dan Rasul Nya, juga menyiksai hamba di bukit itu Hamba rasakan tidak ada sesuatu pun yang menyamai azab tersebut”.

    "Ya Nabi Isa Ruhullah, seluruh siksaan yang ada di dalam dunia, tidak ada satu pun yang sama dengan siksaaan yang ada di akhirat. Di bukit itu hamba lihat dan hamba dengar, penuh dengan ular dan kalajengking, dan binatang-binatang buas isinya”.

    Ucap Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa Ruhullah, adalah bermacam-macam siksaan yang hamba lihat yang tidak mungkin habis hamba ceritakan kepada tuanku mengenai siksaan itu. Setelah selesai hamba menjalani siksaan-siksaan, maka datanglah seorang malaikat untuk menyampaikan amanat dari Allah kepada Malaikat Zabaniyah bahwa Allah Ta’ala telah mengampuni dosaku. Allah Ta’ala telah menganugerahi kasihnya. Penyiksaan kepadaku dilakukan karena perintah Allah semata. Dan kini aku telah diampuni oleh Allah Ta’ala terhadap seluruh dosaku."


    Nabi Isa berbicara, "Hai Raja Jumjumah, berbahagialah tuan telah begitu besar dianugerahi Allah SWT telah melepaskan azab. Sesungguhnya segala perbuatan jika tidak benar niatnya, maka sembahyang dan ibadahnya pun tidak akan memberinya manfaat apapun”.

    "Hai Raja Jumjumah, ceritakanlah oleh Tuan seluruh siksaan yang telah dialami kepada orang-orang agar mereka menjadi takut dan bertobat setelah mendengarkannya."

    Kata Raja Jumjumah, "Ya Nabi Isa ruhullah, tidaklah hamba dapat merasakan penderitaan lagi, dan tidaklah pula dapat menceritakan lagi mengenai siksaan siksaan dan azab Allah Ta’ala. Karena tuan adalah Ruhullah, hamba mohonkan kepada Allah SWT agar dapat hidup kembali dan masuk ke dalam perut ibu hamba supaya dapat berbakti ke hadirat Tuhan RobbulArsyil Azim, maka semoga dapat terlepas dari siksaan yang telah hamba rasakan, dan hamba telah
    melihatnya juga. Akan tetapi terhadap kerajaan hamba, janganlah tuan mohonkan hamba untuk kembali lagi berkuasa."

    Setelah Nabi Isa Ruhullah mendengar permohonan tersebut, ia segera mengambil segengggam tanah. Kemudian dibasuhkanlah kepada kepala tengkorak dan ditutupnya dengan kain putih.

    Selanjutnya, Nabi Isa melaksanakan sholat dua rakaat. Lalu berdo’a kepada Allah agar keinginan dari Raja Jumjumah dapat terkabul. Allah SWT pun mengabulkan permohonan Rasul-Nya itu.

    .
  • Kisah Keluarnya Adam-Hawa dari Surga





    Masuknya Iblis ke dalam sorga untuk memperdaya adam.

    Setelah Adam dinobatkan sebagai khalifah, beliau kemudian tinggal dalam sorga Janatul Firdaus bersama istrinya Hawa. Adam berpikir bahwa seluruh pintu sorga begitu kokohnya; tidak mungkin dapat dimasuki oleh Iblis. Di samping itu, katanya dalam hati, bahwa apa kesalahannya terhadap Iblis, lagi pula Iblis sangat jauh dengan dirinya yang berada di bumi, dan Adam as. di sorga.

    Iblis senantiasa mencari jalan ingin memperdayakan Adam a.s., hingga membinasakannya. Iblis mulai mencari kesempatan untuk menyesatkannya. Iblis pun pergi dari bumi lapis pertama, menuju sorga yang melalui tujuh lapis langit.

    Singkat cerita, iblis telah tiba di depan pintu sorga. Dengan sabar ia menanti terbukanya pintu itu. Tiba-tiba datang ke dekat pintu sorga seekor burung merak. Merak melihat ke luar melalui celah-celah dinding sorga, karena didengarnya ada suara tangisan di sana.

    "Siapa engkau ini?" tanya merak.

    "Aku ini seorang malaikat di antara para malaikat yang banyak. Dan aku sangat ingin bertemu dengan engkau," jawab Iblis.

    "Mengapa engkau duduk di sini. Apa dayamu hendak bertemu dengan aku ini?" tanya merak lagi.



    "Marilah engkau berdiri di pintu sorga ini, agar diajari padamu suatu do’a. Dan adalah do’a yang hendak kuajarkan ini tiga hal khasiatnya akan dianugerahkan oleh Allah Ta’ala kepada siapapun yang mengamalkannya. Pertama, muda selama-lamanya; kedua, tidak mati selama-lamanya; dan ketiga, ia tidak akan keluar sorga selama-lamanya," ujar Iblis.

    "Aku tidak dapat membuka sorga, pintu sorga ini dikunci oleh Malaikat selama Adam di dalam sorga," tandas merak.

    “Bicarakan juga olehmu mengenai (caranya) membuka pintu sorga," kata Iblis lagi.

    Kemudian burung merak itu berlalu untuk memberitahukan kepada penghuni sorga yang lain mengenai kejadian yang telah dialaminya itu. Kebetulan makhluk pertama yang ditemuinya adalah ular. Setelah diberitahu, ular pun segera menghampiri ke dekat pantu sorga. Ternyata di luar, Iblis tengah menangis, maka ular pun menengokkan kepalanya ke luar melalui celah-celah dinding.

    Melihat ada yang memperhatikan tingkah Iblis, ia pun bicara, "Hai ular, pelajarilah olehmu apa-apa yang berasal dari aku (berupa) do’a ini, agar engkau terhindar dari bahaya kejahatan, serta aku minta janji darimu untuk membawaku ke dalam sorga ini."

    Ular menegaskan, "Aku tidak dapat membuka pintu sorga ini selama Adam berada di dalamnya, karena sorga ini dikunci oleh Malaikat, dan kuncinya berada pada dia."

