BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

THRILLER STORY- Getting Lost In Grudges [CHAPTER 11 and CHAPTER 12]

edited February 2013 in BoyzStories
"ARE YOU READY TO BECOME THE NEXT TARGET?"

Sebelumnya mau mengucapkan selamat datang kembali kepada diri saya sendiri ke forum ini hahaha. Setelah lebih dari satu tahun setengah tidak membuka forum ini, akhirnya gatel buat kesini lagi. Mohon maaf sebelumnya ya...

Ada yang masih kenal dengan IMANUELA /ga ada yang kenal/ plak!/ ? okay, saat ini saya resmi mengganti nama menjadi nama yang aneh super duper aneh yaitu DOUBTJUDGE *nggak nyambung sama IMANUELA sama sekali* berhubung password akun IMANUELA saya lupa paswordnya hahaha *stress*.

Saat ini saya mau minta maaf pada yang sudah nungguin atau bahkan sudah lupa (?) dengan cerita saya ini. Saya bakal kirim ulang cerita thiller saya ini. Cerita ini sudah berdebu (?) tersimpan di leptop saya. Akhirnya saya akan kembali mendebutkannya sekarang haha *dilempar batu bata sama pembaca lama*.

Baiklah dari pada saya banyak bercincong-cincong ga jelas, kali ini saya akan mempost empat chapter sebelumnya ditambah satu chapter baru agar bisa menjadi review buat pembaca lama dan tentunya memudahkan pembaca baru hehehe *salam kenal pembaca baru!!*

Saya imanuela, memohon kritik dan saran serta komentar dari pembaca semuanya!

Akan lebih baik kalau bacanya sambil ngopi atau makan snack! hehe. Soalnya ini lumayan panjang lo! semoga senang ya!

"ARE YOU READY TO BECOME THE NEXT TARGET?"

~~~~

MONDAY (Part 1)
~~~~~

“TREK..TRIK..TRUK….”

Nyanyian alarm di handphone ku. Aku terbangun. Jujur, suara ini terlalu keras, aku lupa mengecilkan volume nya sebelum tidur, hingga seseorang yang satu kamar dengan ku, juga terbangun dengan aura merah padam (alias marah!).

“Hai Ris, kurang besar tuh volume alarm nya!” katanya sambil menyembunyikan kembali wajahnya dengan bantal.

“Ia deh, Pan. Maaf!” Kataku sambil tersenyum.

Haha.. dia memang orang yang sangat sulit dibangunkan. Kalau melihat langit masih agak gelap, dia pasti tidur lagi, dia baru mau bangun kalau waktu sudah kepepet.

Ku matikan alarm itu dan segera menuju kamar mandi, tidak kuperdulikan dia, dan segera cuci piring, eh bukan, maksudku mandi.

Selesai mandi, aku bergegas memakai pakaian seragam, dan menyandang tas. Ku buka pintu kamar yang berwarna coklat tua itu, dan sesekali ku menoleh ke arahnya- dia masih tetap tidur, atau lebih tepatnya berpura-pura tidur, yang jelas dia masih bermalas-malasan.

Aku keluar dari kamar , karena sekarang masih sekitar jam setengah tujuh, aku berjalan dengan santai menuju gedung kelas. Oh ia, aku belum memperkenalkan diriku, kan?
Namaku Riski Septiawan. Biasa dipanggil Riski. Aku sekarang duduk di bangku SMA tingkat dua. Aku sekolah di SMA A yang berasrama. Ya terpaksa deh aku hidup di asrama dan harus mandiri.
SMA A ini memiliki empat gedung utama, yaitu gedung kelas, gedung asrama, gedung kantor, dan gedung serba guna. Gedung-gedung itu saling mengelilingi halaman luas yang biasa dipakai untuk upacara , kecuali gedung asrama, yang terletak dibelakang .

Walaupun sekolah ini bukanlah sekolah yang terkenal seperti sekolah-sekolah asrama yang lainnya, disiplin dan peraturan disini sangat ketat. Karena itulah aku datang sepagi-pagi mungkin ke gedung sekolah supaya tidak terlambat.

Ku naiki tangga dan berjalan lurus ke depan. Hingga akhirnya aku sampai di depan kelasku. Terlihat di atas pintu , ada papan kecil berwarna hijau bertuliskan “11 IPA 3”.

Ketika aku memasuki kelas ini, seperti biasa... sepi. Di dalam baru ada lima orang yang menggunakan seragam yang sama denganku (alias tema sekelasku). Dan mereka cewek semua. Salah satu diantara mereka yang bernama Airin , menyapaku,

“Hai Ris, kamu udah buat PR Biologi ?”

“Udah lah, emang kenapa?” aku balik bertanya

“Boleh pinjem?” katanya bermohon sambil memegang tangan ku. Anak yang lumayan manis ini merayu ku sepertinya.

“Ciye..ciye… Si Airin genit ya godain Riski ! Udah ganteng, rajin lagi!” kata teman-temannya yang lain.

Aku tersenyum, Airin pun memandang mereka dengan tatapan tajam ,
“Biasa aja kali!”,

Dia kembali melihatku dan kembali merubah ekspresinya menjadi ekspresi manis ,

“Gimana? Mau nggak?”

