BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Cerpen: Mengertilah Kasih...

Lando mondar-mandir tidak karuan. Sudah lima
kali dia menelfon Radit. Tapi tidak ada balasan. Wajahnya
terlihat cemas, sudah lima hari belakangan ini Radit selalu
begini sepulang kerja. Bahkan jika ditanya dari mana, dia
selalu bilang lembur. Lando kadang tidak percaya juga,
bagaimana bisa lembur hampir setiap hari. Jangan-
jangan…
“Kemana sih!” Lando gelisah, ia membuka jendela
berkali-kali, namun tidak ada juga orang yang melewati
gerbang kontrakan. Jelas pikirannya melayang kemana-
mana dan kehal yang tidak-tidak. Ia berusaha tenang,
namun namanya perasaan tidak bisa dibohongi.
Lando dan Radit adalah dua pasang gay yang sudah
lebih dari tiga tahun tinggal bersama. Kesetiaan keduanya
yang membuat langgeng, bukan berarti tidak ada masalah.
Masalah ada saja yang selalu menghampiri, tapi sebisa
mungkin keduanya menyelesaikan baik-baik. Apalagi
keduanya sama-sama tidak memiliki siapa-siapa di Ibu
Kota Ini. Lando berasal dari Makasar, sedangkan Radit dari
Bandung. Jakartalah yang mempertemukan cintanya,
berawal dari kenalan di salah satu forum gay. Dan karena
cocok, akhirnya bersatu. Perjuangan mereka tidaklah
mudah, Lando yang disuruh ibunya untuk kuliah, namun
memilih bekerja di Ibu Kota hanya demi Radit. Kini usia
masing-masing sudah menginjak kepala dua lebih dua
tahun. Lando, tinggi putih dan bermata sipit, dan hampir
menyamai Le Min Ho. Dulu di Makasar banyak cewek yang
suka tapi dia terlalu cuek (Hanya satu alasan : Dia Gay.
Mau disodorin cewek secantik Kristen Stertwart juga gak
ngaruh). Sedangkan Radit, dia asli Bandung dan
kecekcokan dengan Ayahnyalah yang membuat ia kabur
dari rumah dan memilih merajut rencana tinggal bersama
dengan Lando. Cinta mereka rumit dan hanya mereka yang
tahu.
Lando bekerja sebagai Barista di sebuah kedai kopi
di salah satu Mall bilangan Jakarta, sedangkan Radit
adalah seorang Kasir di salah satu departement store elite
di Jakarta.
“Dari mana?” Tanya Lando kesal, melihat Radit
pulang-pulang langsung tiduran di kasur.
“Pulang kerjalah, memangnya dari mana lagi.”
Jawab Radit seperti tidak ada apa-apa.
“Masa jam segini baru pulang, kamukan keluar dari
toko jam sepuluh, masa nyampe kosan jam satu malam.
Kamu jangan bohong.”
“Ya ampun, kenapa sih nggak percaya banget.
Lama-lama cape aku dicurigai terus.”
“Kalo kamu ngerasa tidak ada apa-apa, tidak
masalah dong aku tanya begitu juga.”
“Iya… iya… sini.” Radit menarik mesra Lando,
hingga ia tertidur dipelukan Radit. Namun Lando masih
terlihat kesal. Ia dari tadi cemberut, dan seolah-olah tidak
peduli dengan rayuan manja Radit.
“Parfum kamu baunya beda.” Celetuk Lando.
“Oh, tadi habis nyoba parfum di counter C&F.”
“Jangan-jangan dicoba juga spb nya.”
“Apaan sih, pikirannya macem-macem banget. Yang
jelas, aku tuh setia sama kamu sayang.”
“Setia, setiap tikungan ada. Sebel aku sama kamu,
kalo emang ada urusan sms kek telfon kek, jangan nggak
jelas gini. Di telfon nggak diangkat-angkat.”
“Ya ampun, aku lagi di jalan.”
“Kamu diangkot, apa susahnya angkat telfon atau
sms…”
“Eh, hm… ak…”
“Gak usah dijawab kalo susah.”
Lando melepaskan pelukan hangat Radit. Dia sebal,
bukan sekali dua kali Radit pulang telat. Malah
sekarangkan janjinya dia mau ngajak muter-muter ke
Monas. Gara-gara telat gini harus batal.
“Kalo niat lupa, jangan suka buat janji.”
Radit menghela nafas.
“Iya-iya maaf, tadi aku diajak makan nasgor sama
anak-anak kasir.”
“Telat jujurnya.”
“Taudeh, cape lama-lama debat sama kamu.
Mending aku tidur.”
“Tidur aja tidur, kalo perlu gak usah bangun.”
