BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Dunia itu

edited December 2013 in BoyzStories
Hai kaka-kaka, om, tante ini thread pertama saya jadi mohon maaf jika terdapat banyak salah kata dan tanda baca yg tdk sesuai dgn Eyd :) terimakasih ^^




Ini di mulai dari awal aku SMP benih benih itu telah muncul dan menampakkan dirinya. Sisi lain dari hidupku yang telah terpaut oleh dosa. Aku bahkan tidak tahu siapa yang menabur benih itu, benih yang telah berubah menjadi bunga cantik yang bersemayam di alam bawah sadarku. ini refleks begitu nyata dan susah untuk diterima
Sampai sekarang pun jawabannya sangat sukar untuk dimengerti. Ketika itu dipertengahan tahun pelajaran semuanya telah berbeda. Mereka yg dulunya kuanggap sama sekarang berubah secara drastis. Mereka yg dulunya biasa biasa saja kini berubah menjadi rupawan dan memikat hati. Perasaan ini hidup bagaikan globalisasi yang akan terus ada dan berkembang. Perasaanku terhadap perempuan kini telah menjadi sejarah
Tahun pertama di bangku sekolah menengah atas merupakan hal yg sangat membahagiakan penuh canda dan tawa. Rasa bersahabat selalu bersama. Sampai suatu saat aku harus pindah ke sekolah itu, sekolah dimana aku memulai semuanya. Semester dua, aku telah memakai seragam milik sekolah itu. Hampir sama dgn seragam lamaku namun tetap saja terasa ganjil dipandang.
Aku harus bisa beradaptasi. Sekolah itu berlokasi di kota kelahiranku. Sangat mungkin tmn tmn lamaku akan banyak d sana nantinya.
Serupa tapi tak sama inilah sekolah baruku yang siswanya mayoritas muslim. "Deg.." rasa nervous mulai menghantuiku, ketika pertama kali aku menginjakkan kaki di sekolah itu. Siswa-siswi di sekolah itu mulai ramai membicarakan suatu hal. Bisik-bisik namun pasti mereka membicarakan ku.
Kemudian aku berjalan menuju kantor Tata Usaha. Di ruangan itu terlihat empat orang lainnya yang juga merupakan murid baru. Jam dinding pun berdetak menunggu guru yang di tunggu tak urung datang.
"Selamat pagi..". kata guru itu dari balik pintu.
Kemudian guru itu memberikan pengarahan. Bla bla bla .. kami pun diantar ke kelas masing-masing. Rasa tegang ini kian meningkat. Manapaki lantai berubin putih satu per satu, melewati sejunlah kelas yang berpintu kayu.
Sorak-sorak hai mulai bertebaran. Teman teman lama yg sangat antusias melihatku. Ada pun yg menatapku sinis, memandang penuh tanda tanya. Terbersit keraguan dipikiran ku ketika aku ternyata dibawah ke kelas yang merupakan kelas unggulan di sekolah itu, sepuluh satu.
"huuhhh...". Helaan nafas legah ku lontarkan. Melihat mereka yg berada di kls ini rata-rata telah mengenalku dgn akrab. Lalu, aku masuk ke kelas itu, memberikan perkenalan singkat yg tdk penting sambil memperhatikan bangku kosong yg trdapat di kls itu.
Hanya ada satu bangku kosong di sana. Di barisan paling belakang. Ini kali pertamaku duduk di paling belakang semenjak aku sekolah. Satu, dua, tiga, empat, lima dihitung dari depan ke belakang. Cowok kerurunan cina yang duduk di dekat jendela. Berhidung mancung dengan matanya yang tajam namun tidak sipit.
