BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

AWAL YANG BARU.

aku harus mulai dari mana..? pertanyaan itu yang kini berputar di otak ku. setahun sudah ...... hilang dari keseharian ku, tapi tidak dihati dan pikiran ku. jadi, aku harus mulai dari mana agar dia benar-benar hilang dari ku. supaya aku bisa melepas semua kenangan itu.
oh iya untuk yang belum tau supaya ceritanya nyambung silahkan baca ini.

http://boyzforum.com/discussion/16732849/ini-cinta-ini-gila-full/p1

oke flashback nya selesai, kita lanjutkan.
"ssstt sssttt cowok itu keren nggak..?" tanya dinda menggoda ku yang dari tadi diam, aku cuma mengerutkan dahi tanda aku tak suka pertanyaan yang tadi dinda ajukan.
"gue masih heran beb, loe nggak tertarik sama cowok manapun, tapi kok bisa pacaran sama mas satria..?" entah mengapa belakangan dinda tertarik untuk membahas hubungan yang ingin aku hapus. "beb, gue juga nggak bisa jelasin. semuanya nggak logik" jawab ku seadanya. "dan menurut gue cowok tadi nggak menarik, sama kayak semua cewek di dunia. untuk gue cewek yang paling cantik itu cuma kamu kamu kamu." muka dinda sedikit memerah mendengar gombalan ku.
"eh beb besok jadi tes wawancara kerja..?" tanya dinda mengalihkan pembicaraan. "jadi.." jawab ku singkat. "oke deh semoga diterima ya beb". seharusnya aku merasa beruntung punya pacar seperti dinda yang tetap setia setelah apa yang ku lakukan, menduakannya dengan seorang pria
malam semakin larut aku masih memandangi hp yang dari tadi diam aja. harusnya sudah ku hapus nomor hp mas satria, karena untuk apa aku menyimpannya? apa aku masih berharap dia akan menghubungi aku lagi atau aku menghubungi dia lagi. tapi setiap akan aku hapus nomor itu, entah otak atau hati atau setan yang membuat aku berpikir "ahh.. kan nggak ada salahnya juga nomor itu tetap dilist kontak, nggak ngabisin memori kontak juga".bagaimana aku bisa memulai awal yang baru jika aku masih suka mengingat yang lama. malam itu ku hapus semua tentang mas satria dan aku terlelap berharap esok yang lebih baik.

terlalu banyak pikiran semalam membuat aku pagi ini bangun kesiangan, akupun kalang kabut mengejar waktu agar tidak telat tes wawancara, bagaimana aku bisa di terima kerja kalau tes aja udah telat. maka semua yang ada dipikiran ku cuma fokus cepat sampai. ku lihat pintu lift akan tertutup aku pun buru-buru masuk dan tertabrak seseorang didalam lift. "maaf, maaf pak saya buru-buru" kata ku sambil memcoba membantu dia mengambil beberapa dokumennya yang terjatuh, "nggak apa" katanya dengan nada tidak senang. aku cuma bisa nunduk takut. lift terbuka dilantai 6, aku langsung menuju ruang wawancara tanpa memandang pria yang tadi ku tabrak. beruntung wawancara kerja hari itu berjalan lancar. malam nya kabar baik datang juga, aku di terima kerja.
seminggu sudah aku bekerja di perusahaan itu, tapi sekali pun belum pernah bertemu dengan atasan ku, sebagai karyawan baru aku cukup penasaran, kata teman-teman kantor si bos lagi keluar kota.
"yan dokumen dan persentasi untuk meeting sama PT....... udah siap kan..?" tanya mbak yani sekertaris bos, "sip mbak" jawab ku. "oke, oh ya besok kamu yang pergi rapat bareng bos ya, mbak besok cuti", "tapi mbak..." belum selesai kata-kata ku mbak yani udah pulang gitu aja.
"oiii yan.." sapa toni teman kantor ku, "apaan ton..?" jawab ku sambil terus melanjutkan kerjaan. "loe udah punya pacara kan..?" tanya nya frontal, "udah.." jawab gue sambil sedikit heran. "bagus... gue cuma mau ingetin loe hati-hati sama bos kita", "kenapa?" tanya ku singkat, "ya bos kita itu ganteng, kaya, umur sudah sangat cukup, tapi belum kawin juga, pacar pun nggak ada. kayaknya dia nggak suka cewek, jadi loe mesti hati-hati" kata toni mencoba mengingatkan aku. "lah menurut gue, loe tuh yang nggak normal, ngapain loe segitu perhatiannya sama si bos", "hahahahaha, terserah loe aja" kata toni sambil berlalu.
apa yang mesti ku takutkan jika pun apa yang toni sampaikan itu benar, bukannya aku juga pernah menjalin hubungan yang tak biasa dengan sesama pria. atau mungkin ini saat nya aku mengganti dirinya dengan yang lain, jika memang dia sulit ku hapus mungkin aku hanya butuh membuka hati untuk orang baru dan biarkan dia hilang dengan sendirinya.
aku baru saja tiba di meja kerja ku, ketika seorang pria berumur sekitar 35an dengan perawakan gagah dan kumis tipisnya memanggilku.
"kamu lama sekali, ayo langsung berangkat" perintah pria itu. "maaf, bapak bicara dengan saya..?" tanya ku sedikit bingung. "iya, emang ada orang lain disini?" kata dia lagi dengan nada yang sedikit ditinggi kali ini, ku lihat sekitar memang masih belum ada orang, "tapi maaf pak, saya nggak kenal bapak". tanya ku lagi kali ini semakin bingung, "saya Ricky. your bos" jawab dia sambil menuju keluar. gue cuma bisa tepok jidat kemudian mengikutinya.