Dret…Dret…Dret…
Ada panggilan masuk di Hape Radit. Lando sontak
mau mengangkat, tapi Radit buru-buru. Ia langsung keluar.
Jelas menambah kecurigaan Lando.
***
Tiga Tahun Silam
Jakarta bercahaya…
Sebuah Mall megah berdiri tegak. Lando masih
duduk dibawah lampu-lampu berkerlip didepan sebuah
Mall di kawasan Jakarta Barat. Wajahnya melirik kesana-
kemari. Dia benar-benar bingung, bagaimana bisa
mengenali sosok cowok yang dia hanya lihat lewat foto.
“Kamu dimana?” tanya Lando pelan, wajahnya
gelisah.
“Aku dibelakang patung, baju hijau muda gendong
tas besar.”
“Ih… yang mana,”
“Yang kulitnya putih.”
“Gak bisa bedain, disini putih semua banyak
chiness”
“Hm… pake kacamata.”
Lando melepaskan genggaman handphone tanpa
sengaja. Ia tertegun melihat sosok Radit. Tinggi putih
dengan dua lesung pipit, dan kacamata korea. Seperti
melihat kloningan Kim Bum. Mungkin wajar saja cowok itu
terlihat seperti artis korea, mengingat ada darah keturunan
korea yang mengalir dalam tubuhnya.
“Aku yang baju putih!” jawab Lando pelan, saat ia
sudah menyadari kalau hampir setengah menit dia tak
sadarkan diri, melihat ketampanan cowok yang ada
didepannya.
“Lando…”
“Radit.”
“Kosannya dimana?”
“Harus naik mobil satu kali dulu, baru nyampe.
Kamu berangkat dari jam berapa?”
“Dari jam empat sore, lumayan lancar sih…”
“Oh…”
Lando canggung. Sesekali ia meremas-remas jari
tangannya. Wajahnya Kaku. Dia tidak menyangka bahwa
Radit adalah pangeran yang seperti ada dalam
khayalannya.
Peristiwa tiga tahun silam itu tidak mungkin Lando
bisa lupakan. Apalagi Radit begitu baik dan romantis. Tiap
pagi dia membuatkan nasi goreng dan telor mata sapi
dengan bentuk Love, dan susu hangat. Bahkan Lando
dimanjakan. Begitu juga Lando, ia sangat perhatian dan
terlebih sedikit posesif diawal-awal.
***
02:00 WIB
Langit Menjerit.
“Kenapa baru pulang,”
“Aku lembur!”
“Bohong!”
“Udahlah, aku cape tiap malem ribut terus, Do. Kamu
ngertilah, namanya juga ada midnate yah otomatis
pulangnya larut.”
“Tapi Mall tempat kamu kerja tidak ada Midnate,
kamu pikir aku bego. Kalo kamu mau sibuk sama dunia
kamu, silahkan. Aku tidak larang. Dan ini namanya
teman…” Lando memerlihatkan sebuah foto, foto Radit
dicium pipinya oleh seorang cowok, dan posisinya ditempat
tidur.
“A… a…”
“Aku sudah bilang sama kamu, jangan pernah sakiti
aku.” Lando melempar handphone yang digenggamnya, air
matanya meleleh “Aku pernah bilang dari dulu, kalo ada
cowok lain yang kamu suka, silahkan. Tinggalkan aku,
bukan begini caranya, dibelakang aku kamu main. Apa
kamu tidak tahu sakitnya aku. TIGA TAHUN AKU SETIA
SAMA KAMU, TIGA TAHUN AKU MENCOBA HIDUP SAMA
KAMU. INI BALASAN KAMU!!!”
Radit berusaha memeluk Lando. Tapi emosi Lando
kian memuncak, cowok itu semakin berang.
“Apa aku pernah pulang larut malam, apa aku
pernah jalan sama cowok lain, apa aku pernah peduli sama
orang lain selain kamu, apa aku pernah membiarkan kamu
sakit.” Lando menangis sekencang-kencangnya . “ Kalo
kamu bosen sama aku, kamu bisa hidup sesuka kamu. Asal
kamu tahu, aku mencintai kamu dengan tulus, tapi kamu
tahu, kesalahan seperti apa yang bisa ditolerir, kalo kamu
cari cinta silahkan sama aku, kalo kamu Cuma mau have
fun dan ngesex sama cowok-cowok disini, jangan pernah
libatin aku dihidup kamu. Dari awal aku sudah bilang,
cintai aku sepenuh hati kamu, dan disaat kamu mencintai
orang lain kamu boleh tinggalin aku, sekalipun itu sakit tapi
lebih baik, dari pada kamu main dibelakang aku. Itu jauh
lebih sakit.”