Dia terlihat sangat tertutup dan kurang bersahabat. Itulah kesan pertamaku terhadapnya. Iringan gitar mulai menggema, merambat melalui udara yang di pantulkan oleh tembok usang kelas itu. Suara itu muncul di antara kami yg lagi sibuk bercanda ria. Ternyata, cowok itu yg memainkannya. Kami mulai berkumpul mengitari sumber suara itu. Di sinilah awal aku mulai berkenalan dengannya. Melalui gitarnya dan suaraku yang sumbang yg mulai mengikuti petikan nada-nadanya. Dia Josh. Tdk kalimat perkenalan pasti diantara kami. Aku sering mendengar namanya dari tmn tmn.
Aku dan Josh memiliki kepercayaan yg sama, kami Kristen. Karena itu aku dan Josh mulai semakin akrab dan bersahabat. Setiap hari Jum'at gereja dekat sekolah mengadakn belajar agama bersama. Berhubung sekolah tidak memiliki guru agama kristen.
Jum'at pun tiba. Setelah jam pelajaran usai aku bergegas ke gereja. Hari ini Josh tidak masuk sekolah karena sakit. Jarik sekolah dan gereja sangatlah dekat begitu juga dengan rumahku. Cukup dengan berjalan kaki.
Setibanya di gereja ternyata belum ada satu orang pun di sana. Langit yg tadinya cerah, berubah menjadi gelap. Awan hitam mulai menutupi langit. Sang mentari tidak lagi menampakkan cahayanya. Aku yang duduk sendiri di dekat kolam, samping gereja menatap dua ikan koi yg berenang ke sana ke mari. Tuhan menciptakan mahluk hidup berpasangan pria dan wanita, pejantan dan betina. Tetapi ada apa denganku? mengapa aku tdk dpt menjadi seperti dua ikan koi itu ? Apa ini kutukan atas dosa dosa ku di kehidupan sebelumnya ?
Titik-titik air mulai berjatuhan dari langit membentuk untaian panjang yg tak habis-habis. Aku berlari kecil menuju depan gereja sembari menunggu tmn-tmn yg lain. Ini adalah minggu pertamaku bergereja kembali di sini.
Titik-titik air itu kemudian semakin banyak dan membenuk genangan air di sana. Bruumm... suara motor memecah keheningan. Motor itu menghamburkan genangan air di sana dan berhenti tepat di sampingku. Sangat pasti dia laki-laki.
Lelaki itu kemudian membuka helmnya. Huaaa... keren. Mukanya sangat familiar menurutku. cek per cek dia kakak kelas. Wajahnya tetap saja seperti dulu ketika pertama melihatnya natal 2 thn yg lalu. hidungnya yg mancung, matanya serta baju seragam yg sudah kekecilan yg dia gunakan memberikan efek ketat di tubuhnya
Terlihat nipplenya yang menyembul. Serta otot tangannya yg lumayan kekar.
Canggung. Tidak ada percakapan yg terbuka dari mulut kami. Aku maupun Lelaki itu masih sungkan untuk menyapa satu dengan yg lain. Padahal di jidat ini telah tertulis sangat jelas "Hey.. Sapa aku dong".
Gemericik hujan menemani kami. yang menari nari diatas seng berkarat. Sekali kali aku mencoba melihatnya dari ujung mataku. ternyata dia memandangiku. Sadar aku melihatnya. Dia lalu memalingkan pandangannya seraya mencoba mencari objek pandangan lainnya.
«1

Comments

  • Mohon bantuannya :) kritik dan saran di perlukan demi kelancaran dan pembanahab cerita ke arah yg lebih baik
    terima kasih :)
  • Entah mengapa, selama di sampingnya jantung ini berdebar dengan cepat. Hentakannya membuatku tak dapat berpaling ke tempat yg lain. Kaki ini terasa membeku stuck di dekatnya kira kira 2 meter jaraknya. Itu sudah lumayan dekat untuk memperhatikan seluk beluk tubuhnya yg sangat atletis. Perasaan nerveous ini kambuh lagi. Lebih besar dari sewaktu aku pertama kali memasuki sekolah itu. Apa yang terjadi denganku ? ini bisa sangat memalukan. Dia membuat ku salah tingkah dari tadi. Perasaan ini tidak dpt terbendung lagi aku harus segera mencegahnya. Jika tdk semburat merah akan muncul di pipiku dan kakiku akan gemetaran. Ku coba mengambil hp yg berada di tas ku. Mencari kesibukan dengan memainkan game dan mengecek beberapa jejaring sosial yg telah ku install . Ini adalah salah satu langkah yg aku gunakan untuk melupakan rasa nervous tadi.
