It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at [email protected]
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hey kau
Buruan update
Jgn cuma cari dinasaurus di jogja
@all
Sorry baru nongol lgi
Dikejar deadline buat aplikasi ._.
Obi Budak Malaysia
==============================================
Pada chapter ini akan menceritakan mengenai Obi, sahabat jauhku yang sekarang entah dimana. OK… waktu perkenalanku dengan Obi saat itu masih di socmed yang sama sobatan.com. memang waktu masa-masa galauku dengan Aryo saat-saat aku setelah sidang kelulusan aku sering online di socmed tersebut. Disitu aku kenal Ka Thius, Obi dan temenya Ka Thius yang bernama Ardi yang mungkin diceritakan di chapter berikutnya. Sebenernya kenal Obi juga tidak sengaja, dia PM ke aku kalau berkali-kali dia searching pasangan dengan criteria yang dia inginkan, yang selalu muncul adalah profileku, akhirnya dia message dan ngajak kenalan. Waktu itu dia masih kuliah di USU jurusan sastra Jepang, aku tertarik sama dia karena aku suka hal-hal yang berbau anime hehehehehe….. ngobrol di socmed sobatan berpindah ke YM. Semakin intens ngobrol sama dia, semakin dekat pula hubunganku sama Obi. Tetapi sayang jaraklah yang memisahkan kita, segala permasalahan aku juga curhatkan ke dia selain ke ka Thius tentunya. Begitu juga dengan si Obi, dia selalu curhat juga mengenai kehidupanya ke Kevin.
Obi sama ka Thius sebenernya dua orang yang lagi dekat sama aku saat kegalauanku dengan Aryo melanda. Saat aku sudah jadian dengan ka Thius pun aku juga ceritakan ke Obi, saat aku ceritakan hal tersebut sama Obi dia bilang senang akhirnya Kevin bisa move on dari Aryo. Tapi aku yakin kalau sebenernya Obi sedih saat itu. Komunikasi makin deket akhirnya kami setuju untuk bertukar photo, menurutku si Obi cukup cakep juga. Rambut hitam lurus, kulit putih, pipi agak chubby, mata sedikit sipit walau dia bukan Chinese. Tetep sih kalau Kevin bandingin dengan ka Thius lebih gantengan ka Thius hehehehehe….. hubungan persahabatanku dengan Obi pun aku ceritakan ke Ka Thius, dan ka Thius pun juga bisa menerima itu. Soalnya saat itu temen ka Thius juga sering curhat sama Ardi, kenapa aku bisa tau begitu??? Karena ka Thius pernah bilang disaat awal-awal jadian kalau mas Ardi pernah nanya ke Ka Thius.
“Serius kamu mau pacaran sama brondong lagi????” Kata Ardi ke Ka Thius.
“Sepertinya yang ini beda.”
“Kamu ga kapok setelah dikhianati brondongmu yang sebelumnya??”
Nah di saat begitu sebenernya awalnya ka Thius juga sempet meragukan Kevin, ternyata hal tersebut bisa dilalui dengan lancarrrr…….. oh iya… back ke Obi, suatu saat pas Obi lagi acara dirumah tantenya di kawasan Patra Kuningan dia pingin ketemu aku. Aku bilang aku belum hafal daerah Jakarta, paling kalau mau aku ajak saja dia ketemu di mall. Waktu itu aku memilih Plasa Semanggi biar sama-sama ga kejauhan. Si Obi sendiri sebenernya dari keluarga yang sangat berada, pas hari H mau ketemu, aku ijin ke Ka Thius kalau mau ketemu sama Obi. Tapi ka Thius waktu itu ga ngijinin Kevin untuk ketemu dia, aku bilang sebentar saja… kalau perlu kaThius ikut juga ga apa-apa nanti sekalian biar ka Thius kenal tetapi ka Thius menolak. Akhirnya si Obi marah ke Kevin, dia bilang udah jauh-jauh dari Medan ke Jakarta tapi mau ketemu saja ga bisa. Hari itu bener-bener BT lah pokoknya… udah ditinggal lembur di hari sabtu, dikamar sendirian ga ada temen ngobrol, malah mau main keluar sebentar saja ga diijinin. Jam satuan ka Thius pun pulang dari kantor dan dia nanya-nanya ke aku kenapa mukaku cemberut.
“kenapa sih BT gitu sepertinya??”
Akupun hanya terdiam mendengar pertanyaan itu
“kamu masih mempermasalahkan hal tadi vin…??? Tanya ka Thius
Aku hanya mengangguk dalam diamku
“ya elah….. kok kamu malah marah ke kakak sih… kakak ga ijinin Kevin bukan kenapa-napa, Cuma kakak ga mau kamu kamu semakin jauh aja di dunia sperti ini.”
