It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Bikin pusing ya heheheee
zenknight: aa
zenknight: test a
aku berkedip-kedip melihat layar monitor, untuk memastikan aku ga salah liat
eh itu beneran si zen yang ke message aku?
lum ada pesan lagi dari zenknight
aku diem
bingung mau jawab apa
mau nulis apa
ah, sapa tahu temennya yang make
tapi dia manggil aku aa
ini mah pasti zen asli
tapi aku harus bales apa yah?
apa langsung aku omeli ya?
tapi siapa aku, bukannya dia udah ga mau lagi kenal sama aku
aku diem kayak orang bengong beberapa lama
kutulis di pesan chat
wizardnyentrik: woi, dicariin mamah kamu tuh
duh, apa aku tulis yang lain yah
aku hapus pesannya
lalu aku menulis lagi yang lain
wizardnyentrik: kamu dimana zen?
duh kok kerasanya juga ngga pas
ya udah kuhapus lagi
akhirnya kuketik satu kata saja
wizardnyentrik: ya?
enter
Akhirnya balasan yang kutunggu pun datang
zenfighter: wizard geli ah
aku berusaha tenang, lalu kujawab
wizardnyentrik: iaa geli
wizardnyentrik: trus, mau apa?
zenfighter: ....
si zen tidak membalas lagi cukup lama
ya udah aku pun menulis
wizardnyentrik: ok dah, mau MVP dulu, bye
zen pun membalas lagi
zenfighter: eh
zenfighter: gimana di rumah?
wizardnyentrik: biasa
zenfighter: ooh, mama gpp?
wizardnyentrik: kok tanya aku? kamu kan anaknya, ya lebih tahu kamu lah
jawabku pura-pura ga tahu apa-apa
zenfighter: klo aa gimana?
wizardnyentrik: pusing
zenfighter: knapa tah a?
wizardnyentrik: gara-gara anak kecil
jawabku
zenfighter: hehehe
zenfighter: aa dimana?
wizardnyentrik: biasa
zenfighter: di gamencenter xxxx yah a?
wizardnyentrik: kamu dimana?
akhirnya keluar juga pertanyan itu
zenfighter: meteor a
wizardnyentrik: owh
kemudian kami berdua sama-sama diam
zenfighter: aa mau kesini? lanjut zen
wizardnyentrik: beneran mau ketemu aa?
zenfighter: hehehe
wizardnyentrik: trus klo aa dah kesitu mau ngapain
zenfighter: ga tau a, serah aa itu mah
wizardnyentrik: dasar
wizardnyentrik: jangan kemana-mana. 5 menit sampe
ketikku di pesan chat
Segera kuparkir mobilku, lalu masuk ke dalam warnet. Klo tadi aku ke mas operator dulu nanya zen ada apa ngga, skarang aku langsung slonong boy aja masuk sambil ngeliatin penghuni masing-masing kompi
Akhirnya, makhluk yang kucari kutemukan
Dia ada di kursi kedua di ruang ujung sebelah kanan gamecenter
Seperti biasa dia asik dengan gamenya sehingga tidak menyadari kehadiranku dibelakangnya
Kulihat sosok zen sekarang. Dia masih mengenakan celana sma, walau pake kaos biasa.
Entah kenapa hatiku jadi tenaang saat ngelihat dia
aku mengehela napas panjang lalu kutepuk pundak dia
zen pun menoleh
dia melihatku sambil diiringi senyum khasnya
'wah cepet amat a' tanyanya
'ialah pake mobil' kataku
Aku tatap zen. Kuliat wajahnya kucel. Dia pun terlihat lebih kurus dari yang biasanya. Kaosnya pun terlihat lusuh dan kotor. Mungkin dia tidak ganti pakaian beberapa hari ini.
Aku menghela napas panjang
'udah makan?' tanyaku
'mmm a, anu belum a' kata zen pelan seperti menggugam
'yu' kataku
'eh, kemana a?'
'katanya lum makan, yu makan'
'tapi ini billingnya bagus, dia lagi kluar bentar tadi, dia lum bayar' kata zen
'kubayar' kataku
aku pun ke mas operator untuk membayar billingnya
memang jaman itu ada dua macam billing.