“Oke, nih!” Ku keluarkan buku cacatan biologi-ku dan memberikannya pada Airin. Dia mengucapkan terima kasih dan kembali ke teman-temannya sambil membawa bukuku. Aku tahu, bahwa dia hanya baik kalau ada maunya saja. Namun , aku tidak memikirkan hal negatif itu lagi. Yang ku pikirkan sekarang adalah berbuat kebaikan.

Dua puluh lima menit kemudian, anak-anak di kelas sudah mulai rame. Aku pun sudah mulai tidak bosan lagi, dan berbincang dengan mereka. Seorang cowok pun masuk dengan pandangan dingin. Dia meletakan tas nya di meja paling belakang. Pakaian nya yang serba putih memperlihatkan petunjuk bahwa dia akan menjadi petugas Paskibra di pagi senin ini.

Tapi bukannya membuat kagum, teman-teman ku di kelas ini, hanya terdiam dan memberikan pandangan sinis pada anak itu. Awal mulanya aku tidak tahu mengapa mereka semua seperti itu, padahal aku tahu bahwa dia lumayan tampan, atletis, dan yang lebih penting pintar. Namun tanpa sengaja aku mendengar gossip tidak baik tentangnya, ya... suatu saat nanti kalian akan tahu.

Anak itu duduk sendirian dibelakang, dia seperti tidak peduli dengan orang lain yang melihatnya dengan berbagai macam tatapan. Dia hanya sibuk dengan dunianya sendiri, hal itu terbukti dengan dirinya yang sedang menggunakan hedseat dan menekan tombol volume full di handphonenya. Dia terdiam dengan tatapan kosong, seperti seseorang yang sedang mengikuti irama di dalam sebuah lagu.

Iseng... Aku mencoba menyapanya,

“Viktor.”

Dia tidak menjawab.

“Viktor!” nada suaraku bertambah besar

Dia melihatku sekilas, dan sialnya dia kembali sibuk melihat handphonenya.

Aku pun melepaskan salah satu hedseatnya dan meletakkan nya di telingaku, terdengar nyanyian lagu Vierra yang berjudul Perih.

“Aku kan ber tahan…
Meski takkan mungkin…
Menerjang kisahnya…
Walau perih…”

Dia terlihat kaget dengan apa yang kulakukan dan langsung melepaskan hedseat yang ada ditelingaku dengan paksa.

“Jangan sok baik!” katanya.

Aku tercengang ,

“Lebih baik kau segera menjauh dariku! Jangan coba-coba sok akrab dan sok baik!”

Aku mulai mengerti apa maksudnya. Segera ku berdiri dan mengatakan,

“Maaf. Aku cuma ingin berteman!”

Dia tidak menghiraukan sama sekali, tapi aku tahu dia mendengarnya karena saat itu aku tahu satu hal bahwa lagu yang sedang terputar di handphonenya sedang dalam kondisi pause.
Aku kembali ke teman-temanku. Tak lama kemudian, bel tanda masuk berbunyi, dan kami semua keluar dari kelas untuk mengikuti upacara rutin apel senin. Sambil tersenyum bahagia, aku berteriak dengan keras,

“Semoga satu minggu ini, semua akan bahagia!”

Eh tunggu dulu. Dasar Riski bodoh! Semua orang sedang melihatmu karena tingkah bodoh yang baru saja kau perbuat! Batinku.