“tapi kak.. Kevin kan juga punya hak untuk berteman dengan siapa saja, makanya Kevin pingin kakak nemenin Kevin ketemu Obi biar kakak ga curiga.”
“ya tapi vin… kakak tau kalau kalian saling suka, kakak cemburu tau..!!”
“cemburu boleh kak, tapi Kevin juga tau arti apa itu sebuah komitmen…”
“ disaat kita udah ada status akupun juga harus menghargai apa arti status itulah kak….”
“aku bukan lagi anak kecil kak…”
Ka Thius pun terdiam sejenak….
“terus mau Kevin apa?? Ketemu Obi sekarang?? Yaudah ayoo kaka antar..”
“udah basi, Obinya udah marah ke Kevin..”
“yaudah sini HPmu biar kakak yang ngomong ke Obi”
“telpon aja klo bakalan diangkat..”
Diambilah HPku yang ada di deket monitor PC, kemudian ka Thius mencoba menelpon Obi…
“HPnya mati vin..”
“ya bgitulah klo dia lagi marah…”
“yaudah maafin kakak deh klo gitu… next time kakak janji klo diajak ketemu bakal kakak temenin.”
Aku hanya terdiam mendengar kata maaf dari ka Thius…
Akhirnya weekend itu makin garing aja, udah seharian dikamar Cuma main PS dan nonton DVD, ditinggalin pergi lembur seharian, ga boleh ketemu sama Obi, dan malem itu pun ga pergi kemana-mana. Bener-bener malem minggu yang complicated. Walau ada pacar dikamar tetep aja suasananya ga mendukung untuk bermanja-manjaan.
Obi tuh sifatnya childist banget, jadi kalau marah dia cukup lama. Bahkan dia sengaja me reject telponku atau tidak membalas SMSku walaupun aku sudah minta maaf. Bahkan apabila dia lagi kesel sama abang sepupunya aja kadang berimbas ke aku. Sikapku ke Obi harus extra sabar lah menghadapi orang seperti itu. Padahal aku sama Obi sebenernya seumuran, tapi ya mungkin dia anak tunggal jadi ya sifat manja dia itu susah dihilangkan. Pernah suatu saat Obi cerita kalau lagi marahan ama abang sepupunya karena gak dijemput, dan ngambeknya itu lama banget….
Banyak lah cerita mengenai kegiatan sehari-hari bersama Obi begitu juga sebaliknya. Kadang waktu menelpon tidak terasa sampai HP mendadak mati gara-gara lowbatt. Paling tinggal ucapan selamat tidur dari SMS aja yang bisa mengakhiri obrolan setelah HP mati.
Sebenernya rencana bertemu dengan Obi tuh dah beberapa kali, tapi sayangnya waktu dan kondisi tidak berpihak. Ada aja halangan yang menghampiriku, kadang pas Obi di Jakarta, akunya di luar kota terus. Pernah suatu saat Obi ngajakin mancing di rumah eyangnya di Cibinong, pas hari H dia ku telp ga aktif ku SMS ga bales, dan ternyata saat itu ada kerabat yang meninggal. Suatu saat pas Obi udah mulai kerja di Jakarta di Japan Foundation, aku disuruh ke kantornya akunya yang ga tau daerah Jakarta. Lagi pula ka Thius belum tentu mengijinkan aku bertemu dengan Obi. Contact terakhir dengan Obi kalau tidak salah tahun 2010 pas aku lagi di Padang. Dia menelpon meminta aku datang ke rumah tantenya di daerah Patra Kuningan, tapi aku tidak bisa datang karena aku lagi tugas luar kota. Setelah itu Obi menghilang ntah dimana, kabar terakhir dari abang sepupunya sekarang Obi udah balik ke Melaka dan menetap disana. Begitulah sedikit ceritaku bersama Obi sahabat cyber ku. Kami dekat bukan karena sering ketemu, tapi karena sering komunikasi dan saling memahami.