Klo paket bayar didepan jadi dapat sekian menit, tapi minimal 3 jam. Klo free pakai dulu baru bayar.
Nah setelah aku bayar billingnya, aku pun berseru ke zen
'yu' kataku
'ya a' kata si zen sambil mengikutiku ke mobil
'kamu bau bener' omelku ke zen saat dia udah duduk di mobil
'hehehe, jarang mandi a' jawab dia
untung aku bawa kaos ganti saat itu. aku simpen di jok mobil.
kuambil kaos itu, lalu kuserahkan ke zen, seraya menstarter mobil.
'pake' kataku sembari atret mobil kluar parkiran
'ga usah a, ribet'
'pakek! kamu bau!' omelku sedikit keras.
zen pun menurut.
sambil mobilku melaju menuju gedung sate, dia ganti kaosnya dengan kaosku
Selesai sholat kamipun melanjutkan perjalan lagi.
Sepanjang jalan kami cenderung diem. Aku anya mendengarkan musik dari radio dan tidak tanya apa-apa ke zen.
Zennya sendiri pun juga diem, sambil sesekali bernyanyi kecil mengikuti lagu di radio.
'mau makan dimana ini teh a?' tanya zen
'kesukaan kamu' jawabku
'kemana tah?' tanyanya lagi
'liat aja tar'
zen pun diem tidak bertanya lagi
Setelah tembus lewat jalan pramuka, kami pun sampai juga di tenda-tenda cilaki. Kuparkir mobilku dideket road cafe.
'yu zen' ajakku
zen pun kluar dari mobil, dan ikut masuk aku ke tenda road cafe
Road cafe ini dikenbal dengan steaknya yang murah meriah tapi tetep berkulitas dan enak
Aku tahu si zen favoritnya itu steak. Dia pernah ngomong beberapa kali ke aku, namun baru kali ini aku mengajak dia makan bareng steak.
Dua steak black pepper, satu spagheti bolognaise, dua es markisa. Itu adalah pesananku saat itu.
'Spagheti buat sapa a?' tanya zen waktu itu
'Buat kamu' jawabku
'lah kan zen udah steak' jawabnya
'udah makan aja ribut, kamu laper kan?' omelku
'hehehe ia a ia'
Aku tahu pasti zen pasti kekurangan makan beberapa hari ini, oleh karena itulah aku memesan ekstra buat dia.
Dia makan dengan lahap sekali, sampai aku tertawa melihatnya. Seperti puma yang tidak makan berminggu-minggu
Ga butuh waktu lama buat steak dan spagheti itu untuk ludes. Pdahal punyaku sendiri belum habis.
Dan aku terpaksa memesan segelas es markisa lagi karena kebiasaan jelek zen itu menghabiskan minumannya dulu saat makanannya belum habis. Sehingga pas makannya sudah habis dia kebingungan karena tengorokannya seret
Dasar si zen ga brubah
Kami begitu menikmati acara makan bareng ini berdua. Saat kami selesai makan saat itu sudah jam setengah delapanan malam.
Selama dia makan akupun tidak menyinggung masalah apapun. Kubiarkan dia menikmati makannya dengan tenang.
Dan memang setelah zen abis makan wajahnya lebih berseri-seri, tidak kusam seperti sebelumnya
Lanjut a..
cilaki, di tempat yang sepi aku ajak dia duduk.
Aku duduk ditrotoar dengan dia di sampingku
kami duduk-duduk saja saat itu cukup lama tanpa berbicara apa-apa, sambil menikmati keheningan malam.
Raut muka zen saat itu sudah kelihatan segar, walaupun terlihat dimukanya kalau dia sedang memikirkan
sesuatu. Dia tidak pucat lagi seperti tadi saat masih di gamecenter, yah memang bener sepertinya dia kurang makan.