"maaf pak saya tak mengenali bapak, soalnya kita belum pernah ketemu sama sekali" kata gue menyesali apa yang terjadi barusan tadi. "nggak apa" jawab dia singkat, "tapi seingat saya ini bukan pertama kalinya kita ketemu, kamu pernah menabrak saya di lift ini" katanya lagi. gue ingat kejadian itu tapi lupa wajah orang yang gue tabrak.
gue cuma diam ketika bos berhenti di salah satu foodcourt, seingat gue kita rapat di kantor PT....... bukan nya breakfast meeting. "kita sarapan dulu" kata si bos singkat.
sesampainya di PT....... kami di persilahkan menunggu di ruang rapat,aku mempersiapkan dokumen yang di butuhkan. tak berapa lama orang-orang dari PT...... datang juga.
jantung ku berdetak sangat cepat tak beraturan ketika seseorang yang sangat ku kenal memasuki ruangan rapat itu. wajahnya tak jauh berubah, masih seperti dulu. orang yang ingin ku hapus. Satria.

aku kosong. ini tak baik, tak mungkin aku salah lihat atau satria punya saudara kembar.
sepanjang rapat aku coba bersikap biasa saja. ku lihat mas satria juga biasa saja, sama sekali seperti kali tak pernah berjumpa sebelumnya. ya aku sudah tiada di hatinya di kenangan nya, dia berhasil menghapus ku.

Comments

  • edited December 2013
    duh @drian997 blm apa2 udh bikin nyesak d dada....
    tp lanjut deh.... penasaran q d buatnya....
  • asyik dilanjut....
  • mention donk :D
  • up up. jgn lama2 updatenya. saya suka kisah2 nyata d forum ini. ini salah satu favorit saya.oke dtunggu lanjutannya
  • Awal yang Baru Bag.2

    akhirnya selesai juga meeting yg menyiksa batin ini. sampai saat aku meninggalkan ruang rapat tak ada sedikitpun padangan yg menunjukkan mas satria mengenali ku. dia memperlakukan ku bagai orang asing tapi memang itu yg seharusnya terjadi. sedih karena aku tak bisa melakukan hal yg sama, menghapusnya dari ingatan ku.