Bali....Ujian dalam berpacaran
============================================
Disini aku akan menceritakan sedikit perjalananku selama ditugaskan di Bali pada tahun 2008-2009. Saat awal-awal aku berpacaran dengan ka Thius, sudah banyak aja hambatanya. Yang biasanya aku ditugaskan keluar kota Cuma seminggu dua mingu atau paling lama sebulan, ini malah sampai ganti tahun aku berpisah denganya. Mungkin hanya komitmen saja sih yang menjadi benteng hawa nafsuku saat di Bali. Rasa kangen pasti ada, hanyalah obrolan via telp dan kadang video call via YM kalau ka Thius lagi lembur di hari sabtu, Selain itu tidak bisa melihat wajah ka Thius. Pernah aku mengeluh ke dia kalau aku kangen dan pingin ketemu dia, tapi dia memberikan semangat yang luar biasa kepadaku. Dia bilang pekerjaanmu adalah masa depanmu. Kita emang dari awal berpacaran aku yang meminta kalau carier lebih diutamakan. Tetapi pada saat itu aku lemah, entah apa yang mempengaruhi semua itu, tapi aku benar-benar lelah. Butuh seseorang untuk sharing, bukan hanya sekedar sharing pekerjaan, tapi juga sharing perasaan dan keadaan. Semangat ka Thius dan janjiku diawal saat berpacaran dengan dia menjadi katalis agar aku bisa bertahan di pulau para dewa ini.
Kedatanganku di Bali dengan temenku yang bernama Roman anak Surabaya dibentuk menjadi satu tim. Aku mendarat di Bandara Ngurah Rai kurang lebih pukul 20.00 dan langsung nyari taksi terus menuju penginapan di daerah popies 2. Disitu emang terkenal dengan penginapan murah bagi para turis atau para backpacker yang berkantong cekak. Aku saat itu berkantor di daerah Kuta, paling jarak dari pantai kuta kurang lebih 200m saja. Sebuah perusahaan penyedia perangkat telekomunikasi asal Amerika. Setelah sampai aku bertanya ke satpam kalau mau ketemu dengan pak Nyoman.
“selamat pagi pak, bisa dibantu?” sapa satpam dengan logat bali yang sangat kental.
“mau ketemu pak Nyoman, saya Kevin, dan teman saya Roman dari Jakarta”
“Sudah ada janji sebelumnya??”
“sudah pak..”
“ya sudah tunggu sebentar ya, saya beritahu pak Nyoman dulu.”
Akupun menuju ruang tunggu dan duduk sambil menunggu pak Nyoman keluar dari ruang kerjanya. Setelah beberapa saat akhirnya pak Nyoman keluar juga dari ruannganya.
“Hey… sudah lama menunggu?”
“Baru saja kok Pak…”
“Oh iya lupa.. saya Nyoman…” Sambil menjulurkan tanganya
“pernah ke Bali sebelumnya??”
“pernah pak tapi sudah lama banget, saat liburan kelas 3 SMP dulu hehehehe…”
“kalau Mas Roman??”
“Lumayan sering pak, orang rumah saya di Surabaya”
“Oh.. gitu… bagus lah.. ayo kita ngobrol diruang meeting saja biar enak.”
Setelah ngobrol sana-sini mengenai pekerjaan dan tugasku selama di Bali akupun akan mendapatkan training dimulai dari besok. Dan aku akan mengerjakan site-site BTS kurang lebih ada 80 lokasi, mulai dari bali Selatan sampai Bali Utara. Disitu posisiku sebagai junior engineer, ternyata atasanku itu alumni kampus tempat aku menimba ilmu dulu. Walau kami tidak pernah kenal dan ketemu sebelumnya karena mungkin dengan background satu almamater walaupun beda jurusan, kami cepet akrab dalam berkomunikasi. Dia orang Bali Asli 3 tahun diatasku. Dia sebagai senior yang menurutku banyak membantu selama aku di Bali. Banyak ilmu yang dia ajarkan kepadaku. Menurutku dia dari kalangan berada, orang kendaraan ke kantor aja pakai Altis, padahal temen-temen selevelnya pakai mobil avanza, motor bahkan mobil kantor. Dia orangnya low profile, banyak arahan-arahan darinya yang sangat bermanfaat bagiku. Suatu saat pas hasil kerjaku kurang memuaskan dia tetap tidak marah, aku disuruh mengulang dan akhirnya beres juga. Pernah suatu saat dia datang ke kos ku Cuma sekadar ngobrol-ngobrol sambil nanya kerjaan. Kadang juga memeberiku kelonggaran dalam bertugas, misalnnya saja aku pulang dari site sudah malam atau pagi, dia juga tidak semena-mena minta data pagi-pagi. Paling setelah makan siang baru aku disuruh ke kantor untuk setor data optimasi kepadanya. Sebagai seorang senior dikampus ataupun dikantor aku sangat salut kepada bli Nyoman.
