It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kwkwkwkk. Siaap..
Trus klo banyak suami oriandri gitu yaah. Hehehe.
Siaapp.
Iyaaa dek Adam. Siaap.
Kwkwkwk. Metong dong.
Yang tegang mana nih. Bawah juga doong. Hehehe.
Kwkwkwkk. Galau poreper.
Cinih cinih dipeluk. *ama gedebok pisang* hahahaa
Setujuu masss.
Mungkin kali yah mass. Coba kita pantengin aja yahh.
Peklaaah. japuik diih.
Muuph mbak rambut rapunzel. Hehehe.
Hihihii. Seneng nembak2 nih simasse. Ati2 ngecrot loh mas.
Yuuk, ikut abang ke bioskop.
Uhh, samaa..
Akhirnyaa. Kesian juga kelamaan. hahaha.
Gpp dek el. Buat adek, apa siih yang bisa bikin aku marah. Kwkwwkk.
Karena ditembak gitu yah mas. Dor. Hehehe.
Ga dapet2 dulangannya yah mas. Karena angin.
Yuuk kita intip.
Siaap mass. Thx udah mampir.
Ondeeh, siko wak tampuang da, aie matonyo aa.
mari kita simak terus dek LY.
Sebelum fajar menyingsing. udah harus jadi perahunya.
Maacih mas poll. Mmuachh.. *kecupkenyotsedot*
Aawww. Yakin mau mas, burung kertas doang looh. Bisa jadi tumpukan kertas bekas ntar. Kwkwwkk.
Hayuuukk. Nanti peluk uda yah di motornya.
*kwkwkwk, siap2 ditimpuk pipi*
Itu juga yang mau kita tunggu Bang.
Siap mas. Thx udah mampir.
Samaaa..
Kwkwkwkk. Yg penting peluru keluar dulu ya mass.
Itulah Daa. Ndak dapek di aka lai doohh.
Derita gadih Minang dirantau. Kwkwkwk.
Sama maass. Saya juga pengen tauu.
Aaww, jadi bengkak nih mass. Tanggung jawab..
Siaapp.
Bacanya jangan sambil tiduran mas, dadanya jd ketekan lantai. Kwkwkwk.
BUANYAAKK mass yang bagus2. Beneraan. Klo mau cari yang udah tamat, ada di sticky di halaman depan mass tritnya.
Klo yang lagi berjalan, diubek2 aja maas. Dijamin puas puooll.
Begitulah. Problema muda-mudi masa kini.
Iya, dikiiit.
Masuk salah satu kriteria ga aku.. Kikikikk.
Makasih ya deek. udah mampir. Iya niih, masih perlu belajar banyak untuk cara penulisan yang baik dan benar. Huhuhuu.
Siaapp.
Siaap mas. Thx udah mampir.
Siaap mass.
Siap laksanakan Pak!
Siap mas. Nanti aku bantu benerin hatinya, yang masih keacak biar tersusun rapi lagi.
Siap bos. Thx udah mampir yah.
begitulah mas. Sesuai banget.
Iya ggp mas anju. Ini memang jalan tembus, silakan lewat.
@4ndh0
@aicasukakonde
@andre_patiatama
@awangaytop
@adam08
@arie_irawan
@anakjakarta
@ackbar204
@alex92
@arif_jogja
@Anju_V
@bayuwardana51
@bintang96
@bi_ngung
@boljugg
@bintang96
@boyskyez
@bdi
@bonyapolo
@bagasamanah98
@Bernardbrown
@calvinmoldova
@egosantoso
@chibipmahu
@Dakon_bek
@DavidLiu
@dota
@dr_gonzo
@dhika_smg
@darkrealm
@dundileo
@dewaa91
@dhit91
@dudung
@denden86
@Different
@dennis_nino
@diditwahyudicom1
@edwinjoej
@erickhidayat
@el_crush
@Fantasia40
@funky_emelje
@Fad31
@gabriel_valiant
@greenbubles
@gilangrama
@gulali
@hwankyung69
@hades3004
@hakenun
@hikaru
@ian_sunan
@irfan832
@jonatjco
@joenior68
@Kim leonard
@kresna_wijaya
@Klanting801
@luhan
@lameless
@MikeAurellio
@masdabudd
@mamomento
@naeltop
@orangemonkey
@peacock
@pollux
@patric
@pokemon
@rain407
@rezadrians
@rigil
@radit_rad1t
@rezka15
@rajatega
@romeoborneo
@Rizal_acank
@sadayana
@seno
@sandy.buruan
@sinjai
@sky_borriello
@Syeoull
@sasukechan
@trace_tri
@Tsu_no_YanYan
@the_angel_of_hell
@ularuskasurius
@unlucky
@vasto_cielo
@wyatb
@yuzz
@zhedix
@zhar12
Aku ga tau dorongan apa yang membuatku melakukan tindakan senekat ini.
