It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Yg menurut gw berlebihan itu kalo satu acara sukses terus semuanya jadi ikut2. Akhirnya acaranya monoton, penonton ga punya pilihan...
Mungkin karena gak ada pilihan kali ya (untuk penonton yg gak ada akses tv kabel/parabola) bagi pemirsa tv nasional.
IMHO, orang indonesia itu berjiwa seni tinggi dan mampu membuat film&sinetron berkualitas, masalahnya sekarang industri ini udah dikuasai oleh asing/kapitalis. Terutama dari sisi kepemilikan point of sales nya (tempat jualan film/sinetron) seperti pemilik bioskop2 & stasiun2 tv sudah dikuasai jaringan asing.
Jadi sebagus apapun orang indonesia bikin film/sinetron, kalo tempat jualannya gak mau nerima/ngejualin/beli, percuma aja. Malah kayanya mereka bisa mendikte jenis2 film/sinetron apa yg bisa mereka terima/putar.
Penonton tv indo seolah bayi yg disuapin makanan apa aja.mesti terima
Berkaca ke negri ginseng korea
Disana Untuk 3 Tv nasionalnya ditiadakan iklan sm sekali.
Dan untuk Televisi jaringan hanya boleh menyiarkan iklan max 1 menit/Sesi
Pasti itu pertanyaan yang muncul.
Karena iklan tdk ada maka melalui acara dan drama berkualitaslah mereka meraup keuntungan
Maka dari itu setiap drama atau acara apapun yang akan mereka tayangkan pasti akan dipersiapkan secara matang.
coba dipikir berapa banyak yang stasiun Tv mereka terima dari pembelian Drama dan acara dari seluruh dunia.
Sekedar tau aja di korea, Production House disana tidak menjual drama ke Stasiun TV.tapi bekerja sama dalam hal ini stasiun Tv bertindak sebagai Pemimpin.
Jadi tak ada drama atau acara yang abal2
Makin mending...dibanding dulu2 ...
Pelem jg uda byk yg ngikutin ngelawan arus pasaran kyk the raid...
Lama2 jg generasi mendatang tau dan terbiasa ama film berkualitas kalo ada tontonan yg berbobot jg g bakalan ditonton ... Balik ke prinsip dagang aja...
1. Sinetron harian. Lambat, ceritanya klise, ga mendidik, skrip kelas tiga yang ditulis "asal jadi" dan "asal ceritanya jalan". Kalo sinetron itu mulai laku bakal sengaja dipanjang-panjangin sampe ratusan episode (contoh "Putri Yang Tertukar"), kalo nggak laku langsung diputus seenak jidat (contoh "Magic").
2. Reality TV Show jiplakan acara luar. Padahal orang Indo punya ide-ide kreatif, tapi entah kenapa lebih memilih jiplak format acara luar negeri. Misalnya "Boss Sejati" di Trans TV itu tiruan dari Undercover Boss, "Panic Kitchen" meniru sistem Master Chef.
3. Film Religi. Kangen sama sinetron Religi yang ga terlalu ekstrim kyk jaman dulu, kalau sekarang jadi kejam banget... lalu pesannya terlalu radikal, seakan-akan semua orang HARUS seperti si pemeran utama... Selain itu penderitaannya memenuhi 95% durasi film, sisanya tobat atau si orang jahat kena azab yang palingan cuma terjadi pada 5 menit terakhir..
4. Lawakan ga berkualitas, khususnya yang bikin komunitas PLU makin dicap buruk dimata masyarakat.
5. Berita over-provokatif, yang sering kali sengaja menuai kontroversi (perhatiin deh, kalau makin panas, pembawa acaranya makin tersenyum lebar) atau sengaja mengadu domba antara 2 pihak yang berseteru dipertemukan di 1 tempat supaya pertengkarannya bisa diliput dan rating pun naik. Kadang hoax pun digembar-gembor, misalnya kemarin tentang Wanda Hamidah yang dituduh memakai narkoba dan namanya sudah terlanjur disebar kemana-mana sebelum ada konfirmasi.
6. Berita agenda terselubung. Promosi partai, menjatuhkan partai lawan, menutupi berita yang cenderung tabu untuk dibicarakan, dll.
Saya pernah nonton film dokumenter Michael Moore yg berjudul 'Bowling for Columbine'. Dimana pd film itu diceritakan/dibahas penembakan oleh anak sma Columbine terhadap teman2nya dikelasnya. Disini mereka mencoba mencari akar permasalahannya sampai terjadi violence/penembakan. Dan salah satu penyebabnya karena penayangan film2 holywood yg banyak adegan tembak2annya.
Kalau saya lihat sinetron2, acara gosip, dan film2 hantu kita juga tinggi tingkat violence-nya, cendrung merusak, membodohi, dan menakut2i rakyat.
Sepertinya jenis penjajahan baru. Tidak bisa kita lihat penjajahnya, tapi kita bisa rasakan/lihat akibatnya. What do you think?
Kalau diperhatikan, kalangan menengah bawah pun sekarang pun banyak yang berlangganan TV kabel seperti indovision dll karena harganya yang sudah cukup terjangkau. Cek aja kos-kosan terdekat yang harga sewanya di atas 500rb/bulan. Coba itung berapa yang punya TV kabel. Gw jamin, dibanding 5 tahun yang lalu, sekarang lebih banyak. Pengalaman pribadi temenan sama temen yang punya beberapa kos-kosan.
Nah, yang tidak bersedia mengeluarkan uang sekian banyak untuk berlangganan TV kabel tentunya orang-orang yang tidak menjadikan itu sebagai prioritas dalam pengeluarannya. Bisa karena memang pelit, atau memang penghasilannya tidak mengijinkan.
Kelompok yang kedua ini hampir bisa dipastikan berada di bawah kelompok ekonomi menengah.
Suka tidak suka, kelompok ini bukanlah kelompok yang berpendidikan tinggi (kalau toh tinggi, belum tentu berkualitas. Wong yang mahal aja sekarang belum tentu berkualitas). Karenanya, selera hiburan pun berbeda.
Bener kata @Ambigu. Balik ke prinsip dagang.
Kalau saya lihat berita2 kriminal di TV2 itu sudah terlalu vulgar, sampai2 dibuat reka adegan kejahatannya oleh model.
Kasihan orang2 didaerah2 yg gak mampu & gak ada alternatif tontonan.