    "Aku tidak bisa menjejakkan kakiku (ke dalam) sorga, melainkan (hanya) pada pintu sorga ini. Tetapi bukalah mulutmu supaya aku dapat masuk ke dalam mulutmu," kata Iblis.

    Gumam ular dalam hatinya, "la tidak akan dapat masuk ke dalam mulutku."

    Ular pun akhirnya mau mengangakan mulutnya. Iblis segera melompat masuk ke dalam mulut ular. Iblis meminta kepada ular, "Hai ular, bawalah aku olehmu ke pohon khuldi itu."

    Setelah sampai di tujuan, Iblis segera ke luar, dan duduk di pohon itu. Untuk menarik perhatian penghuni sorga, ia menangis dengan kerasnya. Terkejutlah para penghuni sorga yang mendengar suara tangisan tersebut. Disebabkan tidak pernah ada sebelumnya yang menangis di dalam sorga. Para Bidadari yang mendengarnya segera mendekati ke arah suara tangisan. Hawa, dari kejauhan melihat para Bidadari tengah berkerumun, ia pun mendekati mereka, seraya berkata, "Ada apa dengan kaiian berkerumun seperti ini?"

    Sahut bidadari’itu, "Pada ular ini terdapat seseorang di dalam mulutnya. Siapakah ia, tidak ada seorang pun dari kami yang mengetahui."

    Mengetahui ada Hawa di depannya, Iblis memalingkan wajahnya ke arah Hawa.

    Hawa bertanya kepada Iblis, "Hai Orang Tua, siapa Engkau, dan dari mana datangmu, dan apa yang Engkau tangiskan itu?"


    Jawab Iblis, "Hai Orang Muda, sesungguhnya aku ini (berasal) dari malaikat, dan yang aku tangiskan itu karena engkau akan dikeluarkan oleh Allah Ta’ala dari dalam sorga ini. Jika engkau hendak kekal di dalam sorga ini, makanlah olehmu buah pohon ini, niscaya tidaklah engkau akan keluar lagi di dalam sorga ini selama-lamanya." Lanjutnya, "Aku yang menunjukkan tempat pohon itu. Makanlah olehmu buahnya. Sesungguhnya jika engkau makan itu, niscaya kekallah engkau di dalam sorga ini. Tidaklah engkau ke luar dari dalamnya."

    Tegas Hawa, "Aku dilarang oleh Allah Ta’ala dan memakan buah pohon itu. Bagaimana engkau ini, menyuruh aku untuk memakan buah pohon itu?"

    "Ketahuilah olehmu bahwa itulah hikmah Allah hendak mengeluarkan engkau ke dunia lagi Engkau akan dijadikan tua oleh-Nya, jadi buruklah rupamu. Jika kau makan buah pohon itu, tidaklah engkau (akan) merasakan kejahatan lagi," bujuk Iblis mulai berupaya menyesatkan bangsa manusia. Seraya bersumpah dengan nama Allah dan beberapa sumpah yang besar-besar.

    Hawa mulai luntur keyakinannya terhadap perintah Allah untuk tidak memakan buah khuldi. la mulai berpikir bahwa orang ini telah bersumpah dengan nama Allah Ta’ala yang Maha besar, tentunya karena ingin menunjukkan jalan kebaikan kepadanya. Dan dia (iblis) bersumpah kepada keduanya,

    Sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.S. 7:21)



    Akhirnya, Hawa pun berhasil dibujuk oleh iblis. Diambilnya tiga buah pohon khuldi yang dilarang itu. Satu telah dimakannya, sedangkan sisanya akan diberikan kepada suaminya, Adam a.s.

    Tatkala diberikan kepada Adam as., ia pun bertanya: "Buah apa ini"

    Sahut Hawa, "Inilah buah dari pohon yang dilarang oleh Allah Ta’ala itu. Tuan hamba, makanlah satu (saja). Hamba makan sebuah"

    Adam bertanya lagi, "Bagaimana rasanya buah ini?"

    "Amat baik cita rasanya," jawab Hawa.

    "Aku tidak mau memakannya," ujar Nabi Adam a.s..

    “Hamba sudah makan itu. Mengapa Tuan hamba tidak mau memakannya," bujuk Hawa.

    "Karena aku sudah bersetia dengan Tuhanku, tidak boleh, bahwa aku dilarang memakan buah pohon itu, maka tidaklah aku mau mengabaikan perintah Tuhanku," tegas Nabi Adam a.s.

    Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat. (Q.S. 20:115)



    Hawa mencari akal agar Nabi Adam a.s. dapat memakan buah khuldi. Dicobanya satu cara yang dianggapnya bakal berhasil, yaitu dengan memberi khamar’ kepada Nabi Adam a.s.. Setelah diminum oleh Adam a.s., membuatnya menjadi lupa terhadap janji setianya kepada Tuhan mengenai larangan memakan buah khuldi. Hatinya pun tertutup. Mulailah diambil buah khuldi itu dari tangan Hawa. Adam a.s pun memakannya. Namun, baru saja sampai di kerongkongannya, maka terlepaslah mahkota yang dikenakan di kepalanya; jatuh, lalu terbang. Selurun perhiasan Adam dan Hawa pun tiba-tiba terlepas dan tubuh keduanya, lenyap tidak berbekas. Kursi kebesaran adam yang terbuat dari emas dengan bertahtahkan ratna-mutumanikam pun lenyap Lalu tubuh mereka kini tanpa busana sama sekali.

    Maka keduanya memakan dari buah pohon itu. lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) sorga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia. (Q.S. 20:121)

    Lalu keduanya berlari-lari melihat kepada satu pohon yang akarnya terbuat dari zamrud, dan seluruh cabangnya dari emas, dedaunannya terbuat dari sundusin dan astabraqin. Adam pun berdo’a, "Ya Tuhanku, baik sekali pohon ini, indah nian rupanya. Kau anugerahkanlah kiranya kepada hamba-Mu ini."