Semua orang melihatku. Termasuk Viktor, Airin, dan tiga pemeran penting lain nya yang belum aku ceritakan.
~~~~~~~

Tanpa Riski dan yang lainnya ketahui, minggu ini akan menjadi satu minggu yang tidak akan dilupakan didalam hidup mereka!
«13456717

Comments

  • "ARE YOU READY TO BECOME THE NEXT TARGET?"


    ~~~~
    PART 2
    ~~~~

    Upacara rutin menaikan bendera setiap senin dimulai. Dengan hikmat kami mengikuti setiap sesi-sesi dalam upacara. Aku mulai risih dengan terdengarnya suara-suara ribut yang berasal dari barisan temanku yang ada dibelakang (maklum aku mengambil barisan nomor tiga dari depan).

    Ketua kelas kami, Aji, memberikan instruksi dengan pelan,

    “woi, diamlah. Kalian mau kelas kita kena hukum?”

    “Ia pak! Santai dong!” kata salah seorang temanku bernama Desta sambil mengejek. Dia dan beberapa teman lainnya tertawa kecil.

    “Tidak ada yang lucu! Pokoknya kalian harus diam! Ya sudahlah!” Aji tidak mau ambil pusing.

    Kadang aku kasihan melihat Aji, dia harus mengatur teman-teman ku yang ribut nya minta ampun. Sampai guru-guru pun ada yang tidak kuat mengajar di kelas kami. Anak yang berkepala botak ini, sangat tegas, dia juga sangat suka olahraga(sedikit memperhatikan), namun dia kadang sangat lemah dengan cewek. Haha.

    Aji kembali ke posisi siap sempurnanya. Sedangkan aku harus kembali fokus ke acara upacara. Walaupun kadang-kadang, aku berbicara dengan Airin yang ada disebelahku. Namun aku terheran melihat seseorang yang ada di depanku. Anak berkacamata ini selalu diam. Padahal dia tidak bisu, dan aneh sekali bagiku. Aku kadang mencoba menegurnya, namun ada perasaan yang menyebut tidak usah.

    Ketika acara mulai bosan, tiba saat nya waktu penaikan bendera merah putih tercinta, disini teman-temanku yang bertugas salah satunya adalah Viktor. Anak yang penuh misterius itu, sangat serius menjalankan tugasnya. Dan satu lagi, Irawan. yap, ini dia yang aku tunggu-tunggu.

    Irawan kadang dia melirik ke arah ku, dan aku balas lirikan nya. Hehe. Irawan juga tidak kalah macho dari Aji dan Viktor, walaupun tidak setampan Viktor, yang penting dia baik hati, dan selalu membuat humor dikelas. Dia sangat suka bermain basket, beda dengan aku yang suka bermain sepak bola.

    Tidak ada yang tahu bahwa aku dan Irawan sudah menjadi sepasang kekasih. Anak yang lebih tinggi dari aku ini, sudah menjadi pacarku dari kelas satu kemarin. Kami banyak menjalani kisah bersama, walaupun orang lain hanya melihatnya sebagai sepasang sahabat biasa.

    Ceritanya begini, dulu aku nembak dia, pertama dia merasa aku aneh, lama kelamaan dia mulai mencoba dan menerima nya. Semula aku berpikir dia hanya bermain-main saja. Ternyata tidak, dia serius.

    Ada sebuah kejadian yang aku ingat waktu itu. Saat itu adalah hari ulang tahunnya. Bertepatan saat libur sekolah. Aku akan memberikannya sebuah kalung berwarna hitam. Memang harganya tidak seberapa sih, namun yang penting memakai uang ku sendiri.

    Sore hari kami janjian di dekat kelas kami waktu itu. Ternyata hujan lebat mengguyur.

    “Ya ampun, gimana nih, bisa nggak Irawan sampai kesini? Hujannya lebat banget!” kataku saat itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Rumahnya sangat jauh. Aku pesimis dia akan datang.
    “Ya. aku akan menunggu!” kataku dengan bodohnya.

    Satu jam kemudian, aku tetap teguh berdiri walaupun hujan bertambah lebat. Tiba-tiba lewat seorang penjaga sekolah yag sedang terburu-buru membawa peralatan yang sangat banyak dan menyenggol ku,

    “Maaf dik, Bapak tidak sengaja, kenapa kamu ada disini? Sekarang kan sedang liburan?”

    “Maaf juga Pak, saya sedang mengambil barang yang ketinggalan.” Kataku

    “Oh ya sudah, bapak pergi dulu ya dik!”

    Bapak Penjaga Sekolah itu pergi dan lama-kelamaan hilang . Aku tidak sadar ternyata kalung yang aku pegang, saat bertabrakan dengan si Bapak Penjaga Sekolah, jatuh kedalam selokan kecil yang ada didepan kelas.

    “Gimana ini? Bagaimana cara ngambilnya ya? Selokannya dikasih besi.. Ga bisa diangkat!”

    Aku mulai putus asa, dan tertunduk-menangis. Bagaimana nanti kalau Irawan datang, sedangkan kadonya hilang!

    Aku putus asa,

    Aku hanya bisa tertunduk lesu,

    Dibawah atap yang diselingi suara derasnya hujan.

    Tidak lama kemudian, seorang cowok berjaket tipis, datang,
    “Maaf Ris, aku telat!”