Lalu akupun mulai membuka omongan
'kemana zen kamu seminggu teh' tanyaku datar
zen diam tidak menjawab
'kamu kenapa zen semingguan ini?' tanyaku lagi mengulangi
'ga tahu juga a' jawab zen pelan
'zen bingung ngapain aja kmaren itu' jawab dia
'gara-gara berantem sama mamah waktu itu ya?'
zen mengangguk-anguk
'zen udah cape a, capeee ati pisan. Rasanya teh bingung hidup teh buat apaan si a' sambung dia lagi
'kok gitu?' tanyaku
'ya zen bingung a, bingung harus gimana'
'semua yang zen lakuin teh salah. mau niat sekolah salah, ga sekolah juga salah, zen ga tau harus ngapain..'
'mamah teh hayangna nuntut dan nuntut we terus, ga pernah ngehargain yang zen lakuin, zen jadi males a, buat apa usaha klo digituin terus' kata zen
'aa kan tahu lah mamah gimana. aa lihat sendiri kan' kata zen sedikit emosi
aku mendengarkan curhat zen dengan serius
lalu aku pun ngomong
'ai papa gimana? ga coba ngomong sama dia? sapa tahu bisa bantu' tanyaku pelan
'hah? babeh? dia tuh bukan babeh zen a'
'ga jelas dia tuh pernah apa mikirin zen apa ngga. Ga perna ngomong apa-apa ke zen, bela dikit kek, muji kek, atau apa keklah ga pernah. 'Hanya diem dan diem we trus'
'Kata zen malah mungkin dia sekarang seneng kalau zen ga pulang' kata zen dengan suara sedikit bergetar'
'hush, ga bole ngomong gitu' tegurku
'tapi beneran kok a, dari dulu pertama kenal sampai sekarang, hampir ga pernah ngobrol sama dia'
'zen aja sekarang ga tau yang bayarin sekolah zen tuh mamah atau dia' kata zen dengan bergetar
'ga ngerti lah gunanya bokap kayak gitu ke zen' kata zen dengan emosi
'Hei!' tegurku dengan sedikit keras
'Ga boleh kayak gitu ke orang tua' kataku lagi
'Sekarang kan kamu ga tau kejadian aslinya gimana, ya udah ga usah berpikiran jelek dulu' kataku lagi
zen terdiam lalu melanjutkan curhatnya
'ia a ia' kata dia sambil mengangguk-angguk
'kmaren-kmaren itu zen udah capek a, capee bener, zen ingin pergi lah entah kemana. Jujur kmaren emang zen
nilai jelek.'
'Tapi kan itu gara-gara mamah juga, ga pantes lah dia bilang zen anak yang ga guna, mun misalnya emang ga guna kan gara-gara dia juga yang ga bisa mendidik zen, ya kan a?'
'Trus masak sih sampai ngata-ngatain kayak kemaren a? ga perlu kan a?' kata zen berapi-api.
'makanya a, zen kmaren ga mau pulang a'
'zen kmaren tuh bener udah ga kepengen ketemu mereka lagi'
'klo misalnya zen ada duit, zen udah pergi dah entah kemana' kata zen sambil menerawang.
'trus kamu kmaren pergi kemana?' tanyaku
'kemana mana a' jawabnya
'zen pindah-pindah nginep di rumah temen' kata dia
'ga ke bagus? tanyaku
'ia terakhir di dia'
'owh'
kami berdua lalu terdiam
'trus kamu sekarang maunya gimana?' tanyaku
'ga tahu a' jawabnya
'aku ga tahu apakah aku masih diterima kayak dulu lagi jika pulang'
'aku pun ga tahu apa aku bakal dibiayain sekolah lagi'
'aku ga tau a, aku bingung'
zen diem lagi
lalu dia bertanya pelan
'kalau aa maunya zen gimana?' tanya zen
saat zen nanya begitu aku ganti yang diem
'heuh' kataku sambil menghela napas
'kalau aa bilang sih, kamu pulang dulu'
'tapi klo aa bilangin begitu emang zen mau nurut?' kataku sedikit menyindir
'Yang terakhir kemarin aja adanya malah kamu ngecewain aa' kataku lagi dengan sedikit kesal
yah jujur aja sih, sebenarnya aku masih kesal karena zen membohongi aku
aku memang sangat ga suka sama orang yang bohongi aku, walaupun itu zen..
hening..