Bisa jadi karena momennya memang pas, hanya Kami berdua dan alam. Dan aku terbawa suasana.
Atau juga karena ini adalah kesempatan terakhirku untuk menunjukkan perhatian ke Tian, karena besok aku sudah berangkat ke Jakarta.
Yang kurasakan, ada dorongan kuat untuk memberikannya sekarang.
“Apa itu Da”, tanya Tian heran.
Aku keluarkan untaian yang bergelung itu satu persatu. Terjuntai ke bawah. Tampak berputar-putar seolah burung yang sedang menari.
“Apa itu Da..?”, ulang Tian sekali lagi.
Mukanya kebingungan dengan apa yang tampak di depannya. Berkali-kali kepalanya menengok agak dekat, kemudian menjauh lagi.
“Ini namanya origami Yan..”, jawabku sambil memutar-mutar rangkaian origami di tangan.
Terdengar bunyi kertas-kertas beradu tertiup angin.
Tian tampak mendekat ke arah untaian, melihat dengan penuh selidik.
“Kayak burung gitu ya Da?”, tanya Tian.
“Iya.. Pegang aja”. Aku mendekatkan beberapa untaian ke arah dia.
“Banyak ya Da..”
Tian tampak memutari untaian origami yang kupegang, sambil sesekali memainkan burung-burung kertas itu.
“Ada seribu semuanya Yan..”
“Waah.. Banyak sekali Da.. Buat apa itu Da..?”, Tian mengangkat mukanya dan menengok ke arahku.
“Ini perlambang Yan. Harapan. Jadi dengan seribu origami ini, loe bisa meminta satu pengharapan. Nanti seribu origami ini akan terbang dan menyampaikan permintaan loe ke sana”, aku menunjuk ke langit.
Tian nampak bingung dengan penjelasanku.
“Tapi gimana caranya dia terbang Da? Kan dari kertas”
Aku tersenyum mendengar keluguannya.
“Dia akan terbang dengan harapan yang loe berikan. Makanya sekarang coba, kira-kira loe punya harapan apa dalam hidup Yan”
“Apa yah.. Saya ga punya harapan apa-apa Da..”, jawab Tian dengan pelan.
“Masa loe ga punya harapan sih?”, tanyaku.
“Pengen kaya misalnya.
Atau pengen dapat kerjaan baru, yang lebih keren”, aku menjelaskan apa-apa aja harapan yang ada.
“Saya ga ada Da..”, Tian menjawab lirih.
“Ya udah, atau gw aja yang ngewakilin ngucapinnya. Tenang aja, gw akan minta yang baik-baik buat loe. Hehehe”, ucapku sedikit berkelakar.
“Saya ga punya Da.. Ga ada harapan”
Wajahnya tampak kembali murung.
“Yan..”, aku memanggil halus.
“Loe ga suka yah.. Maaf yah, soalnya gw ga tau mo ngasih apa..”, ujarku sambil berusaha menatap lurus ke matanya.
“Ga papa Da.. Makasih yah..”, jawab Tian memalingkan wajahnya dari pandanganku.
Dia kemudian melangkah pelan, menjauhiku.
Kembali duduk di tepi bukit. Memangku tangan diatas lututnya yang ditekuk.
Menatap lautan lampu berkerlap-kerlip di bawah sana.
