It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
MENCINTAI ANGIN
PING!
Sebuah BBM masuk dari seorang cowok yang sudah lama aku sukai.
Bayu Wandira:
'Mike, ntar jd jalan gak?'
Aku baca isi BBM itu sambil membereskan beberapa barang-barang bawaan yang ingin aku bawa.
☑ 'Jadi. Gue laği siap2 dulu. Lo di mana?'
☑'Gue nanti langsung ke rmh lo ya?'
Perkenalkan, namaku Yohanes Michael Chandra Agusta, panggil saja aku Michael atau Mike. Nama lengkapku memang cukup panjang, sampai-sampai guru SMA-ku mengeluhkan sulitnya menuliskan namaku di ijazah dengan jumlah kata yang banyak dan ejaan yang cukup sulit.
Hari ini rencananya aku akan jalan dengan Bayu Wandira, cowok manis yang sudah setahun ini aku suka. Dia sosok cowok yang menarik. Tingginya 173 cm, berkulit sawo matang, memiliki mata sayu yang teduh, dan agak chubby. Chubby? Ya, pipi dan perutnya terisi lemak, tidak banyak, tapi itu cukup membuat dia terlihat menggemaskan untuk dipeluk. (>̯-̮<)
PING!
Bayu Wandira:
'Gue beresin showroom dulu. Lo jalan aja skrg'
☑ 'Okay (y)'
Bayu harus piket showroom dulu baru dia bisa jalan denganku. Pekerjaannya sebagai marketing mobil terkadang membuat jadwal kerjanya tak menentu. Kadang dia harus pameran, kadang dia juga stand by di showroom. Pernah beberapa kali dia ke luar kota untuk mengurus surat-surat kendaraan kliennya maupun mengurus stok keluar di gudang.
Setelah siap, aku pun mengeluarkan motor matikku dan menyalakannya. Jantung ini berdebar-debar karena ini adalan pertama kalinya aku jalan dengan Bayu. Aku memang tidak berharap dia akan suka padaku, setidaknya menemani dia jalan sudah cukup bagiku. Aku sangat menyukainya, bahkan aku mencintai dia.
Aku memacu motorku menuju rumah Bayu di daerah Tomang, Jakarta Barat. Setelah 1,5 jam perjalanan, motorku berhenti di depan rumahnya. Sebuah rumah sederhana berdinding biru dengan pagar setinggi pinggang orang dewasa. Tampak Mia, adik Bayu, sedang duduk di teras rumah sambil mendengarkan musik di aplikasi smartphone-nya. Mia yang menyadari kedatanganku langsung melepaskan handsfree di telinganya dan berdiri menyapaku.
"Hai, kak. Cari kak Bayu ya?" sapanya sambil membuka pagar rumah.
"Iya. Tadi udah janjian. Bayunya udah sampe belum?" jawabku sambil memarkirkan motorku.
"Udah dari tadi kok. Tuh lagi mandi orangnya. Tungguin aja."
"Iya. Gue tunggu di sini aja."
"Masuk, kak." tawar Mia mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.
"Iya. Thanks ya."
Aku pun masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa yang ada. Ini adalah kesekian kalinya aku berkunjung ke rumah Bayu. Aku masih canggung berada di dalam rumah ini, serasa bertamu ke rumah keluarga pacar dan berbagai skenario berputar di dalam kepalaku.
Aku selalu canggung jika harus mengobrol dengan keluarga Bayu, terlebih dengan ibunya yang selalu bertemu denganku jika aku sedang bertamu ke rumah ini. Bahan obrolan aku, Mia, dan ibunya memang sama, kami sama-sama penggemar selebritis Korea, tapi perasaanku pada Bayu membuatku gugup saat mengobrol dengan Mia dan ibunya.