'aa masih marah ya sama zen gara-gara uang kemaren?'
aku tidak menjawab
'Tentu sajalah aa pasti masih marah, zen memang bodoh a' kata zen dengan lirih
'zen bukan sapa-sapa aa, tapi aa sudah mau percaya sama zen, tapi zen sudah kecewain'
'ga cuman sekali tapi zen bohongin aa lagi'
'sepertinya zen memang ga punya siapa-siapa lagi a'
'aa pun juga sudah ga mau nerima zen lagi yah a?'
'ya kan a? zen memang sendiri ya a? kata zen dengan suara terbata-bata
aku terpaku melihat zen , bingung harus bagaimana
'aku berusaha a, aku berusaha bener' kata zen lagi
'aku berusaha ga bohong ke aa, tapi selalu gagal'
'aku takut a, takut kayak dulu sama mamah, saat aku jujur malah semuanya dirampas dari aku'
'aku takut a kmaren itu, aku takut aa ga mau lagi nerima aku, aku minta maaf a, aku minta maaf' kata zen lagi dengan suara parau
'aku ga punya siapa-siapa lagi a skarang, aku ga punya siapa-siapa lagi' ulang dia.
zen menyembunyikan kepalanya di kedua tangan dan lututnya
ya Tuhaan, zen menangis..
Hatiku seperti tersiram es melihat kondisi zen
Perlahan aku deketin dia
Entah darimana kekuatan itu, kurengkuh tubuh zen yang kecil itu, lalu kupeluk tubuhnya
'maaf ya a'
'zen minta maaf a' kata zen masih terisak
aku belai rambut dia perlahan
'uda zeen udah'
'aa uda maafin kok' kataku
'udaah' kataku
kudorong tubuh dia
terlihat mata dia yang masih memerah
Malam itu untungnya memang tidak terlalu ramai.
Jadi saat zen curhat hingga emosional tadi ga ada yang melihat
Saat aku memeluk dia pun hanya ada satu mobil yang lewat
aku pun juga ga terlalu perduli
kutepuk-tepuk kepalanya
'udah-udah' kataku
'malu tar dilihat orang' ujarku pelan dengan tersenyum
Zen pun mengelap air mata di mukanya
'hheu ia a' kata zen sambil mencoba tersenyum
'Da ga tahu kenapa aku sama aa teh bisa lepas, bisa ngomong apa saja'
'aku ga pernah gini a sama sapa aja ' kata dia
aku hanya tersenyum mendengarnya
'udaaah-udaah'
'ga usah dipikirin lagi' kataku lembut
aku menatap zen, lalu kuacak-acak rambutnya
entah sejak kapan aku jadi ada rasa sayang kedia
tapi sayangnya beda sih dengan sayang aku ke ipan, ga tahu gimana ngejelasinnya
'kamu tuh ya, bikin pikiran orang tua' kataku
'emang aa dah tua ya a' kata zen mencoba bercanda
'ehh, udah bisa bercanda yah, ia aku sekarang jadi orang tuamu juga dah' omelku
'hehe ia a iaaa' kata zen lagi sambil tertawa kecil
'eh zen'
'ia a'
'emang dulu ada kejadian apa dulu sama mamah kamu' tanyaku penasaran
'aah, kejadian dulu sama mamah ya' tiba-tiba zen merenung
'sebenarnya aku ga mau cerita sama sapa-sapa a'
'tapi.. ah, aa sudah percaya sama zen, jadi aku juga percaya sama aa'
zen pun mulai bercerita
'dulu itu, waktu aku masih kecil a, masih tk, aku kan sering diajak mamah belanja tuh di metro bandung' kata zen sambil dengan tatapan menerawang
'nah, aku kan dulu ga tahu tuh a klo barang tuh harus bayar dulu baru bole dibawa pulang'
'aku taunya ada makanan yang aku suka, ya udah aku ambil aku masukin saku'
'nah, kejadian itu berulang beberapa kali tanpa ketahuan, hingga aku pikir itu memang ga masalah'
'namun pada yang kali kapan itu, ada petugas yang ngelihat'
'aku dan mamahku dimasukkan kayak ke ruang interogasi gitu, ditanyain macem-macem'
'aku sih polos aja ambil karena pengen, dan mereka tanya apa aku disuruh mamahku aku bilang tidak'
'mamahku juga ditanyain mereka, mungkin mereka menduga mamahku yang menyuruh aku'
'setelah akhirnya memastikan bahwa mamahku tidak terlibat, dan aku mengambil hanya karena insting anak kecil, aku dan mamah diperbolehkan pulang, setelah mamah diceramahi agar lebih mendidik anaknya lagi..'