    Namun Allah SWT belum memperkenankan permintaannya itu. Lalu Adam mencari pohon lagi. Kali ini ia menjumpai sebuah pohon yang bernama Al-Jabbar. Namun, pada saat akan mengambil daunnya, si pohon tersebut tiba-tiba meninggikan dirinya. Ada lagi pohon yang bernama Ud. Adam meminta kepada pohon itu dedaunannya. Pohon Ud pun memberikan sebagian dedaunannya. Namun, terdengar suara: "Hai pohon-Ku, Ud, pertolonganmu itu akan sia-sia, karena yang kau tolong itu (telah) mengabaikan perintah-Ku."

    Pohon Ud pun meninggikan dirinya. Sedangkan Adam dan Hawa berlari-lari di dalam sorga karena sangat kalutnya Ketika Adam dan isterinya tengah berlari-lari ketakutan, terdengar suara menyahutnya, "Hai Adam."

    Namun Adam tidak menanggapinya. Dua kali lagi sahutan suara itu muncul. Lalu Jibril menyeru kepada Adam, "Hai Adam. Tuhanmu memberi firman kepadamu. Mengapa engkau tidak menyahut."



    Lalu muncul lagi suara lain: "Larilah engkau dari-Ku."

    Adam memelas sedih, "Malu sekali hamba ke hadirat-Mu, ya Tuhanku."

    Allah berfirman, "Adam. tidakkah sudah Kutegaskan padamu bahwa jangan kau makan buah dari pohon itu. Tidakkah Kuajari kepadamu bahwa Iblis itu musuhmu yang nyata. Maka Adam berucap lirih:

    Keduanya berkata, "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Q.S. 7:23)

    Adam dan Hawa Diturunkan ke Bumi

    Allah SWT kemudian memerintahkan kepada Jibril untuk mengeluarkan Adam dan isterinya, merak, ular, dan Iblis yang masih berada di dalam sorga ke dunia
    Mengetahui akan dikeluarkan dari sorga, Adam berdiri dan menyeru-nyeru sambil menangis, karena akan berpisah dengan tempat yang dicintainya itu. Namun apa mau dikata, takdir berbicara lain. Inilah awal dari perjalanan kehidupan manusia selanjutnya yang sangat berliku-liku dan begitu ragam corak dan dinamikanya hingga datang hari kiamat kelak.


    Sejarah kehidupannya menjadi pelajaran bagi anak cucunya. Kini ia dan isterinya akan diturunkan ke muka bumi. Pada mulanya pun, di bumi akan diangkat sebagai khalifah pengganti Iblis adalah Adam. Namun tentunya, pada mulanya Tuhan berkehendak prosesnya tersebut sesuai dengan harapan-Nya. Namun, sejarah berbicara lain: Adam ‘dipaksa’ segera menempati bumi, karena kekhilafannya sendiri. Jika Adam tidak memakan buah khuldi, mungkin saja proses turunnya ke dunia tidak akan secepat itu, dan tragedi perpisahan yang sangat lama mungkin tidak akan terjadi.

    Sebagai kenang-kenangan dari sorga, ia mengambil sepenggal kayu sebagai tongkat – yang konon, tongkat ini nantinya akan menceritakan sangat banyak mukjizatnya tersendiri. Berjalanlah mereka keluar dari sorga. Adam paling depan, menyusul Hawa, kemudian merak serta ular di belakangnya, dan terakhir adalah Iblis. Adam diturunkan di Sarandeep (India). Hawa di Jeddah, merak di laut, ular di Isafahan, dan iblis di Basrah (Irak).

    Dengan diturunkannya ke bumi, Adam selalu menangis, karena penyesalannya telah melanggar perintah Allah SWT. Konon, sampai dua ratus tahun atau tiga ratus tahun lamanya ia menangis. Seraya mengucapkan do’a pengampunan:

    ‘Robbanaa zolamnaa an fuusanaa wa Ham taghfirlaanaa wo tarhamnaa lankkuunanna mi nal khoosiriin’.

    Begitu banyak air matanya yang mengalir, terbentuklah menjadi aliran-aliran sungai. Dan tebing-tebing sungai itu terbentuk pula kurma, delima, gahru, ababar, cendana, kayu, dan qarnafal. Seekor binatang yang bernama Tha’irun-nassar melihat Adam menangis, ia ikut pula menangis. Binatang-binatang lain yang mengetahuinya ikut pula menangis. Sementara itu, Hawa pun sama pula menangis. Dari air matanya, jadilah celak dan hinai. Sedangkan yang mengalir ke laut menjadi mutiara yang nantinya menjadi perhiasan.



    Hingga pada satu hari, Jibril datang kepada Nabi Adam a.s., dan berkata: "Hai Nabi Allah Adam, hajja qobla minal maut, naik hajilah engkau terlebih dahulu sebelum mati."

    Begitu mendengar kata mati, Nabi Adam as. bergetar ketakutan. "Ke mana jalanku Jibril?" tanya Nabi Adam.

    "Ka’bah Allah Ta’ala” jawab Jibril

    Menerima perintah itu, Nabi Adam a.s. pun berangkat menunaikan ibadah haji. Konon, wilayah yang menjadi tempat pemberhentian Nabi Adam a.s., kelak akan menjadi negeri yang makmur.

    Berapa waktu lamanya Adam a.s. mengadakan perjalanan. Akhirnya, sampai juga di Baitul Makmur. Di sana Adam a.s. berjumpa dengan banyak Malaikat. Mereka berkata kepada Adam as., "Ya Nabi Allah, Adam, dua ribu tahun tahun lamanya kami Thawaf pada Baitul Makmur ini."

    Datang pula ke Padang Arafah, lalu ke Jabal Rahmah. Di sini dia duduk seraya melihat ke arah Padang Arafah. Dari kejauhan terlihat ada seseorang yang tengah berjalan ke arahnya. Semakin dekat wajahnya semakin dikenal. Ternyata yang dilihatnya adalah Hawa, isterirya. Digandengnya Hawa ke sampingnya. Keduanya pun menangis haru, takut terhadap Allah SWT, dan sedih telah meninggalkan sorga. Para Malaikat di langit yang menyaksikan kejadian tensebut, turut pula menangis haru.