Nuansa kerja di Bali sungguh berbeda disini jam kantor dimulai dari pukul 9.00 jadi kalau pagi hari begitu sepi jalanan. Bangun pagi aku kadang jalan-jalan sendiri keliling Kuta atau sekedar jogging di pantai kuta sambil menikmati deburan ombak dan tiupan angin laut. Kapan lagi bisa jogging tiap pagi di pantai kalau tidak sekarang dalam pikirku. Bukan hanya aku saja yang suka lari pagi di pantai, banyak bule-bule yang juga lari dipantai, kadang mereka hanya sekedar duduk dipantai berdua bersama pasanganya. Kadang aku jadi inget ka Thius kalau lagi jogging di Pantai, sepertinya keadaan ini lebih lengkap kalau ada ka Thius dsini. Kita ga perlu sungkan dengan keadaan sekitar, toh ga ada yang kenal juga hehehehe….. bisa jogging berdua, berenang dipantai stelah jogging, mencari cangkang kerang atau kelomang dipinggir pantai bersama. Tapi itu hanya hayalanku belaka, aku melakukanya itu sendiri. Sekitar jam 8.30 aku biasanya menyudahi olahragaku dan kembali ke kosan, biasanya sampai kamar si Roman sedang ngerokok di depan teras kamarku yang berada di lantai 2. Aku sama Roman memang sekamar, tetapi dikamar ada dua bed. Setelah mandi dan berberes aku sama Roman baru berangkat ke kantor. Aku bekerja bukan berdasarkan office hour sperti orang-orang kantoran lainya, melainkan berdasarkan target. Kadang bisa pulang lebih cepat ataupun lebih malam. Bahkan saat swap perangkat harus dilakukan di dini hari, aku juga harus begadang sampai pagi.
Hari Sabtu-Minggu adalah hari yang ditunggu-tunggu bagi semua orang termasuk aku, biasanya di hari itu aku bisa sedikit lega, karena bisa jalan-jalan keliling Bali. Tanah Lot, Ubud, Istana Tampak Siring, Danau Tamblingan, Danau Bedugul, dll. Hampir semua objek wisata di Bali didatangi. Kalau lagi ga pergi kemana-mana paling aku hanya nongkrong di Kuta. Kalau ka Thius lagi lembur aku wajibkan untuk internetan di Warnet, Warnet di Bali sedikit lebih mahal daripada di Bandung. Tapi hanya itulah jalan keluar agar bisa melihat wajah ka Thius di cam . Bulan pun berganti dan begitu juga tahun mulai berganti, ini pertama kalinya aku pacaran ama ka Thius dan malam tahun baru aku ga bisa melewatkan bersamanya. Saat sore kita udah SMSan kalau tahun baru aku mau pergi ke pantai Kuta bersama teman-teman. Ka Thius pun udah ada acara sama temen-temenya genk monkey, mereka mau barbequean disalah satu rumah temenya di daerah Tomang Jakarta Barat. Jam 10 malam aku baru berangkat dari kosan menuju pantai, ternyata jalan depan kos sudah ditutup jadi ke pantai jalan kaki saja. Pas sampai dipantai ternyata sudah sangat ramai dan sesak sekali, kembang api bertebaran dimana-mana. Aku memilih spot di pantai depan hotel mercure kuta, disitu menurutku lebih enak buat pulangnya nanti, soalnya mau nongkrong dulu di legian.
Sambil duduk-duduk dan ngobrol sambil makan cemilan bersama Roman dan temen-temen yang lain kami menikmati malam itu. Brrrrr…….HP dalam sakuku bergetar, pas kulihat ternyata yang telp ka Thius.
“Happy New Years…..vin….!!!”
“Belom kali kak… masih lima menit lagi…”
“oh…. Kirain sudah, gimana disitu rame ga??”
“Buangettt… jalan kaki aja jalanan macet parah, spertinya spertiga orang yang ada di Bali pada kumpul di Kuta deh..”
“terus sekarang posisimu dimana?”
“di pinggir pantai, deket hotel mercure yg deketan hard rock café itu sih, kakak gi dimana?”
“lagi kumpul di Tomang, biasa bakar-bakar daging, sama ikan, ada hum juga loh..”
“awas kalau mabok..”
“enggak kok Cuma ada beberapa botol doang bir nya, ga mungkin bikin mabok.”
“yaudah, kalo gitu pokoknya happy new years n makin sayang ama Kevin, jangan lupa oleh-oleh pas balik ya!!”
“iya….kevin juga makin sayang ama kakak.”
Beberapa saat kemudian countdown pun dimulai, pas hitungan 0 aku melihat pasangan cow-cew di depanku ciuman bibir dengan mesranya. Aku jadi iri melihat kelakuan mereka berdua. Kenapa di saat yang romantic dengan lokasi yang mendukung sperti ini aku sendiri tanpa orang yang kusayangi.
