It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
trap 1, hanas dibaca serius kirain si pemeran kena penyakit apaaaa gitu taunyaaaa...
hhahaha, TS'y bingung yaahh.....
@n0e_n0et
@MikeAurellio
@masdabudd
@edwardlaura
@IMT17
@adinu
@indra_hunks
@Sonny77
@Zhar12
@caetsith
- Trap 3 -
Hari masih gelap, mentari belum menampakkan sinarnya. Di dalam keremangan kamar, Oni duduk terdiam. Perlahan ia menatap ke sisi tempat tidurnya. Tubuhnya gemetar, ketakutan membayang di pelupuk matanya. Kemudian ia beringsut ke pinggir tempat tidurnya.
Apa yang dilakukannya tadi diluar kehendaknya. Tubuhnya penat setelah perjalanan jauh, ditambah lagi semalam ia tidak bisa tidur setelah nongkrong di taman. Sehingga ketika dipaksa bangun, tangannya otomatis bergerak di luar kendalinya. Kini, sesal membayang di hatinya.
Pelan-pelan ia turun dari tempat tidur. Dilihatnya si tua yang tergeletak tak berdaya setelah terhempas ke lantai. Tak ada lagi suara lantang yang tadi mencoba membangunkannya. Dicobanya untuk menyentuh. Dingin. Tak terdengar lagi detak-detak kehidupan. Air mata perlahan mengalir di kedua pipinya.
"Eyaang ... "
Bibirnya gemetar ketika ia berucap. Kakinya terasa lemas, ia pun jatuh terduduk di atas lantai. Kemudian dipeluknya si tua itu, dan meledaklah tangisnya.
"Huaaah ... aku udah ngerusakin jam antik Eyaaang ...", kata Oni sambil memeluk jam weker yang baru saja dibantingnya.
Gue kira apaan, eh jam weker antik. Swiss army?
Saya tuh aslinya serius, pendiam, baik hati, tidak sombong, suka menolong dan rajin menabung.
Jadi waspadalah .. waspadalah.
Dimalam yang sepi, sepasang kekasih sedang terlibat pertengkaran, hubungan mereka yang meruncing membuat kepala jauh dari kata dingin. . .
"Gw gak bisa terus-terusan di giniin, gw punya' hati, gw juga punya' rasa malu!" Ujarnya ketus
"Gw perempuan mas, gw udah gak punya muka buat nunjukin ke temen-temen gw" tambahnya lagi menyalahkan kekasihnya
"Elu kira lu aja yang malu haaa?, gw juga malu dengan semua tingkah lu yang gak pernah ngehargain gw, tau gak?!" Timpal lelaki itu dengan penuh amarah
"Jadi sifat kekanak-kanakan lu selama ini, lu mau nyalahin gw? Lu lompat2 pecicilan kesana kemari, sampe gak perduli apa pandangan orang terhadap lu yg pasti imbasnya ke gw, lu gak perduli? Mikir mas? Lu udah gede,bukan anak2 lagi!!!" Ungkit nya lagi
"Halaaaah tu alesan elu kan buat pelarian? Bilang aja lu udah bosen ama gw, lu ada yang lain, gw terima! Tapi jangan jadkan sifat gw jadi kambing hitam, dulu lu bisa terima gw apa adanya, lhaaa sekarang?" Balasnya sengit
"Gw malu!" Ucap wanita itu singkat
"Ooohhh jadi lu malu? Lu kira gw gak malu dengan sifat lu yang juga ke kanak-kanakan?
Lu kira gw gak bete karna lu gak respect ama gw,nyadar gak sich lu? Lu gak pernah ngehargain gw,
Gw sering cerita ke elu tapi lu balasnya apa? Ketawak!!!
Gw curhat, elu ketawak!
Gw sedih,lu ketawak!
Sampe2 gw gak ngomong apa2 lu juga ketawak!!! Dimana perasaan elu haa? Tu sama aja lu gak ngehargain gw!!" Cercanya
"Fine, lu gak suka lagi ama gw, gw juga gitu!!!
Ok, kita bubar" sicewek bersiap2 untuk pergi
"Tunggu sayang,satu permintaan gw,berat buat gw berpisah ama elu, tapi gw harap setelah ini lu jangan hubungi gw lagi, jangan mention twitter gw, jangan koment ato like fb gw,jangan ping BB gw!!! Gw butuh waktu untuk menata hati!"Keluhnya
" Sorry ya cong, jangan ke pedean hihiiii hhiiiihhiiii hhhiiii" ia pun terbang dengan tawa ckikikan. . .