    Aku melihat keatas, dan terlihat dia sudah basah kuyup. Dia juga keheranan melihat air mataku.

    “Kenapa kamu nangis, Ris?”

    Aku hanya menggeleng,

    “Jawab Ris!” katanya tegas keheranan.

    Aku menggeleng lagi.

    “Ya udah!”

    Dia melihat ada sebuah kalung berlogo R.I. di selokan. Namun dia malah pergi .

    Aku rasa dia marah, karena hadiahnya tak sengaja ada di selokan dan aku mencuekinnya. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku tidak sanggup melihat kemarahannya, aku memutuskan pulang. Sudah lama kuberjalan, tanpa ku perdulikan Irawan.

    Tapi…

    Didepan mataku ada sebuah tangan menggenggam kalung hitam

    “Ini yang kamu cari kan?”

    Aku terkaget, dia ada di depan ku sambil membawa kalung yang sudah ada diselokan tadi dengan mata yang bersinar. Kulihat tangannya kotor karena kotornya selokan tadi, dia mengambilnya mati-matian!

    Aku sangat terharu, aku kembali menangis! Ini pengalaman pertama dalam hidupku yang sangat berarti, aku menangis dan kupeluk dia.

    “Irawan…Selamat Ulang Tahun…” hanya itu kata yang dapat aku ucapkan..

    Dia membalas sambil memberikan kecupan di keningku,

    “Terima Kasih!”

    ~~~~

    Chapter 2 terasa sinetron banget ya! maaf:(
  • "ARE YOU READY TO BECOME THE NEXT TARGET?"


    ~~~~
    PART 3
    ~~~~

    Tak terasa waktu terus berjalan , Tradisi kenaikan bendera Sang Merah Putih ini akhirnya berakhir. Si Protokol memberikan komando yang ditujukan untuk guru-guru dan Kepala Sekolah agar dapat meninggalkan lapangan Upacara.
    Namun sebelum para murid membubarkan diri , seorang lelaki berbadan besar dan berkepala botak datang ke mendekati para petugas upacara, dan langsung mengambil microphone yang dipegang oleh Si Protokol. Dengan menggenggamnya sekuat tenaga,dia langsung beranjak ke tengah lapangan.

    Terlihat di pakaian dinas nya, ada sebuah badge name bertuliskan Wawan Patrio,

    “Hai anak-anak ku tersayang ! Bagaimana keadaan kalian?”

    “Baik pak!” Kata kami semua serentak. Pak Wawan-Si Wakil Kesiswaan- sedang melakukan kebiasaannya yang sering dilakukannya setiap seminggu sekali.

    “Baiklah mari kita sambut! Anak-anak yang paling hebat ini!” Sambut Pak Wawan.

    Betul kan ?

    Aku dan seluruh siswa lainnya berteriak dan bertepuk tangan sambil untuk menyambut ‘anak-anak yang paling hebat’.
    Akhirnya, keluar sepuluh orang anak yang memperlihatkan wajah bagai tanpa dosa menuju lapangan tengah, setelah sampai, mereka berbaris lurus seperti membuat sebuah satu saf untuk shalat. Mereka berdiri tegap sambil memberikan hormat ke pada Sang Bendera Pusaka disana. Dilain pihak, ada sebuah karton yang dililitkan tali di dada mereka bagaikan pada saat masa MOS dulu yang bertuliskan “SAYA MALU, SAYA TELAT!”

    Benar sekali, sambutan ini bukanlah sebuah sambutan untuk seseorang yang membanggakan sekolah atau mendapat kan prestasi di berbagai bidang, melainkan tak lain adalah sindiran dan cemoohan bagi mereka yang suka terlambat (Dan untungnya aku belum pernah).

    Masing-masing dari mereka tertunduk lesu, mereka terlihat sangat malu, dan itu pun kalau mereka punya malu ya, soalnya ada beberapa diantara mereka yang sudah sering telat seperti menjadi makan menggunakan nasi, salah satu nya dia-anak bertas sandang biru itu. Siapa lagi kalau bukan teman satu kamarku, Pandu.

    Pandu terlihat sangat polos disitu, amat berbeda dengan sifatnya saat di kamar tadi, dia bagaikan banteng yang marah kalau melihat warna merah!

    Aku hanya bisa tersenyum melihat Pandu. Dan sesaat dia juga melihatku, dan langsung membuang muka! Aku terkaget! Alamak, Apa salahku?

    “Oke semuanya, kalian dipersilahkan kembali ke kelas dengan tertib. Kecuali yang sepuluh orang ini!” Kata Pak Wawan sambil menunjuk Pandu CS dengan nada suara yang agak besar.

    “YES!!!!”

    Terdengar dengungan gelombang suara sorak gembira anak-anak dari kelas lain. Selain itu, aku juga melihat ke arah Kantor, dan semua guru masuk kesana.

    “Sepertinya akan rapat, jadi istirahatnya akan lama! Hore!!!” kataku penuh kemenangan .

    Dari pada jadi bosan di kelas nanti, lebih baik aku ke tempat para pengibar bendera berkumpul.

    Disana mereka berkumpul, ada yang tertawa dan ada yang sibuk main handphone, baju mereka yang ketat membuatku iri. Haha. Aku pun mendekat ke arah segerombolan perempuan dan bertanya,