Februari 2009 Tugasku di Bali berakhir, aku balik ke Surabaya bersama Roman dengan pesawat Mandala Airline. Aku memang mengambil cuti semingguan sebelum balik ke Jakarta. Aku di Surabaya 2 hari dan sisanya kuhabiskan cutiku dirumah yaitu di Solo. Oleh-oleh buat orang rumahpun tidak ketinggalan, ada patung GWK, ada kaos, kain Bali, kacang Bali, dll. Arak Bali aku sembunyikan karena itu adalah pesenan ka Thius. Bila ketahuan aku bawa Arak Bali bisa-bisa aku di usir dari rumah, orang merokok aja bisa-bisa sandal melayang kearahku apalagi arak Bali hahahahahaha….
Aku mengambil balik ke Jakarta naik kereta Argo dari Solo jam 8.00 pagi jadi sampai Gambir sore, ternyata aku sampai setasiun terlambat. Saat itu solo bener-bener macet, ntah itu diluar dugaanku. Sehingga sampai setasiun Solo Balapan sudah pukul 8.10 dan kereta sudah berangkat. Akhirnya aku mengambil kereta kearah Bandung dengan naik Lodaya Pagi yang berangkat pukul 9.00. Masih ada waktu kurang lebih 1 jam buat menunggu keberangkatan kereta selanjutnya dalam pikirku. Ku duduk-duduk di ruang tunggu sambil mainin HP, ku coba telp ka Thius kali aja dia lagi ga sibuk dikantornya.
0818xxxxxxx calling…………….
Tut………….tut………..tut…………..
“Ya vin…..”
“Lagi sibuk nggak ka?”
“biasa aja sih… wis tekan ndi??” [sudah sampai mana?]
“aku telat….sampe stasiun dah brangkat kretanya….” Dengan nada memelas
“piye sih… koyo cah cilik wae lo kowe kuwi….” [gimana sih, kayak anak kecil aja kamu tuh..] *ini kata-kata yang sampai sekarang keinget, mungkin gw terlalu childist saat itu.
“lakok iso telat kuwi piye tho???” [kok bisa terlambat itu gimana sih??]
“ya biasanya juga berangkat dari rumah ga pernah telat kok, tadi busnya emang lelet n jalanan lumayan macet, padahal aku udah pindah naik taxi loh… tetep aja ga kekejar.”
“terus saiki piye jal…??” [Terus sekarang gimana??]
“aku ambil kereta ke arah bandung sih… ntar lanjut lagi ke Jakarta langsung dari bandung”
“nyampene Jakarta lak malem noh” [nyampaiya Jakarta jadi malem dong]
“ya mungkin jam songoan, lawis daripada aku naik yang malem sampe Jakarta bisa pagi-pagi buta” [ya mungkin jam sembilanan, abis daripada aku naik malem sampai Jakarta bisa pagi-pagi buta]
“yo wis… mengko yen aku iso, tak jemput ning Gambir, ati-ati ning ndalan.” [ya sudah.. nanti kalau aku bisa ku jemput di Gambir, hati-hati dijalan.]
“iya kak….”
Ka Thius tuh emang begitu kalo ngomong, sederhana, simple, tapi kadang-kadang pedesnya nyakitin. Ma Icih level 10 aja kalah pedes kalo denger omonganya yang langsung jleb… kena di hati.
Ada bagusnya juga sih kadang-kadang, dia mencoba mendidik aku lebih realistis, bersikap mandiri dalam masa-masa transisi ini. Memang sih aku semenjak kenal dia merasa terayomi, ada tempat manja-manjaan, ada tempat berbagi cerita. Tapi ada yang lebih penting adalah tempat membentuk karakter aku menjadi lebih dewasa dalam berfikir dan berperilaku.
Haus…. Akupun menuju ke minimarket yang ada di sebelah kiri dari lobby stasiun, kuambil minuman dingin agar tenggorokanku sedikit lega. Setelah ku bayar ke kasir, kuteguk minuman dingin dalam botol kemasan itu. Dingin, segar rasanya setelah tenggorokan sesak mendengar omelan ka Thius. Memang sih emosiku kalau lagi memuncak suka sesak aja di dada, kadang buat ngomong aja males. Soalnya terasa ada yang mengganjal aja di saluran pernafasan ini, paling kalau sudah ga kuat ujung-ujungnya juga keluar air mata hehehehe…… cengeng ya gw ternyata tapi itu kan dulu….. sekarang mah nyesek iya nangis kagak. Akhirnya kereta yang ditunggu pun tiba, setelah beberapa saat akupun naik ke kereta bisnis jurusan Bandung itu. Ku cari gerbong tempat duduk yang tertera di tiket, setelah berjalan kesana-kemari akhirnya ketemu juga. Kutaruh ransel dan koperku ke atas kabin yang ada di atas jendela. Tak lupa SMS pemberitahuan keberangkatanku ke ka Thius kukirimkan. Hanya jawaban singkat dan penuh makna dengan kata “ya” darinya.