“Do…. dengerin aku…”
“Tidak ada yang perlu dijelas, aku diem bukan
karena aku tidak tahu. Aku tahu, apa ini balesan buat aku?”
Lando menyeka air matanya.
“GUE CAPE DO! CAPE, KAMU TERLALU BERLEBIHAN
MENGATUR HIDUP AKU!!!” Radit cape merasa disalahkan.
Lando terdiam.
“Apa? Kamu cape? Kenapa kamu tidak bilang dari
awal. Aku pernah bilang, kalo mau sama aku, ikuti aturan
aku. aku disini, bukan mau hidup bebas, tapi satu… karena
aku mencintai kamu. Aku relakan semuanya demi kamu,
aku harus jauh dari keluargaku, aku harus pergi
meninggalkan sahabat-sahabataku, kehidupanku disana.
Semuanya demi kamu. Aku tidak menuntut lebih, Cuma
ingin satu… ngertiin aku. Aku sayang kamu, karena itu aku
perhatian sama kamu. Kamu tahu sendiri kehidupan Gay
disini seperti apa, bebas! Aku tidak mau itu. Aku tidak
butuh kebebasan. Aku takut kamu kenapa-napa, karena itu
aku jaga kamu.”
“Maaf…”
“Sudah lima cowok yang mengirim message di
facebook aku, dan isinya foto kamu dengan mereka. Dan
ini…”
Lando mengambil remote kemudian langsung
menyalakan DVD portablenya.
“Ini Setia…”
Okkhh….akh…. fuck me beb….
Suara itu bersumber dari Video yang terputar. Radit
terpuruk. Lando menahan tangis, ia terjatuh. Hatinya bagai
disayat ribuan belati. Apa ini balasan Radit. Selingkuh
dibelakangnya.
“Maafin aku, Do… aku janji….”
“Luka, teriris… bisa diobati, kalo hati… sulit. Apalagi
kebohongan, aku posesif sama kamu karena aku takut
kehilangan kamu. Aku tidak mau nasib kamu seperti orang
diluaran sana. Pake dibuang. Apa kamu tidak butuh cinta
lagi Dit…”
Radit terduduk. “Ini semua salah kamu, kamu terlalu
egois. Kamu banyak nuntut. Kamu tidak seperti cowok lain,
memberi kepercayaan penuh. Semuanya itu tergantung
kamu…”
“Tidak diberi kepercayaan saja seperti ini, apalagi
dipercaya.”
Lando membereskan semua barang-barangnya. Dia
keluar, Radit berusaha mencegah tapi sayang tidak bisa.
Lando tidak peduli, dia membiarkan cowok tanpa perasaan
itu tersungkur dibawah penyesalan.
Langit… Menjerit. Merintih. Sakit!
****
Satu Bulan kemudian…
Radit berjalan disepanjang jembatan buswey, dari
belakang seseorang mengikuti langkahnya.
“Do… Maafin aku!” Radit memeluk dari belakang,
Lando berusaha melepaskan. Ia masih tidak peduli dan
berjalan. Hingga Radit mampu membuatnya terdiam,
memandang langit hitam, diatas jembatan.
“Aku nyesel dulu ninggalin kamu.” Suara Radit
terdengar parau.
“Aku juga nyesel dulu suka sama kamu.” Jawab
Lando acuh.
“Aku janji gak akan ngulangi itu.”
“Karena memang itu tak akan pernah terulang.”
“Aku cuma sayang sama kamu.”
“Setelah kamu tahu kalau mereka tidak pernah
mencintai kamu seperti aku.”
“Aku mohon maafin aku, Do!”
“Aku sangat menanti hari ini, tapi itu dulu.”
“Apa yang kamu inginkan akan aku penuhi demi
kamu, Do.”
“Yang aku inginkan adalah yang tidak kamu
inginkan.”
“Apa tidak ada kesempatan kedua buat aku?”
“Lebih dari seratus kesempatan sebelum hari ini.”
“Lalu hari ini apa?”
“Pergilah…”
“Apa kamu tidak melihat pengorbanan aku, aku sudah
berusaha semampu aku gimana caranya supaya kamu mau
maafin aku. Kamu mau tinggal lagi sama aku. Kita perbaiki
semuanya bersama. Memulai dari awal.”
“Aku melihat, dan aku terhibur.”
“Hanya itu…?”
“Tidak.” Lando tepuk tangan “Ini untuk kamu, atas
semua yang kamu lakuin sama aku.”
Lando berlalu, dan ia membiarkan Radit berdiri
dengan tangis.

Comments

Sign In or Register to comment.