Dari obrolan kami sebelumnya, ibunya Bayu menyukai Lee Min Ho. Ada banyak sekali koleksi VCD maupun DVD serial dan film Korea. Mia sendiri (sangat) tergila-gila pada Super Junior dan malah menganggap Dong Hae sebagai calon pacarnya. Aku saja yang penggemar EXO tidak pernah sampai berpikiran bahwa Kai adalan calon pacarku, sekalipun dia sangat tampan dan memiliki kemampuan dancing yang sangat memukau. (ʃ⌣̀_⌣́!ƪ)
Aku sudah menunggu sekitar 15 menit dan menghabiskan segelas sirup yang disuguhkan oleh Mia saat Bayu akhirnya menghampiriku di ruang tamu dengan wajah yang sangat tampan dan badan berbalut aroma black wood, parfum favoritnya. Aku sempat tertegun melihat penampilannya dengan kaos printing hasil desainnya sendiri dan celana denim hitam yang membuat pahanya tampak sangat padat berisi. Darahku berdesir melihat sosok pangeran di hadapanku.
"Kenapa lo, Mike? Bengong-bengong gitu liat gue?" tanya Bayu menyadarkan diriku.
"Nggak kenapa-kenapa. Tadi kayaknya ada sisa masker di muka lo."
"Sok tau lo. Tadi gue nggak sempet maskeran. Cuma luluran aja." ujarnya sambil memamerkan senyum manisnya.
"Pantesan lama! Lo nggak liat nih gue sampe kehausan nungguin lo mandi?" balasku dengan nada jengkel yang dibuat-buat.
Kami pun berpamitan pada Mia. Aku membonceng motor dengan Bayu karena dia tidak membawa motornya. Motornya sedang di-repair di bengkel dan dia memintaku untuk berboncengan dengan motorku. Bayu yang mengendarainya, sementara aku cukup duduk manis di jok penumpang sambil berharap bisa memeluk dia saat di jalan. (ʃƪ ˘з˘) ♥
Kami berencana jalan ke Central Park yang memang tidak jauh dari rumah Bayu. Dia mengendarai motor dengan sangat aman, karena kecepatannya tidak lebih dari 20 km/jam. Sesekali aku berusaha menyusupkan tanganku ke balik saku jaketnya.
"Geli, Mike! Tangan lo jangan di situ kenapa?" seru Bayu saat tanganku 'nakal' masuk ke saku jaketnya.
"Biarin! Takut jatoh gue."
"Bilang aja lo cari-cari kesempatan!"
"Tau aja lo! Hahahahahahahaha ) Perut lo buncit, enak dipeluk."
"Najis! Ye kira eike cowok apaan?" candanya.
Bayu memang sudah mengetahui orientasi seksualku saat aku pertama kali berkenalan dengannya. Aku memang tidak pernah merahasiakan hal ini dengan siapa pun. Bagiku, menjadi diri sendiri apa adanya lebih baik daripada menjadi munafik dan akhirnya malah menjadi bahan omongan di belakangku.
Bayu tidak risih dengan orientasi seksualku. Dia juga tidak menjaga jarak denganku, bahkan kami sering bercanda seakan-akan kami adalah pasangan kekasih.
Itulah yang membuatku tidak bisa tidak menyukainya. Dia sangat open-minded dan menyenangkan. Segala hal yang ada pada dirinya selalu menarik.
Tidak sampai 15 menit kami sampai di mall yang kami tuju. Kami pun mencari tempat parkir kosong di basement dan naik ke Lantai 3 untuk menemani Bayu merapikan rambutnya, sementara aku cukup merapikan kuku-kuku kakiku.
Sekitar 1 jam kemudian, kami sudah berkeliling area mall mencari barang-barang menarik yang bisa dibeli. Aku menemani Bayu mencari sebuah kado sebagai bagian dari kejutan yang akan diberikan kepada seseorang yang juga aku kenal.
Aku sangat senang saat ini. Menemaninya jalan sudah cukup membuatku merasa seperti sedang berkencan dengannya. Berkali-kali aku menggodanya saat beberapa pasang mata mengamati kami yang terlihat seperti dua orang binan yang sedang dimabuk cinta. Dia juga sempat sengaja merangkulku saat ada seorang cowok berwajah Arab bermain mata denganku.
