Ikut bikin cerita.... siapa tau dimuat.
Pagi itu aku mengikuti saran teman untuk naik kereta api. Aku meninggalkan kendaraan di stasiun, ngantri tiket elektrik, terus berjejal dalam kereta api.
Penumpangnya banyak yang cakep. Aku merasa beruntung tidak mendapat tempat duduk jadi bisa desak-desakan sama mereka. Tetap jaga imej sih, padahal hati pengen banget meluk mereka.
Seorang pemuda dengan wajah melankolik memandangiku sedemikian rupa, tapi tiap kutoleh langsung nunduk atau pura-pura melihat arah lain. Wah, padahal pemudanya cakep, cocok banget sama kriteria idamanku. Sayang setiap kutatap dianya langsung berpaling. Akhirnya kubiarkan ia memandangiku tanpa kutoleh.
Sesekali sedekah, pikirku. Aku juga senang kok dipandangi begitu rupa.
Stasiun demi stasiun berlalu, bukannya makin longgar malah makin sesak isi kereta ini. Aku pengen mendesak ke arah pemuda itu, tapi jaga imej sehingga tidak kulakukan. Eh malah dianya yang mendekat. Kucoba lagi untuk kontak mata, tapi ia kembali berpaling tiap kutatap. Aku jadi pura-pura memandang arah lain juga.
Karena makin sesak ia akhirnya berdiri tepat di belakangku, badannya menghimpit bagian belakangku. Aku sangat senang. Lain kali naik kereta lagi ah, pikirku. Sempat terfikir bagaimana kalau dia copet, tapi aku malah tersenyum dalam hati. Kalau dia copet, ambil saja dompet dan seisinya. Kalau perlu hatiku juga. Soalnya pemuda itu cakep banget... aku serasa melayang.
Ternyata kami turun di stasiun yang sama. Kutanya padanya mau kemana, disebutnya halte tepat di depan tempat kerjaku. Karena angkutan umum penuh terus, kutawarkan untuk naik taksi bersama. Eh dia mau, malah dia bilang dia saja yang bayar. Tentu saja kutolak karena aku lebih tua.
Di dalam taksi kami mengobrol banyak hal sehingga aku bisa tahu alamat kosnya dan dia tahu alamat rumahku. Dia bilang ingin sesekali main ke rumahku, biar bisa ketemu anak-anak. Aku tentu saja tidak melarang.
Sejak saat itu kami jadi akrab. Ia menganggapku kakak sehingga anak-anakku memanggilnya angkel (ikutan Upin Ipin manggil uncle).
Sudah sebulan ini hubungan kami berjalan, dia makin sering main ke rumah karena di kos dia tidak punya banyak teman. Aku menawarinya menginap agar tidak cape pulang pergi, tapi dia tidak mau.
Suatu ketika ia sedang sholat ke musholla dan hapenya ketinggalan di meja ruang tamu. Aku agak kepo sehingga hapenya kubuka-buka. Ya Tuhan... salah satu historinya adalah postinganku di boyzforum (Sharing Gay Berkeluarga). Aku seperti tikus kecebur got. Oh.... apakah selama ini ia tahu siapa aku?
Dalam postinganku di forum, aku kan bilang tidak mau ketemuan dengan orang yang tahu aku gay.
Nah!
Bagaimana kalau dia tahu? Sementara aku, istri dan anak-anak sudah telanjur akrab dengannya?
Sepulang dari musholla dia mungkin merasa sikapku berubah. Sebenarnya aku juga berusaha bersikap biasa, tapi rasanya kikuk sekali.
Ketika pamitan ia menatapku agak lama, aku merasa seperti dikuliti. Sejak saat itu aku berusaha menghindar dengan tidak naik kereta api lagi.
Ia mungkin mengerti, karena ia juga tidak pernah mampir lagi. Dalam sms dan telepon ia bilang sering lembur sehingga tidak bisa mampir.
Aku kangen dia. Tapi aku juga takut persahabatan kami kebablasan dan keluargaku menjadi korban. Karena itu aku tidak berusaha menghubunginya lagi.
Uh.... beratnya hidup jadi gay, pikirku. Tapi untunglah ini cuman khayalanku saja. Fiksi, bukan kenyataan. Sesekali boleh kan cerita di boyzstory tapi tidak ada ukuran pe*is dan aneka gaya bercinta...
Comments
lanjukeun! sambungkeun!
@masculine_love hihihi memalukan bangedh ya
@bonyapolo cerita lain udah banyak yang hot jadi ini dibuat seolah curcol
@yuzz mau dilanjut dimana nich papa ikut aja....
Eh @joenior68 udah papa juga ya?
papahhh... papah kan imam nya, jd aku ngikut aja deh kmana papa @joenior68 membawa.. ;;)