    Allah SWT pun berkenan menyingkapkan hijab dari penglihatan Nabi Adam a.s. untuk melihat ‘Arsy Allah. Di tiang ‘Arsy itu Nabi Adam a.s melihat tentera kalimat "Laa ilaha illallaah Muhammadan rasuulullah."

    Sembah Nabi Adam a.s., "Ya Tuhanku, demi kemuliaan nama-Mu yang tersurat pada tiang ‘Arsy itu, hamba bertobat kepada Mu, dan bukakan pintu tobat kepada hamba-Mu ini."



    Firman Allah SWT turun melalui Jibril, "Ya Adam, telah diperkenankan oleh Tuhanmu terhadap tobatmu itu. Hai Adam, jika tatkala engkau di dalam sorga itu minta syafaat kepada yang empunya nama itu, niscaya tidaklah engkau akan dikeluarkan dari dalam sorga. Ketika dikerjakan oleh mereka amal saleh, maka mereka itu Kumasukkan ke dalam sorga. Dan barangsiapa tidak percaya terhadap Aku, dan rasul-Ku, di samping itu menyembah kepada selain Aku, maka sesungguhnya akan Kumasukkan dia ke dalam neraka. Hai Adam, tidakkah dahulu telah Kularang terhadap engkau bahwa hendaklah jangan kau dekati pohon khuldi itu, dan hendaklah kau ambil Iblis itu sebagai musuh bagi kamu berdua? Namun, kamu tidak ikut terhadap perkataan-Ku, maka jadilah engkau sekarang bersama-sama dengan dia di dalam dunia ini.

    "Hai Adam. tidaklah Aku akan mencegah seseorang tatkala ia berbuat durhaka kepada-Ku, karena telah Kularang kepada dia sebelumnya. Hai Adam, sekarang pun Kuingatkan engkau, jangan diperdayakan oleh iblis sebagaimana halnya diperdayakannya engkau tatkala ada di dalam sorga, dan lagi akan diperdayakannya anak cucumu seperti diperdayakannya engkau."

    Bergetar ketakutan Nabi Adam a. s. dan Hawa mendengar firman Allah SWT tersebut. Bersujudlah mereka ke hadirat Allah SWT seraya menangis. Menghiba-hiba, "Ya Tuhanku, Engkau juga Tuhan yang Maha Pengampun terhadap dosa kami, dan mengasihi kami maka peliharalah oleh-Mu kami dari bencana Iblis alayhi laknat itu Dan jauhkanlah kami darinya"

    Lalu Allah SWT memanggil Malaikat-Nya. yaitu Hajarul Aswad, "Mana Hajarul Aswad?"



    Mendapat panggilan itu, Hajarul Aswad pun datang bersembah kepada Allah SWT. “Pergilah engkau berjanji setia dengan Adam ke bumi, tuliskan olehmu seluruh janji-Ku dan janji Adam dan anak cucunya," perintah Allah SWT.

    Hajarul Aswad pun turun ke bumi. Dituliskanlah seluruh anak cucu Adam yang kemungkinan akan mengisi sorga dan neraka. Setelah selesai, surat itu diperintahkan oleh Allah SWT kepada malaikat-Nya untuk dimasukkan ke dalam mulut Hajarul Aswad.

    Selanjutnya, Hajarul Aswad dikehendaki oleh. Allah SWT menjadi batu. Pada awalnya batu itu berwarna putih. Oleh karena proses alamiah (seperti terkena hujan dan panas matahari), maka beberapa lama kemudian batu itu berubah warna menjadi berwarna hitam. Kelak, di hari akhirat, Hajarul Aswad akan kembali menjadi malaikat, dan memberitahukan apa yang ada di tulisannya itu.

    Ruh-ruh Anak Cucu Nabi Adam

    Nabi Adam a.s. kemudian melaksanakan tertib ibadah selanjutnya. Ketika ia berada di dekat Ka’bah, Jibril mendekatinya. Jibril mendapat perintah dari Allah SWT untuk membawa Adam a.s. ke satu sungai. Dahulu dinamakan dengan sungai Na’mal. Sesuai dengan perintah Allah SWT, Jibril menyapukan tanah dari dasar sungai itu ke bagian belakang tubuh Nabi Adam a.s. Adam a.s. pun penasaran ingin bertanya, "Hai Jibril, hikmah apakah ini?"

    Jawab Jibril, "itulah anak cucumu yang akan dijadikan oleh Allah Ta’ala."

    Setelah proses itu, mata Nabi Adam as. dibukakan hijabnya. Dilihatnya ruh yang begitu banyak. Memenuhi angkasa di atas Nabi Adam a.s.

    "Hai Jibril, apa yang datang begitu sangat banyaknya" tanya Adam as.

    "Itulah ruh seluruh anak cucumu," jawab Jibril.

    "Jika demikian banyaknya anak cucu hamba, di manakah tempatnya di dalam dunia ini?" tanya Adam a.s. Lagi.

    "Hikmah Tuhanmu yang Mahakuasa terhadap ciptaan-Nya. Hai Adam, sebagian diciptakan-Nya, sebagian lagi di dalam rahim ibunya, dan sebagian lagi di sulbi bapaknya. Dan mereka yang telah ada sebelumnya sebagian dimatikan," jelas Jibril.

    Firman Allah SWT: "Sebagian Kuciptakan anak cucu Adam, dan sebagian lagi tersebar pada tulang belakang Adam, dan sebagian pada rahim Hawa, dan sebagian lagi terhampar di dalam bumi."

    "Anak cucuku ini kulihat bermacam-matam perilakunya, sebagian Is­lam, sebagian kafir, sebagian mukmin, sebagian perusak, sebagian bahagia, sebagian sengsara, sebagian kaya, dan sebagian miskin," ujar Nabi Adam a.s.

    "Hai Adam, "firman Allah SWT, "lihatlah olehmu anak cucumu yang kaya itu, tidaklah ia mengatakan anugerah-Ku, dan yang miskin itu, tidaklah sabar dan syukur terhadap-Ku."



    Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada seluruh arwah tersebut bershaf-shaf, teratur dari Masyrik hingga ke Maghnb. Berkat hikmah Allah, mereka yang berada pada shaf sebelah kanan itulah orang-orang beriman, sedangkan yang di sebelah kirinya adalah mereka yang munafiq dan zandiq, dan sombong. Mereka yang di hadapan Adam a s. itu adalah para nabi dan wali. Sedangkan yang di bagian belakang Adam a.s. adalah orang-orang kafir dan musyrik.

    Allah SWT berfirman: "Alastu bi Rabbikum, (bukankah Aku Tuhan kamu)?"

    Arwah-arwah itu pun berkata, "Bahwasanya Engkaulah Tuhan kami".

    Firman-Nya lagi, "Sujudlah kamu sekalian pada Tuhan kamu yang menciptakan kamu itu!"

    Maka shaf yang di sebelah kanan Nabi Adam itu seluruhnya sujud. Sedangkan yang di sebelah kirinya tidak mau sujud. Datanglah firman Allah SWT lagi, "Sujudlah kamu sekalian sekali lagi!"

    Maka shaf yang sebelah kanan sepertiganya tidak mau sujud, dan dua pertiganya masih tetap sujud. Dan yang di sebelah kiri Adam a.s. itu dua pertiga bagian merendahkan dirinya, lalu, akhirnya mau sujud.



    Mereka yang kali pertama bersedia bersujud, kemudian menjadi tidak mau bersujud, itulah mereka yang pada awalnya memeluk Islam, kemudian di hari kematiannya telah menjadi kafir. Adapun mereka yang tidak bersujud pada kali pertama, dan kemudian akhirnya bersedia bersujud, mereka adalah orang yang pada awalnya kafir, namun akhir hidupnya telah menjadi muslim. Sedangkan mereka yang pada awalnya sujud, kemudian bersujud lagi, mereka adalah orang yang pada awalnya beragama Islam dan akhir hayatnya masih tetap beragama Islam. Dan arwah-arwah yang tidak sujud sekalipun, merekalah yang selama hidupnya tetap dalam kekafiran.

    "Ya Adam, seluruh (ruh) yang berada di sebelah kanan itu adalah umat Islam yang akan mengisi sorga, dan seluruh (ruh) yang berada di sebelah kiri itulah yang akan mengisi neraka. Hai Adam, bahwasanya tidak ada artinya terhadap Ku kebaktian mereka itu, dan tidak ada artinya terhadap-Ku segala kedurhakaan mereka itu." tegas Allah SWT.

    Mendengar firman tersebut, menangislah Nabi Adam a.s., seraya berucap, "Ya Tuhanku, tidakkah Kau jadikan mereka seluruhnya juga satu beragama Islam, dan seluruhnya menyembah Engkau."

    "Hai Adam, oleh karena itulah, Kuciptakan mereka itu. Barangsiapa yang percaya terhadap segala tanda (kebesaran)-Ku, dan rasul-Ku, serta Ismail dan Ishak pun tahu terhadap anaknya Ya’qub menjadi nabi, dan Ya’qub pun tahu terhadap anaknya Yusuf menjadi nabi, dan Yusuf pun tahu terhadap Musa menjadi nabi, dan Musa pun tahu terhadap saudaranya Harun menjadi nabi, dan Harun pun tahu Daud menjadi nabi, dan Daud pun tahu terhadap Sulaiman yang menjadi nabi, dan Sulaiman pun tahu terhadap Yunus menjadi nabi, dan Yunus pun tahu terhadap Zakariya menjadi nabi, dan Zakariya pun tahu terhadap Ayub menjadi nabi, dan Ayub pun tahu terhadap Yahya menjadi nabi, dan Yahya pun tahu terhadap Isa menjadi nabi, dan Isa pun tahu terhadap Muhammad SAW menjadi nabi serta rasul, dan beliaulah akhir dari segala nabi"

    Bahwasanya telah diketahui oleh para nabi itu mengenai siapa lagi yang menjadi nabi setelahnya.



    Mendengar begitu banyaknya anak cucu Nabi Adam as. yang akan masuk neraka, hati Nabi Adam as. sangatlah berduka. Sebagai tempat tinggalnya, Allah SWT memerintahkan kepada Adam a.s. dan isterinya ke Sarandeep. Di tempat ini, Jibril datang kepada mereka dengan membawa tujuh keping besi Dengan besi inilah akan banyak memberi manfaat kepada manusia. Masing-masing besi itu memiliki manfaatnya tersendiri: Pertama, besi untuk memukul besi lagi; kedua, linggis besi; ketiga, gurdi besi; keempat, beliung besi; kelima, cangkul besi; keenam, sepit besi: dan ketujuh, perkakas besi. Lalu Adam a.s. menanyakan mengenai kegunaan besi-besi tersebut, dan dengan apa ia memasak makanannya.

    "Akan dianugerahkan lagi oleh Tuhanmu untukmu api," jelas Jibril.

    Jibril lalu diperintahkan oleh Allah SWT pergi ke dalam neraka untuk mengambil sepercik dari bunga apinya, dan diberikannya kepada Adam as. Nabi Adam a.s. mengambil api tersebut langsung dengan tangannya, tentunya dia kepanasan, dan secara reflek api dilepaskannya. Api pun terjatuh ke tanah, namun terus jatuh ke lapisan bumi yang terdalam hingga ke lapisan ketujuh, dan kembali lagi ke neraka. Diambillah lagi oleh Jibril untuk diberikan kepada Adam a.s.. Namun, ketika akan diambil, api terlepas lagi dan kembali jatuh seperti tadi, dan akhirnya ke neraka kembali.

    Allah SWT melihat kejadian tersebut segera berfirman kepada Jibril. "Hai Jibril, katakan kepada Adam, hendaknya diambil olehnya batu dengan besi, lalu palu keduanya, niscaya akan terpeciklah api dari keduanya. Atau kayu dengan kayu, jika digesek keduanya, niscaya terperciklah api dari keduanya."

    Kini Adam a.s. dapat menyalakan api. Namun, ia masih penasaran mengenai kejadian yang tadi, ia pun bertanya kepada Jibril, "Ya Jibril, api yang dahulu itu tidak dapat hamba pegang. Namun terhadap api ini hamba dapat mendekatinya."