    "yan mari kita makan dulu, sebelum balik ke kantor" ajak boss ku. ku lihat jam menunjukan pukul 12 siang, memang sudah jam istirahat. "oke pak" jawab ku singkat. akhirnya kami menuju ke rumah makan yang tak jauh dari situ.
    begitu sampai suasana rumah makan sedang ramai sehingga agak sulit menemukan meja kosong. "wah penuh yan" keluh pak ricky sambil mencari-cari mana tau masih ada meja kosong. "ah kesana saja yan, itu ada teman saya. kita gabung saja" ajak nya sambil berjalan menuju meja yg dimaksud.
    jantung kembali berdetak tak beraturan ketika melihat siapa yg sedang kami tuju. ya dia lagi, mas satria lagi. ini seperti suatu lingkaran nasib yg tak bisa aku hindari.
    "hai satria, kami boleh gabung? nggak ada meja kosong lagi" tanya pak ricky kepada mas satria yg sedang melihat-lihat buku menu. "oh pak ricky, tentu boleh. silahkan" sambut mas satria mepersilahkan kami sambil tersenyum. aku kikuk, kaku.
    "dengan siapa ini pak?" tanya mas satria ke pak ricky. iya aku lah yang di maksud "siapa". apa dia benar-benar sudah lupa atau gila. atau aku yg gila, ini tak nyata. sakit dan kecewa rasanya dia orang kita rindu selama ini begitu berjumpa kembali bertanya "siapa?".
    atau dia hanya berpura-pura saja, ku rasa itu lebih masuk akal di bandingkan amnesia. bagi ku dia sedang menjadi aktor sekarang. tapi untuk apa dia berpura-pura. jika kenal katakan saja kenal, sebagai temanpun apa salahnya. ku benamkan pertanyaan-pertanyaan dan asumsi tentangnya. ku putuskan mengikuti permainannya.
    "ah nggak usah panggil bapak, saya berasa tua banget sat. panggil mas atau bang aja lah" kata pak ricky, di balas senyum oleh mas satria. "kenalin ini andrian, dia karyawan baru di kantor. yan ini satria teman baik saya" pak ricky saling
    memperkenalkan kami yg sebenarnya sudah sangat kenal.
    jam sudah menunjukan pukul 10 malam tapi kejadian hari ini masih membuatku gelisah sebuah tembang milik yuri ardana yang bertajuk apa kau ingat, pada setiap liriknya seolah mewakili persaan ku saat itu."ku coba tuk lupakan tapi tak mudah ku lupakan, tak mudah. kau terlanjur pergi, sementara ku masih sangat menyayangimu. ku inginkan lagi, bertemu dengan mu dan akan ku tanyakan. apa kau ingat waktu mencintaiku kau begitu cintai aku".
    tiba-tiba hp ku berdering, satu panggilan dari nomor yg tidak di ketahui. "hallo ini siapa?" tanya ku, "kamu sudah menghapus nomor mas? yan" jawab orang di seberang telepon yg suaranya sangat aku kenali yg kemaren nomornya baru ku hapus. mas satria.
    "maaf mas ku pikir tak ada gunanya ku simpan" jawab ku ketus karena masih teringat apa yg barusan terjadi siang tadi. "mas tau kamu marah gara-gara kejadian hari ini kan? dan ada hal yg ingin aku sampaikan. bisa kita keluar sebentar, aku sudah di depan rumah" ajak mas satria lalu memutuskan panggilan. aku bingung, tapi karna rasa penasaran akan apa yg disampaikan mas satria akhirnya ku putusakan untuk menerima ajakannya. tak butuh waktu lama untuk ku bersiap-siap. aku pun segera keluar rumah, tapi tak ku temui mas satria atau pun mobilnya. hp ku kembali bedering. "kenapa malah bengong depan rumah, buruan masuk mobil. mas pake pajero warna putih" perintah mas satria yg kemudian dia langsung memutuskan panggilan tanpa sempat
    memberiku waktu untuk berkomentar. manalah aku tau kalau mas satria sudah ganti mobil.
    andai hubungan kami masih seperti dulu, pasti sudah ku peluk erat mas satria saat itu untuk membuktikan betapa aku
    merindukannya. tapi itu mustahil karena suasana sekarang begitu tersa serius, bahkan tak ada senyum dari wajahnya untuk menyambutku.
    mas satria menepikan mobilnya padahal belum ada 1 km berjalan. "sepertinya lebih baik kita bicara disini saja" kata mas satria dengan nada serius, aku saat itu hanya ingin mendengarkan apa yg ingin dia sampaikan. "sebelumnya kamu harus tau kalau mas harus mikir lama dan susah payah meruntuhkan ego mas untuk kembali menghubungi mu, oke mas langsung aja to the point, mas minta kamu jauhi ricky. bila perlu resign dari perusahaannya" kata mas satria lagi masih dengan nada serius di sertai perintah, "apa? ada apa sih dengan mas ini? tadi siang pura-pura nggak kenal aku, sekarang minta aku jauhi pak ricky.
    udah gila ya" jawab ku dengan nada tinggi karena apa yg diminta mas satria bagiku nggak masuk akal."andrian dengar dulu" bentak mas satria "kamu nggak kenal siapa boss kamu itu", " ah udah lah mas nggak usah bawa-bawa pak ricky, aku memang belum begitu kenal dia. tapi aku udah gede aku bisa jaga diri, mas itu yang kenapa tiba-tiba muncul dan pura-pura nggak kenal aku? sekarang mau ngatur-ngatur hidup aku. kita nggak ada apa-apa lagi jadi nggak usah overprotektif, aku nggak suka.