Perjalanan dari stasiun Solo Balapan ke stasiun Hall Bandung dilalui dengan banyakan tidur hehehe… abis borring aja, pagi-pagi udah ketinggalan kereta, cerita kejadian ke ka Thius malah kena omel. Fiuh………..
Ku baca Koran kompas yang sengaja ku beli di stasiun biar waktu berjalan lebih cepat, biar rasa kangen ke ka Thius segera terobati, semoga perjalanan dilalui dengan nyaman. Kurang lebih 8 jam lamanya perjalanan dari Solo-Bandung, sesampainya di stasiun Hall Bandung aku segera turun dari kereta sambil menyeret koper warna coklat. Agak tergesa-gesa memang, soalnya aku belum beli tiket buat ke Jakarta. Ga lucu dong kalo aku harus menginap di Bandung, padahal kan rencananya aku mau menginap di Kemanggisan hehehehehe…. Sambil sedikit berlari aku menuju loket tiket kereta yang ke Jakarta. Untungnya tidak terlalu ramai dan masih dapet tiket perjalanan selanjutnya yang 15 menit lagi berangkat. Aku langsung menuju ke peron 3 dimana kereta tersebut, ku samperin petugas yang bertugas melayani penumpang yang stay berdiri di deket kereta.
“Sore A… ada yang bisa saya bantu?”
“Gerbong tilu teh…” [gerbong tiga kak..]
“boleh saya cek dulu tiketnya? “ akupun menyerahkan lembaran tiket yang ada ditangan kananku.
“lurus aja stelah gerbong resto ya..”
“nuhun…” [makasih..]
“sami-sami..” [sama-sama]
Akupun bergegas menuju gerbong kereta yang sebentar lagi berangkat. Gerbong yang ini lebih nyaman daripada kereta sebelumnya yang ku naikin. *ya iyalah…sebelumnya kan kelas bisnis, dan ini kelas executive.
Aku menaruh koper coklatku ke atas kabin dan menaruh ranselku di sela-sela kakiku. Aku menaruh ransel disela-sela kaki agar jika ingin mengambil sesuatu mudah. Maklum ransel Cuma berisi makanan dan laptop. Setelah ku masuk kedalam gerbong, ku cari nomer kursi yang tertera di ticket, karna sepi jadi disampingku kosong sehingga aku bisa lebih leluasa dalam bergerak. Ku telp ka Thius memberitahunya jika aku akan segera meluncur dari bandung.
0818xxxxxxx calling…………..
“hallo ka… ku brangkat yo..”
“wis budhal tho?? Nyampe jam piro, kiro-kiro??” [ udah berangkat ya?? Nyampai jam berapa kira-kira??]
“ning tiket jam 20.15, emange sido jemput?” [di tiket jam 20.15, emangnya jadi jemput?]
“yo nek iso mulih tenggo lan rak keno macet yo tak jemput, wis kangen je..” [ ya kalau bisa pulang tenggo(Teng langsung GO) dan ga kena macet ya ku jemput, udah kangen ]
“halah… iso wae ngegombal, yois mengko jemput ning gambir yo..!!” [halah.. bisa aja ngegombal, yaudah ntar jemput di gambir ya..!!”
“nggowo barang akeh rak vin??” [bawa barang banyak ga vin??]
“yo mung koper karo ransel thok kok.. ga gowo tentengan macem-macem.” [ ya cuman koper sama ransel aja kok.. ga bawa tentengan macam-macam.]
“yowis neknu… mengko hubungi maneh ya yen wis meh teko.” [yaudah nanti hubungi lagi ya kalau sudah mau sampai.]
“he ehm… pulang dari kantor hati-hati ga usah ngebut”
END
Film “charlie’s angel” yang diputar di LCD yang terdapat di depan menjadi obat kejenuhan dalam perjalanan. Namun sayang setelah film selesai ternyata replay dengan judul yang sama. Akhirnya ku keluarkan laptopku, ku colokin headset dan ku tonton Naruto shipuden yang tersimpan di hardisk. Film yang sudah lama ku download dan memenuhi hardisk laptopku ini belum ku tonton sampai kelar, jadi sangat membantu dalam mengusir kejenuhan. Kurang lebih 3,5 jam perjalanan dari stasiun Bandung menuju stasiun Gambir pun finish juga. SMS pemberitahuan kalau aku sudah sampai pun udah ku kirimkan ke ka Thius.