    “Kak, anak yang bernama Irawan Subandi dari kelas 11 IPA 3 , ada?”

    Seorang gadis cantik menoleh ke arahku dan menjawab,

    “ Nggak,dek. Tadi aku denger dia lapar banget, Kalau ga salah dia langsung ke kantin !” katanya dengan menggunakan bahasa yang agak berbeda dengan kami, aku berpikir mungkin dia dari kota.

    “Oh. Terima Kasih kak!”

    Aku menjauh dari orang-orang berbadan tegap itu, kadang aku mencoba untuk mencuri pandang disekelilingnya, dan yang kudapatkan hanya Viktor yang menyendiri di dekat taman. Dasar anak yang aneh!

    Semakin lama, aku semakin penasaran dengan apa yang dia lakukan*Detektif mode on*, aku melihat dia mengeluarkan sebuah benda kecil berwarna ungu. Dan itu adalah harmonika! Dia lalu menghembuskan nafasnya diharmonika itu dengan bibirnya, dan terdengar nada-nada indah dari lagu The Climb-nya Miley Cyrus.

    “Keren banget!” Kataku terpesona.

    Dia melihatku, dan kembali buang muka, sepertinya dia dengar apa yang aku katakan tadi!

    Dan ternyata, Bukan hanya buang muka, dia langsung pergi!
    “HHHHHHH.. Sombong sekali ! kau pikir kau keren?” kataku dalam hati. Malas sepertinya mengiharaukan tingkahnya, aku pun kembali ke tujuan awal yaitu mencari Irawan, dan segera menuju kantin!!

    Dari kejauhan, kulihat Irawan sedang duduk dan makan bersama beberapa kakak-kakak senior. Dan sepertinya pembicaraan mereka cukup asik. Anak itu terlihat populer. Walaupun aku cemburu, aku harus tetap bersabar karena yakin hanya aku yang ada dihatinya.

    “Irawan!” Aku memanggilnya dengan modal nekat dari arah yang jauh itu.

    Dia melihatku dan tersenyum sambil melambaikan tangannya.
    “Eh, Ris!”

    Dia kembali melihat dan berbincang dengan senior-senior itu. Dan terlihat muka para orang yang lebih tua itu menjadi berkerut. Yap, Irawan mau pergi, ketempat ku! Hehe.
    Setelah pergi dari senior-senior, Irawan menyapa ku lagi,

    “Ris, gimana penampilan aku tadi pas di ngibarin bendera?” dengan semangat 45.

    “biasa aja!” jawabku singkat,padat, dan menusuk.

    Dia langsung cemberut.

    “Ia-ia! Bagus! Nggak mungkin Irawan ga bagus! Apasih yang Irawan ga bisa?hahahaha” aku menghiburnya.

    Dia tersenyum dan mengusap kepala ku.

    “lebay,lu!”

    Kami tertawa ceria! Irawan yang masih mengenakan pakaian putih terlihat sangat gagah, selain itu, sambil berjalan menuju kelas, dia juga memberikan humor-humor kecil kepadaku.
    “Apa beda pulsa sama cinta?”

    Dia memberikan teka-teki, wah cukup sulit nih. Aku meletakkan jariku dibawah daguku, setelah berpikir 2 jam (lebay) *maaf Cuma 2 menit* aku pun menyerah,

    “Ga tau! Emang apa?”

    “Kalau pulsa, sering dipakai habis! Tapi kalau cinta sering dipakai malah tambah mesra!”

    Hah? Teka-teki dari mana? Pikirku dalam hati.

    “Ga nyambung!” kataku.

    “Yang penting lucu kan?”

    “Garing tauk!Maksa! hehe”

    Kami terus berjalan hingga lorong, dan ketika berbelok ke kanan kami bertabrakan dengan anak berkacamata yang ada baris di depanku saat upacara tadi. Lembaran-lembaran yang sedang dibawanya jadi jatuh.

    Aku langsung menyinggapinya, dan langsung membantunya yang juga sedang mengumpulkan kembali lembaran-lembaran itu.

    “Maaf! Aku tidak sengaja!” Kataku sok formal, maklum, dia mungkin orang pintar, haha

    “Tidak apa.” katanya singkat. Dia tidak melihat ku dan hanya sibuk mengumpulkan lembaran-lembaran miliknya yang berhamburan.

    Sambil membantu, aku mulai dirasuki hawa penasaran, aku melihat lembaran-lembaran itu sekilas, ada judul Gemini, Sagitarius, Leo, dan sebagainya. Wah, ternyata Lembaran-lembaran ini tentang Ramalan Bintang (Dia suka yang hal yang seperti ini ya?).Namun tidak seperti ramalan biasanya, disini terlihat begitu gelap dan dark. Berwarna hitam kelam.

    Aku mencoba melihat bintangku, Pisces. Terlihat gambar putri duyung yang tak lain lambang Pisces. Namun putri duyung ini terlihat sedang kesakitan penuh darah dan mengeluarkan air mata. Aku mencoba melihat kolom penjelasannya, tapi tiba-tiba anak berkacamata itu menggenggam pergelangan tanganku.

    “Hanya main-main!” katanya dengan genggamannya yang kuat
    .
    “Aduh! Apa? Aku tidak mengerti apa yang kau katakan?” Aku cukup kaget dengan tingkahnya yang tambah aneh.

    Aku tidak mengerti apa maksud nya berkata begitu, dia mulai memandangiku, tatapan seram. Cengkramannya semakin erat dan menyakitkan.