    jangan cari aku kalau cuma mau sok ngatur" kata ku dengan nada emosi kemudian keluar dari mobilnya dan berjalan pulang.
    aku benar-benar tak mengerti jalan pikiran mas satria atau apa yg terjadi dengannya, dan mengapa harus menyeret pak ricky kedalam masalah kami.
    karena permintaan mas satria untuk menjauhi pak ricky tempo hari jadinya akhir-akhir ini aku jadi sering meperhatikan pak ricky, aku jadi bertanya emangnya apa yg salah dari pak ricky sampai mas satria begitu keras menyuruhku untuk menjauh darinya sampai-sampai menyuruhku resign dari perusahaannya, emangya dia pikir zaman sekrang gampang apa cari kerja.
    selama yg aku perhatikan tak ada yg salah dengan pak ricky, dia orangnya baik dan perhatian. "yan.. andrian.. ada yg salah

    dari saya?" pertanyaan dari pak ricky menmbuat ku tersadar ternyata rapat sudah selesai dan teman-teman sudah pada keluar ruangan. di depan ku berdiri pak ricky dan tersenyum "kamu kenapa? sepertinya ada yg kamu pikirkan tentang saya?" tanya pak ricky seolah dapat membaca tingkah dan pikiran ku. "ah tak ada pak, mungkin saya hanya sedikit lelah saja" jawab ku singkat sambil berlalu."oh ya yan ada yg ingin saya sampaikan" kata pak ricky menghentikan langkah ku, "ya pak ada apa?" jawab ku.
    "begini, besok ada yg harus di selesaikan di kantor cabang di kota ..........., saya mau minta kamu temani saya. soalnya
    kalau saya sendiri saya takut tak terhandle nanti, gimana?" tanya pak ricky lagi "oke pak saya siap" jawab ku singkat dan
    pasti.
    tiga hari sudah kami diluar kota dan ini menjadi malam terakhir karena besok kami sudah harus kembali. dan selama tiga hari ini aku lebih banyak belajar dari pada membantu pak ricky sebagaimana yg dimintanya diawal waktu mengajak ku serta. "maaf pak saya malah lebih banyak merepotkan disini" kata ku coba memulai pembicaraan sekedar untuk mencairkan suasana. "ah itu kan menurut kamu sama, bagi saya kamu tidak merepotkan, saya senang kamu menemani saya disini, malahan saya seharusnya berterima kasih" kata pak ricky sambil tersenyum kepada ku, selama ini menurut ku pak ricky orangnya baik dan perhatian terus apa yg membuat aku harus menjauhinya seperti yg diminta mas satria. "maaf pak boleh saya bertanya sesuatu?" kata ku agak segan, "tentu silahkan" jawabnya singkat. kemudian ku bernikan bertanya "diusia bapak yg sudah sangat dewasa kenapa bapak belum berkeluarga?", "hahaha" pak ricky tertawa kecil kemudian berkata "kamu bukan orang yg pertama bertanya begitu kepada saya yan, sudah sering dan sudah agak bosan saya dengan pertanyaan itu, tapi baiklah saya akan jawab" kemudian pak ricky meperbaiki posisi duduknya dan lanjut bercerita "saya pikir saya belum menemukan orang yg benar-benar mencintai saya apa adanya, kebanyakan dari mereka hanya melihat dari kekayaan saya saja. sisi lain dari saya mereka pandang sebelah mata", "sisi lain?" aku kembali bertanya. "sebelumnya saya minta maaf jika ini membuat kamu kurang nyaman, tapi saya lebih baik jujur dan jadi diri diri saya sendirikan?" katanya lagi, aku hanya mendengarkan dengan seksama menunggu dia selesai meminum kopinya dan kembali bercerita "ya sisi lain dari saya, saya orang yg ingin dicintai apa adanya begitu saja, saya juga seorang gay". aku sedikit kaget dengan pengakuan pak ricky dan tak mampu mengucapkan apa-apa, tapi tak ada sedikit pun tingkah ku yg berusaha menjauh, seolah dapat membaca rasa kaget ku pak ricky melanjutkan ceritanya "saya harap kamu tidak menjauh dari saya setelah pengakuan ini yan" pintanya singkat kepada ku. "nggak lah pak" jawabku singkat.