"Apa-apaan sih lo?! Jadi turun nih pasaran gue! Mana itu cowok ganteng lagi!" omelku dengan perasaan sangat tersipu saat dia merangkulku.
"Biarin! Emang gue pikirin?" jawabnya lalu berlari menjauhiku.
"Dasar, buncit!" teriakku mengejarnya.
Aku berhasil mengejarnya dan melancarkan serangan cubitan maut pada perut buncitnya. Dia hanya meringis kesakitan dan berusaha menyingkirkan tanganku.
"Udah! Udah! Malu tuh diliatin!" cegahnya.
"Lagian! Siapa duluan yang mulai?" omelku sewot.
"Jiah! Kayak gitu aja ngambek. Udah sih! Hahahahahahahaha )
Udah yuk! Yang lain udah nungguin kayaknya di atas."
Aku dan Bayu pun menaiki beberapa eskalator dan menuju sebuah restoran sushi, tempat dimana kami janji bertemu dengan beberapa teman untuk merayakan ulang tahun teman kantorku.
Kami sampai di restoran yang dimaksud. Terlihat sudah ada beberapa temanku menunggu di meja bagian luar restoran tersebut, sementara Bayu bersembunyi entah dimana, dia bermaksud untuk memberikan sebuah kejutan.
Hari ini adalah ulang tahun teman kantorku, Windy, dan beberapa staf kantor diundang jamuan makan malam bersama untuk merayakan pertambahan usianya.
"Halo semuanya!" sapaku pada semua orang yang sudah hadir.
Sepertinya mereka sudah memesan beberapa menu sambil menunggu yang lainnya datang.
Aku pun duduk di seberang Windy dan menyapa temanku yang lainnya. Suasana meja sangat ramai dengan berbagai obrolan seru, para perempuan ini memang tidak pernah kehabisan bahan obrolan saat bersantai seperti saat ini.
Ya, kantorku memang lebih banyak memiliki staf perempuan dibandingkan staf laki-laki, sehingga bagiku yang seorang homoseksual pun tidak canggung untuk berbaur dan menjalin perteman yang dekat dengan mereka.
"Win, cowok lu mana nih? Nggak dateng dia?" tanya Puji, teman kantorku yang menjabat sebagai salah satu nail art trainer di kantor.
"Dia lagi pameran, nggak bisa dateng. Yang dateng si Bagus doang." jawab Windy santai.
Bagus? Dia dateng? - pikirku.
Bagus sendiri adalah adik Windy yang bekerja sebagai mekanik perawatan produk pabrik di sebuah perusahaan mobil produksi luar negeri yang memiliki pabrik perakitan di Indonesia.
Sosok Bagus sebenarnya menarik. Dia cowok dengan senyum khas dan berwajah manis, tetapi tegas. Tulang pipinya tirus dan dia memiliki otot yang cukup terbentuk, mungkin karena pekerjaannya sebagai mekanik.
Aku sempat menyukainya, tetapi karena umurnya yang jauh di bawahku, kira-kira 5 tahun, membuatku lebih memprioritaskan perasaanku pada Bayu.
Tidak lama, aku melihat Bayu menghampiri kami yang sedang duduk sambil membawa kado yang tadi sempat kami beli bersama.
"Happy birthday, baby!" seru Bayu.
Windy pun menoleh dan mendapati Bayu sedang berdiri di belakangnya. Ia tampak terkejut dan langsung berdiri.
Sebuah kecupan dari Bayu mendarat di kening Windy. Aku hanya bisa menahan perasaanku melihat hal itu. Kenyataan bahwa aku menyukai seorang cowok yang merupakan pacar dari rekan kerjaku sendiri membuatku harus selalu bersabar dan menahan perasaanku.
Setahun yang lalu saat aku baru bergabung dengan perusahaan distributor produk kecantikan kuku ini, aku dikenalkan oleh Windy dengan sosok Bayu yang langsung membuatku jatuh hati pada pandangan pertama. Agak sulit memang menahan perasaanku ini, tetapi aku sudah terbiasa mengalami cinta yang seperti ini.