Meninggalkanku yang masih mematung dengan untaian origami di tangan.
Suasananya menjadi aneh.
Ini bukan reaksi seperti yang kubayangkan. Seperti bukan Tian yang kukenal.
Sungguh aku ga paham gimana perasaanku, apalagi perasaan dia.
Rasanya sungguh sia-sia apa yang kukerjakan selama dua bulan ini.
Setelah menunggu beberapa saat tidak ada reaksi, dengan pelan kulipat untaian origami itu.
Menyusunnya kembali ke dalam toples.
“Berapa lama Da in buatnya”, terdengar samar-samar suara Tian. Tanpa menoleh ke arahku.
“Hehehe, ga lama kok Yan”, ucapku.
“Berapa lama..??”, tanya dia lagi. Kali ini dengan suara lebih tegas.
“58 hari Yan”, jawabku akhirnya.
“Kenapa Da..”
“Kenapa gimana ?”, tanyaku balik.
“Kenapa Dain bikin..?”
“Yaa, gw pengen ngasih loe sesuatu Yan.. Karena loe kan seumur hidup belum pernah dikasih kado ulang tahun”
“Iya, tapi kenapa Da..”
Aku ga tau harus jawab apa. Hanya bisa diam mematung.
“KENAPA..?”, ulangnya lagi dengan keras.
“Gw.. Gw.. juga ga tau Yan.. Gw cuman pengen bikin loe bahagia. Ga sedih lagi”, ucapku terbata-bata. Sungguh sikapnya sekarang ini membuatku bingung.
“Tapi saya sudah bilang kan Da..
Saya sudah terbiasa ga bahagia.
Udah biasa Da..”, pandangannya mengarah lurus pada kerlip lampu dari pemukiman di bawah bukit.
“Iya Yan.. Loe dah pernah bilang”
Aku tetap mematung mendengar semua penjelasannya. Sungguh perasaanku ga nyaman dengan sikap dingin dia yang sekarang ini.
“Dari kecil saya terbiasa kayak gini Da..
Saudara-saudara saya ga ada yang perhatian sama saya..
Teman-teman saya juga”, Tian kembali melanjutkan penjelasannya.
Kemudian dia diam sebentar.
“Cuma Dain yang perhatian sama Saya..
Dari antar saya ke pabrik.
Ingatkan saya kalau telat makan”
Tian kembali terdiam sebentar.
“Cuma Dain..”, ucapnya dengan lirih.
Kulihat bahunya bergerak pelan naik turun.
Dengan refleks aku menghampirinya.
“Yan.., kamu ga papa kan?”, tanyaku sambil memegang bahunya dari belakang.
Dan bahu itupun bergetar.
Selanjutnya runtuh semua pertahanan kokoh yang selama ini telah kubangun.
Dinding keangkuhan.
Keegoisan.
Semuanya porak-poranda melihat apa yang ada di depanku.
Tanpa pikir panjang lagi aku duduk dan memeluk dia erat dari belakang.
Terasa badannya hangat dalam pelukanku.
“Kenapa Da in begitu baik sama saya..
Sedang saya tidak bisa balas apa-apa Da..”, ucapnya masih dalam pelukanku.
Aku hanya bisa diam dan berusaha untuk tetap memeluknya.
“Saya takut Da..”, ucapnya sambil menyurukkan muka pada kedua lengannya yang terlipat di atas lutut.
“Saya takut..”, ulangnya lagi.
Aku sebenarnya ingin mengetahui lebih lanjut apa yang dia takutkan. Tapi aku ga tega dengan kondisi dia sekarang.
“Udah-udah gapapa Yan..”, aku berusaha menenangkan.
“Ga usah mikir macam-macam dulu”, lanjutku lagi.
Dan perlahan terasa cairan hangat mengaliri. Jatuh dari wajahnya yang tertelungkup, menetes pada kulit lenganku.
Mataku pun mulai berkabut.
Dengan sekuat tenaga kutahan.
Selanjutnya Kami hanya diam.
Sesekali kuusap-usap punggung tangannya, menenangkan.
Setelah Tian agak tenang, aku duduk di sebelahnya.
