BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Persimpangan (TAMAT), book 2 di halaman 19

1343537394083

Comments

  • @rajatega, makasih kritiknya, ku perbaiki lagi kesananya. Makasih udah mampir yah
  • Chapter 4
    ===

    Malam itu, Jimmy, Rontje dan Setiadi sudah melesat ke arah Olimo. Sebelumnya mereka sudah janjian dengan Hendra bertemu di restauran di daerah Duta Merlin. Kali itu Hendra sudah lebih dulu datang di restaurant. Menyapa mereka bertiga. Lagi- lagi tatapan kekaguman Hendra terpancar kepada Setiadi membuatnya menunduk malu. Jimmy dan Rontje senyum- senyum melihat Hendra memakai setelan ketatnya yang mirip Setiadi, hanya dalam nuansa serba hitam, membuat Setiadi yang memakai setelan serba putih terlihat serasi berpasangan dengannya.


    "Pas banget baju kamu ama aku" Hendra tersenyum menggoda ke arah Setiadi.
    "Kebetulan aja, tapi kita serasi juga yah" jawab Setiadi tersenyum malu


    Es cendol yang mereka makan terasa aneh dan tak enak, namun tempat itu lebih terkenal sebagai tempat stategis berkumpul sebelum mereka melanjutkan ke disko dan bukan kwalitas kulinernya. Mereka tak menghabiskan waktu di sana, mereka pun lalu meluncur ke tujuan mereka.
  • Suasana di diskotik belum terlalu ramai, masih jam 11, mereka pun masih bisa mencari tempat yang ada aliran pendingin ruangan, menunda perasaan basah dan lengket mereka selama mungkin. Jimmy dan Rontje sengaja berdiri tak terlalu dekat, memberi ruang untuk Hendra dan Setiadi lebih banyak berdua, yang pada malam itu terlihat berpasangan serasi, hanya memang Hendra terlihat tinggi menjulang, hingga Setiadi terlihat seperti anak kuliahan, membuat Hendra bertambah gemas.


    "Yadi, aku boleh sesekali ajak kamu jalan?" Hendra memulai pembicaraan dengan suara cukup kencang berusaha mengimbangi suara kencang musik.
    "Gak masalah, hubungi aja, pas lunch ku suka sesekali makan keluar ama temen,"
    "Boleh tuh, beberapa hari ku hubungi deh, 3 hari kedepan ku masih sibuk. Kamis Jumat ku bisa."
    "Ku tunggu yah" jawab Setiadi.
    Hendra mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jari jempolnya.
  • Di lantai dansa, Setiadi memang tak mampu mengimbangi goyangan disko Hendra yang lebih canggih, tapi tetap mereka terlihat sangat serasi. Beberapa pasang mata menatap nanar ke arah mereka, iri dengan pasangan Apollo dan Hyacinth yang menampilkan kesempurnaan sepasang kekasih. Setiadi membiarkan dirinya larut dalam hingar bingar disko, membiarkan dirinya melupakan cintanya yang kandas, larut menikmati kehadiran Hendra menemani hatinya. Jimmy dan Rontje menyapa beberapa teman mereka. Tak lama, Hendra dan Setiadi pun kembali dari lantai dansa, kembali bergabung dengan mereka. Sambil juga menyapa beberapa teman yang baru tiba, mereka menikmati malam itu.
  • Karena suasana di dalam sudah tidak tertahankan lagi panasnya setelah kira- kira 2 jam lewat mereka di dalam, sementara badan mereka semua sudah lengket dan kegerahan, mereka pun memutuskan untuk mencari tempat yang lebih teduh. Mereka pun mampir ke Mc. D. Sambil meneduhkan diri mereka menikmati hidangan ringan. Di sana Jimmy dan Rontje melihat Setiadi yang sudah mulai lebih komunikatif dengan Hendra. Semua pembicaraan ringan mengalir alami tanpa dibuat- buat. Hendra pun baru tahu bahwa Setiadi sebelumnya kepala bagian IT. Dia sudah tahu dari cerita Jimmy bahwa Setiadi, Cindy dan Rontje adalah tenang seperjuangan, dan Randy dijodohkan Setiadi, namun dia belum tahu menahu soal Setiadi dan Randy.


    Lewat jam 2 dini hari mereka pulang dengan mengantar Hendra terlebih dahulu.
  • "Mas Yadi, hari ini mas Yadi ama mas Hendra serasi sekali loh, satu putih satu item, ramalan kita terbukti deh" sahut Rontje dengan gaya yang tak lagi melambai, sesudah Hendra turun.
    "Iyah, koq bisa yah... Ada firasat apa pula ku bisa kepikir pake serba putih malem ini... Hihihi"
    "Itu tandanya lu ama Hendra ada kecocokan" jawab Jimmy sambil menyetir mobil.
    "Gua udah bebas, sekarang gua available buat yang baru."
    "Cieileh...Setiadi sudah jadi joker" goda Rontje sambil tertawa.
    "Lega juga, urusan udah selesai." jawab Setiadi sambil tersenyum kontemplatif.


    Setelah mengantar Rontje, mereka pun sampai di rumah.
  • "Jim, bantuin dong tarik celana gue ini, ketat banget ini celana" pinta Setiadi setelah dia mengunci pintu.