Cintaku memang bertepuk sebelah tangan, tetapi tidak dengan perasaan bahagiaku. Aku bahagia karena mereka memang pasangan yang saling menjaga dan mencintai satu sama lain.
Bayu pun duduk di sebelah Windy. Windy tampak sangat senang menerima kado spesial pemberian Bayu. Aku hanya bisa ikut tersenyum di seberang meja melihat cowok pujaanku dimabuk cinta dengan rekan kerja sekaligus temanku sendiri.
Tidak lama makanan pesanan kami pun datang. Kami menikmati hidangan aneka sushi di hadapan kami. Aku menelan sedikit demi sedikit makanan khas Jepang tersebut sambil berharap semua perasaanku ikut larut bersamaan menuju asam lambung yang siap menghancurkan setiap partikel makanan yang hendak ku cerna.
Hari demi hari berganti. Bulan pun berganti. Perasaanku tetap ada dan hatiku tetap mencintai Bayu. Aku tidak pernah dapat berpaling pada sosok lain, membiarkan diriku mencintai angin yang hanya bisa aku rasakan keberadaannya, tetapi tidak akan pernah dapat aku peluk.
MENCINTAI ANGIN
PING!
Sebuah BBM masuk dari seorang cowok yang sudah lama aku sukai.
Bayu Wandira:
'Mike, ntar jd jalan gak?'
Aku baca isi BBM itu sambil membereskan beberapa barang-barang bawaan yang ingin aku bawa.
☑ 'Jadi. Gue laği siap2 dulu. Lo di mana?'
☑'Gue nanti langsung ke rmh lo ya?'
Perkenalkan, namaku Yohanes Michael Chandra Agusta, panggil saja aku Michael atau Mike. Nama lengkapku memang cukup panjang, sampai-sampai guru SMA-ku mengeluhkan sulitnya menuliskan namaku di ijazah dengan jumlah kata yang banyak dan ejaan yang cukup sulit.
Hari ini rencananya aku akan jalan dengan Bayu Wandira, cowok manis yang sudah setahun ini aku suka. Dia sosok cowok yang menarik. Tingginya 173 cm, berkulit sawo matang, memiliki mata sayu yang teduh, dan agak chubby. Chubby? Ya, pipi dan perutnya terisi lemak, tidak banyak, tapi itu cukup membuat dia terlihat menggemaskan untuk dipeluk. (>̯-̮<)
PING!
Bayu Wandira:
'Gue beresin showroom dulu. Lo jalan aja skrg'
☑ 'Okay (y)'
Bayu harus piket showroom dulu baru dia bisa jalan denganku. Pekerjaannya sebagai marketing mobil terkadang membuat jadwal kerjanya tak menentu. Kadang dia harus pameran, kadang dia juga stand by di showroom. Pernah beberapa kali dia ke luar kota untuk mengurus surat-surat kendaraan kliennya maupun mengurus stok keluar di gudang.
Setelah siap, aku pun mengeluarkan motor matikku dan menyalakannya. Jantung ini berdebar-debar karena ini adalan pertama kalinya aku jalan dengan Bayu. Aku memang tidak berharap dia akan suka padaku, setidaknya menemani dia jalan sudah cukup bagiku. Aku sangat menyukainya, bahkan aku mencintai dia.
Aku memacu motorku menuju rumah Bayu di daerah Tomang, Jakarta Barat. Setelah 1,5 jam perjalanan, motorku berhenti di depan rumahnya. Sebuah rumah sederhana berdinding biru dengan pagar setinggi pinggang orang dewasa. Tampak Mia, adik Bayu, sedang duduk di teras rumah sambil mendengarkan musik di aplikasi smartphone-nya. Mia yang menyadari kedatanganku langsung melepaskan handsfree di telinganya dan berdiri menyapaku.
"Hai, kak. Cari kak Bayu ya?" sapanya sambil membuka pagar rumah.
"Iya. Tadi udah janjian. Bayunya udah sampe belum?" jawabku sambil memarkirkan motorku.