    "Heuh... hampir saja". gumamku
    Aku yg telah sibuk dgn hpku. Masih saja mencuri curi pandang kepada lelaki itu. Saat ini aku jongkok dan dia masih dalam keadaan berdiri berdampingan dengan motornya.
    Dia lalu meraih hp dari dlm kantongnya yg berdering.
    "Halo". katanya menjawab suara di seberang sana dan pergi sedikit menjauh dariku. Hati ini tiba tiba pecah berhamburan melihat dia yg sibuk menelpon. Mungkin itu pacarnya, Tidak aku yakin itu memang pacarnya. Aku cemburu. Ingin rasanya memanggilnya dan mengambil dengan cpt hp yg berada di tangannya lalu membuangnya. Tapi pikir ku, aku ini siapa ? dia juga siapa? Aku bahkan tidak mengenalnya, juga tidak mengetahuinya. Berani beraninya perasaan cemburu ini mencuat kepada orang yang bahkan anonym di hidupku. Akan tetapi ketika melihatnya seakan diri ini jauh di sana telah mengenalnya sangat dekat. Matanya memberikan kepercayaan. Suaranya bagaikan oasis di tengah padang gurun. Hidupnya bagaikan bingkisan kado beripita merah yang ingin segera ku tuliskan kata I LOVE YOU. Begitulah dia penuh dengan kejutan. Desiran pohon mengitari sekeliling kami. Bisikan rasa kecewaku terbawa oleh angin yg mungkin berhembus di telinganya dan membuat dia beranjak mendekatiku. Langakahnya kemudian terhenti mendengar suara motor yang ramai masuk ke dalam gereja. Sial.
    Bersamaan dengan berhentinya hujan mereka semua telah tiba di susul oleh guru agama kami yang beberapa menit telah tiba juga.
    pelajaran di mulai. Karena anak baru aku tidak berani duduk paling depan. Aku mengambil tempat duduk di paling belakang. Lelaki itu duduk di dpn ku, dua derat kursi jauhnya ke dpn. Selama pelajaran aku masih saja memikirkan lelaki yg duduk di dpn sana. Memikirkan apa dia sama dengan ku atau bahkan kemungkinan terbesarnya tidak. Semuanya hanya berjarak 0 sampai 1. 0 untuk tidak sama sekali dan 1 untuk kepastian sepenuhnya. Dan yg aku pikirkan saat ini apa mungkin dia berada diantara 0 dan1, itu masih tanda tanya bagiku. Ada suatu ke ganjilan saat belajar, lelaki itu sering sekali menghadap ke belekang, alasannya cerita sama tmnnya yg tepat berada di belakangnya. Tapi matanya menghadap ke arah ku. 0,001 itu peluangku untuk saat ini terhadapnya. atau tetap saja 0 karena di samping ku itu yg duduk adalah cewek. Mungkin dia memandang cewek itu bukan aku :(
    Aku masih berharap peluang itu masih terbuka lebar kepadaku. Jam 1 tepat pelajarab agama telah selesai. Langit di luar sudah sangat cerah. Sisa sisa hujan menciptakan genangan air dimana mana, becek. Saatnya pulang, jalan kaki kurang lebih 5 menit pasti akan sampai di rmh. Seperti yang sudh ku jelaskan jarak rumah, sekolah dan gereja sangatlah dekat. Celana pramuka kotor sana sini kena lumpur sehabis hujan tadi. Di perjalanan plg. Lelak itu mengendarai motornya dan menoleh ke arah sejenak, kemudian menambah laju motornya dengan cepat. Hey kamu, apa kamu tega melihatku berjalan kaki sendiri huh :(
    Ingin rasanya di bonceng sama dia sekali. Walau cepat namun aku dpt menghirup aroma tubuhnya dan memandanginya dengan seksama. closer. Seandainya.