    “ADUH!” tambah semakin sakit. Dia melihatku lagi.

    “Hei culun! Bisa ga lu lepasin dia?!” kata Irawan mengancam sambil memegang kerah baju anak itu.

    Si Anak Berkacamata akhirnya melepaskan cengkramannya dariku. Irawan pun melepaskan genggaman tangannya dan kembali berdiri. Dia-Si Anak aneh itu- meninggalkan kami dengan membawa lembaran-lembaran anehnya sambil tersenyum sinis kearah kami berdua.

    ~~~
  • "ARE YOU READY TO BECOME THE NEXT TARGET?"

    ~~~~
    PART 4
    ~~~~

    "Anak itu gila ya? Si Bima itu.”

    Pertanyaan Irawan menemani kami menuju kelas.
    Aku tidak dapat menjawab. Jujur, aku bingung dan takut. Kenapa si Bima, anak berkacamata itu, berkata seperti itu? Apakah ada artinya? Hal tersebut selalu berputar-putar dikepalaku.

    “Hei, kamu ga apa-apa ,kan?” Tanya Irawan yang peduli padaku. Aku mencoba membuatnya tidak khawatir,

    “Ya tidak apa-apa!”

    Aku dan Irawan masuk ke dalam kelas. Kami segera berpisah. Dia duduk di bagian depan, sedangkan aku duduk di bagian belakang.

    Aku duduk dan segera mengambil buku pelajaran bertuliskan BIOLOGI 2 di dalam tas. Ku letakkan buku itu di atas meja. Aku baca lembaran demi lembaran.

    Seseorang menghampiriku,

    “Tumben banget nih baca buku!”

    “Eh Desta. Ya iyalah , aku kan pengen pintar!” kataku sambil menutup buku yang baru aku baca tadi. Dan melihat dia, Desta.

    Anak berambut berponi seperti artis korea itu, melanjutkan pembicaraan dengan gaya feminimnya sambil duduk di kursi depan ku.

    “Haha. Ia deh. Ngomong-ngomong siapa ya yang bakal satu kelompok dengan kita?”

    Aku bingung.

    “Kelompok apaan?”

    “Emangnya kamu lupa?” katanya keheranan.

    “Aku memang ga tahu!” ku buka lagi buku biologi ku, dan mulai ku baca.

    Dia bukannya pergi, malah terus bicara,

    “Oh ia, hari Senin lalu, pas kamu ga datang, Pak Wawan mengajak kita seluruh murid 11 IPA 3, untuk pergi study tour hari rabu, untuk meneliti suatu jenis tanaman yang ada di suatu taman lindung di kota. Jadi kita ga belajar Matematika dan Olahraga! Yes! Haha!”

    “APA?!” Aku kaget. Sumpah.

    Aku ingat minggu lalu aku sakit, makanya tetap di kamar dan ga sekolah. Pak Wawan yang selain wakil kesiswaan, juga menjadi guru biologi yang mengajar di kelas kami. (Tambahan, untuk menghindari kebisingan kota, SMA A itu ada di desa, biar lebih sejuk dan tenang.)

    “Aku sama sekali ga tahu!”

    “Kok bisa? Pandu ga ngasih tau kamu?”

    Hm. Pandu?

    “Pandu? Pandu diharapkan. Ada dikelas aja, jarang banget di dengerin guru!Kerjanya tidur melulu!” aku memberikan tanggapan sekalian menunjuk Pandu yang ada di sudut kelas sedang tidur.

    “Hahhaha! Ia juga ya!” kata Desta kembali tertawa. Aku heran juga, si Desta suka sekali ketawa.

    “Semoga aja, kelompok kita dapat yang bersahabat ya!” kata ku mencoba mengerti.

    “Semoga ga sama Viktor!!” lanjutnya.

    Aku terdiam. Aku rasa Viktor dengar. Desta malah dengan asik melanjutkan cerita.

    “Karena kalau sama dia…”

    “Desta, jam kamu bagus! Beli dimana?” Maaf Desta, aku memotong pembicaraan.

    “Oh ini, beli di kota!”

    Tiba-tiba, Aji datang dan masuk ke kelas.

    “Teman-teman, kembali ke tempat duduk masing-masing! Pak Wawan sudah di tangga!Sebentar lagi masuk!”

    “Biasa aja dong!” Desta langsung menjawab dan segera menuju tempat duduknya. Aji yang melihat Desta, hanya menggeleng-geleng kepala.

    Pak Wawan datang, dan langsung meletakkan tas laptopnya di meja dan langsung berdiri kembali.

    “Selamat pagi anak-anak!”

    “Pagi Pak!” Jawab kami sekelas serentak.

    “ Kalian ingatkan agenda kita hari ini?”

    “Ingat, Pak!”

    Aku nggak tahu agenda itu!

    “Saya nggak tahu, Pak!” Aku menjulurkan tangan dan nekat memberi komentar.

    Teman-teman sekelas lainnya melihat ku, mereka tertawa, kecuali Irawan dan Viktor. Viktor yang cuek, dan Irawan yang sepertinya merasa bersalah tidak member itahuku tentang study tour itu. Karena tawa itu, si Pandu juga bangun.
    Pak Wawan tersenyum dan menjawab,

    “Baiklah nak Riski. Bapak ulang pengumumannya. Hari Rabu atau lusa, kita akan pergi Study Tour untuk meneleliti suatu tanaman di taman lindung di kota. Kita pergi menggunakan bus. Seluruh siswa kelas 11 IPA pergi. Masing-masing dari kelas terbagi menjadi 5 kelompok. Satu kelompok terdiri dari tujuh orang. Dan hari ini saya akan mengumumkan siswa-siswa yang ada di 5 kelompok itu.”

