Sebuah notifikasi whatsapp muncul di layar hape-nya Billy. Ada satu pesan dari teman maya dia yang selama sebulan ini menemani hari-harinya. Hampir tidak pernah absen mereka ngobrol dengan berbagai macam topik dari yang sederhana sampai soal politik dan birokrasi macam pejabat yang pusing mengurusi Negara. Billy menemukan banyak hal yang tidak ditemukan pada Ryan, ya nama teman nya Billy adalah Ryan. Ryan walaupun masih muda sanggup mengimbangi pembicaran Billy yang sudah dianggap berumur. Selain itu Ryan yang cakep membuat Billy kesengsem setengah mati sampai Billy rela mengirim pulsa ke No hape Ryan untuk mengesankan nya. Ya harus keluar modal untuk mendapatkan cowok secakep Ryan , pikir Billy.
“Bang jadi hari minggu ini kita ke pantai”, Tanya Ryan.
“Tentu jadi dong dek.” (emot senyum)
“Abang gak sibuk? Nanti abang gak buka toko dong?”
“Haha gak papa, toko bisa buka di hari yang lain, tapi ketemu kamu dan pergi ke pantai tidak bisa tiap hari” (emot kecup)
(emot tersipu), ”abang bisa aja.”
“Apa sih yang enggak buat kamu, kamu mau apa?” (emot kecup)
“Dedek abang saja sudah cukup kok bang”, (emot malu)
“Aih… pagi pagi udah nakal, dedek abang bangun nih? Hayo tanggung jawab.” (emot nangis)
“Salah sendiri adeknya gak pernah di ajak ketemu adek yang lain, jadi mudah bangun kan?” (emot melet)
“Yak kan special buat kamu dek.”
“Alah alesan, bilang saja gak laku, jadi perjaka tua kan jadinya”. (emot melet)
“Bukan gak laku, karena terlalu mahalnya abang, jadi pada nggak sanggup beli.” (emot meringis)
“Preeeet… udah ah main sabun aja sana, dari pada suami tetangga jadi korban.” (emot muka datar)
“Wkwkwk aku maunya yang jadi korban kamu.” (emot kecup)
“Wani piro?”
“wkwkwk bisa aja, goceng deh!”
“Abang menyentuh aku saja saja harus bayar seratus ribu lho!”. (emot melet)
“Aih mahal bangeeet. Dasar!” (emot pukul)
“Aw… tuh kan suka nya main hard core.” (emot mendengus)
“Wkwkwk nggak kok dek abang kalo main lembut.” (Emot kecup)
(emot meringis) udah ya bang ini aku mau sarapan, bentar lagi berangkat kuliah.”
“oke.” (emot kecup)
Jam menunjukkan pukul 6.40, masih lama bagi Billy untuk membuka toko yang biasanya dia lakukan jam 8. Ya Billy adalah pemilik toko. Toko yang dulu dikelola oleh orang tua-nya sekarang sudah sepenuhnya diserahkan dan dikelola sendiri oleh Billy. Billy berjalan ke garasi untuk memanasi sepeda motor baru-nya Honda CB150R yang baru dia beli satu bulan yang lalu. Setelah itu dia sarapan.
Hari itu adalah hari jumat, hari yang lumayan pendek karena harus tutup untuk istirahat sholat jumat. Sambil menunggu azan berkumandang yang tidak jauh dari tokonya Billy kembali membayangkan perkenalan nya dengan Ryan di Facebook. Billy tidak menyangka orang yang memasang poto profile doraemon itu ternyata sangat cakep. Ada 5 poto yang dikirim Ryan lewat whatsapp, satu poto pake kacamata hitam, satu poto topless di depan cermin, satu poto mengenakan baju putih, satu poto ketika Ryan duduk, dan yang terakhir poto yang setengah badan memperlihatkan pectoralis dia yang gede yang membuat Billy langsung panas dingin. Ada juga poto avatar Ryan yang memperlihatkan Ryan sedang tidur. Billy kadang tidak habis pikir kok Ryan mau berteman dengan dia yang sering kali ditinggal begitu saja dengan kenalan dunia mayanya ketika melihat poto dirinya. Bang Billy kan cakep walau sudah tua, selain itu tidak semua gay yang muda kan kayak gitu, jawab Ryan saat itu ketika ditanya oleh Billy. Walau statusnya masih teman tapi mesra, pertemuan dua hari lagi merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh Billy. Kali aja Ryan mau jadi BF ku, pikir Billy.