    Hari baru, petualangan baru tidak ada yg spesial hari ini di sekolah sampai aku bertemu Ardy, kakak kelasku. Dia mengajakku untuk bergabung dengan ekskulnya. Ardy sendiri ialah ketua dari ekskul english club. Walau Ardy kakak kelas ku, umur kami sama 16 thn. Ini dikarenakan Ardy mengambil program kelas percepatan sewaktu SMP dulu. Maka dari itu aku jarang sekali menyebutkan kata 'kak' di setiap awal kalimat jika memanggil namanya.
    "Eh, kamu mau ngga ikut ekskul englishku." tanyanya
    "iya, jam brp emang ?". jawabku
    "Pulang sekolah, di kelas XII IA 2". Timpalnya.
    Teng .. teng.. teng..
    bell panjang telah dibunyikan tanda jam pelajaran telah usai. Aku tidak langsung ke kelas yg telah Ardy beritahukan sebelumnya. Aku menuju ke luar sekolah membeli cemilan kecil yg di jajakan oleh mas mas di sana. Kebetulan sekali sekolah berdekatan dgn sport center di kota itu. Jadi sekolah tidak usah lagi susah susah membangun saraan olahraga untuk muridnya. Setelah membeli beberapa cemilan aku lali mencari tempat duduk yang persis di samping lapangan sepak bola Duduk sambil menikmati cemilan ditemani semilir angin sepoi sepoi yang berhambus diantara sela sela daun ketapang yg berguguran. Di tambah lagi pemandangan cowk cowok dari klub sepak bola sekolah yg lagi giatnya berlatih. samar samar kayanya itu cowok yg gereja sewaktu itu. Ku coba menyipitkan mataku dan memperhatikannya dengan seksama, ternyata benar dia. Deraian keringat membasahi baju yg tipis memperlihatkan lekukan perutnya yg telah terbentuk. Dia tersenyum tipis kpdku . malu malu, dia menundukkan sedikit kepalnya dan menunjukkan keahliannya dlm mengolah si kulit bundar. Dia sangat agresif. Bagaimana ya jika dia di ranjang ? hihi * pikirku nakal. sudah jam dua lewat aku harus segera ke pertemuan english klub
  • keren uy. .monggo dlanjut mas
  • cerita baru nih, siap ditunggu kelanjutannya
  • Keren...bagus dalam pemilihan scene yang dibuat detailnya ngebuat feelnya dapet
  • ****
    "Tok.. tok.. tok.. ". Ketukku dari balik pintu. Menunggu beberapa detik aku lalu membuka pintu kelas itu. Memberikan salam seadanya, setelah aku di persilahkan masuk oleh Ardy dan kakak kakak kls yg lain. Mereka terdiam. Aku hanya dapat tersenyum tipis terpaksakan. Memberikan sedikit kesan familiar kepadaku yang telah terlambat ini.
    Seperti ekskul ekskul yg lain sebenarnya english club sendiri mengadakan seleksi untuk anggota baru yg ingin msk menjadi member di ekskul ini. Akan tetapi aku mendapat eksklusitivi dari Ardy. Tidaklah aneh jika Ardy melakukan itu. Mengingat prestasi prestasi yg telah banyak ku raih di bidang bhs inggris sewaktu SMP dulu.
    Semburat merah mulai merona di pipiku. Menunduk sedikit mungkin dapat menghalangi rasa maluku ini seraya mencari tempat duduk kosong yg masih tersisa. Anggota ekskul sangat banyak dan bisa dibilang ekskul yang paling sering menyumbang piala tiap minggunya. Tidak heran sekolahku sangat di kenal dengan kepaian siswanya dalam berbahasa inggris.