'Aku bisa melihat saat itu muka mamah meraah, ya, mamah marah sekaligus malu dengan kelakuanku'
'Yah namanya anak kecil a , aku memang ga ngerti apa-apa saat itu..'
'trus?' tanyaku
'nah, sampai rumah, mamah marah habis-habisan kepadaku, aku sampai ketakutan, kakiku pun dipukulin dengan kemoceng, aku kesakitan dan menangis saat itu a' kata zen dengan pelan
'hari itu berlalu, aku masi menahan sakit dari pukulan kemoceng mamah'
'tapi besoknya ternyata mamah masih marah, dia menanyain aku lagi tentang kejadian kemarin, dia nanya kejadian itu sudah berapa kali aku lakukan'
'Aku jawab jujur apa adanya saat itu, kalau aku sudah sering melakukannya..'
'mamah waktu itu mendengar jawabanku langsung marah besar, aku dihajar kemoceng lagi a.., ga cuman itu semua mainanku dibanting hancur sama mamah..'
'aku bener-bener ketakutan saat itu a, aku menangis dan menangis'
'mamahku seperti kesetanan a saat itu, dan hanya setelah ditenangin oleh nenek baru dia berhenti'
zen diam sebentar, lalu melanjutkan omongannya
'setelah sadar dan melihatku, mama memelukku dan ikut menangis a..'
'tapi sejak itu aku trauma a.. aku takut jujur kalau salah..'
'aku takut kalau ada salah zen jujur akan dihukum lagi, kalau salah zen jujur bakal diambil mainan kesayangan zen lalu diancurin' kata zen dengan pelan
'dan itu kebawa a sampai sekarang...'
'sebenarnya zen sadar salah a, dan zen mau minta maaf waktu itu'
'zen sudah berusaha a, demi Allah'
'tapi zen takut aa, ga tahu kenapa trauma itu muncul'
'zen takut dengan sendirinya, zen takut kehilangan semuanya'
'makanya zen ga isa kontrol emosi waktu itu dan malah marah ke aa' kata zen
aku tertegun mendengar penjelasan zen
ternyata memang banyak hal yang tidak sekedar hitam atau putih
dan masalah zen untuk jujur kepadaku ini adalah salah satunya
ah zeen zen, andai aa tahu dari kemaren-kemaren, aa ga akan seemosi itu dulu ke kamu
'zeen zen' ujarku
'coba aa tahu dari awal, ga akan sepanjang ini masalanya' kataku dengan lembut ke zen
'aa sudah mengerti masalahmu sekarang, aa sudah maafin sepenuhnya, dan aa akan bantu kamu kerumah tar'
zen mengangguk-angguk mendengar ucapanku
'tapi aa minta satu hal ke kamu'
'apa itu a?' tanya zen
'seberapa beratnya trauma kamu, kamu harus tetep berusaha jujur, setidaknya ke aa, mau ga?'
'ia lah a, aku mau' kata zen
'aku mau berusaha a, tapi aku ga tau klo bener-bener bisa' kata zen
'asalkan kamu berusaha, dan aa lihat kamu sungguh-sungguh, klo misalnya masih ada kurang-kurang aa nerima kok'
'khusus buat kamu' kataku sambil mengacak-ngacak rambut zen sekali lagi
zen hanya tertawa lalu membetulkan rambutnya
Malam itu malam yang yang sangat berarti buat aku dan zen
Karena disitulah kami pertama kali membuka hati kami masing-masing dan menerima apa adanya
Yah disitulah inti dari sebuah hubungan
Tapi masalah ga berarti selesai begitu saja
Karena masala masih menunggu dirumah
yakni zen dengan mamahnya dan keluarganya
Zen story, Escape from Police
ini hanya sebuah cerita sampingan tentang zen saat dia sedang periode on break dua bulan denganku.