Aku penasaran…bagaimana ya muka ka Thius semenjak kutinggalkan, apakah makin ganteng, apakah masih seperti dahulu saat kutinggalkan. Antara gembira, penasaran dan bingung bercampur aduk dalam otaku. Setelah kereta berhenti ku ambil koper yang ada di kabin dan mulai kutarik melewati ruang tunggu menuju lobby. Ringtone “one miscall” HPku berbunyi ternyata ka Thius yang nelp
“ning ndi vin?? Aku nunggu ning pintu keluar utara yo” [dimana vin?? Aku nunggu di pintu keluar utara ya]
“iki lagi wae mudun ko sepur, yowis tak mlaku mudun.” [ ini baru aja turun dari kereta, yaudah ku turun]
Ku menuruni tangga, ku lihat ka Thius sedang berdiri dengan jacket coklat dan kaos garis-garis sepadan dengan jeans abu-abu. Wajahnya yang cute dengan rambut lurus terpotong rapi serta jambang, kumis dan janggut tipis melengkapi wajahnya yang menawan. Matanya berbinar setelah melihatku, senyumnya menandakan rasa kangenya telah terobati. Akhirnya penantianya selama ini terobati. Setelah rasa kangen hanya bisa dilalui dengan web chatt, telepon, SMS dan MMS. Akhirnya orang yang ditunggu-tunggu ada didepan mata. Ku menuruni anak tangga satu demi satu dengan rasa lega…
“sui kak nunggune??” [lama kak menunggunya??] *sambil ku ayunkan tangan untuk berjabat tangan.
“limolas menit lah vin, gorene tak gawane kopere..!!” [limabelas menit lah vin, sini kubawain kopernya]
Akupun menyerahkan koperku, dan kita berjalan menuju halte busway sambil mengobrol menumpahkan rasa kangen yang mendera.
“numpak taxi wae yuk..!! delengen haltene umpel-umpelan ngono” [naik taxi aja yuk..!! liat tuh haltenya penuh gitu]
“yois neknu.. toh ribet yo an mengko yen numpak metromini maneh.” [ yaudah kalau begitu.. toh ribet nanti kalu naik metromini lagi.]
Akhirnya kita menuju ke taxi burung biru yang lagi parkir di pinggir jalan. Setelah bilang tujuan kami, taxi pun mulai meluncur ke kemanggisan. Aku bersama ka Thius melanjutkan obrolan didalam taxi, aku mulai cerita mengenai kejadian-kejadian sejak tadi pagi. Mulai macetnya Solo diluar dugaan, ketinggalan kereta pagi, sampai akhirnya memutuskan untuk mengambil jalur ke Bandung dulu. Dia pun juga sebaliknya menceritakan kejadian-kejadian dikantor. Sambil berpegangan tangan yang ditutupin jacket agar pa sopir ga meratiin kamipun menuntaskan rasa kangen di dalam taxi. Bukanlah kejadian dapat dilakukan karena adanya kesempatan?? Hehehehe…….
Akhirnya kamipun berhenti di ujung Gang Haji ….(lupa) didepan Alfamart Kemanggisan 4. Setelah aku membayar ongkos taxinya kami menyusuri gang dengan berjalan kaki, sebenernya sih mobil bisa melewati gang tersebut, mungkin ka Thius berfikir biar supir taxinya bisa langsung lurus saja dan tidak repot-repot putar balik di ujung gangnya. Setelah membuka gerbang dan disambut “Bruno” si anjing hitam penjaga rumah akupun menuju kamar ka Thius.
“loh…pindah kak kamarnya??”
“iyo.. sing kene ono cendelone soale, men angin iso mlebu.” [iya.. yang sini ada jendelanya soalnya, biar udara bisa masuk.]
“oh……., Ka.. oleh-oleh ning jero koper, bukak’o dewe aku meh adus sik.” [oh….., ka.. oleh-oleh ada di dalam koper, buka aja ndiri aku mau mandi dulu.]
“gampang… gih buruan..”
Akupun membuka lemari besar dia yang berada di dekat pintu kamar, dan mencari handuk dan baju ganti.
“ka.. bajune sing endhi??” [ka..bajunya yang mana??]
“sing biasa mbok enggo wae lah…” [yang biasa kamu pake aja lah…]
“iki wae ya…” [ini aja ya…] * sambil aku memperlihatkan tshirt biru dan celana pendek warna coklat.