    Tiba tiba aku kaget. Tangan putih dan halus memegang pundak ku dari belakang. Paranoid, aku kira itu hantu dan semacamnya. Ternyata itu Josh. Dia juga mengikuti ekskul ini. Selain itu Josh juga mengikuti ekskul basket di sekolahan. Bisa di bilang Josh tidak terlalu tinggi untuk seorang pemain basket kurang lebih 175cm yg hampir sama denganku.

    "Ngapain kamu disini ?". Tanyaku pura pura bodoh -_-
    "Tidur, ekskul lah ngapain juga aku disini kalo bukan ngikutin nih ekskul :/ ". Jawabnya sedikit jengkel dengan nada yg meledek.
    Aku memang tidak pandai dalam membuka percakapan. Itu lah mengapa sampai saat ini aku dan lelaki itu masih tidak saling mengenal satu dengan yg lain.
    "Ekskul ini dibagi atas empat kelas, sudah tahukan semua?". Jelas Ardy melempar pertanyaan kepada kami semua. "Yang pertama kelas Debat dan MON, kedua kelas speech, ketiga kelas stortell dan yg terakhir kls newscaster kalau begitu sialahkan semua mencari kelasnya masing masing. Kemudian kami keluar dari kelas itu berdesakan dibatasi kosen kayu berwarna biru yg telah mulai memudar. Aku sangat ingin menganbil kelas speech yg kebutulan Ardy juga di kelas itu. Sedikit bertanya kpd Josh katanya dia juga mengambil kelas itu. Aku lalu mengikuti dia ke kelas sebelah. Himbaunya. Aku cukup percaya kepada Josh melihat dia yg sangat tegas dan berwibawa.
    *****
    Aku menderita penyakit ini sejak Kls 2 SMP. Penyakit ini terbilang sangat mudah di deteksi. Ketika jarak pandang dan papan tulis putih yang disana mulai tidak fokus. Mata ini akan sulit melihat tulisan bersambung khas guru guru jaman dulu yang terpampang apik satu demi satu tanpa ada yang mendaki naik atau malah terlihat menurun semakin lama. Semuanya akan terlihat samar samar. Bagaikan melihat lcd yg tidak di fokuskan. Begitulah yang aku lihat jika tidak menggunakan alat bantu. Alat bantu melihat yang berlensa cekung berkekuatan 2 dioptri, bergagang hitam dengan gaya yg mengikuti trend masa kini. menghiasi wajah ku ketika hendak melihat tulisan-tulisan itu.

    DEBATE CLASS

    Apa ? ini kan kelas debat. Ini bukan kls yg sudah ku beritahukan kepada Josh. Apa dia sengaja ? atau tidak sengaja ? Tidak mungkin dia tidak sengaja melakukan sudah lebih satu semester Josh mengikuti ekskul ini. Pastinya Josh telah mengetahui setiap penempatan kelas kelas english club.
    Aku lalu menoleh ke arah Josh mencoba mencari ekspresinya yg telah membodohiku. Tapi, raut wajahnya terlihat biasa saja tidak ada kepastian di sana bahwa dia telah bersalah atau pun bercanda. Seakan air mukanya mengatakan bahwa ini adalah kelas yg kamu cari cari.
    Aku hanya duduk tertegun di sana memperhatikan guru pembimbing itu memberikan materi sekali sekali mempraktekkan kebolehannya berdebat dlm bahasa inggris. Sungguh menarik. Berdebat itu tidaklah sesulit yg aku kira. Cukup melontarkan argumen dlm bhs inggris dan mempertahankannya. Penguasaan grammar dan ketepatan pronoun urusan belakangan. Aku harus mengikuti kelas itu.
    Aku dan Josh mulai semakin akrab. Kami sering memanyanyi bersama di kelas jika guru yg bersangkutan tdk sempat hadir.