Pada hari minggu yang cerah, Billy dan Ryan berjanji akan bertemu di perempatan Karang Tengah kota Blitar. Ryan tidak bawa sepeda motor, sehingga dia minta teman Kos-nya untuk mengantar sampai perempatan. Pantai yang mereka tuju adalah pantai Tambak, butuh waktu sekitar satu jam untuk sampai ke pantai ini dari kota Blitar. Jam 8 Ryan sudah menunggu dan duduk, di teras toko yang masih tutup dekat lampu merah sambil memegang helm. Selang 10 menit dari arah timur Ryan melihat seseorang berjaket kulit hitam mengendarai Honda CB150R mulai memelankan laju kendaraanya. Tidak ada orang lain di depan toko selain Ryan, jadi dengan mudah Billy mengenali Ryan. Ryan yang memakai jaket Casual, terlihat berdiri dan berjalan ke arah Billy yang berhenti. Tidak ada ekspresi yang aneh dari keduanya. Ryan hanya memandang dengan muka datar diselingi senyum tipis. Penampilan Billy sangat mirip dengan avatar yang dipasang di whatsapp yang sedang duduk dan memakai jaket kulit di atas motornya yang biasa Ryan lihat. Billy terlihat sumringah menyambut Ryan yang berjalan ke arahnya.
“hai Ryan apa kabar?” sambut Billy sambil mengulurkan tangan. Terlihat sedikit gugup Ryan membalas uluran tangan Billy. “baik bang, abang gimana? Siap untuk bersenang senang hari ini?” goda Ryan untuk menyembunyikan kegugupannya. “haha kamu bisa aja, yuk naiki abang, eh naik motor maksudnya” goda Billy balik. Ryan hanya membalas senyum dan naik ke belakang motor Billy. Si sepanjang jalan mereka tidak banyak ngobrol karena kecepatan yang tinggi membuat suara mereka kabur.
Selama sekitar satu jam mereka akhirnya tiba di pantai Tambak. Tempat parkir dan bibir pantai hanya berjarak sekitar seratus meter. Pantai nya memiliki pasir yang bersih dan luas, tidak terlihat karang sama sekali. Suasana sangat ramai, beberapa pengunjung hanya duduk duduk sambil bermain pasir, tidak sedikit pula yang berenang. Gelombang pada saat ini tidak terlalu tinggi, karena masih sekitar jam 9 pagi, mulai tengah hari gelombang biasanya mulai tinggi. Pantai Tambak menghadap ke pantai selatan, jadi tidak heran jika gelombangnya lumayan tinggi. Billy dan Ryan berjalan pelan ke arah pantai. Mereka mencari tempat duduk yang tidak terlalu ramai agar bisa mengobrol dengan leluasa. Sambil melepas jaketnya Billy duduk, terlihat tubuh Billy yang terbungkus kaos warna kuning yang walau tidak terbentuk masih bagus di usianya yang relatif tidak muda. Sambil meletakkan tas berisi baju ganti dan melepas jaketnya, Ryan bertanya “bang, gak bawa baju ganti ya?”, “enggak”, “yah ntar gak ikut berenang dong, gak seru ah”, “kamu aja yang berenang abang di sini nungguin tas dan baju kamu”. Sambil duduk dan mengeluarkan minum dari tasnya Ryan menjawab, “abang malu ya sama umur jika masih berenang di pantai?” sindir Ryan. “enak aja enggak ya, abang masih muda”. Secara spontan Billy mengeluarkan KTP nya dan memberikan pada Ryan, “Blitar, 12 oktober 1980” ucap Ryan. Angguk Billy sambil memperlihatkan senyum aku-tidak-setua-yang-kamu-pikir yang mengembang di kedua bibirnya. “oh berarti abang tidak bohong, jika kemarin bilang umur 33 tahun” kata Ryan sambil meneguk air yang dia bawa. Ryan juga memperlihatkan KTP dia kepada Billy untuk menunjukkan bahwa dia berumur 20 tahun.
Mereka membicarakan banyak hal seperti Ryan bilang baru punya satu mantan, Billy juga bercerita kalau dia baru ketiga kali ini bertemu dengan gay lain, Sambil duduk duduk di atas pasir yang kuning, sesekali Ryan juga berlari ke laut untuk berenang, sesekali duduk bersama Billy. Billy tidak berhenti mengagumi tubuh Ryan yang terpahat sempurna. Tidak hanya Billy, pengunjung lain juga mencuri pandang ke arah Ryan. Ah betapa bahagianya jika orang yang berlari ke sana kemari di depan nya menjadi bf nya, batin Billy. Spontan, Billy berlari ke laut ikut menceburkan kakinya ke pantai. Terlihat Ryan menggoda Billy agar ikut mencebur ke laut, karena takut basah Billy berlari menghindari Ryan yang berusaha menyeretnya ke laut. Billy pun berlari ke arah tas dan jaket mereka di letakkan, sambil terengah-engah Ryan dengan tubuhnya yang basah menubruk memeluk Billy dari belakang hingga mereka berguling guling di pantai. Sambil berusaha mencari posisi duduk Billy tidak berhenti memandangi tubuh Ryan yang bagus, berselimut pasir berbaring dengan nafas terengah-engah.