"Udah dari tadi kok. Tuh lagi mandi orangnya. Tungguin aja."
"Iya. Gue tunggu di sini aja."
"Masuk, kak." tawar Mia mempersilahkan aku masuk ke dalam rumah.
"Iya. Thanks ya."
Aku pun masuk ke ruang tamu dan duduk di sofa yang ada. Ini adalah kesekian kalinya aku berkunjung ke rumah Bayu. Aku masih canggung berada di dalam rumah ini, serasa bertamu ke rumah keluarga pacar dan berbagai skenario berputar di dalam kepalaku.
Aku selalu canggung jika harus mengobrol dengan keluarga Bayu, terlebih dengan ibunya yang selalu bertemu denganku jika aku sedang bertamu ke rumah ini. Bahan obrolan aku, Mia, dan ibunya memang sama, kami sama-sama penggemar selebritis Korea, tapi perasaanku pada Bayu membuatku gugup saat mengobrol dengan Mia dan ibunya.
Dari obrolan kami sebelumnya, ibunya Bayu menyukai Lee Min Ho. Ada banyak sekali koleksi VCD maupun DVD serial dan film Korea. Mia sendiri (sangat) tergila-gila pada Super Junior dan malah menganggap Dong Hae sebagai calon pacarnya. Aku saja yang penggemar EXO tidak pernah sampai berpikiran bahwa Kai adalan calon pacarku, sekalipun dia sangat tampan dan memiliki kemampuan dancing yang sangat memukau. (ʃ⌣̀_⌣́!ƪ)
Aku sudah menunggu sekitar 15 menit dan menghabiskan segelas sirup yang disuguhkan oleh Mia saat Bayu akhirnya menghampiriku di ruang tamu dengan wajah yang sangat tampan dan badan berbalut aroma black wood, parfum favoritnya. Aku sempat tertegun melihat penampilannya dengan kaos printing hasil desainnya sendiri dan celana denim hitam yang membuat pahanya tampak sangat padat berisi. Darahku berdesir melihat sosok pangeran di hadapanku.
"Kenapa lo, Mike? Bengong-bengong gitu liat gue?" tanya Bayu menyadarkan diriku.
"Nggak kenapa-kenapa. Tadi kayaknya ada sisa masker di muka lo."
"Sok tau lo. Tadi gue nggak sempet maskeran. Cuma luluran aja." ujarnya sambil memamerkan senyum manisnya.
"Pantesan lama! Lo nggak liat nih gue sampe kehausan nungguin lo mandi?" balasku dengan nada jengkel yang dibuat-buat.
Kami pun berpamitan pada Mia. Aku membonceng motor dengan Bayu karena dia tidak membawa motornya. Motornya sedang di-repair di bengkel dan dia memintaku untuk berboncengan dengan motorku. Bayu yang mengendarainya, sementara aku cukup duduk manis di jok penumpang sambil berharap bisa memeluk dia saat di jalan. (ʃƪ ˘з˘) ♥
Kami berencana jalan ke Central Park yang memang tidak jauh dari rumah Bayu. Dia mengendarai motor dengan sangat aman, karena kecepatannya tidak lebih dari 20 km/jam. Sesekali aku berusaha menyusupkan tanganku ke balik saku jaketnya.
"Geli, Mike! Tangan lo jangan di situ kenapa?" seru Bayu saat tanganku 'nakal' masuk ke saku jaketnya.
"Biarin! Takut jatoh gue."
"Bilang aja lo cari-cari kesempatan!"
"Tau aja lo! Hahahahahahahaha ) Perut lo buncit, enak dipeluk."
"Najis! Ye kira eike cowok apaan?" candanya.
Bayu memang sudah mengetahui orientasi seksualku saat aku pertama kali berkenalan dengannya. Aku memang tidak pernah merahasiakan hal ini dengan siapa pun. Bagiku, menjadi diri sendiri apa adanya lebih baik daripada menjadi munafik dan akhirnya malah menjadi bahan omongan di belakangku.
