BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Ada apa dengan Perfilman & Pertelevisian Indonesia


Kalau kita lihat film & acara TV kita mayoritas gak bagus/mendidik, bahkan cendrung merusak&menakut2i. What's going on?
«1

Comments

  • Karena industri perfilman indo itu cenderung market-driven, meskipun terkesan tidak mendidik tapi tetap ratingnya tinggi. Bukan salah pihak TV, secara mereka kan juga organisasi profit yg butuh duit buat hidup.

    Yg menurut gw berlebihan itu kalo satu acara sukses terus semuanya jadi ikut2. Akhirnya acaranya monoton, penonton ga punya pilihan...
  • dantososo wrote: »
    tapi parahnya banyak yang suka...
    namanya juga orang bisnis... mengikuti selera pasar (para pemirsa)

    Mungkin karena gak ada pilihan kali ya (untuk penonton yg gak ada akses tv kabel/parabola) bagi pemirsa tv nasional.

    IMHO, orang indonesia itu berjiwa seni tinggi dan mampu membuat film&sinetron berkualitas, masalahnya sekarang industri ini udah dikuasai oleh asing/kapitalis. Terutama dari sisi kepemilikan point of sales nya (tempat jualan film/sinetron) seperti pemilik bioskop2 & stasiun2 tv sudah dikuasai jaringan asing.

    Jadi sebagus apapun orang indonesia bikin film/sinetron, kalo tempat jualannya gak mau nerima/ngejualin/beli, percuma aja. Malah kayanya mereka bisa mendikte jenis2 film/sinetron apa yg bisa mereka terima/putar.
  • Gw kangen kartun RCTI yg dulu sampe jam 12 sekarang sampe jam 9 doang -_-', agak bingung sebenernya makin kesini acara untuk anak semisal kartun ko dikurangi, malah acara musik yg diperpanjang durasinya
  • saya mendukung acara dahsyat,inbox dan sejenisnya dilenyapkan.
  • Saya jujur benci pertelevisian indonesia secara masih menggunakan sistem analog sedangkan negara lain sudah jauh menggunakan sistem HD,
    Penonton tv indo seolah bayi yg disuapin makanan apa aja.mesti terima
    Berkaca ke negri ginseng korea
    Disana Untuk 3 Tv nasionalnya ditiadakan iklan sm sekali.
    Dan untuk Televisi jaringan hanya boleh menyiarkan iklan max 1 menit/Sesi
  • Kalau g ada iklan lalu dari mana pemasukan stasiun Televisinya?
    Pasti itu pertanyaan yang muncul.
    Karena iklan tdk ada maka melalui acara dan drama berkualitaslah mereka meraup keuntungan
    Maka dari itu setiap drama atau acara apapun yang akan mereka tayangkan pasti akan dipersiapkan secara matang.
    coba dipikir berapa banyak yang stasiun Tv mereka terima dari pembelian Drama dan acara dari seluruh dunia.
    Sekedar tau aja di korea, Production House disana tidak menjual drama ke Stasiun TV.tapi bekerja sama dalam hal ini stasiun Tv bertindak sebagai Pemimpin.
    Jadi tak ada drama atau acara yang abal2
  • Uda keliatan progress kok ...

    Makin mending...dibanding dulu2 ...

    Pelem jg uda byk yg ngikutin ngelawan arus pasaran kyk the raid...

    Lama2 jg generasi mendatang tau dan terbiasa ama film berkualitas kalo ada tontonan yg berbobot jg g bakalan ditonton ... Balik ke prinsip dagang aja...
  • edited March 2013
    TV sekarang makin ga berkualitas... Beberapa jenis acara TV yang menurut gue ga berkualitas:

    1. Sinetron harian. Lambat, ceritanya klise, ga mendidik, skrip kelas tiga yang ditulis "asal jadi" dan "asal ceritanya jalan". Kalo sinetron itu mulai laku bakal sengaja dipanjang-panjangin sampe ratusan episode (contoh "Putri Yang Tertukar"), kalo nggak laku langsung diputus seenak jidat (contoh "Magic").

    2. Reality TV Show jiplakan acara luar. Padahal orang Indo punya ide-ide kreatif, tapi entah kenapa lebih memilih jiplak format acara luar negeri. Misalnya "Boss Sejati" di Trans TV itu tiruan dari Undercover Boss, "Panic Kitchen" meniru sistem Master Chef.