Selama beberapa menit mereka diam saja. ini saatnya bilang, ini saatnya bilang cinta ke Ryan batin Billy. “dek, abang mau ngomong sesuatu, cepet gih duduk”, pinta Billy. “ngomong apa bang?” selidik Ryan sambil mengambil duduk. “sejak kenal kamu abang langsung jatuh hati sama kamu, aku cinta dek sama kamu, mau nggak jadi bf abang?”. Seolah satu detik begitu lama, dua detik, tiga detik, rasanya sangat lama. Hingga meluncur dari bibir Ryan, “adek juga cinta kok sama abang”. Bingung antara harus memeluk atau berteriak Billy malah memilih posisi berdiri saking senangnya. Ryan pun ikut berdiri dan tidak disangka oleh Billy, Ryan malah memeluk erat Billy. Tanpa berkata apa-apa Ryan melepas pelukan nya dan berlari ke arah laut untuk membersihkan pasir yang menempel di tubuhnya.
Sudah tengah hari mereka memutuskan pulang dan mencari makan. Mereka memutuskan makan ke Rumah Makan Mak Ti yang terkenal karena murah dan menu ndesonya, di daerah Kanigoro sebelum ke arah kota Blitar. Di jalan terlihat keduanya senang bukan kepalang. Di jalan yang sepi ke arah kota Blitar, Billy memutuskan berhenti karena kebelet kencing. Terlihat semak-semak di selingi pohon pohon yang tinggi di kiri jalan. “Bentar ya dek abang kebelet pipis, abang kencing dulu”, ucap Billy. Lantas Ryan turun dan melepas helm, “Bang bentar”, Ryan ambil posisi menghadap Billy yang kikuk. seketika itu juga Ryan menghadapkn wajahnya ke arah Billy dan mendaratkan bibir nya ke bibir Billy, ciuman hangat pertama bagi Billy yang membuatnya melayang. Sampai membuat dedeknya Billy mengembung antara karena terangsang dan kebelet kencing. Ryan pun melepaskan ciumannya. Billy tanpa berkata apa-apa langsung ke arah semak-semak di balik pohon. Sambil memeganginya dedeknya, Billy melayang melamunkan rasa ciuman pertama nya.
Sambil tersenyum Billy berjalan ke arah di mana motor dan Ryan ia tinggal. Tidak melihat Ryan dan motornya Billy malah melihat dompet dan helmnya tergeletak di pinggir jalan. Tiba tiba otak Billy dipenuhi dengan berbagai kemungkinan yang tidak pernah dia perhitungkan. Dia mengambil dompetnya dan menemukan bahwa yang tersisa hanya lah kartu-kartu identitasnya. Seketika itu pula dia ambil hape di saku celana nya dan betapa kesalnya bahwa tidak ada sinyal sama sekali di daerah tersebut. Sambil memikirkan bagaimana dompetnya tidak ada di sakunya, apakah diambil ketika Ryan menciumnya, atau terjatuh ketika di pantai dan diambil Ryan, Billy memandang jalanan yang sepi dan awan yang mulai menghitam menggantung di atas langit.
@sinjai 11-12-13
Comments
) ( ) ( ) (
okay, ceritanya bagus..
awalnya sih, ish cerita kayak gini mah sama aja kek cerita laen..
tapi begitu baca akhirnya.. jeng jeng jeng!!
*ekspresi ane ---> ) (
dialog juga oke, lucuk pas wasapan
yg jadi minusnya adalahhh..
nulisnya kayak kereta.. sambung menyambung menjadi satu..
kehilangan tombol enter ya??
kalo misal kita lagi baca trus dipanggil orang mungkin bakal lupa udah baca nyampe mana )
tp dibanding tulisan terdahulu ini lebih baik, kecuali keretanya ga ada perubahan
*dulu perasaan ane udah pernah komen ttg cara nulisnya
Btw ada klnjutnny gk??
@arieat cup cup
@yuzz makasih, udah di edit tuh. *kecup*
@elul gak janji @fatih22 (semoga) ada kelanjutannya
@kimo_chie hihi...
Betul betul.. Trus siksa luar dalem
Yuzz terlebih dulu hadir dimari,
Panggil penunggu abadi kita
@indra_hunks
@andhi90
@nutrijell
@dr_gonzo
@littlepigion
@whysoasian
@iuss
@fad31
@rubysuryo
Maksud ku smeagol kita @littlepigeon
Maaf, kejadiannya baru kemarin yak? Namun lantaran takut bla bla bla jadi namanya diganti menjadi billy dan bla bla bla. Begitu yak ?
Ok !
Gimana menurut jeunx @debby_sahertian ?