Bayu tidak risih dengan orientasi seksualku. Dia juga tidak menjaga jarak denganku, bahkan kami sering bercanda seakan-akan kami adalah pasangan kekasih.
Itulah yang membuatku tidak bisa tidak menyukainya. Dia sangat open-minded dan menyenangkan. Segala hal yang ada pada dirinya selalu menarik.
Tidak sampai 15 menit kami sampai di mall yang kami tuju. Kami pun mencari tempat parkir kosong di basement dan naik ke Lantai 3 untuk menemani Bayu merapikan rambutnya, sementara aku cukup merapikan kuku-kuku kakiku.
Sekitar 1 jam kemudian, kami sudah berkeliling area mall mencari barang-barang menarik yang bisa dibeli. Aku menemani Bayu mencari sebuah kado sebagai bagian dari kejutan yang akan diberikan kepada seseorang yang juga aku kenal.
Aku sangat senang saat ini. Menemaninya jalan sudah cukup membuatku merasa seperti sedang berkencan dengannya. Berkali-kali aku menggodanya saat beberapa pasang mata mengamati kami yang terlihat seperti dua orang binan yang sedang dimabuk cinta. Dia juga sempat sengaja merangkulku saat ada seorang cowok berwajah Arab bermain mata denganku.
"Apa-apaan sih lo?! Jadi turun nih pasaran gue! Mana itu cowok ganteng lagi!" omelku dengan perasaan sangat tersipu saat dia merangkulku.
"Biarin! Emang gue pikirin?" jawabnya lalu berlari menjauhiku.
"Dasar, buncit!" teriakku mengejarnya.
Aku berhasil mengejarnya dan melancarkan serangan cubitan maut pada perut buncitnya. Dia hanya meringis kesakitan dan berusaha menyingkirkan tanganku.
"Udah! Udah! Malu tuh diliatin!" cegahnya.
"Lagian! Siapa duluan yang mulai?" omelku sewot.
"Jiah! Kayak gitu aja ngambek. Udah sih! Hahahahahahahaha )
Udah yuk! Yang lain udah nungguin kayaknya di atas."
Aku dan Bayu pun menaiki beberapa eskalator dan menuju sebuah restoran sushi, tempat dimana kami janji bertemu dengan beberapa teman untuk merayakan ulang tahun teman kantorku.
Kami sampai di restoran yang dimaksud. Terlihat sudah ada beberapa temanku menunggu di meja bagian luar restoran tersebut, sementara Bayu bersembunyi entah dimana, dia bermaksud untuk memberikan sebuah kejutan.
Hari ini adalah ulang tahun teman kantorku, Windy, dan beberapa staf kantor diundang jamuan makan malam bersama untuk merayakan pertambahan usianya.
"Halo semuanya!" sapaku pada semua orang yang sudah hadir.
Sepertinya mereka sudah memesan beberapa menu sambil menunggu yang lainnya datang.
Aku pun duduk di seberang Windy dan menyapa temanku yang lainnya. Suasana meja sangat ramai dengan berbagai obrolan seru, para perempuan ini memang tidak pernah kehabisan bahan obrolan saat bersantai seperti saat ini.
Ya, kantorku memang lebih banyak memiliki staf perempuan dibandingkan staf laki-laki, sehingga bagiku yang seorang homoseksual pun tidak canggung untuk berbaur dan menjalin perteman yang dekat dengan mereka.
"Win, cowok lu mana nih? Nggak dateng dia?" tanya Puji, teman kantorku yang menjabat sebagai salah satu nail art trainer di kantor.
"Dia lagi pameran, nggak bisa dateng. Yang dateng si Bagus doang." jawab Windy santai.
Bagus? Dia dateng? - pikirku.
Bagus sendiri adalah adik Windy yang bekerja sebagai mekanik perawatan produk pabrik di sebuah perusahaan mobil produksi luar negeri yang memiliki pabrik perakitan di Indonesia.
Sosok Bagus sebenarnya menarik. Dia cowok dengan senyum khas dan berwajah manis, tetapi tegas. Tulang pipinya tirus dan dia memiliki otot yang cukup terbentuk, mungkin karena pekerjaannya sebagai mekanik.