    Jimmy pun menunduk setelah Setiadi melepas sepatunya. Jimmy mulai menarik ujung celana jeans kaki kanan Setiadi. Setelah itu Jimmy menarik ujung celana sebelahnya. Setiadi mengangkat pantatnya, membiarkan celana putihnya melorot ke arah kakinya. Jimmy memperhatikan paha Setiadi, membuat pemandangan tersendiri. Tak sengaja Jimmy melihat gundukan di tengah- tengah paha.


    "Ada yang mau di tarik lagi nih?" tanya Jimmy dengan senyum menggoda.


    Setiadi memainkan alisnya menggoda balik.


    "Mau?" Setiadi menggoda.
    "Siapa takut..." Jimmy menepak paha Setiadi.
    "Auuu... Sakit tahu..." Setiadi sambil berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Jimmy yang tertawa bercanda.
  • Beberapa minggu sesudah peristiwa itu, Setiadi masih berusaha untuk mengobati luka hatinya. Untung baginya, sifatnya yang sudah lebih kuat sangat membantunya lepas dari bayang- bayang Randy. Hendra yang sudah mulai berhubungan lewat sms dengan Setiadi, tapi Setiadi masih tak bisa menutupi hatinya yang masih terluka, harus merelakan Randy tidak lagi menjadi orang yang bisa ia cintai. Beberapa malam ia masih termenung. Ia masih memikirkan Randy, mengingat- ingat cinta Randy kepadanya. Otaknya memang sudah tahu, sudah saatnya ia membuka pintu hatinya kepada orang baru, hanya hatinya masih terpaut kepada Randy. Rontje dan Jimmy terus menerus memberi suport untuk bisa melewati masa ini.


    Satu pagi saat dia baru aja sampai di kantor, ia menerima telepon dari Hendra,
  • "Halo Hen, tumben telepon pagi- pagi" Setiadi terdengar sumringah.
    "Yadi, ku boleh minta tolong gak?'
    "Boleh aja, ada apa nih?" Setiadi mulai pemasaran.
    "Please tolong aku dong, gawat darurat!" Hendra terdengar panik, membuat Setiadi tambah penasaran.
    "Wah ada apa?"
    "Komputer ku error gak bisa masuk window, ku lagi gawein audition report, 4 hr harus siap. Please... Ku mohon" Hendra terdengar panik.
    "Oke, sore nanti ku bantu yah"
    "Heh... Makasih yah Yadi, kamu baek sekali" Hendra terdengar lega.


    Sorenya, mereka langsung meluncur, mereka mampir membeli makan malam, diantar oleh Hendra yang memakai motor ke tempat kos di daerah karet. Sesampainya, Setiadi langsung mengecek komputer yang memang tak mau log in ke window. Apapun yang Setiadi lakukan di layar monitor hanya hitam yang ia liat, sementara Hendra menyiapkan makan malamnya.
  • "Dari malem kemaren udah begini, ku harus kumpulin semua report. Mati aku kalo ampe kehapus." kata Hendra masih panik, menyerahkan 1 piring nasi goreng kepada Setiadi.
    "Makasih Hen." Setiadi sambil menerima piring mengkutak katik keyboard komputer. Suap demi suap nasi goreng, Setiadi tetap tertahan pada layar monitor yang tetap hitam.


    "Ndra, kasus kayak gini di kantor biasanya kita reformat..."
    "YADI JANGAN...! Ku mohon... Audition report ku ini harus ku kasih 4 hari lagi... Mending kamu sodomi aku daripada komputer ini di hapus. Yadi, tolong aku... Please" Hendra dengan panik memohon sambil memegang erat tangan kanan Setiadi, menatapnya dengan mata penuh harap.
  • "Ku coba sebisaku yah, ku gak berani janji berapa file yang bisa ku selametin." jawab Setiadi berusaha memenangkan Hendra.

    "Ndra, punya start up disc nya?"

    Hendra mencari ke kotak disket mencari- cari disket,

    "Nih. Disket nya"

    Setiadi pun berkutat selama berjam- jam berusaha masuk ke dalam sistem. Hendra melihat Setiadi masuk ke dos sistem, mengetik apapun yang terlihat asing. Hendra kagum pada keahlian Setiadi dan masih berharap cemas.

    Jam 23 malam, 4 jam sejak jam 7, Setiadi masih mengetik sesuatu di sistem dos, dan Setiadi mulai dapat pertanda bagus, akhirnya mampu menembus window safe mode. Wajah Hendra pun sumringah.

    "Ndra, ku cuma sanggup segini, coba cek dulu file nya, ku gak tahu berapa yang hilang." Setiadi sambil menguap lega telah mampu menembus sistem window yang sebenarnya sudah rusak.
  • Dengan tingkat kecemasan tinggi Hendra memeriksa semua file reportnya,

    "Wah, hebat, cuma 3 file hilang, semuanya masih ada... Yadi, kamu hebat, gak cuma tampan, tapi pinter dan... Suka menolong." Hendra sambil wajah sumringah menatap dalam- dalam ke mata Setiadi.
  • yupp...walaupun masih gak rela yadi pisah ma randy....tapi senang juga yadi nya dah mulai tegar
Sign In or Register to comment.