    Jibril menyahut, "Ya Adam, bahwa api yang dahulu itu (berasal) dari api neraka. Maka yang ini pun merupakan pancaran dari api neraka juga Tatkala api itu terlepas dari tangan Tuan, lalu la kembali lagi ke tempatnya, tidak singgah pada tempat yang lain juga. Maka, dari uapnya itu meresap pada seluruh batu dan kayu."

    Nabi Adam a.s. diajarkan oleh Jibril menempa besi. Diberikannya pula seekor lembu kepada Adam a.s., namanya adalah ‘Ainul baqara, agar dapat membawakannya air. Maka ujar Jibril, "Hai Adam, buatlah huma, dan tanamlah pohon gandum itu untuk makanan diri supaya jadi manfaat segala yang diperintahkannya itu. Dan tanamlah benih kapas, maka buahnya itu dapat dibuatkan pakaian untuk menutupi diri." Nabi Adam a.s. pun mengerjakan apa yang diajarkan oleh Jibril.

    Setelah lama menetap di Sarandeep, Nabi Adam a.s. dikarunia dua orang anak kembar pada kelahiran pertama isterinya. Anak laki-laki, bernama Abdullah, dan yang perempuan bernama Ummatillah. Kelahiran kedua, berjumlah dua orang juga Anak laki laki bernama Abdurrahmaan dan anak perempuannya bernama Ummaturrahmaan. Kemudian Hawa melahirkan dua puluh kali. Pada masa itu, seorang wanita begitu mudah melahirkan, dan cukup lambat kematiannya. Umur dari mereka waktu itu rata-rata seribu tahunan.



    Pada satu waktu Nabi Adam sekembalinya perjalanan jauh, ia tidak melihat anak Nabi Adam yang lainnya, Habiel, di antara putera-puterinya yang sedang berkumpul. Bertanyalah ia kepada Qabiel, kembarannya, "Di manakah Habiel berada? Aku tidak melihatnya sejak aku pulang."

    Qabiel menjawab: "Entah, aku tidak tahu dia ke mana! Aku bukan hamba Habiel yang harus mengikutinya ke mana saja ia pergi."

    Melihat sikap yang angkuh dan jawaban yang kasar dari Qabiel, Adam dapat menerka bahwa telah terjadi sesuatu atas diri Habiel, puteranya yang soleh, bertakwa dan berbakti terhadap kedua orang tuanya itu. Pada akhirnya terbukti bahwa Habiel telah mati dibunuh oleh Qabiel sewaktu ditinggalkannya.

    Menghadapi musibah itu, Nabi Adam hanya berpasrah kepada Allah menerimanya sebagai takdir dan kehendak-Nya seraya mohon dikaruniai kesabaran dan keteguhan iman baginya dan kesadaran bertaubat dan beristighfar bagi puteranya. Al-Quran mengisahkan cerita kedua putera Nabi Adam ini dalam surah "Al-Maaidah’ ayat 27 hingga ayat 32.

    "Menyaksikan kejadian pembunuhan itu, sedihlah Nabi Adam a.s. dan Hawa. Allah berfirman kepada Adam, "Hai Adam, janganlah kamu berduka cita Aku akan menganugerahi kepada kamu seorang anak laki-laki yang serupa dengan Habil itu, dialah nyawa para nabi." Anak yang dimaksud itu adalah Syis.



    Pada waktu berumur 950 tahun, wafatlah Nabi Adam pada hari Jum’at sore. Isterinya, Hawa, belum mengetahui perihal kematian suaminya tersebut. Disebabkan oleh adanya gerhana matahari saat itu. Begitu sangat sedihnya Hawa, ketika diketahui bahwa suaminya telah meninggal dunia. Selama empat puluh hari lamanya beliau berada di samping kuburan Nabi Adam a.s., hingga ia jatuh sakit. Tidak lama setelah itu, Hawa wafat menghadap ke Rahmatullah. Sebagai pengganti kekhalifahan, Allah mengangkat Nabi Syis.

    Diriwayatkan bahwa anak cucu Adam yang ditinggalkan saat wafatnya adalah berjumlah 40.000 orang.

    .
  • @boljugg semoga sukses dgn trit ini..
    I like it..
    :-)
  • @boljugg semoga sukses dgn trit ini..
    I like it..
    :-)
  • @boljugg semoga sukses dgn trit ini..
    I like it..
    :-)
  • Hikayat Sang Maut




    Diriwayatkan dalam suatu hadis bahwa tatkala Malaikat Maut diciptakan oleh Allah Ta’ala, dihijabi-Nya-lah dengan sejuta hijab. Tubuh sang Malaikat itu besarnya lebih besar daripada tujuh lapis langit dan bumi. Sebelumnya ia dirantai dengan 70.000 rantai. Jarak dari tiap-tiap rantainya berjarak sama dengan tujuh ratus tahun perjalanan. Tidak ada seorang pun dari para malaikat yang mendekati dan mengetahui wujudnya.

    Hanya terkadang suaranya saja yang terdengar. Hingga ketika Nabi Adam tercipta, Allah SWT menyerahkan pengurusan Malaikat Maut kepada Malaikat Izrail.

    Izrail bertanya mengenai Malaikat Maut itu, "Ya Tuhanku, siapakah itu?"

    Kemudian Allah menyibakkan hijab Malaikat Maut, sehingga terlihatlah sang Malaikat Maut oleh Mahikat Izrail. Dan para Malaikat yang lainnya diperintahkan oleh Allah untuk berdiri melihat Maut.



    Malaikat Maut diperintahkan oleh Allah SWT untuk terbang agar dapat disaksikan oleh seluruh malaikat. Subhanallah… para malaikat jatuh pingsan melihat wujud Maut itu! Seribu tahun kemudian baru siuman.

    Malaikat bertanya kepada Allah. "Ya Tuhanku, adakah Kauciptakan makhluk-Mu yang lebih besar daripada Maut itu’"

    Allah menjawab, "Aku yang menciptakan dan Aku jugalah yang lebih besar daripada dia. Sesungguhnya seluruh makhluk merasakan maut juga."