Kami pun menatap indahnya Bandung di malam hari dari atas bukit.
Menikmati suasana malam tak terucap.
Gugusan bintang-bintang, langit kelam, semuanya ikut terdiam. Mematung menyaksikan pergelutan dua insan manusia.
Udara malam kian dingin menusuk, seiring dengan malam yang kian larut.
Namun perasaanku terasa hangat.
Ada debar-debar aneh, yang kali ini kubiarkan merayap naik.
Sesekali kulirik Tian.
Tangannya bersedekap kedinginan.
Wajahnya..
Aahh, wajahnya.
Walau samar dalam kegelapan. Aku bisa merasakan murung itu terangkat naik. Namun wajahnya masih menunjukkan kebingungan.
Aku berpikir dia mempunyai sejuta tanya yang hendak dilontarkan. Namun tak ada satupun yang keluar. Akupun tak ingin mendesaknya. Pada saatnya nanti dia mungkin akan bertanya juga, di saat itulah aku akan membantu untuk menjelaskannya.
“Da..”, panggil Tian.
“Kita balik jam berapa?”
“Ayok Yan, kita balik sekarang”, ajakku.
Tak terasa kami sudah tiga jam berada di sana.
Dan Kami pun menuruni kawasan Puncrut yang dingin, serta menuju ke parkiran motor.
Sebelum berangkat, kutarik lengannya yang memegang belakang motor, dan meletakkannya di pinggangku.
Selanjutnya melaju meninggalkan kawasan Bandung utara.
Pelukan eratnya sudah kembali seperti dulu.
Perasaan hangat kembali menjalar naik ke atas tubuhku.
Sesampainya di kosan, kulirik jam, sudah setengah dua dini hari.
Tian tampak terkantuk-kantuk menuju kasur.
Tak lama dia pun tertidur.
Kutarik selimut hingga sepantaran bahunya. Membiarkannya hangat dan nyaman disana.
Pelan-pelan kuambil gitar, dan menuju lantai atas, yang terhubung dengan atap kosan.
Dengan sedikit kedinginan, kupetik gitar pelan.
Bersama iringan udara malam, ku titipkan rasa ini pada rembulan di atas sana. Meskipun berbeda, tapi ku yakin dia kan mengerti.
TETAPLAH BERSAMAKU
kau hadir disaat hati lelah
letih dengan semua penantian
kau datang berikanku penawar
dari dahaga yang selama ini kurasa
##
kau sembuhkan luka di hati ini
dengan balutan kasih tulusmu
kau nutrisi bagi jiwa rapuhku
denganmu kini hidup kembali berwarna
Reff :
jangan pernah lagi tinggalkan aku
tetaplah disini kau bersamaku
arungi samudra gelombang hidup
berbagi kisah kita selalu
tetaplah disini bersamaku
tetaplah kau disini bersamaku
arungi samudra gelombang hidup
kuingin engkau selalu disini
berbagi berjalan hidup denganmu
Back To :
##
tetaplah disini bersamaku
Ku ingin engkau selalu disini
*mbrambangi*
Rona bahagiamu jadi canduku
Gundah-gulanamu risauku
Aura redupmu hampaku
Jauh-menjauh takbisa menjauh
Aku datang kepadamu jua
Bawa sejuta harapan tuk kau sesap
Ceriakan hari demi harimu
Cinta datang tanpa diminta
Isi sanubari insan di dunia
Rasa bintang-gemintang sesaki dada
Berharap kepada sang waktu akan jawabnya
Oleh Adam08
jreng.. baru nyadar, bisa juga ya arahnya kesana.
wah gawat nih, Uda menyelipkan pornografi tersembunyi di dalam cerita ini. awas lho dicekal.. hihi..
..atau mas @dundileo nya yg kebangetan. haha..
"Iya Yan.. hasil nyunat anak orang selama 58 hari.."
@dundileo
Koplakk wkwkwkwkwk
Yah dain, akward banget ya..
Ketika seseorang ingin dan seharusnya bisa menerima, tetapi keadaan yg membuatnya ga bisa nerima.. #apasih