Aku sempat menyukainya, tetapi karena umurnya yang jauh di bawahku, kira-kira 5 tahun, membuatku lebih memprioritaskan perasaanku pada Bayu.
Tidak lama, aku melihat Bayu menghampiri kami yang sedang duduk sambil membawa kado yang tadi sempat kami beli bersama.
"Happy birthday, baby!" seru Bayu.
Windy pun menoleh dan mendapati Bayu sedang berdiri di belakangnya. Ia tampak terkejut dan langsung berdiri.
Sebuah kecupan dari Bayu mendarat di kening Windy. Aku hanya bisa menahan perasaanku melihat hal itu. Kenyataan bahwa aku menyukai seorang cowok yang merupakan pacar dari rekan kerjaku sendiri membuatku harus selalu bersabar dan menahan perasaanku.
Setahun yang lalu saat aku baru bergabung dengan perusahaan distributor produk kecantikan kuku ini, aku dikenalkan oleh Windy dengan sosok Bayu yang langsung membuatku jatuh hati pada pandangan pertama. Agak sulit memang menahan perasaanku ini, tetapi aku sudah terbiasa mengalami cinta yang seperti ini.
Cintaku memang bertepuk sebelah tangan, tetapi tidak dengan perasaan bahagiaku. Aku bahagia karena mereka memang pasangan yang saling menjaga dan mencintai satu sama lain.
Bayu pun duduk di sebelah Windy. Windy tampak sangat senang menerima kado spesial pemberian Bayu. Aku hanya bisa ikut tersenyum di seberang meja melihat cowok pujaanku dimabuk cinta dengan rekan kerja sekaligus temanku sendiri.
Tidak lama makanan pesanan kami pun datang. Kami menikmati hidangan aneka sushi di hadapan kami. Aku menelan sedikit demi sedikit makanan khas Jepang tersebut sambil berharap semua perasaanku ikut larut bersamaan menuju asam lambung yang siap menghancurkan setiap partikel makanan yang hendak ku cerna.
Hari demi hari berganti. Bulan pun berganti. Perasaanku tetap ada dan hatiku tetap mencintai Bayu. Aku tidak pernah dapat berpaling pada sosok lain, membiarkan diriku mencintai angin yang hanya bisa aku rasakan keberadaannya, tetapi tidak akan pernah dapat aku peluk.
Mike bilang kalau dia gak mau jadi munafikkan? Tapi saat aku baca diakhir-akhir part, aku rasa Mike terlewat munafik (maaf), aku bisa lihat dari monolog dia tentang Bayu dan Windy, tentang perasaan dia yang merasa bahagia melihat keduanya, tapi disisi lain Mike berharap Bayu jadi pacarnya. Ya ya,,,
soal gay bahasa kamu, banyak yang janggal sih. Tapi ini yg menurutku paling ganjal (cob baca lagi)
Kami pun berpamitan pada Mia. AKU MEMBONCENG MOTOR DENGAN BAYU KARENA DIA TIDAK MEMBAWA MOTORNYA. Motornya sedang di- repair di bengkel dan DIA MEMINTAKU UNTUK BERBONCENGAN DENGAN MOTORKU. Bayu yang mengendarainya, sementara aku cukup duduk manis di jok penumpang sambil berharap bisa memeluk dia saat di jalan.
Mungkin bisa kamu ganti dengan yang lebih baik, (aku ada saran sih), tapi kamu kayaknya bisa.
Lanjutttkann... I like it.
:-D Kayak yg udah gue jelasin sebelumnya sih. Idenya ngalir gitu aja, pas gue coba baca lagi emang banyak bagian yg nggak jelas. Berhubung gue juga nulisnya pake HP, jd rada males rapiinnya
By d'way thanks atas sarannya. Cerita berikutnya gue usahakan lebih baik.
Sipppp.... Ceritamu masuk dalam listku koq.. Hehe
Hehehehe :-D Just kidding.