“ hehm..” *dia berdehem tanda dia setuju.
Setelah ku mengambil handuk kecil di ransel akupun menuju ke kamar mandi yang berada di samping kamar lamanya. Masih sperti dulu dalam pikirku, ga begitu banyak perubahan selain kamar dia yang pindah, tata ruang kamarnya juga agak berbeda, lebih rapi tentunya.
Setelah mandi dan ganti baju aku kembali ke kamar. Ka thius sedang tiduran di kasur sambil memperhatikan acara TV yang dipandu oleh Tukul Arwana. Ku buka koper, ku keluarkan beberapa oleh-oleh buat ka Thius.
“ka kain kotak-kotak yang kakak maksud ini bukan?? Ini bisa loh buat selimut.. kakak yang biru aja ya, soalnya aku mau yang merah hehehehe..”
“breme ono ra vin??” [ bremnya ada ga vin?]
“woles bro….. Tarraaaa….” * ku perlihatkan sebotol brem dengan hiasan anyaman kepada ka Thius.
“wuih… diombe bareng ya…. Gelem ra???” [wuih…. Diminum bareng ya… mau ga???]
“emoh…..tumben nawarin, biasane protektif yen ono makanan atau minuman sing haram.” [ga mau…. Tumben nawarin, biasanya protektif kalo ada makanan atau minuman yang haram]
“ yo… sekali-sekali ra popo kan?? Hehehe…. [ ya sekali-sekali ga apa-apa kan?? Hehehe…]
“emoh....kak….” [enggak… kak….]
“yois neknu tak go manthuk lah imlekan mengko” [ yaudah kalau begitu nanti ku bawa pulang aja untuk imlekan ntar.]
“ka… kaos pelanginya ukuranya S, tapi muat kok.. mungkin S bule.”
“apik nok vin…piroan ki??” [bagus vin… berapaan nih??]
“30ewu, coba dienggo sik.” [30ribu, coba dipake dulu]
Ka Thius pun memakai kaos yang ku lemparkan kepadanya, setelah melepas kaos yang dia pakai dan meletakanya diatas bantal, dia mulai memakai kaos pelangi yang kuberikan kepadanya.
“Pas vin…kok apikan iki yo daripada sing tuku adiku ning mangga dua” [pas vin.. kok bagusan ini ya daripada yang beli adikku di mangga dua.]
“ye….kan ku tukune langsung soko Bali, mangga dua kan pusatnya KW hehehehe….” [ye… kan ku belinya langsung dari Bali, mangga dua kan pusatnya KW hehehehe….]
“tereeeng…. Ku juga punya satu lagi.”
“ lah…. Kembaran tho?? Moh ah .. yen nganggo bareng, ndak dikiro pasangan couple ntar.” [ lah.. kembaran ya?? Ga mau ah… kalau makainya barengan, ntar dikira pasangan couple loh..]
“ iyo-iyo… lagian aku juga ga mau wew…”
Setelah ritual bongkar-bongkar koper selesai, akupun menuju ke kasur tempat dia bebaring. Sengaja aku ga kasih dia kaos jogger, karena dia emang berpesan jangan beliin kaos jogger. Selain harganya mahal, udah terlalu mainstream. Lampu sudah dimatikan, korden jendela sudah rapi dan dipastikan tertutup, pintu sudah dikunci. Saatnya beraksi……………………………. Hehehehehehe………………….
masih gak vin kaosnya?
sampe skrng gak kontak sama obi kev? facebook mungkin?
eh, minal aidzin jg kev?
kaos gw masi ada, tapi sekarang dah gw kasi ke adik gw. ga tau deh klo di dia. ama Obi ga kontek, FBnya dah di deactivate, dan YM juga ga aktif.
selesai juga bacanya, dan nunggu lanjutannya. Tapi gak terjadi apa2kan sama kalian berdua
Ooooontaa& maskevin..
Gak dilanjut nih ceritanya.
@danu_dwi @nes16 @YuuGee @DM0607 @musimhujan22 @M600i @DiFer @Beepe sama @el_crush @darkrealm @Adam08 @yuzz @meong_meong @sky_borriello @rebelicious @pendatangbaru @adinu @inlove @chibipmahu @sky_borriello
@tamagokill @kutu22 @angelofgay @icik_icik @jajaka_kasep @yoedi16 @dion_14 da lama ga update cerita ini, mungkin deadline masing2 yang membuat kepending. mudah2an ntar disela-sela bisa sambil menulis lagi.
4 @akuinisiapa ini untuk menyicil hutang2 traktiranku yang masi kepending hehehehe...