It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
===
Malam itu, Jimmy, Rontje dan Setiadi sudah melesat ke arah Olimo. Sebelumnya mereka sudah janjian dengan Hendra bertemu di restauran di daerah Duta Merlin. Kali itu Hendra sudah lebih dulu datang di restaurant. Menyapa mereka bertiga. Lagi- lagi tatapan kekaguman Hendra terpancar kepada Setiadi membuatnya menunduk malu. Jimmy dan Rontje senyum- senyum melihat Hendra memakai setelan ketatnya yang mirip Setiadi, hanya dalam nuansa serba hitam, membuat Setiadi yang memakai setelan serba putih terlihat serasi berpasangan dengannya.
"Pas banget baju kamu ama aku" Hendra tersenyum menggoda ke arah Setiadi.
"Kebetulan aja, tapi kita serasi juga yah" jawab Setiadi tersenyum malu
Es cendol yang mereka makan terasa aneh dan tak enak, namun tempat itu lebih terkenal sebagai tempat stategis berkumpul sebelum mereka melanjutkan ke disko dan bukan kwalitas kulinernya. Mereka tak menghabiskan waktu di sana, mereka pun lalu meluncur ke tujuan mereka.
"Yadi, aku boleh sesekali ajak kamu jalan?" Hendra memulai pembicaraan dengan suara cukup kencang berusaha mengimbangi suara kencang musik.
"Gak masalah, hubungi aja, pas lunch ku suka sesekali makan keluar ama temen,"
"Boleh tuh, beberapa hari ku hubungi deh, 3 hari kedepan ku masih sibuk. Kamis Jumat ku bisa."
"Ku tunggu yah" jawab Setiadi.
Hendra mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jari jempolnya.
Lewat jam 2 dini hari mereka pulang dengan mengantar Hendra terlebih dahulu.
"Iyah, koq bisa yah... Ada firasat apa pula ku bisa kepikir pake serba putih malem ini... Hihihi"
"Itu tandanya lu ama Hendra ada kecocokan" jawab Jimmy sambil menyetir mobil.
"Gua udah bebas, sekarang gua available buat yang baru."
"Cieileh...Setiadi sudah jadi joker" goda Rontje sambil tertawa.
"Lega juga, urusan udah selesai." jawab Setiadi sambil tersenyum kontemplatif.
Setelah mengantar Rontje, mereka pun sampai di rumah.
Jimmy pun menunduk setelah Setiadi melepas sepatunya. Jimmy mulai menarik ujung celana jeans kaki kanan Setiadi. Setelah itu Jimmy menarik ujung celana sebelahnya. Setiadi mengangkat pantatnya, membiarkan celana putihnya melorot ke arah kakinya. Jimmy memperhatikan paha Setiadi, membuat pemandangan tersendiri. Tak sengaja Jimmy melihat gundukan di tengah- tengah paha.
"Ada yang mau di tarik lagi nih?" tanya Jimmy dengan senyum menggoda.
Setiadi memainkan alisnya menggoda balik.
"Mau?" Setiadi menggoda.
"Siapa takut..." Jimmy menepak paha Setiadi.
"Auuu... Sakit tahu..." Setiadi sambil berjalan menuju kamarnya, meninggalkan Jimmy yang tertawa bercanda.
Satu pagi saat dia baru aja sampai di kantor, ia menerima telepon dari Hendra,
"Yadi, ku boleh minta tolong gak?'
"Boleh aja, ada apa nih?" Setiadi mulai pemasaran.
"Please tolong aku dong, gawat darurat!" Hendra terdengar panik, membuat Setiadi tambah penasaran.
"Wah ada apa?"
"Komputer ku error gak bisa masuk window, ku lagi gawein audition report, 4 hr harus siap. Please... Ku mohon" Hendra terdengar panik.
"Oke, sore nanti ku bantu yah"
"Heh... Makasih yah Yadi, kamu baek sekali" Hendra terdengar lega.
Sorenya, mereka langsung meluncur, mereka mampir membeli makan malam, diantar oleh Hendra yang memakai motor ke tempat kos di daerah karet. Sesampainya, Setiadi langsung mengecek komputer yang memang tak mau log in ke window. Apapun yang Setiadi lakukan di layar monitor hanya hitam yang ia liat, sementara Hendra menyiapkan makan malamnya.
"Makasih Hen." Setiadi sambil menerima piring mengkutak katik keyboard komputer. Suap demi suap nasi goreng, Setiadi tetap tertahan pada layar monitor yang tetap hitam.
"Ndra, kasus kayak gini di kantor biasanya kita reformat..."
"YADI JANGAN...! Ku mohon... Audition report ku ini harus ku kasih 4 hari lagi... Mending kamu sodomi aku daripada komputer ini di hapus. Yadi, tolong aku... Please" Hendra dengan panik memohon sambil memegang erat tangan kanan Setiadi, menatapnya dengan mata penuh harap.
"Ndra, punya start up disc nya?"
Hendra mencari ke kotak disket mencari- cari disket,
"Nih. Disket nya"
Setiadi pun berkutat selama berjam- jam berusaha masuk ke dalam sistem. Hendra melihat Setiadi masuk ke dos sistem, mengetik apapun yang terlihat asing. Hendra kagum pada keahlian Setiadi dan masih berharap cemas.
Jam 23 malam, 4 jam sejak jam 7, Setiadi masih mengetik sesuatu di sistem dos, dan Setiadi mulai dapat pertanda bagus, akhirnya mampu menembus window safe mode. Wajah Hendra pun sumringah.
"Ndra, ku cuma sanggup segini, coba cek dulu file nya, ku gak tahu berapa yang hilang." Setiadi sambil menguap lega telah mampu menembus sistem window yang sebenarnya sudah rusak.
"Wah, hebat, cuma 3 file hilang, semuanya masih ada... Yadi, kamu hebat, gak cuma tampan, tapi pinter dan... Suka menolong." Hendra sambil wajah sumringah menatap dalam- dalam ke mata Setiadi.