    3. Film Religi. Kangen sama sinetron Religi yang ga terlalu ekstrim kyk jaman dulu, kalau sekarang jadi kejam banget... :( lalu pesannya terlalu radikal, seakan-akan semua orang HARUS seperti si pemeran utama... Selain itu penderitaannya memenuhi 95% durasi film, sisanya tobat atau si orang jahat kena azab yang palingan cuma terjadi pada 5 menit terakhir..

    4. Lawakan ga berkualitas, khususnya yang bikin komunitas PLU makin dicap buruk dimata masyarakat.

    5. Berita over-provokatif, yang sering kali sengaja menuai kontroversi (perhatiin deh, kalau makin panas, pembawa acaranya makin tersenyum lebar) atau sengaja mengadu domba antara 2 pihak yang berseteru dipertemukan di 1 tempat supaya pertengkarannya bisa diliput dan rating pun naik. Kadang hoax pun digembar-gembor, misalnya kemarin tentang Wanda Hamidah yang dituduh memakai narkoba dan namanya sudah terlanjur disebar kemana-mana sebelum ada konfirmasi.

    6. Berita agenda terselubung. Promosi partai, menjatuhkan partai lawan, menutupi berita yang cenderung tabu untuk dibicarakan, dll.
  • User ini dan semua pesannya telah dihapus oleh Moderator.
  • Karna ada yg nonton, kalo gak ada yg nonton kan rating anjlok & tamat deh tu acara. Parahnya banyak ibu-ibu membiarkan anaknya ikut nonton sinetron prahara rumah tangga. Menyiapkan generasi pecinta tayangan tidak berkualitas?
  • IMHO, tontonan tv atau cinema seperti pisau bermata dua. Bisa berguna kalau tontonannya menginspirasi ke hal2 yg baik&berguna. Bisa jd bencana kalau yg ditampilkan kekerasan/violence dan hal2 yg menyebabkan keburukan.

    Saya pernah nonton film dokumenter Michael Moore yg berjudul 'Bowling for Columbine'. Dimana pd film itu diceritakan/dibahas penembakan oleh anak sma Columbine terhadap teman2nya dikelasnya. Disini mereka mencoba mencari akar permasalahannya sampai terjadi violence/penembakan. Dan salah satu penyebabnya karena penayangan film2 holywood yg banyak adegan tembak2annya.

    Kalau saya lihat sinetron2, acara gosip, dan film2 hantu kita juga tinggi tingkat violence-nya, cendrung merusak, membodohi, dan menakut2i rakyat.

    Sepertinya jenis penjajahan baru. Tidak bisa kita lihat penjajahnya, tapi kita bisa rasakan/lihat akibatnya. What do you think?
  • Stasiun TV butuh uang.

    Kalau diperhatikan, kalangan menengah bawah pun sekarang pun banyak yang berlangganan TV kabel seperti indovision dll karena harganya yang sudah cukup terjangkau. Cek aja kos-kosan terdekat yang harga sewanya di atas 500rb/bulan. Coba itung berapa yang punya TV kabel. Gw jamin, dibanding 5 tahun yang lalu, sekarang lebih banyak. Pengalaman pribadi temenan sama temen yang punya beberapa kos-kosan.

    Nah, yang tidak bersedia mengeluarkan uang sekian banyak untuk berlangganan TV kabel tentunya orang-orang yang tidak menjadikan itu sebagai prioritas dalam pengeluarannya. Bisa karena memang pelit, atau memang penghasilannya tidak mengijinkan.

    Kelompok yang kedua ini hampir bisa dipastikan berada di bawah kelompok ekonomi menengah.

    Suka tidak suka, kelompok ini bukanlah kelompok yang berpendidikan tinggi (kalau toh tinggi, belum tentu berkualitas. Wong yang mahal aja sekarang belum tentu berkualitas). Karenanya, selera hiburan pun berbeda.

    Bener kata @Ambigu. Balik ke prinsip dagang.
  • bener kata @sicakep mending tidur dari pada nonton tv.
  • User ini dan semua pesannya telah dihapus oleh Moderator.
  • Kalau dilihat dari tingginya tingkat kejahatan dan makin banyak ragamnya (seperti sekarang lagi heboh kasus mutilasi), mungkinkah TV & cinema mempunyai peran yg besar dalam men-trigger terjadinya kasus2 kejahatan ini?

    Kalau saya lihat berita2 kriminal di TV2 itu sudah terlalu vulgar, sampai2 dibuat reka adegan kejahatannya oleh model.

    Kasihan orang2 didaerah2 yg gak mampu & gak ada alternatif tontonan.
Sign In or Register to comment.