Judulnya pake Bahasa Inggris ah ameh gaya hehehe
Aku mendapatkan cerita ini dari si bagus temen deket si zen (dan sekarang temen deket aku juga ahahaha) dan sudah ku konfirmasikan ke zen
(dia tadinya sempet malu buat cerita tapi kuancam dan kupaksa buat ngaku hehehe)
Ceritanya saat itu zen memang sedang pulang cepat dari sekolah, karena ada suatu hal. Jadi jam 10.30an sudah pulang.
Nah, hari itu dia ga langsung pulang seperti biasa, melainkan mampir dulu ke gamecenter.
Karena saat itu dia lagi ga ada voucher main dan juga gada duit, dia hanya nonton orang-orang main.
Sialnya saat itu dia walaupun sudah lepas baju seragam, tapi masih pake celana sma dan bawa tas. Jadinya masih keliatan seperti anak sma yang sedang mabal.
Naaah, lebih sialnya pula hari itu ada razia oleh polisi ke gamecenter-gamecenter
Dan zen adalah salah satu orang yang kena ciduk
Zen yang sebenarnya ga salah apa-apa panik
karena klo sampe apa-apa mamahnya tahu bisa kiamat
Nah saat itu zen bersama dengan dua temen smanya kena ciduk
Ya udah dia dibawa ke kantor polisi di buah batu.
Mereka dikumpulin semuanya sambil didata
zen mulai panik, namun tiba-tiba dia mendapatkan akal
dia pun berbisik ketemennya, dia mau nitip tas dia, tapi jangan bilang klo tas itu punya dia. Temennya bingung emang zen mau kemana? dia bilang agar temennya diem aja.
Nah habis itu zen minta ijin ke polisi yang lagi mulai mendata anak-anak yang ditangkepin ke toilet
Alasannya dia sedang sakit perut, dan diijinkan
Setelah itu dia ketoilet, lalu dia tutup pintunya
Dia diem sekitar lima menitan disana pura-pura bab
Trus abis itu dia keluar dengan pura-pura santai ga ada apa-apa
Tapi dia ga balik ke ruang anak-anak yang dikumpulin tadi melainkan keluar dari kantor polisi!
Nah setelah bersikap sok cool dan ga ada apa-apa, dia berhasil keluar dari kantor polisi tanpa ada yang curiga, lalu zen pun segera dia kabur sejauh mungkin hehehe
Siang itu dia tidak langsung pulang karena takut dicari sampai ruma, melainkan dia pergi ke ke rumah si bagus
Disitulah dia bercerita tentang pengalaman tadi dia dirazia ke bagus yang akirnya diceritakan oleh bagus ke aku
Nah ceritanya belum selesai sampai disini
Polisi yang tadi ngizinin zen mencari-cari zen lagi karena kok ga balik-balik
Untungnya si zen sebelumnya sudah melepas seragam smanya dan ganti kaos, jadi ga ketahuan dari sma mana.
Saat ditanya apa ada yang kenal anak yang tadi ijin ke toilet tapi ga balik lagi dua temennya diem aja ga ada yang ngaku, dan yang lain ga ada yang tahu.
Ya udah akhirnya mereka semua dilepaskan sih, tapi mereka didata dan dilaporkan ke sekolah masing-masing.
Dan dua temen zen ini, oleh guru bp mereka ga dimarahin karena mereka memang ga mabal, tapi mereka tetap dinasehatin agar pulang dulu kerumah seusai sekolah dan jangan langsung maen.
Walaupun mereka ga diapa-apain tapi mereka dongkol juga karena zen bisa kabur sedangkan mereka tidak, sehingga mereka menyebarkan cerita tentang zen yang kabur dari razia polisi dan menjadi wanted )
Walaupun ga ada buktinya namun berita itu menyebar dengan cepat diantara anak-anak. Dan zen pun jadi terkenal sebagai wanted yang kabur dari kejaran polisi ahahaha, namun untungnya cerita ini ga pernah sampai ke mamahnya zen karena hanya dianggap rumor belaka
bener-bener malu-maluin ah si zen mah
hadeeuh
Wilujeng Week End Sadayana