    “Oh..” kataku dalam hati. Dan tersenyum.

    “Oke, sekarang bapak akan membacakannya!”

    Pak Wawan kembali mengambil tas nya di meja, dan mengambil satu kertas. Dan terlihat keheranan.
    “Ini aneh sekali, padahal kemarin rasanya dalam satu kelompok orang-orangnya bukan ini, namun sekarang malah seperti diacak ulang. Hm.. biar sajalah, Mungkin saya lupa, naluri tua mulai ada!” kata Pak Wawan sambil kembali ke depan murid-muridnya. Teman-temanku semua tertawa. Aku juga begitu, asik tertawa.

    Satu per satu kelompok dibacakan. Dan tiba kelompok 3.

    “Kelompok 3, terdiri dari, Bima Biantara, Desta Za Fadli, Irawan Subandi, Pandu Imanuel, Rahmaji Putra, Riski Septiawan, dan Viktor Wendino.”

    Wah ternyata aku kelompok 3, satu kelompok dengan orang-orang yang berbeda sifat. Aku senang satu kelompok dengan Irawan, Desta, dan Aji(Singkatan Rahmaji). Sebenarnya dengan Viktor juga. Si Tukang tidur (Pandu) apalagi. Dan Bima, anak aneh berkacamata yang selalu diam itu. Tapi aneh tidak ada perempuannya.
    ~~~~
  • "ARE YOU READY TO BECOME THE NEXT TARGET?"

    ~~~~
    PART 5 (New Part!!! *lempar petasan*)
    ~~~~

    Teng… Teng… Teng…

    Bel Istirahat berbunyi.

    “Mohon kerja samanya ya!” Kata Desta tiba-tiba menghampiriku.

    “Haha. Kita ternyata satu kelompok lho!” Kataku yang ikut senang.

    “Tapi bencana datang! Kita satu kelompok sama Viktor!” katanya sambil memutarkan mata.

    “ Hm..” Aku tak menanggapinya. Dan segera ku lihat Aji yang sedang menulis sesuatu di papan tulis. Terlihat judul : PERALATAN YANG HARUS DIBAWA SELAMA STUDY TOUR.

    Pandu mendatangi Aji

    “Gila! Ini study tour apa kemping? Kok banyak banget barang yang dibawa?”

    “Kalau ada kritik, silahkan sampaikan ke Pak Wawan!” kata Aji cuek.

    Pandu cemberut dan pergi keluar kelas.

    Ku pandangi nama alat-alat yang dibutuhkan, dan rata-rata, aku belum memilikinya! Bagaimana ini ? Dibawahnya ada tulisan NB: Bagi yang peralatannya tidak lengkap, tidak dapat ikut.

    Muncul ide cemerlang!

    “Aku harus pergi ke kota!” Kataku sambil mana bersinar.
    Aku pergi keluar kelas dan ku hampiri Irawan yang ada dilorong sambil mengotak-atik handphone.

    “Lagi ngapain tuh, say?” Tanyaku curiga.

    “Lagi buka fb!”

    “Oh..”

    Aku mencuri pandang dan melihat layar handphone BB nya. Terlihat di Info status nya lajang. Ya, memang wajar sih. Ga mungkin kan di buat In Relantionship With Riski Septiawan.
    Haha

    Aku kembali bertanya.

    “Wan, nanti pulang sekolah kamu ada acara,nggak?”

    Dia menoleh ku,

    “Kenapa ?”

    “Kamu bisa nemenin aku ke kota? Aku mau membeli peralatan untuk study tour lusa. Kan hari Selasa libur nasional. Jadi hari ini kita bisa bebas keluar asrama!” Aku semangat mengajaknya.

    Dia tersenyum dan mengelus kepalaku

    “Maaf, aku sore ini ada latihan Paskib, jadi ga bisa pergi, maaf ya sayang!” Kata nya lembut.

    “Ya udah ga apa-apa!” jawabku dengan senyum yang sangat lebar.

    ***
    Sepulang sekolah, aku kembali ke kamar dan segera mandi. Sambil sabunan dan shampoan aku menggerutu,

    “Sialan! Ga ada salah satu pun dari mereka yang mau diajak! Si Desta,Si Pandu sama aja semuanya! Dasar!”

    Selesai mandi, aku segera berpakaian rapi. Kupilih baju berwarna kuning cerah untuk menggambarkan suasana hatiku yang cerah sehabis mandi.

    “Silau banget nih!” Pandu tiba-tiba berkomentar.

    “Makasih!”

    Tak ku pedulikan dia, dan segera ku ambil tas sandangku, dan segera keluar dari kamar. Segera ku menuju parkir sepeda. Dan segera menaikinya.

    Setelah mendapat izin dari Penjaga Sekolah, aku mengayuh sepedaku keluar dari sekolah. Akhirnya aku bisa merasakan sejuknya dunia luar (lebay haha).

    Pemandangan yang indah, dan hutan-hutan yang masih terjaga kelestariannya. Menemani ku dalam perjalanan naik sepeda ke kota. Tidak terasa tenaga yang sudah ku keluarkan dalam mengayuh sepeda.

    Tidak lama kemudian, aku melihat seseorang masih memakai seragam sekolah yang berjalan kaki. Anak itu menggunakan hedseat yang aku kenal. Yap, siapa lagi kalau bukan Viktor. Aku sapa dia,

    “Viktor! Ngapain kamu jalan kaki?”

    Dia melepaskan hedseatnya,

    “Bukan urusan kamu!” dengan judesnya dia menjawab.