    Allah SWT berfirman kepada Izrail, "Sesungguhnya Aku menyerahkan
    pengurusan Maut itu kepada engkau."

    Sahut Izrail, "Ya Tuhanku, dengan kekuatan yang mana hamba-Mu memegang sebab dia lebih besar daripada hamba."

    Allah pun mengkaruniai Izrail kekuatan yang lebih besar daripada Maut, sehingga Izrail dapat memegang Malaikat Maut ini. Malaikat itu pun pasrah terhadap pemeliharaan oleh Izrail tersebut, karena memang kehendak Allah semata.

    Pada suatu waktu, Izrail datang kepada Allah untuk mengajukan suatu permohonan, katanya, "Ya Rabbi, karuniailah kiranya kepada hamba-Mu suara yang lantang yang membahana ke seluruh langit ini."



    Allah pun mengabulkannya. Mulailah Malaikat Maut menyeru-nyeru dengan sangat lantangnya.

    "Akulah Maut yang menceraikan antara seluruh kekasih dengan kekasihnya. Dan akulah yang menceraikan antara isteri dan suaminya. Dan akulah yang menceraikan seluruh anak dengan ibunya. Dan akulah yang menceraikan antara seluruh saudara laki-lakinya dengan saudara perempuannya. Dan akulah yang mengerasi pada seluruh bani Adam.

    Dan akulah yang membinasakan seluruh rumah dan isinya. Akulah yang mematikan kamu, walaupun kamu berada di dalam keranda besi sekalipun, tidak ada satu pun juga yang lepas dari aku, melainkan akan merasakan maut juga," seru Malaikat Maut.

    Ketika didatangkan Malaikat Maut kepada seseorang, maka berdirilah sang Maut di hadapannya seperti rupa orang yang hendak mati itu. Ditanyalah Maut,

    "Siapakah engkau, dan apa keinginanmu?"

    Sahut Malaikat Maut, "Akulah Maut yang mengeluarkan engkau dari dalam dunia ini, dan akulah yang menjadikan anakmu yatim dan menjadikan isterimu seorang janda, membuat seluruh harta warisanmu dipusakai oleh orang yang tidak engkau cintai sekalipun pada masa hidupmu."

    Mendengar perkataan dari Maut, orang ini memalingkan mukanya ke samping. Namun, di arah sampingnya, Maut sudah ada. Demikianlah apabila sudah ditakdirkan seseorang merasakan maut, tidak ada siapapun yang bisa menghalanginya.



    Malaikat Maut menetap di langit ke tujuh diriwayat yang lain, menetapnya di langit keempat. Allah menciptakannya dari nur. Dia Memiliki kaki, memiliki sayap yang berjumlah 70.000 buah. Tubuhnya penuh oleh mata dan lidah. Tidak ada seorang pun makhluk yang bernyawa yang wajahnya tidak terdapat pada tubuh Malaikat ini. Ketika waktu kematian seorang makhluk telah tiba, maka wajah suatu makhluk yang telah diambil di dalam tubuhnya itulah yang akan merasakan maut.

    Diriwayatkan bahwa pada tubuh maut terdapat empat muka. Pertama, di wajahnya; kedua, di kepalanya; ketiga, di lehernya; keempat, pada telapak kakinya.

    Tatkala nyawa para nabi dan malaikat akan diambil, wajah mereka yang berada di kepala Malaikat Maut pun diambil. Bagi orang-orang mukmin, wajah-wajah mereka tersimpan di wajah sang Maut. Sedangkan bagi orang-orang kafir, wajahnya tersimpan di lehernya. Bagi bangsa jin, wajah mereka tersimpan di bagian kedua kakinya. Sebelah kakinya di tepi surga, dan sebelah kaki yang lainnya adalah di tepi neraka. Maut itu sendiri tidak langsung mengambil nyawa suatu makhluk, akan tetapi ada malaikat yang disuruh oleh Allah SWT untuk mengambilnya.



    Ketika Allah SWT mematikan seluruh manusia dan makhluk lainnya, maka hilanglah seluruh mata yang ada di tubuh maut. Kemudian hidup lagi delapan malaikat, yakni-Israfil, Mikail, Izrail, Jibril, serta empat malaikat yang mengusung ‘Arsy. Karena wajah dan tangan ke delapan malaikat itu tidak terdapat pada tubuh Maut.

    Kedelapan Malaikat itu datang kepada Allah SWT dan berbicara, "Ya Rabbi, ketika Engkau ambil nyawa seluruh hamba-Mu, dan atas sebab apa Kau berbuat demikian."

    Allah menjawab, "Mahasuci Aku, hai Malaikat Maut, sesungguhnya hal ini berasal dari ilmu-Ku yang gaib, tidak juga mengetahui selain dari-Ku. Apabila (datang) ajal seorang dari hamba-Ku, (maka) adalah seluruh malaikat yang memerintahkan nafas dan seluruh malaikat yang mengatur rejeki, dan seluruh amal datang kepadamu, dan mereka itu memberi tahu kepada engkau, kata mereka bahwa telah habislah umurnya dan habislah rejekinya dan tidak ada lagi seluruh amalnya”.

    Dan jika termasuk golongan yang celaka, ditulis oleh malaikat dengan cahaya suluk yang hitam. Kemudian dibawa kepada Malaikat Maut. Jika orang itu termasuk golongan yang berbahagia, maka tertulis namanya dengan cahaya dan sekelilingnya pun bercahaya

    .
  • Akibat Rakus Terhadap Harta Dunia



    Pada suatu hari, seorang pemuda datang kepada Nabi Isa as dan berkata,

    “Saya ingin bersahabat denganmu. Karena itu berkenankah jika saya terus bersamamu kemanapun engkau pergi?”, ucap pemuda itu tanpa ada keraguan.

    Setelah Nabi Isa as mengijinkannya, maka berjalanlah keduanya bersama- sama. Ketika berada di tepi sungai, keduanya beristirahat dan kemudian Nabi as mengeluarkan tiga potong roti. Satu potong untuk dirinya dan satu potong untuk pemuda tersebut, dan membiarkan satu potong sisanya.