    ***
    Hari yg ku tunggu tiba. Sehabis jam pelajaran aku akan menuju ke gereja untuk mengikuti pelajaran agama, atau untuk melihat kakak kelas itu bukan lelaki itu. Sepertinya sekarang aku harus menamainya sebagai 'kakak kelas itu'. hmm.. sepertinya.
    Josh lalu mengeluarkan motot maticnya dari area parkir sekolah. Sambil menunggu aku mengamati lelaki itu bukan kakak kelas itu di bawah pohon ketapang. Sepertinya aku harus terbiasa dengan predikat barunya. Pohon ketapang yg menjulang tinggi memberikan banyak oksigen kepada orang yg mengitarinya. Teduh. Suasanya sangat rindang dengan daun ketapang yg mulai menguning berserakan di sekitar jalan.
    Matahari sangat terik siang ini. Beda dengan minggu minggu kemarin yg lumayan sejuk. Aku dan Josh masih tampak berdua di dpn gereja. Tidak lama kemudian Ivan dan tmn tmn lainnya datang. Tapi lelaki itu maksudku kakak kelas itu *Mungkin aku sebaiknya memanggilnya sbg lelaki itu saja* Tak kunjung dtg padahal sebentar lagi pelajaran segera dimulai.
    Aku yg msih berharap duduk bersama josh yg disebelah kananku dan menyisahkan satu bangku kosong untuk lelaki itu di sebelah kiri yg kuhalangi dengan tas ransel ku. Setiap deret terdiri atas tiga kursi panjang yg saling berdempetan dengan sebuah sanggahan miring tempat menyimpan Alkitab maupun liturgi gereja di setiap belakang kursi. Ruang antara satu kursi dengan yg lain hanya berjarak satu jengkal cukup untuk membuat jantungku copot ketika ia duduk di sampingku. Sikut kami juga akan saling bersentuhan ketika ingin menulis di sanggahan miring itu.
    Lelaki itu muncul ketika pak guru akan membuka pelajarannya. harap harap cemas semoga dia duduk di sampingku. Kemudian aku menurun kan tas ku yg sempat ku jadikan penghalang agar cuma lelaki itu saja yg duduk di sebelah ku.
    Tetapi dia terus berjalan ke arah kursi yg jaraknya dua kursi kedepan dariku. mengambil tempat duduk di samping tmnnya yg bertubuh tambun itu. Bodohnya aku yg tdk memperhatikan tempat yg lain.
    Selama pelajaran lelaki itu masih saja terus berbalik ke arahku.


    "Pasti dia memperhatikan ku ini sudah sangat jelas, tidak ada yg duduk di sebelah kiriku". Kataku dlm hati sambil melirik sedikit ke arah bangku di sebelah.

    Hah ? bgaimana bisa perempuan itu duduk di sampingku. Aku bahkan tdk merasakan ia duduk. Mungkin lelaki itu menatap perempuan bejat itu. Misi gagal.
  • Monggo mas di nikmati lanjutannya @haha5 @rifsipelangi @animan maaf kalo msih datar datar aj hehe :)
  • yaya, dilanjut lagi, tetap semangat ya @Crypton
  • hehe iyaa mas @rifsipelangi tp ini mau ibadah dlu
  • wahhhhh.
    >-). Bagusss :D
  • kereeen. .jd penasaran sm kakak kelas itu,hehe
  • Part 1 dan 2, awalnya aku bingung ngebacanya tp part 3 udah mulai rapi tulisanya
  • kayanya si kakak kelas itu akan terus di samarkan sampe chapter 2 biar si kk @haha5 tetep penasaran hehe
    @fikh_r emg si part 1 dan 2 agak sulit membacanya soalnya semuanya serba di tutup2 pi akhirnya jadi kaya gtu :) maaf seblmnya
  • semangat @crypton .aku tnggu lanjutannya,hehe
  • ini nyata , fiksi ato apaan ? -o-
Sign In or Register to comment.