    “Oh..” perasaan mulai tidak enak. Aha, aku tahu kenapa dia berjalan kaki,

    “Hei, kamu mau ke kota juga ya? Beli alat untu study tour ?Jalan kaki? Jauh lo? Nebeng aja sama aku dibelakang!” aku menawarkan diri.

    Dia tidak menjawab.

    “Ya sudah!”

    Aku akhirnya mengayuh sepeda lebih cepat dan segera meninggalkannya.

    Dari kaca spion yang kupasang asal di sepedaku, terlihat Viktor sedang berwajah merah padam. Dia pasti kecapean jalan terus. Akhirnya dia terpaksa berbicara,

    “Hai kamu! Aku ikut!”

    Aku berhenti. Dan menoleh ke belakang.

    “Oke!” Kataku sambil tersenyum nakal kemenangan.

    Dia mempersilahkan dirinya untuk mengayuh sepedaku, dan aku yang diboncenginya. Aku kaget, dalam hati, “ni anak kesamber gledek ya?”

    “Pegang erat-erat!” katanya, dia mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi.

    Aku tersenyum bahagia, aku merasa menang. Karena Viktor yang biasanya dikelas sangat dingin, sok cool, dan penyendiri, sekarang ada didepanku, dan kami seperti sudah menjadi sepasang sahabat yang telah lama bersama.


    ***

    Sesampainya di keramaian kota, tepatnya di pertokoannya aku turun. Aku tidak peduli dengan orang sekitar yang memandang aku dan Viktor. Ya Viktor. Cowok paling dingin di kelas, sekarang sedang bersamaku mencari sesuatu. Senangnya. Hatiku berbunga-bunga. Eits, aku harus ingat, aku masih punya Irawan.

    “Viktor, kita ke toko itu yuk!”

    Aku menoleh kebelakang, dan ternyata anak itu sudah tidak ada.

    Apa? Jadi dia Cuma numpang dan setidaknya bilang terima kasih saja tidak? Kurang asem.

    “Momen hati berbunga-bunga, batal!” kataku dalam hati.

    Ku parkirkan sepeda di parkir sepeda. Dan aku segera menuju toko-toko yang menjual peralatan yang aku perlukan, sendirian saja. Mulai dari toko buku, toko tanaman, dan toko lainnya.

    Setelah mendapatkan semua yang aku butuhkan aku segera menuju sebuah café. Ya, aku ingin istirahat sejenak, karena capek sekali keliling-keliling.

    Ketika aku hendak menyebrang menuju café tersebut, tiba-tiba datang Viktor mencegah ku.

    “Viktor? Ada apa?” kaget!

    “Jangan kesana!”

    “Kenapa?” tanyaku heran.

    “Kamu tidak perlu tahu! Yang penting di tempat lain saja! Ayo bersamaku! Biar aku cari tempat yang enak!” kata Viktor sambil menggenggam tanganku (tumben!).

    Aku tidak jadi menyebrang. Kami semakin menjauh, aku heran kenapa Viktor berbuat ‘aneh’ seperti ini. Aku pun penasaran dengan apa yang ada di café yang dindingnya hanya terbuat dari kaca itu.

    Dan.. Aku melihat, ada seorang cewek dan seorang cowok sedang duduk berdua di sana. Mereka terlihat mesra sekali. Dan kupandangi si cowok, dan terlihat ada sesuatu yang bersinar di lehernya.Bertuliskan R.I. Ya, anak itu…

    “Irawan!!!” Seketika aku berteriak.

    A nak itu Irawan? Kok? Bukannya dia?

    Viktor yang kaget tiba-tiba menoleh ku. Dan tiba-tiba mengelus-elus kepalaku sambil tersenyum.

    “Tenang saja, semoga dia bukan Irawan!”

    Aku tidak bisa berkata-kata, aku sangat bingung.

    Aku tidak menoleh ke arah café itu lagi, dan aku kembali melihat ke depan, dan menatap Viktor yang seperti orang lain.

    ~~~~

    Tanpa disadari Riski dan Viktor, Irawan melihat mereka berdua juga dari café tersebut. Irawan menatap mereka dengan tatapan tajam.

    Ditunggu ya komentar dan kutukan (?) nya ... gimana hehe

  • blm bs koment...blm ketahuan critanya,msh tahap2 awal...dtgg kelanjutannya....
  • oke deh bang ditunggu aja ya ehehe..
  • lanjut aja lagi... nice story
  • kayaknya seru... lanjut...
  • bagus ni awalannya aja,
  • mensien aku ya kalo uda posting :)
  • idhe_sama wrote: »
    idhe_sama wrote: »
    lanjut aja lagi... nice story

    thanks bang. oke deh bang ditunggu saja monggo monggo hehe salam kenal yaaa
  • ElninoS wrote: »
    kayanya ada sedikit unsur gothic nya nih, i like it! Lanjut lagi dong

    gothic-an cinta bertasbih hahaa *garing* i like your story too hehe. cerita kamu dilanjut juga ya!

  • yuzz wrote: »
    kayaknya seru... lanjut...

    yang komen orangnya juga seru hehe. oje deh!
  • tyo_ary wrote: »
    bagus ni awalannya aja,

    minta doa semoga sampai akhir tetap bagus *prayforthisstory*
  • mensien aku ya kalo uda posting :)

    baiklah bang! aku pasti mensien abang kalau udah ada lanjutannya! ni mau dilanjut!
Sign In or Register to comment.