    "kamu sendiri bagaimana? sudah ada tambatan hati?" tanya pak ricky mencairkan suasana yg sebentar tadi sedikit kikuk. "saya sudah punya pacar pak. dinda namanya" jawab ku seadanya. "pacar beneran atau cuma asal sebut?" tanya pak ricky lagi, aku hanya mengerutkan kening tanda tak paham. "hahahaha bercanda. saya percaya sudah punya pacar dan tak tertarik sama laki-laki" kata pak ricky lagi, "kenapa bapak bisa menyimpulkan begitu?" tanya ku lagi. "ya habis respon kamu ke saya selama ini datar aja. semua perhatian dan kebaikan saya juga kamu tanggapi wajar. jadi saya simpulkan begitu" jawab pak ricky coba menjelaskan analisanya "oh" kata ku begitu saja. dalam hati ku seketika ingat mas satria pria yg mampu membuatku mencintai dirinya meski menghancurkan hatiku sendiri.
    selama diluar kota hp sengaja aku matikan karena aku beneran niat mencari ketenangan dan fokus kerja. alhasil begitu kembali banyak pesan dari teman-teman terutama dinda dengan begitu banyak pertanyaannya yg bertubi-tubi. tapi dia bisa tenang kembali setelah aku jelaskan dan aku ajak jalan. begitu sampai di rumah dari seharian jalan bareng dinda ingin rasanya segera tidur dan istirahat. tapi niatku itu terhentikan karena begitu masuk kamar mas satria telpon dan ngajak aku keluar untuk membicangkan sesuatu hal. karena rasa rinduku lebih besar dari pada ego ku putuskan memenuhi ajakannya walaupun ku tahu ujung-ujungnya ini hanya akan berakhir dengan pertengkaran antara kami. "kemana aja tiga hari ini?" mas satria bertanya to the point,"kenapa rindu?" aku balik bertanya, "kita tidak diperbolehkan untuk salin merindui lagi" jawab mas satria singkat dan ketus. sepertinya aku tak menemukan lagi mas satria yg dulu dalam sosok yg sekarang. mas satria yg ramah dan perhatian itu sekarang lebih jadi kayak polisi banyak tanya dan overprotektif pada hal kami sudah tak ada hubungan apa-apa. tapi aku tetap berkata jujur "ada kerjaan keluar kota". "sama Ricky?" tanyanya lagi. "iya diakan boss aku" jawab ku ketus. "kan udah mas bilang jauhi ricky, kenapa nggak mau dengar sih?" kata mas satria dengan nada tinggi. "mas ini kenapa? nggak ada yg salah sama pak ricky, dia orangnya baik ...", "justru kana dia dia baik" kata mas satria menyela ucapanku. "dimana letak salahnya?" tanya ku dengan nada tinggi kali ini. "justru karna dia baik, perhatian dan penyayang, mas nggak mau kamu sampai jatuh hati pada dia" jawab mas satria, jawaban mas satria ini membuat ku bimbang sebenarnya apa yg mas satria inginkan dari ku? dia melepaskan ku tapi tak seutuhnya aku lepas darinya.
  • dan cerita masih berlanjut..
    mungkin dia lupa melepas simpul tali hatinya..
    *gelar tiker menyimak*
  • lanjutkannnnnnnnnnnnnnnnnn..!!!! ^^

    saya suka !! saya suka..!!
  • lanjutkan..
  • Gk dilanjt?
Sign In or Register to comment.