"Dasar kunti, tuh kan dia gak pernah ngehargain gw" ucapnya lesu,
Berlalu,melompat2 dibalik semak dan menghilang. . .
@masdabudd
@edwardlaura
@IMT17
@adinu
@indra_hunks
@Sonny77
@Zhar12
@caetsith
@Pilihan
WARNING !!
*= This story contains some materials that readers may find disturbing/inappropriate. =*
( PERINGATAN !! )
( *= Cerita berikut mengandung materi yang mungkin mengganggu/tidak pantas bagi para pembaca. =* )
Kriieett....
Eyang Ona menutup kamarnya rapat-rapat. Dasar Oni, cuman ngerusakin jam aja segitu hebohnya. Pake teriak-teriak histeris. Badan aja gede, kelakuan masih anak-anak.
Tiba-tiba Eyang Ona teringat kembali. Tadi sebelum keributan yang dibuat Oni, ada sesuatu yang akan dilakukannya. Dia membuka kembali pintu kamarnya, kemudian pergi ke dapur. Diambilnya sekotak tisu, kemudian kembali ke kamarnya. Sebelum menutup pintu dilihatnya keadaan sekitar untuk memastikan situasi aman terkendali.
Perlahan ia duduk di tepi tempat tidur. Sambil bersandar ke bantal, pelan-pelan ia masukkan suatu benda bulat panjang ke dalam sebuah lubang. Terasa hangat, sempit, lembab dan licin. Ia gerakkan benda itu berputar-putar. Ke kiri, kanan, depan dan belakang. Terasa nyaman dan nikmat tiada terkira.
Sampai beberapa saat, Eyang Oni terus melakukan hal tersebut. Kemudian, Eyang Ona mulai merasakan sesuatu yang akan keluar. Terasa agak sedikit geli.
"Haa....ahhh...."
Terasa tekanan yang semakin bertambah. Rasa itu makin mendekati puncaknya. Eyang Oni sedikit menggigit bibirnya. Akhirnya tak tertahankan lagi, lepaslah sudah tekanan itu.
"Haaattssyyiiii ..."
Kemudian Eyang Oni mengambil tisu untuk membersihkan hidung dan telunjuknya sehabis ngupil.
*melirik si uda indra yg ngupil pake jempol kaki
MERAH & PUTIH
Kalian tentu tahu, kita semua terlahir berbeda-beda. Ada yang menyukai perbedaan, ada pula yang tidak. Jika kalian dihadapkan pada dua pilihan untuk menjadi berbeda atau tidak berbeda, mana yang kalian pilih?
Ini adalah kisahku Raka dengan kekasihku Didit. Aku mencintainya dengan segala perbedaan kami. Dia desainer, aku pengusaha katering.Dia dari keluarga militer, aku dari keluarga pebisnis. Dia suka warna putih, aku suka warna merah. Dan yang paling pokok, dia bot dan aku top. Cukup melengkapi bukan?
Pertemuan kami diawali dari kebetulan saja. Aku yang waktu itu di akhir kuliah marketing di Australia, berniat membuka usaha di bidang katering. Orangtuaku kurang setuju dengan pilihanku, karena mengharapkanku meneruskan usaha mebel yang sudah diwariskan turun temurun. Untuk itulah aku berusaha mencari modal sendiri ke Singapura. Di sela waktuku, aku tertarik melihat fashion show yang sedang digelar di sana. Dan disanalah ia. Bersanding dengan nama-nama besar tingkat dunia, terselip karya seorang anak muda dari Indonesia.
Di akhir acara aku sempatkan diri berkenalan dengannya. Karena sama-sama berasal dari Indonesia, kami pun langsung akrab. Lebih-lebih, masih sama-sama mempunyai garis keturunan Solo. Meskipun terpisah jarak, kedekatan kami menjadi semakin intens. Kami sering berkomunikasi, baik melalui BBM maupun media sosial. Akhirnya aku tiba pada satu keputusan untuk mendatangi kediamannya di Paris. Dalam sebuah makan malam bersama, kuutarakan isi hatiku. Ternyata gayung pun bersambut. Sejak itulah kami menjadi sepasang kekasih.
Didi sudah terbuka mengenai orientasinya pada keluarga. Mereka sudah bisa menerima ia apa adanya. Sementara aku masih tertutup kepada keluargaku. Aku pernah dikenalkan kepada ibunya sebagai seorang kekasih. Seorang wanita yang masih terlihat cantik pada usianya. Ayah dan ibu Didit telah lama berpisah. Aku belum pernah bertatap muka langsung dengan ayahnya.