    Setelah selesai memakan habis roti bagiannya, Nabi Isa as pergi menuju sungai untuk mengambil air minum. Namun, ketika beliau kembali ke tempat mereka makan sebelumnya, sisa sepotong roti itu sudah tidak ada lagi. Beliau kemudian bertanya kepada pemuda itu,

    “Siapakah yang telah mengambil sisa sepotong roti tadi?”

    “Tidak tahu”, jawab pemuda itu.

    Kemudian keduanya kembali melanjutkan perjalanan mereka. Ketika berada di tengah jalan, tiba- tiba mereka melihat seekor rusa betina dengan kedua anaknya. Nabi Isa as memanggil satu ekor anak rusa, lalu disembelih. Setelah dibakar dan dirasa telah matang, dimakanlah daging anak rusa itu oleh beliau bersama pemuda tersebut.

    Ketika telah selesai makan, Nabi Isa as segera menyuruh anak rusa yang telah dimakan itu agar hidup kembali. Maka dengan izin dari Allah, hidup kembalilah anak rusa itu dalam keadaan sempurna seperti sebelum disembelih. Lalu Nabi Isa as bertanya,

    “Demi Allah yang memperlihatkan padamu bukti kekuasaan- Nya, siapakah yang mengambil sepotong roti tadi?”

    Namun, lagi- lagi pemuda itu menjawab, “Tidak tahu”

    Kemudian Nabi Isa as kembali melanjutkan perjalanannya bersama dengan pemuda itu. Ketika tiba di tepi sungai, beliau memegang tangan pemuda itu lalu mengajaknya berjalan di atas air. Ketika telah sampai di seberang, beliau kembali menanyakan perihal yang sama,

    “Demi Allah yang telah memperlihatkan padamu bukti ini, Siapakah yang telah mengambil sepotong roti tadi?”

    Pemuda itu pun menjawab hal yang sama,

    “Tidak tahu”

    Kemudian ketika mereka duduk untuk beristirahat di tengah hutan, Nabi Isa as mengambil tiga buah kerikil lalu berkata, “Jadilah emas dengan izin Allah”, maka berubahlah tiga buah kerikil itu menjadi emas.

    Nabi Isa as kemudian berkata, “Emas ini akan menjadi milik orang yang memakan tiga potong roti tadi. Yaitu satu untukku, satu untukmu, dan satunya lagi untuk orang yang mengambil sisa sepotong roti yang tadi.”

    Mendengarnya pemuda itu segera menjawab, “Sebenarnya akulah yang telah mengambil sisa sepotong roti tadi”

    Nabi Isa lalu berkata, “Jika begitu ambillah semua emas ini, semuanya untukmu”

    Pemuda itu segera mengambil tiga butir emas tersebut, lalu pergi meninggalkan Nabi Isa as. Ketika berada di tengah perjalanan, tiba- tiba pemuda itu dirampok dan dibunuh oleh tiga orang perampok.

    Ketiga perampok itu sepakat untuk membagikan emas itu menjadi tiga sama rata, lalu salah satu dari mereka ditugaskan pergi ke pasar untuk menukar emas itu dengan uang dan berbelanja makanan.

    Lalu timbul perasaan rakus perampok yang pergi ke pasar itu, “Untuk apa kami membagi uang, lebih baik makanan ini saya beri racun agar mereka berdua mati dan aku dapat memiliki semua harta ini”, pikirnya lalu menaburi semua makanan tersebut dengan racun.

    Sedangkan dua orang perampok yang sedang menunggunya berkata, “Untuk apa kita membagi harta dengannya, bukankah lebih baik kita bunuh saja dia sehingga kita bisa memiliki harta ini berdua saja?”. Akhirnya dua orang perampok itu sepakat untuk membunuh kawannya yang sedang berbelanja di pasar itu.

    Maka ketika perampok yang berbelanja itu datang, segera dibunuh oleh mereka, lalu diambil semua hartanya dan dibagi dua. Setelah itu dua perampok itu segera memakan makanan beracun yang di bawa oleh perampok yang telah dibunuh tadi. Maka matilah keduanya karena keracunan.

    Uang itu masih berceceran di hutan, sedangkan mereka ( tiga perampok ) itu mati disekitar uang itu. Ketika Nabi Isa as berjalan di hutan dan melihat hal itu, beliau lalu berkata pada sahabat- sahabatnya,

    “Inilah contohnya dunia, maka behati- hatilah kamu darinya”



    Albaihaqi meriwayatkan: Malaikat Jibril turun pada Nabi saw dalam bentuk yang sangat tampan, lalu berkata: Allah kirim salam padamu dan berfirman: Hai Muhammad Aku telah mewahyukan pada dunia supaya berpahit- pahit, dan bersukar- sukar dan berkeruh- keruh, dan bersempit- sempit pada para wali- Ku, supaya mereka lebih suka bertemu pada- Ku, sebab Aku jadikan dunia sebagai penjara untuk wali- Ku, dan syurga bagi musuh- musuh- Ku.



    Diriwayatkan: Jibril as turun pada Nabi saw dan berkata: Allah kirim salam padamu, dan berfirman: Sukakah aku jadikan bukit itu emas, dan mengikuti kamu dimana kamu berada. Maka Nabi saw diam sejenak, lalu bersabda: Ya Jibril, dunia ini rumah orang yang tidak mempunyai rumah, dan kekayaan orang yang tidak berkekayaan di akhirat, dan yang mengumpulkannya hanya orang yang tidak sempurna akalnya. Maka Jibril berkata: Semoga Allah meneguhkan anda dengan kalimat yang tetap teguh

    Firman Allah Swt :

    Siapa yang ingin tanaman akherat, maka Kami akan menambah tanamannya ( hasilnya ), dan siapa yang ingin ( berusaha mencari ) tanaman dunia, maka Kami akan memberi padanya, dan dia di akherat tidak mendapat bagian.

    /
  • gw suka baca hikayat

    tnyata bnyk bgt yg trpendam dan blom tergali

    .


    @edwinjoej P
  • nama situsnya apa, aku jadi suka baca hikayat
Sign In or Register to comment.