Hubungan kami tidak selalu baik. Kadang sifatnya yang mudah ngambek membuatku harus banyak mengalah. Aku maklum karena sebagai anak tunggal tentu dia terbiasa dimanjakan oleh perhatian dan kasih sayang. Sementara sebagai sulung dari 3 bersaudara, aku sudah terbiasa mengalah.
Libur musim panas ini, Didit memutuskan untuk menghabiskan waktu di Indonesia. Dia telah mengosongkan jadwal acara untuk sebulan ke depan. Akhir minggu ini kuluangkan waktu untuk bersamanya. Berjalan-jalan menikmati indahnya suasana malam kota Solo. Merasakan kehangatan malam di rumahku. Empat malam yang mungkin lebih dari sekedar hangat.
Hari Rabu terasa cepat mendekat. Esok aku sudah harus kembali mengurusi usaha kateringku. Kusiapkan sarapan, sementara Didit masih santai di depan televisi.
“Hunny, hari ini pemilu khan. Aku nyoblos di sini aja yah?” tanya Didit.
“Boleh aja, nggak ada yang ngelarang kok”, jawabku.
“Hun, lihat tuh. Sudah seharusnya Indonesia Bangkit. Kita harus pilih pemimpin yang tegas, biar kita disegani bangsa-bangsa lain. Sekarang kita tidak lagi dianggap sebagai macan asia. Negara tetangga sudah seringkali sengaja memancing kerusuhan. Mereka menganggap rendah bangsa kita”, katanya sambil menunjukkan tayangan di televisi. Di situ terlihat cuplikan tayangan debat calon pemimpin negeri.
“Sebenarnya bangsa-bangsa lain tahu kalau Indonesia Hebat. Kita kaya akan sumber daya alam dan manusia. Sayangnya, bangsa kita digerogoti dari dalam. Mesti ada revolusi untuk memperbaiki mental bangsa kita. Rakyat butuh pemimpin yang jujur dan merakyat agar mengerti keinginan rakyat”, jawabku.
“Pokoknya kamu mesti coblos nomer satu”, rayu Didit.
“Mencoblos itu kan sesuai hati nurani Beib. Gak boleh dong maksa-maksa orang”, kilahku.
“Jadi kamu mau pilih nomer dua? Kamu udah gak sayang sama aku lagi”, rajuk Didit. Kemudian ia memberi sebuah ultimatum.
“Pokoknya coblos nomer satu atau kita putus!”
“Segampang itukah kamu menilai cinta kita? Asal kamu tahu, Pak Owi adalah bapakku. Sebagai anak yang berbakti, aku tidak mungkin untuk tidak memilihnya. Jadi untuk kali ini, aku harus berkata tidak. Maaf kalau hubungan kita harus berakhir di sini.”, jawabku.
Didit terdiam sambil berkaca-kaca. Ia tidak menyangka akan keputusan yang baru saja kubuat. Kubalikkan badan menuju kamar. Sebelum kakiku melangkah, dua tangan erat mendekap tubuhku. Didit merebahkan kepalanya di punggungku.
“Maaf Hun”, katanya sambil terisak.
“Asal kamu tahu, Pak Owo itu papaku. Aku cuma ingin jadi anak berbakti juga. Tolong jangan akhiri hubungan kita seperti ini”
“Kita sudah dewasa, sudah saatnya berpikir lebih jernih. Kita tidak selalu bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Kamu harus lebih bisa bertoleransi dengan orang lain”, kataku.
“Iya, aku akan berusaha. Terima kasih Hun”, ujarnya sambil mempererat pelukan.
Kulepaskan tangannya, kemudian kubalikkan badan.
“Ayo kita sarapan”, kataku.
“Ehm..boleh gak kita sarapan yang lain?”, tanyanya.
“Maksud Beib apa?”, aku bertanya balik.
“Ituu .. nanti kita kan nyoblos di TPS. Aku juga mau dicoblos sama kamu Hun. Kita main coblos-coblosan yah”, rayunya.
Dan sepertinya sarapan yang kubuat akan jadi sia-sia.
) ) ) )
dari awal dah ngakak, dapat crita paling akhir makin ngakak )
mensen ahh..
silakan baca page 2 crita judul merah putih, kalo mau baca dr page 1 jg boleh (recommended)
para pemerhati politik Indonesia dan rekan.
@omin @adamx @firkhafie @giovan @iuss @littlepigeon @sinjai dsb dsb